DOSEN PENGAMPU
Ghaliyah Nimassita Triseptya, SE., M.SI
OLEH :
Rahmawaty Wahid
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, Segala Puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta
Alam. Atas segala karunia nikmatNya sehingga kami dapat menyusun makalah
ini dengan sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “Akuntansi Kliring Manual
Dan Otomatis” disusun dalam rangka memenuhi salah tugas mata kuliah
Akuntansi Perbankan yang diampu oleh Bapak Andi Zulfakar Yudha
Pratama S, SE., M.SI., CRMO
Makalah ini berisi tentang permasalahan yang mendasar dalam sebuah
ilmu ekonomi. Meski telah disusun secara maksimal, namun penulis sebagai
manusia biasa menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sekalian.
Demikian, semoga makalah ini dapat diterima sebagai ide/gagasan yang
menambah kekayaan intelektual.
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................i
Kata Pengantar................................................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................iii
BAB I PEMBAHASAN
BAB II PENUTUP
Simpulan......................................................................................4
Saran............................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PEMBAHASAN
KELIRING MANUAL
Pengertian Kliring
Kata Kliring sebenarnya berasal dari istilah asing, yaitu dalam bahasa inggris yang berbunyi
Clearing, dalam wikipedia menyebutkan kliring merupakan salah satu istilah di dunia
perbankan dan keuangan yang menunjukkan suatu aktivitas yang berjalan sejak saat
terjadinya kesepakatan untuk suatu transaksi hingga selesainya pelaksanaan kesepakatan
tersebut. Kliring sangat dibutuhkan sebab kecepatan dalam dunia perdagangan jauh lebih
cepat dari pada waktu yang dibutuhkan untuk melengkapi pelaksanaan aset transaksi. Kliring
melibatkan manajemen dari paska perdagangan, pra penyelesaian eksposur kredit, untuk
memastikan bahwa transaksi dagang terselesaikan sesuai dengan aturan pasar, walaupun
pembeli maupun penjual menjadi tidak mampu melaksanakan penyelesaian kesepakatannya.
Yang termasuk dalam proses kliring antara lain pelaporan / pemantauan, marjin risiko,
netting transaksi dagang menjadi posisi tunggal, penanganan perpajakan dan penanganan
kegagalan.
Secara umum kliring melibatkan lembaga keuangan yang memiliki permodalan yang kuat
yang dikenal dengan sebutan Mitra Pengimbang Sentral (MPS) atau dalam istilah asingnya
dikenal dengan central counterparty. MPS ini menjadi pihak dalam setiap transaksi yang
terjadi baik sebagai penjual maupun sebagai pembeli. Dalam hal terjadinya kegagalan
penyelesaian atas suatu transaksi maka pelaku pasar menanggung suatu risiko kredit yang
distandarisasi dari MPS .
RUANG LINGKUP KEGIATAN KLIRING:
– Melaksanakan kegiatan kliring atas semua transaksi bursa untuk produk ekuitas, derivatif
dan obligasi pada bursa efek di Indonesia.
– Melaksanakan proses penentuan hak dan kewajiban anggota kliring yang timbul di
transaksi bursa
ANGGOTA KLIRING
Terdapat dua jenis anggota kliring, yaitu :
1. Anggota Kliring Aktif
Yaitu anggota kliring yang namanya tercatat sebagai anggota di Bank Indonesia
2. Anggota Kliring Pasif
Yaitu anggota kliring yang namanya tidak tercatat di Bank Indonesia, tetapi melakukan
kegiatan kliring dengan cara menginduk pada cabang pusat bank yang bersangkutan.
PEMBUKUAN TRANSAKSI KLIRING
Kembali ke ilustrasi diatas, Pada saat Bank BNI menerima warkat giro dari Bank Omega
kedua akan mencatat transaksi kliring tersebut sebagai berikut.
Pembukuan transaksi kliring ini dapat ditampung pada rekening sementara ‘ Kliring “ atau
dapat langsung ke Rekening Giro pada Bank Indonesia..
SISTEM KLIRING MANUAL
Sistem Kliring Manual adalah sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam
pelaksanaan perhitungan, pembuatan Bilyet Saldo Kliring serta pemilahan warkat
dilakukan secara manual oleh setiap peserta. Pada proses Sistem Manual, perhitungan
kliring akan didasarkan pada warkat yang dikliringkan oleh Peserta kliring.
Saat ini pengaturan mengenai sistem manual terdapat dalam Surat Edaran Bank Indonesia
No. 2/7/DASP tanggal 24 Februari 2000 perihal Penyelenggaraan Kliring Lokal Secara
Manual. Pada sistem Manual, pelaksanaan fungsi-fungsi kliring seluruhnya dilakukan secara
manual, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
A. Perhitungan kliring dan pemilahan/penyampaian warkat dilakukan oleh semua peserta;
B. Pembuatan dan pencocokan rincian Daftar Warkat Kliring, penyusunan Neraca Kliring
serta pembuatan Bilyet Saldo Kliring dilakukan oleh Peserta;
C. Penyusunan Neraca Kliring Penyerahan dan Pengembalian Gabungan dilakukan oleh
Penyelenggara;
D. Identitas peserta menggunakan nomor urut kelompok;
E. Menggunakan warkat baku, namun dapat menggunakan standar kertas sekuriti yang lebih
rendah bila dibandingkan dengan warkat baku pada sistem otomasi dan elektronik
F. Kesalahan perhitungan lebih sering terjadi
G. Memiliki wakil peserta sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang mempunyai kewenangan
untuk membuat, mengubah dan menandatangani Daftar Warkat Kliring
Penyerahan/Pengembalian, Neraca Kliring Penyerahan/Pengembalian, Bilyet Saldo Kliring
serta menandatangani dan mencantumkan nama jelas sebagai tanda terima pada Daftar
Warkat Kliring Penyerahan/Pengembalian yang diterima dari peserta lain.
KLIRING OTOMATIS
Pengertian Kliring Otomatis
Kliring otomatis adalah terjadinya pertukaran data secara elektronik melalui
pemrosesan dengan mesin dalam bentuk standar yang telah diformat terlebih dahulu.
Selain itu, pemrosesan elektronik juga melibatkan pengiriman media penyimpanan data
komputer. Media ini merupakan media utama untuk transaksi kliring dengan otomatis,
atau lazim dikenal dengan Automatic Clearing House (ACH).
Dalam pemrosesan data secara elektronik ini, mesin akan
membaca Magnetic Ink Character Recognition, atau MICR
pada setiap lembar cek nasabah.
Jenis Kliring Otomatis
Transaksi kliring otomatis dapat dipecah menjadi dua jenis :
1. Transaksi lokal (intraregional), bank penarik mempersiapkan seluruh warkat untuk
dikirim ke bank tertarik. Disini bank penarik akan memeriksa kelengkapan data, meme
riksa kebenaran cek, membedakan apabila transaksi tersebut berasal dari bank sendiri, k
emudian menyampaikan data tersebut kepada lembaga kliring.
2. Transaksi antar daerah (interregional), bank penarik akan menyampaikan transaksin
ya kepada pusat pengolahan data di lembaga kliring lokal. Transaksi-transaksi disortir
oleh bank penarik dalam lokasi yang bersangkutan. Volume data yang besar ini akan d
igabung menjadi suatu ringkasan arsip untuk setiap lokasi, kemudian arsip ini dipindah
kan ke tiap lokasi lainnya untuk diproses lebih lanjut.
Fungsi Kliring Otomatis
Untuk mempermudah cara pembayaran dalam upaya memperlancar transaksi perekonomian
dengan perantaraan perbankan (bank peserta kliring) dan Bank Indonesia yang bertindak
sebagai penyelenggara kliring.
Peranan Kliring Otomatis
Dengan adanya kliring otomatis diharapkan penggunaan data secara elektronik di masyarakat
dapat meningkat sehingga otomatis akan meningkatkan simpanan dana masyarakat di Bank
yang dapat dipergunakan oleh bank untuk membiayai sektor-sektor produktif di masyarakat.
Bank Indonesia mengeluarkan Sistem Kliring Elektronik (SKE). Penyelenggaraan Kliring
Lokal secara elektronik yang dikenal dengan Kliring ELektronik diselenggarakan dengan
perhitungan dan pembuatan Bilyet Saldo Kliring didasarkan pada Data Keuangan Elektronik
disertai dengan penyampaian warkat peserta kepada penyelenggara untuk diteruskan kepada
peserta penerima.
SKE mempunyai beberapa tujuan, antara lain :
1. Meningkatkan kualitas dan kapasitas layanan system pembayaran lebih cepat, akurat,
handal, aman dan lancar.
2. Meningkatkan efisiensi, efektifitas serta keamanan pelaksanaan dan pengawasan proses
Kliring.
3. Memenuhi kebutuhan informasi para peserta kliring mengenai hasil perhitungan kliring
secara lebih cepat, akurat dan tepat waktu.
Ruang Lingkup Kliring Otomatis
Perhitungan dan pembuatan Bilyet Saldo Kliring didasarkan pada Data Keuangan Elektronik
disertai dengan penyampaian warkat peserta kepada penyelenggara untuk diteruskan kepada
peserta penerima. Transaksi yang dapat diproses melalui sistem kliring meliputi transfer
debet dantransfer kredit yang disertai dengan pertukaran fisik warkat, baik warkat debet
(cek,bilyet giro, nota debet dan lain-lain) maupun warkat kredit. Khusus untuk transfer kredit,
nilai transaksi yang dapat diproses melalui kliring dibatasi dibawah Rp100.000.000,00
sedangkan untuk nilai transaksi Rp100.000.000,00 ke atas harus dilakukan melalui Sistem
Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (Sistem BIRTGS).
Dalam melaksanakan kegiatan kliring tersebut, digunakan 4 (empat) jenis sistem
yang berbeda yaitu :
a. Sistem Kliring Elektronik atau dikenal dengan SKEJ, digunakan di Jakarta;
b. Sistem Kliring Otomasi, digunakan di Surabaya, Medan dan Bandung;
c. Sistem Semi Otomasi Kliring Lokal atau dikenal dengan SOKL, digunakan di 33
wilayah kliring yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia dan 37 wilayah kliring
lainnya yang diselenggarakan oleh pihak lain yang ditunjuk oleh Bank Indonesia.
Depresiasi adalah alokasi biaya dari asset tetap untuk menyusutkan nilai aset secara
sistematis selama periode manfaat dari aset tersebut. Aset tetap suatu entitas memiliki masa
manfaat lebih dari satu periode akuntansi, dan seiring dengan pemakaian asset tetap tersebut
maka kemampuan potensial asset tetap tersebut untuk menghasilkan pendapatan akan
semakin berkurang. Oleh karena itu, biaya perolehan asset tetap harus dialokasikan sepanjang
umur dari asset tersebut secara sistematis. Pengalokasian ini sesuai dengan prinsip matching
cost againt revenue.
Berdasarkan hasil observasi kelompok kami di PT.Maxx Coffe Prima telah kami ketahui
dasar penilaian nilai depresiasi asset tetapnya adalah menggunakan metode jam jasa, dimana
Beban depresiasi dalam metode ini dihitung dengan dasar satuan jam jasa. Beban depresiasi
tiap periode-nya tergantung pada jam jasa yang digunakan.
BAB II
SIMPULAN
Kliring adalah sarana yang digunakan oleh bank untuk menjalankan fungsinya, yaitu
untuk memudahkan penyelesaian transaksi antarbank.
Bank dapat saling memperhitungkan hutang piutang yang terjadi akibat transaksi
bisnis yang dilakukan masing-masing nasabahnya.
Transaksi antara nasabah bank tersebut menggunakan alat bayar berupa cek, bilyet
giro, dan surat dagang lainnya yang lazim diterima oleh bank.
DAFTAR PUSTAKA
www.idxakuntansi.co.id
www.wikipedia.com
www.akuntansi_keu.com
http://blog.keuangandadiu.com
https://ferdinandwisnu.wordpress.com/2013/06/24/kliring-manual-
dan-otomatis/
http://andreyanto-gunadarma.blogspot.com/2013/06/kliring-manual-
dan-automatic.html