Anda di halaman 1dari 17

AKUNTANSI MANAJEMEN

PENENTUAN HARGA TRANSFER


Kelompok 9 :
1.Afifah Zumrotus Nisa (041810295)
2.Alamsyah Perwira Mukti (041810299)
3.Fany Yudi Anto (041810311)
4.Sri Mustika Wati (041810340)
5.Valienda Jihan Negara (041810343)
DEFINISI
Menurut Abdillah
Mundir.SE.,MM Harga
transfer (transfer pricing)
adalah harga khusus yang
dipakai dalam pertukaran
antar divisional untuk
mencatat pendapatan unit
penjual (selling division) dan
unit divisi pembeli (buying
division)
2
Click icon to add picture

Perlunya Harga Transfer

Misalkan bahwa suatu perusahaan yang terintgrasi secra vertikal mempunyai tiga divisi, yaitu ;
 Divisi Penambangan
 Divisi Pengolahan
 Divisi Manafaktur
Dalam praktik,ada tiga pendekatan umum yang digunakan dalam penentuan harga transfer
1. Penentuan harga transfer dengan menggunakan harga pokok:
a. Harga pokok variable
b. Harga pokok keseluruhan (harga pokok penuh)
2. Penentuan harga transfer atas dasar hrga pasar
3. Penentuan harga transfer atas dasar harga pasar yang dirundingkan 3
Tujuan Penentuan
Harga Transfer
 Harga transfer merupakan mekanisme untuk
mendistribusikan pendapata, harga transfer harus
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
mencapai tujuan beikut ini :
 • Memberikan informasi yang releven kepada
masing-masing unit usaha untuk menentukan
imbal balik yang optimim antara biaya dan
pendapatan perusahaan
 • Menghasilkan keputusan yang selaras dengan
cita-cita.
 • Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit
usaha individual
 • Sistem tersebut harus mudah dimengerti dan
dikelola. 4

Andrian Noviardy.SE., M.Si


Harga Transfer Menurut Harga Pokok
Misalkan suatu perusahaan multi departemen mempunyai satu departemen produksi yang memproduksi
RELAY elektris.
Di mana relay elektris tersebut digunakan secara luas sebagai komponen suku cadang oleh berbagai kontraktor
proyek.
Untuk memproduksi relay ini memerlukan biaya variabel Rp. 12 dan dijual dengan Rp. 20.
Untuk menyelesaikan satu relay diperlukan satu jam biaya tenaga kerja langsung dan divisi mempunyai
kapasitas 50.000 relay per tahun.
Perusahaan juga mempunyai departemen MOTOR. Bagian motor ini membuat motor baru yang memerlukan
relay elektris, tetapi relay elektris ini berbeda dengan relay elektris yang saat ini diproduksi oleh departemen
relay.
Agar dapat memperoleh relay yang dibutuhkan, departemen motor mempunyai dua alternatif.
Alternatif 01:
Relay baru dapat dibeli dari seorang supplier luar dengan harga Rp. 15 per relay, dengan dasar pesanan 50.000
relay per tahun.
 
5
Alternatif 02:
Relay baru dapat diproduksi oleh departemen relay milik perusahaan.
Pembuatan relay baru oleh departemen relay ini akan memaksa departemen relay menghentikan bisnisnya yang
sedang berjalan saat ini.
Oleh karena itu, pembuatan relay baru akan memerlukan seluruh kapasitas divisi relay.
Satu jam biaya tenaga kerja langsung akan diperlukan untuk membuat masing-masing relay (waktu yang
diperlukan sama dengan waktu yang diperlukan oleh relay lama).
Biaya overhead variabel akan berjumlah Rp. 10 per relay.
Di samping relay, setiap motor akan memerlukan masukan biaya variabel lain sebesar Rp. 25,-.
Motor akan dijual dengan harga Rp. 60,- per motor.
Pertanyaannya :
Apakah departemen relay harus menghentikan bisnis relay-nya yang sedang berjalan saat ini dan mulai memproduksi
relay baru untuk departemen motor.
Atau apakah divisi relay harus  melanjutkan bisnis relay-nya yang sedang berjalan saat ini dan mengijinkan
departemen motor untuk membeli relay baru dari supplier luar?
Pemecahan masalah :
Pertama : Membeli relay dari supplier luar.
Kita beranggapan bahwa divisi motor memutuskan relay baru dari supplier luar dengan harga Rp. 15 per relay,
sehingga departemen relay yang diinginkan selanjutnya dapat memproduksi dan menjual relay lama.
Untuk menunjukan akibat keputusan tersebut terhadap masing-masing divisi dan terhadap perusahaan sebagai satu
6
kesatuan yang utuh.
Maka kita lihat perhitungan biaya produksi dan contribution margin berikut ini :
Pengaruh Penentuan harga transfer antar departemen menurut harga pokok:
Departemen MOTOR membeli relay dari pemasok luar dengan harga Rp. 15,- per relay. Departemen relay
melanjutkan untuk memproduksi dan menjual relay lama.
# Jumlah pesanan 50.000 per tahun

Perhatkan dari tabel di atas, bahwa masing-masing departemen akan mempunyai contribution


margin positif.
Dan bahwa perusahaan sebagai satu kesatuan utuh akan mempunyai margin kontribusi Rp. 1.400.000 7
selama satu tahun bila alternatif ini disetujui
Kedua : Membeli Relay dari Departemen Relay
Departemen MOTOR memberi relay baru dari divisi relay dengan harga transfer interen Rp. 10,- per relay (harga
pokok variabel divisi relay untuk pembuatan relay baru).
Hal ini menuntut divisi relay menghentikan bisnisnya keluar yang berjalan saat ini.

Dari tabel kedua di atas, di mana divisi motor membeli relay baru dari departemen relay dengan harga
transfer Rp. 10,- per relay (harga variabel per satuan divisi relay).
Permintaan dari divisi MOTOR ini akan memaksa divisi relay menghentikan bisnisnya dan keluar
sementara dari bisnis yang sedang berjalan saat ini.
8
Click icon to add picture

Rumus Umum Perhitungan Harga


Transfer
Harga Transfer = Harga pokok variabel persatuan + hilangnya marjin kontribusi persatuan atas
penjualan
Dengan merepkan rumus ini pada data seksi sebelumnya, maka harga transfer yang tepat bagi divisi relay
untuk dibebankanpada relay baru menjadi :
Harga Transfer = Rp. 10 (harga pokok variabel relay baru)+ Rp.8 (marjin kontribusi per
satuan divisi relay yang dikorbankan sebagai akibat menghentikan penjualan relay lama ke
pihak luar), yaitu Rp.20 (harga jual) Rp.12 (harga pokok variabel) = RP.8 (marjin kontribusi
yang dikorbankan atas relay lama).
Harga Transfer : Rp.18 per satuan

9
Click icon to add picture

Transfer Menurut Harga Pasar : Pertimbangan


Umum

1. Pembelian harus membeli dari lingkungan interen sendiri sepanjang divisi


penjualan memenuhi seluruh harga jual ke pihak eksteren secara jujur dan
menghendaki menjual ke lingkungan interen sendiri.
2. Apabila divisi penjualan tidak memenuhi seluruh harga jual ke pihak
eksteren secara jujur,maka divisi pembeli bebas membeli dari pihak
eksteren.
3. Devisi penjual harus bebas menolak melakukan bisnis interen apabila divisi
penjual lebih senang menjual ke pihak eksteren.
4. Suatu dewa yang bersikap netral harus dibentuk untuk menyelesaikan
perslisihan antara divisis mengenai harga transfer.
10
Click icon to add picture

Transfer Menurut Harga Pasar: pasar peratara


ditentukan dengan Baik

Pasar perantara seringkali menjadi pilihan yang menarik bagi suatu divisi perusahaan untuk menjual
produknya. Harga pasar perantara yang sudah ditentukan dengan baik bisa digunakan untuk menentukan
harga transfer.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh soal transfer pricing tentang perhitungan biaya produksi berikut :
PT TP DOC mempunyai beberapa divisi. Divisi XYZ  memiliki produk yang dapat dijual ke salah satu divisi
PT TP DOC, yaitu divisi ABC atau ke pelanggan ekstern melalui pasar perantara.
Struktur biaya dan pendapatan dua divisi ini adalah :
#Divisi XYZ
Harga jual di pasar perantara jika produk dijual ke pihak eksternal adalah Rp 25, sedangkan biaya variabel
Rp 15
#Divisi ABC
Harga pasar akhir di luar adalah Rp 100.   Divisi XYZ (harga beli di luar) = Rp 25. Tambahan biaya variabel
di divisi ABC adalah Rp 40,-
11
Click icon to add picture

Lanjutannya...
Pertanyaan :
Berapakah harga transfer yang seharusnya untuk mengelola transfer produk antara dua divisi tersebut?
Jawaban :
Untuk menghitung harga transfer yang seharusnya digunakan rumus berikut ini :
Harga transfer  = Biaya variabel per satuan + pengorbanan margin kontribusi per satuan atas penjualan ke
pihak ekstern.
= Rp 15 + (Rp 25 – Rp 15 ) = Rp. 25
Jadi harga transfer yang seharusnya adalah Rp 25 yaitu harga yang bagi divisi XYZ merupakan harga jual
di pasar perantara. Dan bagi divisi ABC merupakan harga yang harus dibayar kalau tidak menghendaki
membeli barang yang diinginkan dari pemasok luar di pasar perantara.

12
Transfer Menurut Harga Pasar : Harga
Berubah Di Pasar Perantara
Masih menggunakan contoh soal transfer pricing sebelumnya, misalnya supplier eksternal menawarkan ke divisi ABC dengan harga
Rp. 20,-
Sedangkan harga normal di pasar perantara yang telah ditetapkan divisi XYZ adalah Rp. 25,-
Berapa harga transfer?
Ada 2 kemungkinan jawaban yang tergantung pada KAPASITAS operasi Divisi Penjual, apakah beroperasi pada kapasitas penuh
atau sebagian?
#1. Divisi penjual beroperasi pada kapasitas penuh
Bila divisi penjual telah menjual seluruh outputnya ke luar, maka opportunity cost adalah harga yang bersedia dibayar oleh
pelanggan ekstern.
Alasannya adalah dengan menyetujui bisnis intern, maka divisi penjual akan menghentikan bisnis ekstern dan mengorbankan
pendapatannya.
Maka jika divisi penjualan ada kapasitas penuh, harga transfer  tidak lebih dari harga pasar, kalau tidak divisi penjual akan rugi
dan begitu juga perusahaan secara keseluruhan.
Dari perhitungan studi kasus #1 diperoleh harga transfer yang sesungguhnya adalah Rp 25,-.
Jadi kesimpulannya adalah Divisi XYZ tetap memenuhi pelanggan ekstern dan Divisi ABC harus menerima harga pemasok
13
ekstern Rp. 20,- dengan syarat memenuhi kualitas standar dan jadwal yang dibutuhkan.
 
Lanjutannya...
2. Divisi penjual kelebihan kapasitas
Dua kemungkinan yang sering digunakan dalam metode pengukuran transfer pricing ini adalah :
Meskipun tidak ada opportunity cost, harga transfer berdasarkan harga pasar yang berlaku, jika harga tersebut dapat
ditentukan dengan baik.
Diperlukan negosiasi penurunan harga-harga pasar yang berlaku, sehingga baik pembeli maupun penjual dapat
memperoleh keuntungann dari bisnis antar divisi intern perusahaan.
Dari dua situasi di atas, dalam kondisi ada kapasitas lebih, divisi penjual dapat menerima harga yang lebuh besar dari
biaya variabelnya
Seluruh pihak akan merasakan manfaat dari mempertahankan bisnis di kalangan intern sendiri daripada mempunyai
divisi yang harus membeli dari pihak ekstern.
Kembali pada rumus perhitungan harga transfer :
= Biaya variabel per satuan + marjin kontribusi yang hilang atas penjualan ke luar.
= Rp 15,- + 0
= Rp 15,- atau harga terendah transfer dari Divisi XYZ ke Divisi ABC.
Kesimpulan :
Jika divisi penjual memiliki kapasitas lebih, dan divisi pembeli menggunakan pihak ekstern, maka pertimbangan
penting adalah timbulnya sub optimasi (rentabilitas perusahaan menyeluruh lebih kecil).
Dengan demikian jika ada kapasitas lebih pada divisi penjual, setiap upaya harus dilakukan untuk merundingkan
harga yang dapat diterima dalam upaya bisnis intern bagi perusahaan sebagai satu kesatuan yang utuh 14
Transfer Menurut Harga Yang Didamaikan

Ada 3 poin penting berkenan dengan hal ini, yaitu :


1. Jika terdapat harga pasar perantara, harga ini menunjukkan batas terendah untuk transfer antar divisi.
2. Harga transfer di bawah harga pasar dapat dilakukan, jika divisi penjual mempunyai kapasitas lebih.
3. Harga dirundingkan atau harga pasar yang dirundingkan adalah harga pasar yang telah disetujui bersama antara
divisi penjual dan divisi pembeli yang mencerminkan keadaan luar biasa atau kemungkinan tidak tersedianya
harga pasar perantara.
Perhatikan contoh perhitungan biaya produksi :
Divisi X memerlukan 5.000 unit peralatan khusus yang dibuat menurut pesanan. Divisi Y dalam perusahaan yang
sama mampu membuat peralatan tersebut.
Divisi Y menentukan bahwa biaya variabel peralatan Rp. 8.000. Untuk memproduksi peralatan itu, Divisi Y harus
mengurangi produksi produk A sejumlah 3.500 unit.
Produk A dijual Rp. 45.000 per unit dengan biaya variabel Rp. 25.000 per unit.
Harga transfer adalah = Biaya variabel per satuan + marjin kontribusi yang hilang atas penjualan ke luar.
15
Lanjutannya...
A: Contribution Margin adalah :
= harga produk A – biaya variabel
= Rp. 45.000 – Rp. 25.000 = Rp. 20.000
 
B: Total Contribution margin yang hilang adalah :
= Rp. 20.000 X 3.500 unit = Rp. 70.000.000,-
 
C: Contribution margin per unit yang hilang adalah :
= Total Contribution margin yang hilang : Peralatan khusus yang diproduksi
= Rp. 70.000.000 : 5.000 = Rp. 14.000,-
Jadi harga transfer adalah : Rp. 8.000 + Rp. 14.000 = Rp. 22.000
Harga transfer ini adalah harga minimal atau dinaikkan, tetapi tidak boleh  lebih besar dari Rp. 22.000.
Jika divisi pembeli mempunyai kapasitas lebih, batas harga terendah adalah Rp. 8.000 sama dengan biaya variabel.
Namun karena divisi penjual perlu menguntungkan, negosiasi perlu diadakan untuk menaikkan harga dengan
‘markup’ yang ditargetkan.

16
THANK
YOU!

Anda mungkin juga menyukai