Anda di halaman 1dari 12

Nama : Nur Vaeka Rachmadani

Kelas : 3 Akuntansi

NIM : 1810321096

Jawaban Final Akuntansi Manajemen

1. a. Defenisi biaya relevan


 Biaya relevan ialah biaya yang dapat dihindari dan harus selalu
dipertimbangkan di dalam pengambilan keputusan oleh manajemen.
 Biaya relevan ialah biaya yang akan terjadi di masa datang dan jumlah
berbeda untuk setiap alternatif yang akan dipilih.

b. Cara untuk menentukan biaya relevan sebagai berikut:

 Mengumpulkan seluruh biaya yang terkait dengan masing-masing alternatif;


 Mengeliminir biaya terbenam (sunk cost);
 Mengeliminir biaya yang jumlahnya tidak berbeda;
 Setelah tiga tahap dilakukan maka sisanya merupakan biaya relevan.

c. Biaya produksi yang bersifat tetap dan biaya usaha merupakan biaya yang tidak
berubah dalam pengambilan keputusan menerima atau menolak atau irrelevant cost.

Hasil penjualan dan biaya produksi variabel jumlahnya berbeda dalam pemilihan
alternatif sehingga sebagai informasi yang relevan. Analisis terhadap informasi yang
relevan sebagai berikut:

Tanpa Pesanan Menerima Pesanan Perbedaan


Khusus Khusus

Hasil penjualan:
1.500 x Rp 2.500 Rp 3.750.000 -
1.500 x Rp 2.500 Rp 3.750.000
500 x Rp 1600 Rp 800.000 Rp 800.000

Biaya variable
1.500 x Rp 1.500 Rp 2.250.000
2.000 x Rp 1.500 Rp 3.000.000 Rp 750.000

Margin kontribusi Rp 1.500.000 Rp 1.550.000 Rp 50.000

Berdasarkan analisis tersebut sebaiknya perusahaan MENERIMA PESANAN tersebut


walaupun harganya lebih rendah dari harga jual perusahaan, karena ternyata tambahan
pendapatan yaitu Rp 800.000,- lebih besar dari tambahan biayanya yaitu Rp 750.000,-
berarti ada perbedaan margin kontribusi sebesar Rp 50.000,-
d. Dalam hal ini pengambilan keputusan harus mempertimbangkan biaya terhindarkan
dan mengabaikan biaya tidak relevan atau biaya yang tidak terhindarkan, seperti biaya
alokasi dari departemen lain. Biaya penyusutan merupakan biaya akibat keputusan
masa lalu sehingga termasuk biaya tidak relevan dalam pengambilan keputusan.

Jadi yang perlu diperhitungkan dalam analisis pengambilan keputusan adalah hanya
biaya yang relevan saja, yaitu biaya yang berbeda karena dipilihkan suatu alternatif
tindakan.

Biaya Diferensiasi per unit

Membuat Membeli

Biaya bahan baku 40 -


Biaya tenaga kerja langsung 50 -
Biaya overhead:
- Variabel 30 -
- Tetap
Gaji pengawas
40 -

Total biaya 160 150

Selisih menguntungkan 10

Ternyata dengan membuat sendiri terdapat selisih menguntungkan sebesar Rp 40 per


unit suku cadang yang diproduksi,sehingga seyogyanya perusahaan memilih alternatif
MEMBUAT SENDIRI suku cadang yang dibutuhkan.

2. a. Defenisi Analisis Cost Volume Profit


Suatu analisis yang digunakan untuk menentukan dan mengevaluasi akibat –akibat
yang terjadi pada laba yang disebabkan oleh perubahan volume (unit) yang dijual,
harga jual, biaya tetap dan biaya variabel.

b. Defenisi Contribution Margin


 Margin Kontribusi  Selisih antara penjualan dan biaya variable
 Margin Kontribusi besaran untuk menutup biaya tetap dan kemudian
menjadi laba untuk periode tersebut.

c. Defenisi Break Even Point

 BEP adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya
 BEP adalah titik dimana laba sama dengan nol.
 BEP dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (equation method) atau
metode margin kontribusi, keduanya memberikan hasil yang sama.

d. Defenisi Margin Of Safety

 Kelebihan penjualan yang dianggarkan di atas volume penjualan impas 


seberapa banyak penjualan boleh turun sebelum perusahaan menderita kerugian
 Menunjukkan tingkat resiko mendapatkan kerugian jika terjadi kenaikan titik
impas akibat suatu kondisi

e. Defenisi Operating Leverage

 Operating Leverage adalah suatu ukuran tentang seberapa sensitif laba terhadap
perubahan penjualan
 Jika Operating Leverage tinggi, maka peningkatan persentase yang lebih kecil
dalam penjualan dapat menghasilkan peningkatan laba bersih dalam persentase
yang jauh lebih besar.

f. BEP Unit = Biaya tetap / (Harga Per Unit – Harga Variabel Per Unit)

= 50.000.000 / (300.000 – 150.000)

= 50.000.000 / 150.000

= 333 Unit

Dinyatakan dalam penjualan :

333 unit x Rp 300.000 = Rp 99.900.000

BEP Rupiah = Biaya tetap / (Kontribusi Margin Per Unit / Harga Per Unit)

= 50.000.000 / (150.000/300.000)

= 50.000.000 / 0.5

= Rp 100.000.000
g.

Cool Company Kiddy Company


Keterangan
Jumlah Persen Jumlah Persen

Penjualan 100,000 100% 100,000 100%

Bi. Variabel 70,000 70% 40,000 40%

Margin Kontribusi 30,000 30% 60,000 60%

Biaya Tetap 20.000 50.000

Laba Bersih 10.000 10.000

Asumsi terjadi peningkatan dalam penjualan sebesar 15% kecuali biaya tetap

Cool Company Kidding Company


Keterangan
Jumlah Persen Jumlah Persen
Penjualan 115,000 100% 115,000 100%
Bi. Variabel 80,500 60% 46,000 40%
Margin Kontribusi 34,500 40% 69,000 60%
Biaya Tetap 20,000   50,000  

Laba Bersih 14,500   19,000  

Penjelasannya :
Operating Leverage : Peningkatan penjualan sebesar 15% menyebabkan peningkatan
laba Cool Company sebesar 4.500 (dari 10.000 menjadi 14.500) sedangkan Kidding
Company sebesar 9.000 (dari 10.000 menjadi 19.000).

Untuk 15% kenaikan dalam penjualan, Kidding Company mengalami peningkatan laba
yang jauh lebih besar dari Cool Company.

Dengan demikian Kidding Company memiliki Operating Leverage yang lebih besar
dari Cool Company.

Margin Kontribusi

Faktor Tuasan Operasi = --------------------------

Laba Bersih

30.000

Cool Company = ----------- = 3

10.000

60.000

Kidding Company = ----------- = 6

10.000

Cool Company = 3 → Laba perusahaan bertumbuh 3x lebih cepat dari penjualannya

Kidding Company = 6 → Laba perusahaan bertumbuh 6x lebih cepat dari penjualannya

(1) (2) (3)


Keterangan Persentase Tingkat Persentase
Peningkatan Operating Peningkatan
Penjualan Leverage Laba Bersih (1) x (2)
Cool Company 15% 3 30%

Kidding Company 15% 6 60%


Jadi, jika penjualan meningkat sebesar 15% diharapkan laba bersih Kidding Company
meningkat sebesar 6x jumlah ini atau sebesar 60%. Demikian juga dengan Cool
Company.

3. a. Materi 10 Biaya Berdasarkan Aktivitas – ABC System


Berikan contoh atau ilustrasi perbandingan perhitungan menggunakan metode
abc dan metode konvensional

Cara menghitung biaya produksi per unit menggunakan metode tradisional


(konvensional) dan metode ABC (activity based costing)

PT Trend. Tbk menjual 2 produk yaitu tas dan sepatu, datanya akan disajikan sebagai berikut:

Produk
Keterangan
Tas Sepatu
Volume produksi  Rp  10.000  Rp  40.000
Harga Jual  Rp  12.000  Rp    6.000
Biaya Utama  Rp    6.000  Rp    3.000
Jam Kerja
 Rp    5.000  Rp  10.000
Langsung

Akuntan manajemen PT Trend. Tbk mengidentikasi aktivitas cost yang dianggarkan, datanya
sebagai berikut:

Aktivitas Anggara Cost


Rekayasa  Rp     300.000
Set up  Rp  1.000.000
Perputaran
 Rp  3.000.000
mesin
Pengemasan  Rp     200.000
 Rp  4.500.00
Total
0

Aktivitas sesungguhnya produk Tas dan Sepatu, disajikan data sebagai berikut:

Konsumsi/Realisasi
Aktivitas Total
Tas Sepatu
          6.0              9.0           15.0
Rekayasa (jam)
00 00 00
              4                 6              1.0
Set up (jam)
00 00 00
Perputaran mesin         50.0         100.0         150.0
(jam) 00 00 00
          5.0           20.0           25.0
Pegemasan
00 00 00

Diminta:

1.       Hitunglah biaya per unit  menggunakan metode tradisional (konvensional)?

2.       Hitunglah biaya per unit menggunakan metode ABC (activity based costing)?

Jawab
1. Menghitung biaya per unit menggunakan metode tradisional

·         Total Jam kerja langsung = Jam kerja langsung tas + Jam kerja langsung sepatu

=  5000 + 10.000

= 15.000

Tarif Overhead Pabrik : Jam Kerja Langsung

                = Rp. 4.500.000 : 15.000

                = 300/JKL

·         Biaya Overhead yang di bebankan

Total
(Biaya JKL per Overhead/Unit
Produk Unit
unit x jam kerja (Total:Unit)
langsung
 Rp  1.500.000         10.00  Rp                 15
Tas
(Rp 300 x 5.000)   0 0
 Rp  3.000.000         40.00  Rp                    7
Sepatu
(Rp 300 x 10.000) 0 5

·         Menghitung biaya per unit produk

Keterangan Tas Sepatu


 Rp  60.000.000  Rp  120.000.000
Biaya Utama
(Rp 6.000 x 10.000) (Rp 3.000 x 40.000)
Biaya  Rp    3.000.000  Rp    12.000.000
Overhead (Rp 300 x 10.000) (Rp 300 x 40.000)
Total Biaya  Rp  63.000.000  Rp  132.000.000
Unit Produksi 10.000 40.000
Biaya/Unit  Rp             6.300  Rp               3.300

2. Menghitung biaya per unit menggunakan metode ABC (activity based costing)

·         Menghitung Tarif Aktivitas

Aktivitas Total Biaya Konsumsi Aktivitas Tarif Aktifitas


 Rp     300.00  Rp                   15.00  Rp                2
Rekayasa (jam)
0 0 0
 Rp  1.000.00  Rp                      1.00
Set up (jam)  Rp          1.000
0 0
Perputaran mesin  Rp  3.000.00  Rp                 150.00  Rp                2
(jam) 0 0 0
 Rp     200.00  Rp                    25.00  Rp                  
Pegemasan
0 0 8
 Rp  4.500.00  Rp                 191.00  Rp          1.04
Total
0 0 8

·         Biaya Overhead yang dibebankan

Produk Tas

Aktivitas Tarif Konsumsi Total BOP BOP/Unit


 Rp                2  Rp        2
Rekayasa (jam)  Rp      6.000
0  Rp     120.000 0
 Rp          40
Set up (jam)  Rp          1.000
0  Rp     400.000  Rp  1.000
Perputaran mesin  Rp                2  Rp        2
 Rp    50.000
(jam) 0  Rp  1.000.000 0
 Rp                    Rp        40.00  Rp          
Pegemasan  Rp      5.000
8 0 8
Total  Rp          1.048  Rp    61.400  Rp  1.560.000  Rp  1.048

Produk Sepatu

Aktivitas Tarif Konsumsi Total BOP BOP/Unit


 Rp                2              9.00  Rp     180.00  Rp        2
Rekayasa (jam)
0 0 0 0
 Rp                           60  Rp     600.00
Set up (jam)
1.000 0 0  Rp  1.000
Perputaran mesin  Rp                2           Rp  2.000.00  Rp        2
(jam) 0 100.000 0 0
 Rp                               Rp     160.00  Rp          
Pegemasan
8 20.000 0 8
 Rp  2.940.00
Total  Rp          1.048  Rp  129.600  Rp  1.048
0

·         Menghitung biaya per unit produk

Keterangan Tas Sepatu


Biaya Utama  Rp  60.000.000  Rp  120.000.000
Biaya
 Rp  10.480.000  Rp    41.920.000
Overhead
Total Biaya  Rp  70.480.000  Rp  161.920.000
Unit Produksi 10.000 40.000
 Rp             7.04  Rp               4.04
Biaya/Unit
8 8

b. Materi 11 Penganggaran untuk Perencanaan dan Pengendalian


1) Anggaran Statis
2) Anggaran Fleksibel
3) Anggaran Inkremental (Baseline Budgeting)
4) Anggaran Dasar Nol (Zero Base Badgeting)

Jelaskan masing-masing jenis anggaran tersebut ?

1) Anggaran Statis adalah anggaran yang dibuat berdasarkan tingkat aktivitas yang
sudah ditentukan, karena anggaran statis tergantung pada aktivitas tertentu, anngaran
ini tidak begitu berguna bila digunakan untuk menyusun laporan kinerja, untuk
membuat laporan kinerja yang lebih berguna biaya aktual dan biaya yang diharapkan
harus dibandingkan pada tingkat aktivitas yang sama.
2) Anggaran Fleksibel adalah dapat digunakan untuk menyusun anggaran sebelum
adanya tingkat aktivitas yang diharapkan. Dapat digunakan untuk menghitung berapa
biaya yang harus dikeluarkan pada tingkat aktivitas tertentu aktual. Dan juga dapat
membantu para manajer menghadapi ketidakpastian dengan melihat hasil yang
diharapkan pada berbagai tingkat aktivitas.
3) Anggaran Inkremental (Baseline Budgeting) adalah sistem anggaran belanja dan
pendapatan yang memungkinkan revisi selama tahun berjalan, sekaligus sebagai dasar
penentuan usulan anggaran periode tahun yang akan datang. Angka di pos
pengeluaran merupakan pembanding (kenaikan) dari angka periode sebelumnya.
Permasalahan yang harus diputuskan bersama adalah metode kenaikan/penurunan
(incremental) dai angka anggaran tahun sebelumnya. Logika sistem anggaran ini
adalah bahwa seluruh kegiatan yang dilaksanakan merupakan kelanjutan kegiatan dari
tahun sebelumnya
4) Zero Based Budgeting (ZBB) merupakan sistem anggaran yang didasarkan pada
perkiraan kegiatan, bukan pada apa yang telah dilakukan di masa lalu. Setiap kegiatan
akan dievaluasi secara terpisah. Ini berarti berbagai program dikembangkan dalam
visi tahun yang bersangkutan.

c. Materi 12 Manajemen Persediaan

Jelaskan perbedaan EOQ dan Jit

Sistem EOQ biasa digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan


sehingga perusahaan mampu meminimalisir terjadinya kekurangan bahan. Analisis
system EOQ dapat digunakan untuk merencanakan berapa kali suatu bahan dibeli dan
dalam kuantitas berapa kali pembelian. Sedangkan JIT suatu metode untuk
mengidentifikasi dan mengeliminasi segala macam sumber pemborosan dalam aktivitas
produksi, dengan menetapkan komponen produksi yang tepata, pada waktu dan tempat
yang tepat.

d. Materi 14 Keputusan Investasi Modal


1) Contoh Perhitungan Payback Period
Contoh kasus arus kas setiap tahun jumlahnya sama :
PT. Semakin Jaya melakukan investasi sebesar $ 45.000, jumlah proceed per tahun adalah $
22.500, maka payback periodnya adalah :
Payback Period  = (investasi awal) /(arus kas) x 1 tahun
Payback Period  = ($ 45.000) /($ 22.500) x 1 tahun
Payback Period = 2 tahun

Payback Period dari investasi diatas yaitu dua tahun. Itu berarti uang yang tertanam dalam
aktiva sebesar $ 45.000 bisa kembali dalam jangka waktu dua tahun. Jika investor diberikan
dua pilihan investasi, maka memilih payback period yang paling kecil.

Contoh kasus arus kas setiap tahun jumlahnya berbeda :


PT. Jaya Mandiri melakukan investasi sebesar $ 100.000 pada aktiva tetap, dengan proceed
sebagai berikut :
Tahun Proceed Proceed Kumulatif
1. $ 50.000 $ 50.000
2. $ 40.000 $ 90.000
3. $ 30.000 $ 120.000
4. $ 20.000 $ 140.000

Maka payback periodnya adalah :


Payback Period = n+(a-b) /(c-b) x 1 tahun
Payback Period = 2 + ($ 100.000 – $ 90.000) /($ 120.000 – $ 90.000) x 1 tahun
Payback Period = 2 + ($ 10.000) /($ 30.000) x 1 tahun
Payback Period = 2,33 tahun atau 2 tahun 4 bulan

2) Contoh Perhitungan ARR (Accounting Rate of Return)

Perusahaan PT. AHINGGAZ mendapatkan sebuah proyek yang memerlukan Initial


investment atau biaya investasi sebesar Rp. 500 juta. Proyek ini dapat menghasilkan Cash
Inflow (arus kas masuk) sebesar Rp. 100 juta per tahun dengan usia ekonomis 10 tahun tanpa
nilai residu. Berapakah Accounting Rate of Return (ARR) proyek tersebut?

Diketahui :

Biaya Investasi : Rp. Rp. 500 Juta


Usia Ekonomis : 10 tahun
Cash Inflow per tahun : Rp. 100 Juta
Depresiasi per tahun : Rp. Rp. 50 Juta (Rp. 500 Juta / 10 Tahun)

Penyelesaian :

ARR = Pendapatan Investasi / Biaya Investasi


ARR = (Rp. 100 Juta – Rp. 50 Juta) / Rp. 500 Juta
ARR = Rp. 50 Juta / Rp. 500 Juta
ARR = 0,1 atau 10%

Jadi Tingkat Pengembalian Akuntansi atau Accounting Rate of Return (ARR) pada proyek


tersebut adalah 10%.
3) Contoh Kasus Perhitungan NPV (Net Present Value)

Manjemen Perusahaan AAZZ ingin membeli mesin produksi untuk meningkatkan jumlah
produksi produknya. Harga Mesin produksi yang baru tersebut adalah sebesar Rp. 150 juta
dengan suku bunga pinjaman sebesar 12% per tahun. Arus Kas yang masuk diestimasikan
sekitar Rp. 50 juta per tahun selama 5 tahun. Apakah rencana investasi pembelian mesin
produksi ini dapat dilanjutkan?

Penyelesaiannya :
Diketahui :

Ct = Rp. 50 juta
C0 = Rp. 150 juta
r = 12% (0,12)

Jawaban :
NPV = (C1/1+r) + (C2/(1+r)2) + (C3/(1+r)3) + (C3/(1+r)4) + (Ct/(1+r)t) – C0
NPV = ((50/1+0,12) + (50/1+0,12)2 + (50/1+0,12)3 + (50/1+0,12)4 + (50/1+0,12)5) – 150
NPV = (44,64 + 39,86 + 35,59 + 31,78 + 28,37) – 150
NPV = 180,24 – 150
NPV = 30,24
Jadi nilai NPV-nya adalah sebesar Rp. 30,24 juta.
4) Berikut Contoh Soal dan Pembahasan Internal Rate of Return (IRR) :
Aplikasi IRR, arus kas setiap tahun jumlahnya sama.
Soal 1 :

Suatu pabrik mempertimbangkan usulan investasi sebesar Rp 130.000.000 tanpa nilai sisa

dapat menghasilkan arus kas per tahun Rp 21.000.000 selama 6 tahun.

Diasumsikan RRR sebesar 13 %, hitunglah IRR!

Dicoba dengan faktor diskonto 10 %…

NPV = (Arus kas x Faktor Diskonto) – Investasi Awal

NPV = (21.000.000 x 5.8979) – 130.000.000

NPV = Rp 659.000,00

Dicoba dengan faktor diskonto 12 %

NPV = (Arus kas x Faktor Diskonto) – Investasi Awal

NPV = (21.000.000 x 5,7849 ) – 130.000.000

NPV = RP -6.649.000,00
Karena NPV mendekati nol, yaitu Rp. 659.000,00 dan -Rp. 6.649.000,00…

Artinya tingkat diskonto antara 10% sampai 12%, untuk menentukan ketepatannya dilakukan
Interpolasi sbb :

Selisih
Selisih PV Selisih PV dengan OI
Bunga

10% 130659000 130659000

12% 123351000 130000000

2% 7308000 659000

IRR = 10% + (659.000/7.308.000) x 2%

IRR = 10,18%

Kesimpulan :

Proyek investasi sebaiknya ditolak

Karena IRR < 13 %

Anda mungkin juga menyukai