Anda di halaman 1dari 39

ETIKA SEBAGAI CABANG FILSAFAT

Pada dasarnya, etika merupakan cabang filsafat yang mengenakan refleksi


serta metode pada tugas manusia dalam upaya menggali nilai-nilai moral atau
menerjemahkan berbagai nilai itu ke dalam norma-norma dan menerapkannya
pada situasi kehidupan konkret. Sebagai ilmu, etika mencari kebenaran dan
sebagai filsafat, ia mencari keterangan (benar) yang sedalam-dalamnya. Sebagai
tugas tertentu bagi etika, ia mencari ukuran baik-buruk bagi tingkah laku manusia.
Dalam arti etis, baik dan buruk ini memainkan peranan dalam hidup setiap
manusia. Tak hanya sebatas kini, tapi juga di masa lampau.(intansyefira05,2014)
Ilmu-ilmu seperti antropologi budaya dan sejarah memberitahukan kita
bahwa pada semua bangsa dan dalam segala zaman ditemukan keinsafan tentang
baik dan buruk, tentang yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
Akan tetapi, lanjut Bertens, segera perlu ditambah bahwa tidak semua bangsa dan
tidak semua zaman mempunyai pengertian yang sama tentang baik dan buruk.
Ada bangsa atau kelompok sosial yang mengenal tabu, sesuatu yang dilarang
keras (misalnya, membunuh binatang tertentu), sedangkan pada bangsa atau
kelompok sosial lainnya perbuatan-perbuatan yang sama tidak terkena larangan
apa pun. Dan sebaliknya, ada hal-hal yang di zaman dulu sering dipraktekkan dan
dianggap biasa saja, tapi akan ditolak sebagai tidak etis oleh hampir semua bangsa
beradab sekarang ini. Sebagai contoh dapat disebut: kolonialisme, perbudakan,
dan diskriminasi terhadap wanita. Jadi, semua bangsa mempunyai pengalaman
tentang baik dan buruk, tapi tidak selalu ada pendapat yang sama tentang apa yang
harus dianggap baik dan buruk [Bertens (1993:12)]
Sebagai ilmu dan filsafat, etika menghendaki ukuran yang umum, tidak
berlaku untuk sebagian dari manusia, tetapi untuk semua manusia. Apa yang
ditemukan oleh etika mungkin memang menjadi pedoman bagi seseorang, namun
tujuan pertama dan utama dari etika bukanlah untuk memberi pedoman,
melainkan untuk tahu. (intansyefira,052014)
etika mencari dengan kemungkinan untuk keliru, dan kalau keliru, akan
dicari lagi sampai terdapat kebenaran.[Poedjawijatna (1990:7)]
Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga segi, yakni apa
yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika), mana yang dianggap baik
dan mana yang dianggap buruk (etika), serta apa yang termasuk indah dan apa
yang termasuk jelek (estetika). Ketiga cabang utama filsafat ini kemudian
bertambah lagi yakni pertama yaitu, teori tentang hakikat keberadaan zat, tentang

hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran yang semuanya terangkum
dalam metafisika dan yang kedua politik: yakni kajian mengenai organisasi
sosial/pemerintahan yang ideal (Suriasumantri, 1994:32).
Berkaitan dengan sifat yang ada maka cabang filsafat yang pertama
adalah filsafat yang menjadikan yang ada secara umum sebagai objek
penyelidikannya (Mulkhan, 1994:36). Cabang filsafat selanjutnya adalah filsafat
yang menyelidiki yang ada secara khusus, dalam arti kekhususan sesuatu secara
umum. Begitulah seterusnya sifat-sifat khusus yang beragam dari yang ada
melahirkan berbagai cabang khusus dari filsafat. Karenanya, cabang-cabang
filsafat dapat dipahami dari kekhususan objeknya yang tersusun secara hierarkhis
dan secara fungsional. Secara hierarkhis karena sifat-sifat khusus dari sesuatu
yang ada tersusun sebagai suatu kesatuan sehingga membentuk yang ada itu
sendiri. Selanjutnya, kekhususan yang ada secara fungsional karena kekhususan
sesuatu dapat dilihat dari sudut fungsi dari sifat-sifat khusus yang ada tersebut.
Secara keseluruhan bagi struktur maupun fungsi merupakan kesatuan dari apa
yang disebut ada tersebut.
Berdasarkan pandangan teoretis di atas akan dapat dipahami mengenai
lahirnya cabang-cabang filsafat serta aliran-aliran pandangan di dalamnya.
Cabang-cabang serta aliran filsafat yang timbul tidak mengurangi arti yang ada
sebagai yang ada sebagaimana dirinya sendiri. Atas dasar kerangka hierarkhis
dan fungsional kekhususan objek filsafat di atas, dapat dikemukakan berbagai
cabang dan aliran dalam filsafat. Kemudian, dapatlah dipahami bahwa cabangcabang serta aliran filsafat akan berkembang sesuai dengan perkembangan
pemikiran dan kemampuan akal atau pikir manusia itu sendiri. Misalnya, dalam
buku Filsafat Ilmu Abas Hamami (1996:155-156) membagi filsafat ke dalam dua
kelompok bahasan, yaitu filsafat teoretis dan filsafat praktis. Kelompok pertama
mempertanyakan segala sesuatu yang ada, sedangkan kelompok kedua membahas
bagaimana manusia bersikap terhadap apa yang ada tersebut. Jadi, filsafat teoretis
mempertanyakan dan berusaha mencari jawabannya tentang segala sesuatu,
misalnya manusia, alam, hakikat realitas sebagai keseluruhan, tentang
pengetahuan, tentang apa yang kita ketahui, tentang yang transenden, dan
sebagainya. Dalam hal ini filsafat teoretis pun mempunyai maksud dan berkaitan
dengan hal-hal yang bersifat praktis, karena pemahaman yang dicarinya untuk
menggerakkan kehidupan.
Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu etika umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran
kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika
berkaitan erat dengan berbagai masalah nilai karena etika pada pokoknya
membicarakan masalah-masalah predikat nilai susila dan tidak susila, baik dan

buruk. Kualitas-kualitas ini dinamakan kebajikan yang dilawankan dengan


kejahatan yang berarti sifat-sifat yang menunjukkan bahwa orang yang
memilikinya dikatakan orang yang tidak susila. Sesungguhnya etika lebih banyak
bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar kebenaran dalam hubungannya dengan
tingkah laku manusia.
Sementara itu, Jujun Suriasumantri, selain membagi kajian filsafat ke
dalam lima pokok permasalahan yang menyangkut logika, etika, estetika,
metafisika, dan politik, sebagaimana disinggung di muka, juga menyebutkan
bahwa kelima cabang utama ini kemudian berkembang lagi menjadi cabangcabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik, di antaranya
filsafat ilmu. Cabang-cabang filsafat tersebut antara lain mencakup:
1) Epistemologi (Filsafat Pengetahuan);
2) Etika (Filsafat Moral);
3) Estetika (Filsafat Seni);
4) Metafisika;
5) Politik (Filsafat Pemerintahan);
6) Filsafat Agama;
7) Filsafat Ilmu;
8) Filsafat Pendidikan;
9) Filsafat Hukum;
10) Filsafat Sejarah;
11) Filsafat Matematika (Suriasumantri, 1994:32-33).
Dari cabang filsafat lain etika dibedakan oleh karena tidak mempersoalkan
keadaan manusia, melainkan bagaimana ia harus bertindak. Etika adalah filsafat
tentang praksis manusia. Etika adalah praksiologik. Semua cabang filsafat
berbicara tentang yang ada, sedangkan etika membahas yang harus dilakukan.
Itu sebabnya etika tidak jarang disebut juga filsafat praktis (Bertens, 1993:27).
Praktis, karena menurut Bertens, cabang ini langsung berhubungan dengan
perilaku manusia, dengan yang harus atau tidak boleh dilakukan manusia.

Sifat dasar etika adalah sifat kritis. Etika bertugas untuk mempersoalkan
norma yang dianggap berlaku. Diselidikinya apakah dasar suatu norma itu dan
apakah dasar itu membenarkan ketaatan yang dituntut oleh norma itu. Terhadap
norma yang de facto berlaku, etika mengajukan pertanyaan tentang legitimasinya.
(Apakah berlaku de jure pula). Norma yang tidak dapat mempertahankan diri dari
pertanyaan kritis ini akan kehilangan haknya (Zubair, 1990:9-10).
Pemikiran kritis dari filsafat, menurut Abdul Munir Mulkhan, mempersoalkan
segenap kenyataan yang salah satu di antaranya merupakan objek persoalan ilmu.
Penelitian filsafat adalah penelitian terhadap segala ilmu dan kenyataan serta
proses mengetahui atau memperoleh ilmu. Bagian khusus yang menyelidiki
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ilmu ini dikenal dengan epistemologi
atau filsafat ilmu atau bahkan ada yang menyebut dengan metodologi (Mulkhan,
1993:43).
Ilmu itu sendiri merupakan suatu pengetahuan yang mencoba menjelaskan
rahasia alam agar gejala alamiah tersebut tidak lagi merupakan misteri
(Saefuddin,dkk, 1987:15). Penjelasan ini akan memungkinkan kita untuk
meramalkan sesuatu yang akan terjadi, dan dengan demikian memungkinkan kita
untuk mengontrol gejala tersebut. Untuk itu, ilmu membatasi ruang jelajah
kegiatannya pada daerah pengalaman manusia. Artinya, objek penelaahan
keilmuan meliputi segenap gejala yang dapat ditangkap oleh pengalaman manusia
lewat pancainderanya.
Dalam kaitan ini, filsafat bukan saja mempunyai pertautan dengan segenap
ilmu akan tetapi bersangkut-paut dengan seluruh ilmu pengetahuan. Selain itu,
filsafat merupakan sumber informasi lengkap mengenai tumbuh-kembangnya
suatu pengetahuan yang bagaimanapun akan senantiasa bersumber pada filsafat.
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa filsafat merupakan pendasar atau
penelaah ilmu, pengalaman dan karya manusia, atau pemberi arah, serta pemberi
kritik dan kontrol. Karena itu, apabila kita sepakat dengan suatu konsep bahwa
filsafat adalah induk segala ilmu pengetahuan, maka metode, objek, dan
sistematika filsafat mempunyai arti fungsional bagi setiap upaya pengembangan
ilmu-ilmu lain. Jadi, atas dasar konsep itu, setiap ilmu lain yang bersifat terapan,
termasuk etika, merupakan pengembangan metode dan sistematika disiplin
filsafat. Atau sebagai pengkhususan dari salah satu perhatian objek analisis
filsafat. (intansyefira05,2014)
KETERKAITAN HUMANIORA DENGAN MORAL DAN AGAMA
pengertian humaniora adalah ilmu-ilmu pengetahuan yang dianggap
bertujuan membuat manusia lebih manusiawi, dalam arti membuat manusia lebih
berbudaya.Eko Sujatmiko (2014,104)

kata humaniora tidak lagi secara eksplisit dicantumkan, tetapi terdapat 2


kompetensi yang berkaitan dengan etika, yakni 1) Kompetensi komunikasi,
kemampuan berkomunikasi efektif secara etis, dan 2) Etika, moral, medikolegal,
profesionalisme dan keselamatan pasien. (Dirjen Dikti, 2005)
Humaniora dapat berarti :
1. Studi tentang bahasa-bahasa dan sastra klasik Yunani dan Romawi
2. Cabang pengetahuan yang mempelajari manusia dan budayanya, seperti
filsafat, sastra, dan seni; tidak termasuk di dalamnya ilmu (science) seperti
biologi dan ilmu politik. Agama/kepercayaan kepada Tuhan, juga
kemudian, sejak William Caxton (1422-1491) tidak dimasukkan dalam
kajian humaniora (Morris, 1981; Encycl Brit 1973)
3. Dalam arti yang paling umum, humaniora adalah kualitas, perasaan dan
kecenderungan, bukan saja deskriptif tetapi juga normatif. Dalam kaitan
ini humaniora mempunyai konotasi perasaan dan perilaku manusia
sebagai gentleman, orang yang berbudi luhur dan sifat-sifat luhur yang
melekat dengannya. Humaniora juga mempunyai konotasi budaya
intelektual. Humaniora dimaksudkan juga studi, pelatihan, proses yang
menghasilkan kualifikasi tersebut. Istilah inhumanitas diartikan
sebagai not civilized, tidak berbudaya, atau bar-bar.
HUMANIORA DAN ETIKA
Bila humaniora memusatkan perhatian kepada manusia, etika sebagai ilmu
merupakan bagian dari filsafat yang mempelajari nilai baik-buruk, benar-salah,
pantas-tidak pantas dalam kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan manusia
dan lingkungannya (Hariadi, 2005). Tampak ada bidang tumpang tindih antara
humaniora dan etika. Humanisme atau humanitarianisme dapat berarti juga etika,
yakni faham, ajaran, bahwa satu-satunya kewajiban moral manusia adalah bekerja
untuk kebaikan, perbaikan dan kesejahteraan manusia (Moris (ed), 1981). (1)
HUMANIORA DAN AGAMA
Semula humaniora mencakup didalamnya juga agama/kepercayaan, tetapi
kemudian, sejak William Caxton (1422-1491) (Encycl Britt, 1973) agama
dipisahkan dari humaniora mempercayai adanya kekuatan supranatural
merupakan naluri manusia. Nilai-nilai agama diturunkan kepada manusia melalui
wahyu, yang dibawakan oleh utusanNya. Nilai-nilai religius seharusnya
merupakan nilai-nilai yang paling dasar dari segala tata nilai dan karena itu ada
titik temu dengan nilia-nilai budaya yang dikembangkan manusia
(Muljohardjono,2004). (1)
AGAMA DAN MORAL
Moral dan agama bukan merupakan dua hal yang terpisah. Setiap agama
menawarkan ajaran moral. Dalam agama iman diungkapkan. Dalam moral iman
diwujudnyatakan. Agama tanpa perbuatan adalah mati, tidak berguna bagi
manusia. Kehidupan moral membuat agama semakin dihayati secara mendalam

dan menjadi berarti, maka dibutuhkan orang beragama. Bagi orang beragama,
kehidupan yang bernilai bukan berdasarkan kebaikan, melainkan berdasarkan
iman. Moral adalah jawaban manusia terhadap panggilan Tuhan untuk berbuat
baik dalam kaitannya dengan apa yang menjadi kewajibannya melalui praksis
hidup (Harjana, 94). Dengan kehidupan moral manusia mempersatukan diri
dengan Tuhan dan ikut serta dalam karya perbuatan baik Tuhan. Hal ini tentu
membutuhkan usaha. Bentuk usaha manusia adalah membuat nilai-nilai moral
menjadi pegangan hidup. Itulah sebabnya orang beragama juga diharapkan
menggunakan akal budi dan metode-metode etika. Tetapi karena manusia
makhluk terbatas maka agama dapat memberi jawaban terhadap persoalanpersoalan fundamental manusia yang tidak bisa dijawab dengan akal budi dan
usahanya. Bagi orang beragama, berbuat baik saja belum cukup, karena perbuatan
baik butuh landasan iman. MD Susilawati, M.Hum., Ch. Suryanti, M.Hum.,
Dhanu Koesbyanto. JA (2010,19)
Pengertian Etika, Moral
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata etika yaitu
ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti
yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat,
akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat
kebiasaan.
Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika
yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara
etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang
biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).
Biasanya bila kita mengalami kesulitan untuk memahami arti sebuah kata maka
kita akan mencari arti kata tersebut dalam kamus. Tetapi ternyata tidak semua
kamus mencantumkan arti dari sebuah kata secara lengkap. Hal tersebut dapat kita
lihat dari perbandingan yang dilakukan oleh K. Bertens terhadap arti kata etika
yang terdapat dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama dengan Kamus Bahasa
Indonesia yang baru. Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama
(Poerwadarminta, sejak 1953 mengutip dari Bertens,2000), etika mempunyai
arti sebagai : ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Sedangkan
kata etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 mengutip dari Bertens 2000), mempunyai
arti :
1. ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak);
2. kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3. nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Apakah Etika itu?


Sebelum lebih jauh kita membahas tentang hubungan etika dan agama, atau
mencari titik temu diantara keduanya, maka ada baiknya kita memahami apa etika
itu. Memahami etika pertama-tama perlu untuk membedakannya dengan moral.
Etika lebih pada prinsip-prinsip dasar baik buruknya perilaku manusia, sedangkan
moral untuk menyebut aturan yang lebih kongkrit. Ibaratnya ajaran moral
merupakan petunjuk bagaimana kita harus bertindak sedangkan etika adalah
bagaimana memberi penilaian terhadap tindakan kita.
Secara sederhana etika dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari secara
sistematis tentang moralitas dan memberi penilaian terhadap tindakan moral.
Dengan demikian etika dapat juga dikatakan sebagai sebuah pandangan filosofis
dalam melihat perilaku manusia. Perilaku tersebut tercermin dalam tindakan
moralnya. Sehingga seseorang tidak perlu beretika untuk membuat tindakan
moral. Moral merupakan tindakan yang tidak terikat oleh apapun, termasuk
agama. Orang bisa betindak moral tanpa harus beragama dan sebaliknya orang
beragama bisa bertindak amoral
Mengapa manusia beragama?
Pertanyaan yang sederhana tetapi sangat mendasar untuk lebih memahami
mengapa penting bicara tentang agama. Salah satu ciri khas manusia adalah dia
mampu berefleksi terhadap kehidupannya. Seperti yang diungkapkan Teilhard de
Chardin yang dikutip oleh Sastrapratedja bahwa hewan mengetahui tetapi hanya
manusia mengetahui bahwa ia mengetahui kesadaran diri adalah ciri manusia,
karena itu ia mampu berefleksi terhadap hidupnya. Ia mampu berefleksi terhadap
kehidupan religiositanya, karena itu tidak salah jika manusia kita sebut sebagai
mahluk religius. Sebagai mahluk religius, maka ia mencari yang transenden dalam
dirinya, dan manusia mendapatkan itu dalam nilai-nilai agama. Jika agama tidak
lagi mampu membuat manusia berefleksi terhadap hidupnya, maka agama pun
ditinggalkan oleh manusia dan manusia mulai mencari keberagamaannya dalam
bentuk yang berbeda.

Agama memberi doktrin kebenaran yang tidak mungkin diubah oleh manusia.
Agama menganggapnya wahyu yang absolut, tetapi bisa ditafsirkan. Karena itu
ketika agama bersentuhan dengan etika, maka ajaran agama sebagai yang absolut
tidak mungkin diubah, tetapi dalam keabsolutannya etika mempunyai peran untuk
menjaga para penafsir untuk tidak menjadi bias. Dengan racionalitas etika maka

agama dapat dipahami dalam konteksnya. Untuk lebih memahami hubungan


antara keduanya maka akan jelas dalam penjelasan selanjutnya.
Bagaimana Hubungan Etika dan Agama
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa etika dan agama adalah dua
hal yang tidak harus dipertentangkan. Antara etika dan agama adalah dua hal yang
saling membutuhkan, atau dalam bahasa Sudiarja agama dan etika saling
melengkapi satu sama lain. Agama membutuhkan etika untuk secara kritis
melihat tindakan moral yang mungkin tidak rasional. Sedangkan etika sendiri
membutuhkan agama agar manusia tidak mengabaikan kepekaan rasa dalam
dirinya. Etika menjadi berbahaya ketika memutlakan racio, karena racio bisa
merelatifkan segala tindakan moral yang dilihatnya termasuk tindakan moral yang
ada pada agama tertentu.
Hubungan etika dan agama akan membuat keseimbangan, di mana agama
bisa membantu etika untuk tidak bertindak hanya berdasarkan racio dan
melupakan kepekaan rasa dalam diri manusia, pun etika dapat membantu agama
untuk melihat secara kritis dan rasional tindakan tindakan moral. Bahwa
kepelbagaian agama adalah salah satu hal yang membuat kita juga menjadi sadar
betapa pentingnya etika dalam kehidupan manusia. Tidak dapat kita bayangkan
bagaimana kehidupan manusia yang berbeda agama tanpa etika di dalamnya.
Kebenaran mungkin justru akan menjadi sangat relatif, karena kebenaran moral
hanya akan diukur dalam pandangan agama kita. Diluar agama kita maka tidak
ada kebenaran. Etika dapat dikatakan telah menjadi jembatan untuk mencoba
menghubungkan dan mendialogkan antara agama-agama.
Kedudukan Moral Dalam Masyarakat
Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang
berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia moral diartikan dengan
susila. Istilah moral senantiasa mengaku kepada baik buruknya perbuatan manusia
sebagai manusia. Moral memiliki makna ganda, Makna yang pertama adalah
seluruh kaidah, dan makna yang kedua adalah nilai yang berkenaan dengan
ikhwal baik atau perbuatan baik manusia. Moral adalah nilai-nilai dan norma yang
menjadi pegangangan bagi seseorang atau sesuatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya.
Kedudukan Hukum dalam Masyarakat
Hukum merupakan aspek penting dalam kehidupan masyarakat Hukum
memiliki pengertian yang bermacam-macam tergantung dari tempat dan waktu
dimana hukum tersebut berlaku. Oleh karena itu pengertian hukum sangat
beragam. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang hukum, sebagai
berikut :

a. Prof. Dr. Muchtar Kusumaatmadja, dan Dr. B. Arief Sidharta,


SH.menyatakan bahwa hukum adalah perangkat kaidah-kaidah dan asasasas yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat.
b. b. Dr. E. Utrecht, SH,menyatakan bahwa hukum adalah kumpulan
peraturanperaturan (perintah dan larangan) yang mengurus tata tertib suatu
masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat.
Hukum ialah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan
tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, yang dibuat oleh badanbadan resmi yang berwajib, pelanggaran-pelanggaran yang dikenai tindakan
hukum tertentu. Plato mengartikan bahwa hukum merupakan peraturan-peraturan
yang teratur dan tersusun baik yang mengikat masyarakat. Aristoteles
menyatakan bahwa hukum hanya sebagai kumpulan peraturan yang tidak hanya
mengikat masyarakat tetapi juga hakim.
Hukum terbagi menjadi dua yaitu Hukum Tertulis dan Hukum Tidak Tertulis :
1. Hukum tertulis, yaitu hukum yang bibuat dalam bentuk tertulis yang telah
dikondisifkan (disusun secara sistematis dan teratur dalam subuah kitab
undang-undang) maupun tidak dikondisifkan (yang masih tersebar sebagai
peraturan yang berdiri sendiri). Hukum tertulis ini contohnya adalah
Undangundang.
2. Hukum tidak tertulis, merupakan persamaan dari hukum kebiasaan, atau
hukum adat. Hukum tidak tertulis ini merupakan bentuk hukum yang
tertua.
Hubungan Nilai Moral dan Hukum Dalam Pelayanan Kebidanan
Moralitas merupakan suatu gambaran manusiawi yang menyeluruh, moralitas
hanya terdapat pada manusia serta tidak terdapat pada makhluk lain selain
manusia. Moralitas adalah sifat moral atau seluruh asas dan nilai yang
menyangkut baik dan buruk. Kaitan antara etika dan moralitas adalah, bahwa etika
merupakan ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku moral atau ilmu yang
membahas tentang moralitas. Moral adalah mengenai apa yang dinilai seharusnya
oleh masyarakat. Etika adalah penerapan dari proses dan teori filsafat moral pada
situasi nyata. Etika berpusat pada prinsip dasar dan konsep bahwa manusia dalam
berfikir dan tindakannya didasari nilai-nilai Etika dalam pelayanan kebidanan
merupakan issu utama diberbagai tempat, dimana sering terjadi karena kurang
pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap etika. Pelayanan
Kebidanan adalah proses dari berbagai dimensi. hal tersebut membutuhkan bidan
yang mampu menyatu dengan ibu dan keluarganya. bidan harus berpartisipasi
dalam memberikan pelayanan kepada ibu sejak konseling pra konsepsi, screening
antenatal, pelayanan intrapartum, perawatan intensive pada neonatal, dan
pengakhiran kehamilan. Mempersiapkan ibu untuk pilihannya meliputi persalinan
di rumah, kelahiran SC dan sebagainya. bidan sebagai :
Pemberi pelayanan harus menjamin pelayanan yang professional dan
akutabilitas serta aspek legal dalam pelayanan kebidanan.
Pratisi pelayanan harus menjaga perkembangan praktik berdasarkan
evidence based.
Sehingga disini berbagai dimensi etik dan bagaimana pendekatan tentang etika
merupakan hal yang penting untuk digali dan dipahami.

Tuntutan terhadap kualitas pelayanan kebidanan semakin meningkat


seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan era globalisasi.
Pemahaman yang baik mengenai etika profesi merupakan landasan yang kuat bagi
profesi bidan agar mampu menerapkan dan mem berikan pelayanan kebidanan
yang profesional dalam melakukan profesi kebidanan, dan dalam berkarya di
pelayanan kebidanan, baik kepada individu, keluarga dan masyarakat. Pengkajian
dan pembahasan tentang etika tidak selalu berhubungan dengan moral dan norma.
Kadang etika di identikan dengan moral, walaupun sebenarnya terdapat
perbedaan dalam aplikasinya. Moral lebih menunjuk pada perbuatan yang sedang
dinilai, sedangkan etika dipakai sebagai kajian terhadap sistem nilai yang berlaku.
Etika juga sering dinamakan filsafat moral yaitu cabang filsafat sistematis yang
membahas dan mengkaji nilai baik buruknya tindakan manusia yang dilaksanakan
dengan sadar serta menyoroti kewajiban-kewajiban yang seharusnya dilakukan
oleh manusia. Perbuatan yang dilakukan sesuai dengan norma moral maka akan
memperoleh pujian sebagai rewardnya, namun perbuatan yang melanggar norma
moral, maka si pelaku akan memperoleh celaan sebagai punishment nya. Oleh
karena itu, para bidan maupun calon bidan, harus mampu memahami kondisi
masyarakat yang semakin kritis dalam memandang kualitas pelayanan kebidanan,
termasuk pula ketidakpuasan dalam pelayanan.
Pada dasarnya hukum merupakan cerminan nilai-nilai yang berlaku
dimasyarakat dan memegang nilai-nilai secara konsisten merupakan tindakan
yang etis, sehingga antara hukum dan etika juga memiliki keterkaitan. Digunakan
sebagai pedoman bagi Bidan dalam menjalankan tugas profesinya. Tujuan adanya
hukum adalah :
a. Menjamin pelayanan yang aman dan berkualitas.
b. Sebagai landasan untuk standarisasi dan perkembangan profesi.
Hati Nurani
Hati Nurani adalah perbuatan terkait dengan rasa kebersalahan dan
merupakan inti dari hati kita. Hati nurani dapat bertindak sebagai pemandu dalam
pengambilan keputusan dari segi moral. Menggunakan hati nurani merupakan hak
masing-masing dari setiap individu.
1. Jenis-jenis Hati Nurani
Hati nurani dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu retrospektif dan
prospektif.

Hati nurani retrospektif mampu memberikan penilaian tentang baik atau


buruknya suatu perbuatan yang dilakukan seseorang pada masa lalu.
Hati nurani prospektif mampu memberikan penilaian tentang baik atau
buruknya seseorang kemasa depan.
2. Sifat-sifat Hati Nurani
Dalam konteksnya hati nurani terbagi menjadi tiga sifat yaitu personal,
adipersonal, dan mutlak..
Hati nurani bersifat personal selalu berkaitan erat dengan pribadi
bersangkutan serta sering berbicara atas nama saya atau hanya pemberi
penilaian tentang perbuatan dirinya sendiri.

Hati nurani bersifat adipersonal merupakan bentuk hati nurani yang kita
sebagai individu hanya menjadi pendengar, serta terlihat aspek trasenden
yang melebihi pribadi kita.

Hati nurani bersifat mutlak merupakan bentuk sifat khas hati nurani yang
berlaku mutlak, atau posisi disaat hati nurani yang mendesak hati kita
untuk menaati bisikkannya seakan-akan menyadarkan kita terhadap
kewajiban atau mengingatkan kita kepada suatu hal yang harus atau tidak
boleh kita lakukan.
3.Bentuk Komunikasi Hati Nurani
Ada beberapa bentuk komunikasi yang biasanya digunakan oleh hati
nurani yaitu : berbicara dengan diri atau dialog batin, melalui perasaan, melalui
ide yang menginspirasi, melalui pergeseran pandangan,serta secara kebetulan.
Berbicara dengan diri atau dialog batin merupakan salah satu cara hati
nurani berkomunikasi, misalnya saat hening kita sering mendengar suara
hati dengan jelas.
Melalui perasaan misalnya saat kita akan melakukan sesuatu, sering kali
ada perasaan tertentu yang memberikan sinyal apakah kita bisa terus atau
berhenti, jika kita cukup tanggap kita akan merasakan bahwa perasaan ini
memberikan sinyal yang cukup keras dari suara hati nurani.
Melalui Ide yang menginspirasi misalnya tiada disangka-sangka muncul
suatu ide kreatif yang menginspirasi untuk melakukan sesuatu. Dan saat
melaksanakan ini ini pun masalah kita selesai jadi ide itu lah jawaban yang
kita butuhkan dan merupakan salah satu bentuk komunikasi hati nurani.
Melalui pergeseran presepsi misalnya rasa marah dan benci kita terhadap
seorang tiba-tiba berubah menjadi rasa kasihan atau pun sayang itu
merupakan proses berkembangnya diri kita yang berasal dari sabotase diri
yang sangat halus yang tidak kita sadari yaitu hati nurani.

Selanjutnya secara kebetulan, sering kali kita mengalami suatu kejadian


yang kita anggap suatu kebetulan tetapi sebenarnya bukan kebetulan.
Kebetulan yang tidak kebetulan ini sebenarnya bentuk komunikasi hati
nurani dengan kita
SHAME CULTURE DAN GUILT CULTURE
Pada tahun 1948 Ruth Benedict seorang antroplog dalam bukunya yang
berjudul
The Chrysanthemum and
the Sword,
memperkenalkan
istilah Shame Culture (Budaya Malu) dan Guilt Culture (Budaya Bersalah)
yang digunakan sebagai dikotomi pembagian bagaimana pola pikir Barat
dan Timur . Menurut pandangan ini budaya malu (shame culture) adalah
kebudayaan dimana kata kata seperti hormat, reputasi , nama baik,
status, dan gengsi sangat ditekankan. Bila orang melakukan suatu
kejahatan, hal itu tidak dianggap sebagai sesuatu yang buruk begitu saja,
melainkan sesuatu yang harus disembunyikan untuk orang lain.
Malapetaka paling besar terjadi, bila suatu kesalahan diketahui oleh orang
lain, sehingga pelaku kehilangan muka. Harus dihindarkan sekuat tenaga
agar si pelaku jangan dicela atau dikutuk oleh orang lain. Bukan perbuatan
jahat itu sendiri yang dianggap penting; yang penting ialah bahwa
perbuatan jahat tidak akan diketahui. Bila perbuatan jahat toh sampai
diketahui, ya, pelakunya menjadi malu. Dalam shame culture sanksinya
datang dari luar, yaitu apa yang dipikirkan atau dikatakan oleh orang lain.
Kiranya, sudah jelas bahwa dalam shame culture tidak ada nurani.

Secara sosiologis dan anthropologis, karakter, sikap dan perilaku


PM Kan dapat dijelaskan dengan teori guilt culture (kebudayaan
kebersalahan) dan shame culture (kebudayaan malu). Karakteristik dasar
dari shame culture seluruhnya ditandai oleh rasa malu dan disitu tidak
dikenal rasa bersalah, sedangkan dalam guilt culture terdapat rasa bersalah
guilt culture adalah kebudayaan di mana pengertian-pengertian seperti
dosa (sin), kebersalahan (guilt), dan sebagainya sangat dipentingkan.
Sekalipun suatu kejahatan tidak akan pernah diketahui oleh orang lain,
namun si pelaku merasa bersalah juga. Ia menyesal dan kurang tenang
karena perbuatan itu sendiri, bukan karena dicela atau dikutuk oleh orang
lain, jadi bukan karena tanggapan pihak luar. Dalam guilt culture,
sanksinya tidak datang dari luar, melainkan dari dalam : dari batin orang
yang bersangkutan dapat dimengerti bahwa dalam guilt culture semacam
itu hati nurani memegang peranan sangat penting . para ahli yang
mengemukakan perbedaan ini berpendapat bahwa kebanyakan kebudayaan
adalah shame culture sedangkan guilt culture hanya sedikit, menurut
hemat mereka, kebanyakan kebudayaan yang disebut primitif seperti
suku-suku india di amerika dan hampir seua kebudayaan asia adalah
shame culture . sedangkan guilt culture mereka menjelaskan lagi bahwaa
shame culture bersifat statis, ketinggalan dibidang ekonomi, tidak
memiliki norma-norma yang absolut, dan ditandai oleh psikologi massa
. Sebaliknya, guilt culture khususnya bilamana rasa bersalah dihayati
secara
individual-sanggup
untuk
mengadakan
perubahan
progresif( termasuk fenomena seperti industrialisasi), memiliki normanorma yang absolut dan memerhatikan kesejahteraan serta martabat
individu.
Seperti seorang pemuda yang setulus hati mempersilahkan seorang
Ibu duduk karena dia sadar. Sadar akan perbedaan seorang wanita dan
laki-laki. Terlebih dengan sikon yang ada Yang umum saja tentang tingkah
laku para koruptor, para penguasa sekarang, dan contoh-contoh sosial
masyarakat lain yang mana mereka hanya mementingkan Ego mereka
sendiri. Tanpa sadar akan hakikat suatu perbuatan.Kebanyakan dari
mereka hanya mementingkan budaya malunya. Malu apabila mereka tidak
dipandang lebih oleh orang lain. Walaupun benar itu memang lumrah saja
dilakukan oleh seseorang.
Lahirnya berbagai ijtihad dan eksperimentasi menemukan cara
untuk membuat malu dan jera para koruptor tersebut adalah cermin bahwa
kebudayaan kita ini masih tergolong shame culture (kebudayaan malu).
Seperti kata K.Bertens (2002) dalam antropologi budaya pernah dibedakan
antara dua macam kebudayaan:kebudayaan shame culture dan guilt
culture, kebudayaan malu dan kebudayaan kebersalahan. Shame culture
seluruhnya ditandai oleh rasa malu dan di situ tidak dikenal rasa bersalah.
Dalam pengertian ini hal-hal yang berkaitan dengan formalitas sosial
seperti gengsi, nama baik, reputasi dan hormat menjadi sesuatu yang
sangat ditekankan dan dibela mati-matian. Bahaya terbesar bagi
masyarakat yang budayanya berada pada level shame culture adalah kalau
cacat atau aib yang menimpa pada diri mereka diketahui orang lain
sehingga harag dirinya jatuh dan kehilangan muka.

Artinya, dalam masyrakat shame culture, yang menjadi persoalan


bukanlah kejahatan itu sendiri, melainkan yang penting adalah bahwa
perbuatan jahat itu tidak diketahui oleh orang lain. Dengan demikian,
dalam shame culture ini, sebuah sanksi datangnya dari sisi eksternal. Apa
yang menjadi peniliaian dan perhatian orang lain itulah yang menjadi
sanksi.Sebagian para ahli menilai bahwa budaya malu atau shame culture
ini merupakan budaya yang hidup di negara-negara yang masyarakatnya
masih primitif dan mengalami keterbelakangan.
Suburnya korupsi di Indonesia, dalam kontek budaya Indonesia, adalah
karena budaya kita masih tergolong shame culture. Bahkan budaya
malupun sekarang sudah mulai terkikis.Akibatnya, apabila ada pejabat
yang bertindak korup dirinya tidak menjadikan kejahatan itu sebagai
kegelisahan dan penyesalan yang sebenar-benarnya untuk tidak diulangi.
Skandal korupsi itu, dalam praktiknya, justru menjadi bangkai yang harus
ditutup-tutupi. Ketika sebuah skandal korupsi itu berhasil ditutup-tutupi,
maka dalam kesadaran para koruptor itu merasa seolah urusannya beres
dan selamat. Karena yang terpenting adalah sebuah tindakan korup itu
tidak diketahui oleh publik, maka para koruptor itu enak saja
melanggengkan tindakan korupnya tanpa merasa berdosa.
NILAI DAN NORMA
Nilai merupakan suatu yang dianggap baik,diinginkan,dicita-citakan dan dianggap
penting oleh masyarakat. sesuatu yang dianggap tinggi dan menjadi landasan
dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai sosial adalah hasil dari anggapan-anggapan
masyarakat terhadap perilaku individu.
Klasifikasi atau Macam-macam Nilai
1. Nilai Sosial adalah sesuatu yang sudah melekat di masyarakat yang
berhubungan dengan sikap dan tindakan manusia. Contohnya, setiap
tindakan dan perilaku individu di masyarakat, selalu mendapat perhatian
dan berbagai macam penilaian.
2. Nilai kebenaran adalah nilai yang bersumber pada unsur akal manusia
(rasio, budi, dan cipta). Nilai ini merupakan nilai yang mutlak sebagai
suatu hal yang kodrati. Tuhan memberikan nilai kebenaran melalui akal
pikiran manusia. Contohnya, seorang hakim yang bertugas memberi sangsi
kepada orang yang diadili.
3. Nilai keindahan adalah nilai yang bersumber pada unsur rasa manusia
(estetika). Keindahan bersifat universal. Semua orang memerlukan
keindahan. Namun, setiap orang berbeda-beda dalam menilai sebuah
keindahan. Contohnya, sebuah karya seni tari merupakan suatu keindahan.
Akan tetapi, tarian yang berasal dari suatu daerah dengan daerah lainnya
memiliki keindahan yang berbeda, bergantung pada perasaan orang yang
memandangnya.
4. Nilai kebaikan atau nilai moral adalah nilai yang bersumber pada
kehendak atau kemauan (karsa, etik). Dengan moral, manusia dapat
bergaul dengan baik antar sesamanya. Contohnya, berbicara dengan orang
yang lebih tua dengan tutur bahasa yang halus, merupakan etika yang
tinggi nilainya.
5. Nilai religius adalah nilai ketuhanan yang tertinggi dan mutlak. Nilai ini
bersumber pada hidayah dari Tuhan Yang Mahakuasa. Melalui nilai

religius, manusia mendapat petunjuk dari Tuhan tentang cara menjalani


kehidupan. Contohnya, untuk dapat berhubungan dengan Tuhan, seseorang
harus beribadah menurut agamanya masing-masing. Semua agama
menjunjung tinggi nilai religius. Namun, tata caranya berbeda-beda. Hal
ini karena setiap agama memiliki keyakinan yang berbeda-beda.
Ciri-Ciri Nilai Sosial
Sesuai dengan keberadaannya, nilai-nilai sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Hasil dari proses interaksi antar manusia secara intensif dan bukan bawaan
sejak lahir. Contohnya, seorang anak yang bisa menerima nilai
menghargai waktu karena didikan orangtuanya yang mengajarkan disiplin
sejak kecil.
2. Ditransformasikan melalui proses belajar meliputi sosialisasi, akulturasi,
dan difusi. Contohnya, nilai menghargai kerja sama dipelajari anak dari
sosialisasi dengan teman-teman sekolahnya.
3. Berupa ukuran atau peraturan sosial yang turut memenuhi kebutuhankebutuhan sosial. Contohnya, nilai memelihara ketertiban lingkungan
menjadi ukuran tertib tidaknya seseorang, sekaligus menjadi aturan yang
wajib diikuti.
4. Berbeda-beda pada tiap kelompok manusia atau bervariasi antara
kebudayaan yang satu dan yang lain. Contohnya, di negara-negara maju
manusianya sangat menghargai waktu, keterlambatan sulit ditoleransi.
Sebaliknya di Indonesia, keterlambatan dalam jangka waktu tertentu masih
dapat dimaklumi.
5. Setiap nilai memiliki pengaruh yang berbeda-beda bagi tindakan manusia.
Contohnya, nilai mengutamakan uang di atas segalanya membuat orang
berusaha mencari uang sebanyak-banyaknya. Sebaliknya, jika nilai
kebahagiaan dipandang lebih penting daripada uang, orang akan lebih
mengutamakan hubungan baik dengan sesama.
6. Mempengaruhi perkembangan kepribadian individu sebagai anggota
masyarakat, baik positif maupun negatif. Contohnya, nilai yang lebih
mengutamakan kepentingan pribadi akan melahirkan individu yang egois.
Adapun nilai yang lebih mengutamakan kepentingan bersama akan
membuat individu tersebut lebih peka secara sosial
Fungsi Nilai
a. Sebagai Faktor Pendorong
Tinggi rendahnya individu dan satuan manusia dalam masyarakat bergantung
pada tinggi rendahnya nilai sosial yang menjiwai mereka. Apabila nilai sosial
dijunjung tinggi oleh sebagian besar masyarakat, maka harapan ke arah kemajuan
bangsa bisa terencana.
b. Sebagai Petunjuk Arah
Nilai sosial menunjukkan cita-cita masyarakat atau bangsa. Adapun nilai sosial
sebagai petunjuk arah tergambar dalam contoh berikut ini.
1. Cara berpikir dan bertindak warga masyarakat secara umum diarahkan
oleh nilai-nilai sosial yang berlaku.
2. Nilai sosial suatu masyarakat berfungsi pula sebagai petunjuk bagi setiap
warganya untuk menentukan pilihan terhadap jabatan dan peranan yang

akan diambil. Misalnya dalam memilih seorang pemimpin yang cocok


bukan saja berdasarkan kedudukan seseorang, melainkan juga berdasarkan
kualitas yang dimiliki, atau menentukan posisi seseorang sesuai dengan
kemampuannya.
3. Nilai sosial berfungsi sebagai sarana untuk mengukur dan menimbang
penghargaan sosial yang patut diberikan kepada seseorang atau golongan.
4. Nilai sosial berfungsi sebagai alat untuk mengumpulkan orang banyak
dalam kesatuan atau kelompok tertentu.
c. Sebagai Benteng Perlindungan
Pengertian benteng di sini berarti tempat yang kokoh karena nilai sosial
merupakan tempat perlindungan yang kuat dan aman terhadap rongrongan dari
luar sehingga masyarakat akan senantiasa menjaga dan mempertahankan nilai
sosialnya. Misalnya, nilai-nilai keagamaan, dan nilai-nilai Pancasila.

Norma adalah kaidah atau aturan yang disepakati masyarakat dan memberi
pedoman bagi perilaku para anggotanya dalam mengejar suatu yang dianggap
baik atau di inginkan itu.
ada beberapa norma yang umumnya berlaku dalam kehidupan suatu masyarakat,
yaitu sebagai berikut.
1. Norma kesopanan adalah norma yang berpangkal pada aturan tingkah laku
yang diakui di masyarakat, seperti cara berpakaian, cara bersikap, dan
berbicara dalam bergaul. Norma ini bersifat relatif, berarti terdapat
perbedaan yang disesuaikan dengan tempat, lingkungan, dan waktu.
Contohnya, memakai pakaian yang minim bagi perempuan di tempat
umum adalah tidak sopan, tetapi di kolam renang diharuskan memakai
pakaian renang yang tentu saja minim.
2. Norma kesusilaan adalah norma yang didasarkan pada hati nurani atau
akhlak manusia. Norma ini bersifat universal, yang setiap orang di seluruh
dunia mengakui dan menganut norma ini. Akan tetapi, bentuk dan
perwujudannya mungkin berbeda. Contohnya, tindakan pembunuhan atau
perkosaan tentu banyak ditolak oleh masyarakat di manapun.
3. Norma agama adalah norma yang didasarkan pada ajaran atau akidah
suatu agama. Norma ini menuntut ketaatan mutlak setiap penganutnya.
Contohnya, rukun Islam dan rukun iman dalam agama Islam; menjalankan
sepuluh perintah Tuhan dalam agama Katholik dan Protestan; menjalankan
Dharma dalam agama Hindu.
4. Norma hukum adalah norma yang didasarkan pada perintah dan larangan
yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dengan ketentuan yang
sah dan terdapat penegak hukum sebagai pihak yang berwenang
menjatuhkan sanksi. Contohnya, seorang terdakwa yang melakukan
pembunuhan terencana divonis oleh hakim dengan dikenakan hukuman
minimal 15 tahun penjara.
5. Norma kebiasaan adalah norma yang didasarkan pada hasil perbuatan yang
dilakukan berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi suatu
kebiasaan. Contohnya, mudik di hari raya

Nilai dan Norma


Nilai dan Nilai Dasar
Dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara, nilai pancasila
merupakan standar hidup bangsa yang berideologi pancasila. Nilai ini
sudah pernah dikemas dan disosialisasikan melalui P4 (Pedoman,
Penghayatan, dan Pengamalan Pancasila). Kita hendaknya sadar bahwa
secara historis, nilai pancasila digali dari puncak-puncak kebudayaan, nilai
agama, dan adat istiadat bangsa Indonesia sendiri, bukan dikulak dari
negara lain. Nilai ini sudah ada sejak bangsa Indonesia lahir. Oleh karena
itu, sudah sepantasnya jika pancasila mendapat predikat sebagai jiwa
bangsa.
Banyak tokoh mengemukakan definisi nilai menurut pendapat mereka
masing-masing.
Menurut Dictionary dalam Winataputra (1989), nilai adalah harga atau
kualitas sesuatu. Artinya, sesuatu dianggap memiliki nilai apabila sesuatu
tersebut secara instrinsik memang berharga.
Menurut Purwodarminto nilai diartikan sebagai :
Harga dalam arti takaran, misal nilai intan
Harga sesuatu, misal uang
Angka kepandaian
Kadar, mutu
Sifat atau hal yang penting, misal nilai agama
Menurut Suyitno (1984 : 11-13), nilai merupakan sesuatu yang kita alami
sebagai ajakan dari panggilan untuk dihadapi. Nilai mau dilaksanakan dan
mendorong kita untuk bertindak. Nilai mengarahkan perhatian serta minat
kita, menarik kita keluar dari kita sendiri ke arah apa yang bernilai.nilai
berseru kepada tingkah laku dan membangkitkan keaktifan kita.
Pendapat lain menyatakan bahwa, nilai adanya ditentukan oleh subjek dan
objek yang dinilai. Bagi aliran subyektivisme, adanya nilai tergantung
pada subjek yang menilai. Sebaliknya aliran obyektivisme menyatakan
bahwa adanya nilai terletak pada objek itu sendiri.
Nilai memiliki tingkatan tertentu, yaitu :
1.
Nilai dasar adalah nilai yang mendasari nilai instrumental,
mendasari semua aktivitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara yang tercermin di dalam Pancasila yang secara eksplisit tertuang
dalam UUD 1945. Nilai dasar sifatnya sangat fundamental.
2.
Nilai instrumental merupakan manivestasi dari nilai dasar,
berupa pasal-pasal UUD 1945, perundang-undangan, ketetapan-ketetapan,
dan peraturan-peraturan lainnya yang berfungsi menjadi pedoman, kaidah,
petunjuk kepada masyarakat untuk mentaatinya.
3.
Nilai praksis merupakan penjabaran dari nilai instrumental
dan berkaitan langsung dengan kehidupan nyata, yaitu suatu kehidupan

yang penuh diwarnai oleh pertimbangan-pertimbangan tertentu yang


sifatnya cenderung pada hal yang bermanfaat dan menguntungkan.
Menurut Prof. Dr. Notonegoro, nilai dibagi menjadi tiga yaitu :
Nilai material : nilai yang berguna bagi jasmani manusia.
Contoh nilai material : - makanan, minuman dan pakaian
Nilai kerohanian : nilai yang berguna bagi rohani manusia.
Contoh
nilai
kerohanian
:
berdzikir,
mengingat
Allah
membaca
Al
Qur'an
sholat
Macam-macam
nilai
kerohanian:
a.
Nilai
kebenaran
b.
Nilai
keindahan
(estetika)
c. Nilai kebaikan atau nilai moral (etika)
d. Nilai religius/ spiritual
Nilai vital : nilai yang berguna bagi manusia dalam
melaksanakan aktivitas.
Contoh : Motor bagi tukang ojek
Sedangkan Menurut Walter G. Everett, nilai dibagi menjadi lima bagian
sebagai berikut:
Nilai-nilai ekonomi (economic values) yaitu nilai-nilai yang
berhubungan dengan sistem ekonomi. Hal ini berarti nilai-nilai tersebut
mengikuti harga pasar.
Nilai-nilai rekreasi (recreation values) yaitu nilai-nilai
permainan pada waktu senggang,sehingga memberikan sumbangan untuk
menyejahterakan kehidupan maupun memberikan kesegaran jasmani dan
rohani.
Nilai-nilai perserikatan (association values) yaitu nilai-nilai yang
meliputi berbagai bentukperserikatan manusia dan persahabatan kehidupan
keluarga, sampai dengan tingkat internasional.
Nilai-nilai kejasmanian (body values) yaitu nilai-nilai yang
berhubungan dengan kondisi jasmani seseorang.
Nilai-nilai watak (character values) nilai yang meliputi semua
tantangan, kesalahan pribadi dan sosial termasuk keadilan, kesediaan
menolong, kesukaan pada kebenaran, dan kesediaan mengontrol diri.
Berdasarkan uraian di muka dapat disimpulkan bahwa pengertian dan
makna nilai adalah suatu bobot/kualitas perbuatan kebaikan yang terdapat
dalam berbagai hal yang dianggap sebagai sesesuatu yang berharga,
berguna, dan memiliki manfaat. Dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila
di mahasiswa Unnes, nilai sangat penting untuk ditanamkan karena nilai
bermanfaat sebagai standar pegangan hidup.
Norma

Dari segi bahasa Norma berasal dari bahasa inggris yakni norm. Dalam
kamus oxford norm berarti usual or expected way of behaving yaitu norma
umum yang berisi bagaimana cara berprilaku.
Norma adalah patokan prilaku dalam satu kelompok tertentu, norma
memungkinkan sesorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana
tindakannya itu akan dinilai oleh orang lain, norma juga merupakan
kriteria bagi orang lain untuk mendukung atau menolak prilaku seseorang.
Norma juga merupakan sesuatu yang mengikat dalam sebuah kelompok
masyarakat, yang pada keselanjutannya disebut norma sosial, karena
menjaga hubungan dalam bermasyarakat. Norma pada dasarnya adalah
bagian dari kebudayaan, karena awal dari sebuah budaya itu sendiri adalah
intraksi antara manusia pada kelompok tertentu yang nantinya akan
menghasilkan sesuatu yang disebut norma.
Norma terdiri dari beberapa macam/jenis, antara lain yaitu :
Norma Agama
Norma Kesusilaan
Norma Kesopanan
Norma Kebiasaan (Habit)
Norma Hukum
Penjelasan dan Pengertian Masing-Masing Jenis/Macam Norma Yang
Berlaku Dalam Masyarakat :
Norma Agama
Adalah suatu norma yang berdasarkan ajaran aqidah suatu agama. Norma
ini bersifat mutlak yang mengharuskan ketaatan para penganutnya.
Apabila seseorang tidak memiliki iman dan keyakinan yang kuat, orang
tersebut cenderung melanggar norma-norma agama.
Norma Kesusilaan
Norma ini didasarkan pada hati nurani atau ahlak manusia. Melakukan
pelecehan seksual adalah salah satu dari pelanggaran dari norma kesusilan.
Norma Kesopanan
Adalah norma yang berpangkal dari aturan tingkah laku yang berlaku di
masyrakat. Cara berpakaian dan bersikap adalah beberapa contoh dari
norma kesopanan.
Norma Kebiasaan (Habit)
Norma ini merupakan hasil dari perbuatan yang dilakukan secara
berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan.
Orang-orang yang tidak melakukan norma ini dianggap aneh oleh anggota
masyarakat yang lain. Kegiatan melakukan acara selamatan, kelahiran bayi
dan mudik atau pulang kampung adalah contoh dari norma ini.

HAK DAN KEWAJIBAN

Pengertian Hak
Hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya
tergantung kepada kita sendiri.Contoh dari hak adalah:
1.
Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum;
2.
Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak;
3.
Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di
dalam pemerintahan;
4.
Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan
agama dan kepercayaan masing-masing yang dipercayai;
5.
Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran;
6.
Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan
Indonesia atau nkri dari serangan musuh;dan
7.
Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat,
berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undangundang yang berlaku.
Pengertian Kewajiban
Kewajiban adalah sesuatu yg dilakukan dengan tanggung jawab.Contoh dari
kewajiban adalah:
1.
Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam
membela, mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh;
2.
Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah
ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda);
3.
Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara,
hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaikbaiknya;
4.
Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala
hukum yang berlaku di wilayah negara Indonesia;dan
5.
Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk
membangun bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang
lebih baik.
Sebagaimana yang telah diatur oleh UUD 1945 maka kita harus melaksankan hak
dan kewajiban kita sebagai warga negara dengan tertib,yang meliputi:
1.
Hak dan kewajiban dalam bidang politik;
2.
Hak dan kewajiban dalam bidang sosial budaya;
3.
Hak dan kewajiban dalam bidang hankam;dan
4.
Hak dan kewajiban dalam bidang ekonomi.
Hak dan kewajiban pasien

Macam-macam hak pasien:

1.
Hak Positif
2.
Hak Negatif
Hak Negatif-Aktif
Hak Negatif-Pasif

Berdasarkan sifatnya hak digolongkan menjadi 2 bagian:


1. Hak Absolut
Hak absolut adalah hak yang absolut, hak yang mutlak, akan berlaku tanpa
pengecualian, selalu berlaku, berlaku dimana-mana dan kapan saja, dan tidak
dipengaruhi oleh keadaan.
Hak absolut tidak mungkin berkonflik dengan hak-hak lain, walaupun berkonflik
dia akan selalu menang dan tidak dikalahkan. Oleh karena sifat yang satu ini,
sedikit sekali hak yang masuk dalam jenis ini.
1. Hak Non-absolut/Relatif
Sebagian besar hak termasuk pada jenis ini. Hal tersebut dikarenakan oleh karena
sebagian besar hak tadi mudah berkonflik dengan hak-hak lain dan kalah (prima
facie).
Berdasarkan kedua sifat hak di atas, hak-hak pasien yang termasuk hak absolut
hanyalah hak negatif pasif. Hak negatif pasif misalnya adalah hak keamanan. Hak
keamanan di sini adalah haknya untuk menolak segala tindakan yang dilakukan
kepadanya. Tidak semua HAM merupakan hak absolut.
Hak pasien yaitu:
1. Berdasarkan UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan
Pasal 5
(1) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber
daya di bidang kesehatan.
(2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman, bermutu, dan terjangkau.
(3) Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan
sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
Pasal 56 ayat 1
Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan
pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami
informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap.
Pasal 57 ayat 1

Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah
dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan.
Pasal 58 ayat 1 dan 2
(1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga
kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat
kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.
(2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi
tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan
kecacatan seseorang dalam keadaan darurat
1. .Berdasarkan UU no.44 tahun 2009 tentang Rumah sakit
Pasal 32
Setiap pasien mempunyai hak:
1. memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit;
b.

memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;

c. memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;


d. memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional;
e. memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi;
f. mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
g. memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan
yang berlaku di Rumah Sakit;
h. meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
i. mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk datadata medisnya;

j. mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin
terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan;
k. memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
l.

didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;

m. menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama


hal itu tidak mengganggu pasien lainnya;
n. memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
Rumah Sakit;
o. mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap
dirinya;
p. menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya;
q. menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana; dan
r.
mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
1. Berdasarkan UU No.29 tahun 2004
Hak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di rumah sakit.
Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.
Hak untuk mendapatkan pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan
standar profesi kedokteran/ kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi.
Hak memperoleh asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi
keperawatan.
Hak untuk memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
Hak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinik
dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar.
Hak atas second opinion / meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain.

Hak atas privacy dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk datadata medisnya kecuali apabila ditentukan berbeda menurut peraturan yang
berlaku.
Hak untuk memperoleh informasi / penjelasan secara lengkap tentang
tindakan medik yang akan dilakukan terhadap dirinya.
Hak untuk memberikan persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan
oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.
Hak untuk menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri
sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.
Hak didampingi keluarga dan atau penasehatnya dalam berobat dan atau
masalah lainya (dalam keadaan kritis atau menjelang kematian).
Hak beribadat menurut agama dan kepercayaannya selama tidak
mengganggu ketertiban dan ketenangan umum/ pasien lainya.
Hak atas keamanan dan keselamatan selama dalam perawatan di rumah
sakit.
Hak untuk mengajukan usul, saran, perbaikan atas pelayanan rumah sakit
terhadap dirinya.
Hak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual.
Hak transparansi biaya pengobatan/ tindakan medis yang akan dilakukan
terhadap dirinya (memeriksa dan mendapatkan penjelasan pembayaran).
Hak akses / inzage kepada rekam medis/ hak atas kandungan ISI rekam
medis miliknya.
1. Berdasarkan Deklarasi Lisabon (Asosiasi Kedokteran Dunia 1981)
memilih dokter dengan bebas
diobati oleh seorang dokter yang bebas untuk membentuk pertimbangan
klinis dan etis tanpa campur tangan apapun dari luar
menerima atau menolak pengobatan setelah mendapat informasi yang
adekuat
mengharapkan dokternya menghormati sifat konfidensial dari segala halihwal medis dan pribadinya
meninggal dengan pantas
menerima atau menolak penghiburan spiritual dan moril
1. Berdasarkan Undang-Undang Praktik Kedokteran ( UUPK) pasal 52
2. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis
sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat (3);
2. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain ;
3. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis ;
4. Menolak tindakan medis; dan
5. Mendapatkan isi rekam medis.

1.

1.

. Berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan


Pasal 14: Setiap orang berhak mendapatkan kesehatan optimal
Pasal 53 : berhak atas informasi, rahasia kedokteran, hak opini kedua
Pasal 55: mendapatkan ganti rugi
Di Indonesia ketentuan tentang informed consent ini diatur lewat
Peraturan Pemerintah nomor 18 tahun 1981 dan Surat Keputusan
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia nomor 319/PB/A4/88.
Pernyataan IDI tentang informed consentini adalah :
1.
Manusia
dewasa
sehat
jasmani
dan
rohani
berhak sepenuhnyamenentukan apa yang hendak dilakukan terhadap
tubuhnya. Dokter tidak berhak melakukan tindakan medis yang
bertentangan dengan kemauan pasien, walaupun untuk kepentingan
pasien sendiri.
2.
Semua tindakan medis memerlukan informed consent secara lisan
maupun tertulis.
3.
Setiap tindakan medis yang mempunyai risiko cukup
besar,mengharuskan adanya persetujuan tertulis yang ditandatangani
pasien, setelah sebelumnya pasien memperoleh informasi yang cukup
tentang perlunya tindakan medis yang bersangkutan serta risikonya.
4.
Untuk tindakan yang tidak termasuk dalam butir 3, hanya
dibutuhkan persetujuan lisan atau sikap diam.
5.
Informasi tentang tindakan medis harus diberikan kepada pasien,
baik diminta maupun tidak diminta oleh pasien. Tidak
boleh menahan informasi, kecuali bila dokter menilai bahwa
informasi tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien.
Dalam hal ini dokter dapat memberikan informasi kepada keluarga
terdekat pasien. Dalam memberi informasi kepada keluarga terdekat
dengan pasien, kehadiran seorang perawat atau paramedik lain
sebagai saksi adalah penting.
6.
Isi informasi mencakup keuntungan dan kerugian tindakan medis
yang direncanakan akan diambil. Informasi biasanya diberikan secara
lisan, tetapi dapat pula secara tertulis.

Informasi/keterangan yang wajib diberikan sebelum suatu tindakan kedokteran


dilaksanakan adalah:
1. Diagnosa yang telah ditegakkan.
2. Sifat dan luasnya tindakan yang akan dilakukan.
3. Manfaat dan urgensinya dilakukan tindakan tersebut.
4. Resiko resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi daripada tindakan
kedokteran tersebut .
5. Konsekwensinya bila tidak dilakukan tindakan tersebut dan adakah alternatif
cara pengobatan yang lain.
6. Kadangkala biaya yang menyangkut tindakan kedokteran tersebut.
Pengecualian terhadap keharusan pemberian informasi sebelum dimintakan
persetujuan tindakan kedokteran adalah:

1. Dalam keadaan gawat darurat ( emergensi ), dimana dokter harus segera


bertindak untuk menyelamatkan jiwa.
2. Keadaan emosi pasien yang sangat labil sehingga ia tidak bisa menghadapi
situasi dirinya. Ini tercantum dalam PerMenKes no 290/Menkes/Per/III/2008.
Kewajiban Pasien, yaitu:
1. UU No. 29 tahun 2004
Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatannya
Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter
Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan
Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima
1. KODEKI
2. Memeriksakan diri sedini mungkin
3. Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang penyakitnya
4. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter
5. Menandatangani surat PTM dan lain-lain
6. Yakin pada dokter dan yakin akan sembuh
7. Melunasi biaya perawatan, pemeriksaan, pengobatan serta honorarium
dokter
1.
Menurut IDI tahun 2000
Kewajiban Pasien:
Memberi informasi yang benar kepad dokter dengan itikad baik
Mematuhi anjuran dokter atau perawat dalam rangka diagnosis,
pengobatan, dan perawatan
Memberi imbalan jasa yang layak
Tidak memaksa keinginan nya agar dilakukan dokter bila ternyata
berlawanan dengan keabsahan keluhuran profesi dokter
1. Berdasarkan UU No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 31
(1) Setiap pasien mempunyai kewajiban terhadap Rumah Sakit atas pelayanan
yang diterimanya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pasien diatur dengan Peraturan
Menteri.
2.apa itu moral dan jenis nya; equal treatment dan equal consideration dalam
pelayanan medis
Moral adalah nilai dan norma yang menjadi pegangan suatu kelompok dan
menjadi suatu prinsip atau pegangan untuk mengatur tingkah lakunya. Moral
merupakan nilai yang paling tinggi dan menentuka baik atau buruk perbuatan

yang dilakukan. Kita mengenal adanya istilah moral obligation. Moral obligation
adalah kesadaran untuk melakukan suatu perbuatan karena kita menyadari siapa
diri kita. Moral Obligation merupakan kemampuan untuk mengurangi resiko
walaupun resiko itu begantung pada berbagai faktor.
Moral obligation: Tugas yang diberikan, yang mana harus ditunjukkan, tp tdk
terikat secara resmi untuk melakukannya. Dibagi 2 macam:
1. Ditemukan dalam hak-hak yg alami. Obligasi ini bersifat toleransi yg tdk
dpt dipaksa hukum
2. Obligasi yg didukung oleh kesadaran yang baik atau berharga, kesadaran
yang cukup terhadap janji
Moral Otonomi: manusia melakukan kewajibannya karena adanya kesadaran, di
sini haruslah terdapat kerendahan hati. Kesadaran akan nilai dan makna dari
perbuatan yang dilakukannya (kesadaran nilai ego, ego tidak condong pada Id)
Moral Heteronom: memenuhi kewajiban merupakan pemaksaan dari tekanan.
Seseorang melakukan kewajibannya bukan karena dia memiliki kesadaran tetapi
lebih kaena dia mengalami suatu kondisi tertekan.
Moral memiliki empat ciri yaitu:
1. berkaitan dengan tanggung jawab karena nilai moral menentukan salah
atau benarnya perbuatan seseorang
2. berkaitan dengan hati nurani. Apabila seseorang melakukan sesuatu di luar
nilai moral maka akan ada suara dari hati nuraninya.
3. Bersifat mewajibkan karena nilai moral bersifat absolut dan tidak dapat
ditawar. Nilai moral berlaku bagi manusia sebagai manusia.
4. Bersifat formal karena harus dilakukan bersamaan nilai lain dan tidak
dapat berdiri sendiri.
Jenis-jenis moral:
1.- Otonomi moral, yaitu melakukan kewajiban karena sadar akan nilai dan makna
Heteronom moral, yaitu memenuhi suatu kewajiban karena ditekan oleh suatu
aturan
2.- moral agama
moral hukum
3. amoral belum dapat membedakan yang baik dan buruk

-pramoral takut melakukan sesuatu karena mempertimbanhkan efek negatif yang


ditimbulkan
-prakonvensional mengikuti kehendak teman kelompok
-pascakonvensional terikat pada kontrak sosial dan sesuai dengan nilai yang
diterima
Equal consideration adalah sebuah prinsip moral yang menyatakan bahwa
seseorang harus mencakupkan semua kepentingan terpengaruh ketika menghitung
kebenaran dari suatu tindakan dan pertimbangan akan kepentingan-kepentingan
yang sama. Peter Singer mengatakan bahwa hak-hak individu tidak penting secara
filosofis, apa yang lebih relevan adalah pertimbangan perkembangan individu.
Inti dari prinsip equal consideration adalah kita memberikan bobot yang sama
dalam pertinbangan moral kita seperti kepentingan orang-orang yang terkena
tindakan kita. Bila x dan y terpengaruh oleh suatu tindakan namun bila x
kehilangan sesuatu daripada y yang mendapatkan maka lebih baik tidak
melakukan tindakan. (Practical Ethics, 2nd ed p.21)
Yang setara perumusan gagasan bahwa manusia tidak dapat diperlakukan hanya
sebagai sumber daya orang lain adalah untuk mengatakan bahwa semua manusia
terlepas dari karakteristik pribadi mereka, memiliki nilai yang melekat melampaui
nilai mereka sebagai sumber daya untuk orang lain. Pengakuan atas nilai intrinsic
adalah bahwa kita punya hak untuk tidak diperlakukan sebagai benda, tetapi
sebagai pribadi. Nilai-nilai ekstrinsik berharga sebagai sumber daya
Equal treatment yaitu melakukan suatu perlakuan perawatan secara sama tanpa
anti spesiesisme karena setiap makhluk hidup sederajat dan mempunyai hak yang
sama. Dalam pelaksanaanya equal treatment harus seimbang dengan equal
consideration dan harus dipilih suatu keputusandengan mempertimbangkan
akibatnya untuk menentukan apa yang terbaik. Dokter tidak bisa mengubah
sikapnya karena faktor agama, ras, orientasi seksual, sex, transgender, cacat, usia,
dan lain-lain
Misalnya: Oleh karena itu, orang miskin diberi obat generik sedangkan orang
kaya diberi obat paten. Obat paten dan generik memiliki khasiat penyembuhan
yang sama. Dalam hal ini, kondisi ekonomi pasien juga perlu dipertimbangkan.
3.permasalahan pelayanan kesehatan dalam berbagai sudut pandang
dokter merasa tidak dihargai
orang miskin merasa karena tidak memiliki uang maka diperlakukan
semena mena oleh pelayan kesehatan

warga tidak tahu apa yang menjadi haknya dan bagaimana menuntut
haknya
kurangnya komunikasi antara dokter, pasien dan atasan.
Di Jepang untuk melakukan operasi kecilpun harus disertai tanda tangan pasien
dan atasan Rumah sakit.
Kepercayaan pasien seringkali membuat bingung dokter dalam mengambil
keputusan
Contoh kasus:
Seorang anak dari Saksi Yehova mengalami kecelakaan parah, kehilangan banyak
darah sehingga harus melakukan operasi secepatnya. Untuk melakukan operasi
haruslah dilakukan transfusi darah. Tetapi, orang tuanya menolak adanya transfusi
darah karena dianggap haram. Tetapi secara logis tidaklah mungkin melakukan
operasi tanpa transfusi darah. Akhirnya sang dokter melakukan operasi tetapi dia
juga melakukan transfusi darah yang tidak diketahui kedua orang tua dari anak
tersebut
Saksi terhadap petugas kesehatan jika lalai dalam mekalikan tugasnya diatur
dalam UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 190, yaitu:
(1) Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang
melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan
sengaja tidak memberikan pertolongan pertama terhadap pasien yang dalam
keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) atau Pasal
85 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda
paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
terjadinya kecacatan atau kematian, pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan
dan/atau tenaga kesehatan tersebut dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
MENJADI MANUSIA YANG BAIK (ETIKA KEWAJIBAN DAN ETIKA
KUTAMAAN) (KEUTAMAAN DAN WATAK MORAL) (KEUTAMAAN
DAN ETHOS)
1.
A. ETIKA KEWAJIBAN DAN ETIKA KEUTAMAAN
Ada 2 pendekatan dalam penilaian etis
1.
1.
Memandang perbuatan dan mengatakan
(baik / buruk, adil / tidak adil, jujur / tidak jujur ).

1.
2.
Memandang keadaan perilaku itu sendiri.
(baik / buruk, adil / tidak adil, jujur / tidak jujur ).
Kita menunjuk / memandang bukan pada norma melainkan pada sifat watak atau
akhlak yang dimiliki orang itu.
ETIKA KEWAJIBAN
Prinsip atau moral yang berlaku untuk perbuatan kita dalam kehidupan seharihari dan tentukan prioritas mana yang baik dan buruk kelakuan kita.
Fokus perhatian pada doing manusia (what shoul I do ?) sya harus melakukan
apa ?
ETIKA KEUTAMAAN
_ Tidak memandang perbuatan tapi apakah kita sendiri orang baik atau buruk.
_ Fokus perhatian pada being manusia (what kind of person I be ?) saya harus
menjadi orang yang bagaimana ?
_ Etika keutamaan ini mulai ditinggalkan.
Kedua etika tersebut di atas tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling
membutuhkan dan melengkapi dan sangat tidak praktis seorang guru dalam
menjalankan tugasnya sepanjang hari harus mengukur perbuatan dengan melihat
prinsip-prinsip moral. Dan lebih efisien jika tingkah lakunya diarahkan pada
kesetiaan dan ketekunan kerja.
1.
B. KEUTAMAAN DAN WATAK MORAL
KEUTAMAAN
Kecenderungan tetap yang tidak bisa hilang tapi tidak mudah terjadi. Sifat watak
yang ditandai stabilitas (sifat watak yang berubah-ubah hari ini begini, besok
lain lagi bukan sifat keutamaan).
Keutamaan adalah sifat baik yang mendarah daging pada seseorang . contoh :

Kesehatan atau kekuatan fisik.

Daya ingatan atau daya konsentrasi yang kuat.


Disposisi yang membuat kehendak tetap cenderung ke arah yang tertentu.
Contoh : tidak menonjolkan diri meskipun perbuatan saya dianggap tidak baik
namun maksud saya baik dan saya tetap rendah hati.
Membiasakan diri dan latihan panjang (keutamaan tidak dimiliki sejak lahir )
pendidikan peranan penting ditambah korektif ( mengoreksi sifat awal yang baik)
melawan arus seperti keberanian. Contoh :

Melawan rasa takut bila menghadapi bahaya.

Pengendalian diri melawan kecendrungan untuk mencari kesenangan tanpa


batas.
Keterampilan melalui latihan karena bakat alamiah mempermudah membentuk
keterampilan.
4 macam perbedaan keterampilan :

Keterampilan hanya memungkinkan orang melakukan jenis perbuatan


tertentu, sedangkan keutamaan tidak terbatas pada satu jenis perbuatan saja.
(seorang pemain piano, bulu tangkis, penembak jitu, pilot, semua keterampilan
tertentu) akan lebih terampil kalau diberikan sesuai bidangnya. Orang memiliki
keberanian, kemurahan hati, kesabaran tidak terarah pada jenis perbuatan
tertentu.

Keterampilan berciri korektif. Yaitu membantu mengatasi kesulitan awal


bersifat teknis jika sudah diperoleh ketangkasan , kesulitan teknis akan teratasi.
Kesulitan itu berkaitan dengan kehendak, jika menghadapi bahaya kita
senderung melarikan diri, dengan memperoleh keberanian kehendak kita
mempunyai kesanggupan mengatasi ketakutan itu.

Keterampilan dapat diperoleh setelah ada bakat tertentu seperti : membaca


buku petunjuk, ikut kursus, melatih diri.

Keterampilan membuat kesalahan, jika orang yang mempunyai


keterampilan membuat kesalahan, ia tidak akan kehilangan keterampilan, jika
seorang perawat dengan sengaja mengangkat pasien dengan kasar ( supaya
klien terbangun dari tidur tidak sadarnya) ia tetap dikatakan perawat yang
terampil sebab ia bisa juga bekerja dengan terampil mengangkat kliennya
dengan halus. Tapi jika perawat dengan tanpa sengaja mengangkat klien
dengan kasar, ia tidak bisa dikatakan perawat terampil.
1.
C. KEUTAMAAN DAN ETHOS.
Keutamaan membuat manusia menjadi baik secara pribadi. Sebuah perusahaan
disebut jujur bukan sebagai perusahaan tetapi karena semua karyawannya
memiliki kejujuran sebagai keutamaan.
Ethos atau ciri-ciri, pandangan dan nilai yang menandai suatu kelompok. Dalam
concise oxford dictionary ethos disifatkan sebagai characteristic spirit of
community. people or system ( suasana khas yang menandai suatu kelompok,
bangsa atau sistem ).
rudizr.wordpress.com/2015/05/20/menjadi-manusia-yang-baik-etika-kewajibandan-etika-keutamaan-keutamaan-dan-watak-moral-keutamaan-dan-ethos/
Pengertian Filsafat
Pengertian FilsafatIstilah filsafat berasal dari bahasa Yunani:
philosophia. Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam
berbagai bahasa, seperti : philosophic dalam kebudayaan bangsa Jerman,
Belanda, dan Perancis; philosophy dalam bahasa Inggris; philosophia dalam
bahasa Latin; dan falsafah dalam bahasa Arab.
Para filsuf memberi batasan yang berbeda-beda mengenai filsafat, namun
batasan yang berbeda itu tidak mendasar. Selanjutnya batasan filsafat dapat
ditinjau dari dua segi yaitu secara etimologi dan secara terminologi.
Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah
atau juga dari bahasa Yunani yaitu philosophia philien : cinta dan sophia :
kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan
seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam arti
hakikat.
Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf
merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran
kefilsafatan yang dimilikinya. Seorang Plato mengatakan bahwa : Filsafat adalah
pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
Sedangkan muridnya Aristoteles berpendapat kalau filsafat adalah ilmu
( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Lain halnya
dengan Al Farabi yang berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu ( pengetahuan )
tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya. Berikut ini disajikan
beberapa pengertian Filsafat menurut beberapa para ahli:

Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang
ada.
Aristoteles ( (384 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki
sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali.
Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
Cicero ( (106 43 SM ) : filsafat adalah sebagai ibu dari semua seni ( the
mother of all the arts ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni
kehidupan )
Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu
dari ilmu-ilmu, yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu
membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan
seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
Paul Nartorp (1854 1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar
hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar
akhir yang sama, yang memikul sekaliannya .
Imanuel Kant ( 1724 1804 ) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi
pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat
persoalan.
Apakah yang dapat kita kerjakan? (jawabannya metafisika )
Apakah yang seharusnya kita kerjakan? (jawabannya Etika )
Sampai dimanakah harapan kita? (jawabannya Agama )
Apakah yang dinamakan manusia? (jawabannya Antropologi )
Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya
yang mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.
Driyakarya : filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebabsebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya
sampai mengapa yang penghabisan .
Sidi Gazalba: Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk
kebenaran , tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal,
sistematik dan universal.
Harold H. Titus (1979 ): (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan
terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat
adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu
pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan
penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan
masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh
para ahli filsafat.
Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu
dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga
dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya
setelah mencapai pengetahuan itu.
Prof. Mr.Mumahamd Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga
manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya
kesungguhan.
Prof.Dr.Ismaun, M.Pd. : Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia
dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara kritis sistematis,

fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan


kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati.
Bertrand Russel: Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara
teologi dan sains. Sebagaimana teologi , filsafat berisikan pemikiran-pemikiran
mengenai masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai
sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik
perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.
Dari semua pengertian filsafat secara terminologis di atas, dapat
ditegaskan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan
memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta
radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut.(Akhmad Sudrajat, 8
Februari 2008)
ILMU PENGETAHUAN SEBAGAI SKETSA UMUM PENGANTAR
UNTUK MEMAHAMI FILSAFAT ILMU
Filsafat dan ilmu pengetahuan pada awalnya merupakan satu kesatuan.
Pembatasan ilmu pengetahuan dilakukan berdasarkan sistem filsafat yang
dianutnya. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman terutama sejak zaman
renaissance, abad XV, filsafat berkembang sangat pesat. Perkembangan filsafat
membuat ilmu pengetahuan juga berkembang pesat dan tumbuh cabang-cabang di
dalamnya. Masing-masing cabang memisahkan diri dari batas filsafatnya dan
masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri. Metodologi menjadi
mata pelajaran yang sangat dipentingkan Tetapi seiring dengan itu timbul
kecenderungan adanya isolasi, dan bukan lagi diferensiasi di antara cabangcabang ilmu.
Perkembangan pesat ilmu pengetahuan juga menimbulkan kekaburan
mengenai batas-batas antara cabang ilmu yang satu dengan ilmu yang lain.
Interdependensi dan interrelasi ilmu semakin dirasakan. Dari situ dibutuhkan
suatu overview untuk meletakkan jaringan interaksi untuk saling menyapa
menuju hakikat ilmu yang integral dan integratif. Kehadiran etika dan moral juga
semakin dirasakan. Immanuel Kant (1724-1804) menyatakan bahwa filsafat
merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang
lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Semenjak itu refleksi filsafat mengenai
pengetahuan manusia menjadi menarik perhatian. Dari situ, lahir di abad 18
cabang filsafat yang disebut Filsafat pengetahuan. Logika, filsafat bahasa,
matematika, dan metodologi merupakan komponen-komponen utama
pendukungnya. Melalui cabang filsafat ini diterangkan sumber dan sarana serta
tata cara untuk menggunakan sarana itu guna mencapai pengetahuan ilmiah.
Diselidiki pula arti evidensi, syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi apa yang
disebut kebenaran ilmiah, serta batas-batas validitasnya. Dari sini lahir filsafat
ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu
menempatkan ilmu (pengetahuan) sebagai obyek sasarannya.
(Siswomihardjo, Kunto Wibisono.,1996.)
Filsafat Ilmu sebagai Landasan Pengembangan Pengetahuan Alam
Pada awalnya filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan
batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. (Immanuel
kant, kunto Wibisono dkk., 1997)

Oleh sebab itu Francis bacon (dalam The Liang Gie, 1999) menyebut
filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences).
Dengan mengambil sebuah rantai sebagai perbandingan, menjelaskan
bahwa fungsi filsafat ilmu pengetahuan alam adalah mengembangkan pengertian
tentang strategi dan taktik ilmu pengetahuan alam. Rantai tersebut sebelum tahun
1600, menghubungkan filsafat disatu pangkal dan ilmu pengetahuan alam di
ujung lain secara berkesinambungan. Sesudah tahun 1600, rantai itu putus. Ilmu
pengetahuan alam memisahkan diri dari filsafat. Ilmu pengetahuan alam
menempuh jalan praktis dalam menurunkan hukum-hukumnya. Menurut Frank,
fungsi filsafat ilmu pengetahuan alam adalah menjembatani putusnya rantai
tersebut dan menunjukkan bagaimana seseorang beranjak dari pandangan
common sense (pra-pengetahuan) ke prinsip-prinsip umum ilmu pengetahuan
alam. Filsafat ilmu pengetahuan alam bertanggung jawab untuk membentuk
kesatuan pandangan dunia yang di dalamnya ilmu pengetahuan alam, filsafat dan
kemanusian mempunyai hubungan erat. ( Frank, 1984)
Ilmu-ilmu alam secara fundamental dan struktural diarahkan pada
produksi pengetahuan teknis dan yang dapat digunakan. Ilmu pengetahuan alam
merupakan bentuk refleksif (relefxion form) dari proses belajar yang ada dalam
struktur tindakan instrumentasi, yaitu tindakan yang ditujukan untuk
mengendalikan kondisi eksternal manusia. Ilmu pengetahuan alam terkait dengan
kepentingan dalam meramal (memprediksi) dan mengendalikan proses alam.
Positivisme menyamakan rasionalitas dengan rasionalitas teknis dan ilmu
pengetahuan dengan ilmu pengetahuan alam. (Sastrapratedja, 1997)
Ciri khas pertama yang menandai ilmu alam ialah bahwa ilmu itu
melukiskan kenyataan menurut aspek-aspek yang mengizinkan registrasi inderawi
yang langsung. Hal kedua yang penting mengenai registrasi ini adalah bahwa
dalam keadaan ilmu alam sekarang ini registrasi itu tidak menyangkut
pengamatan terhadap benda-benda dan gejala-gejala alamiah, sebagaimana
spontan disajikan kepada kita. Yang diregistrasi dalam eksperimen adalah cara
benda-benda bereaksi atas campur tangan eksperimental kita. Eksperimentasi
yang aktif itu memungkinkan suatu analisis jauh lebih teliti terhadap banyak
faktor yang dalam pengamatan konkrit selalu terdapat bersama-sama. Tanpa
pengamatan eksperimental kita tidak akan tahu menahu tentang elektron-elektron
dan bagian-bagian elementer lainnya. (Van Melsen 1985),
Ilmu pengetahuan alam mulai berdiri sendiri sejak abad ke 17. Kemudian
pada tahun 1853, Auguste Comte mengadakan penggolongan ilmu pengetahuan.
Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh Auguste
Comte (dalam Koento Wibisono, 1996), sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan
itu sendiri, yang menunjukkan bahwa gejala-gejala dalam ilmu pengetahuan yang
paling umum akan tampil terlebih dahulu. Dengan mempelajari gejala-gejala yang
paling sederhana dan paling umum secara lebih tenang dan rasional, kita akan
memperoleh landasan baru bagi ilmu-ilmu pengetahuan yang saling berkaitan
untuk dapat berkembang secara lebih cepat. Dalam penggolongan ilmu
pengetahuan tersebut, dimulai dari Matematika, Astronomi, Fisika, Ilmu Kimia,
Biologi dan Sosilogi. Ilmu Kimia diurutkan dalam urutan keempat. (Auguste
Comte, Koento Wibisono,1996)
Penggolongan tersebut didasarkan pada urutan tata jenjang, asas
ketergantungan dan ukuran kesederhanaan. Dalam urutan itu, setiap ilmu yang

terdahulu adalah lebih tua sejarahnya, secara logis lebih sederhana dan lebih luas
penerapannya daripada setiap ilmu yang dibelakangnya (The Liang Gie, 1999).
Pada pengelompokkan tersebut, meskipun tidak dijelaskan induk dari
setiap ilmu tetapi dalam kenyataannya sekarang bahwa fisika, kimia dan biologi
adalah bagian dari kelompok ilmu pengetahuan alam.
Ilmu kimia adalah suatu ilmu yang mempelajari perubahan materi serta
energi yang menyertai perubahan materi. Menurut ensiklopedi ilmu (dalam The
Liang Gie, 1999), ilmu kimia dapat digolongkan ke dalam beberapa sub-sub ilmu
yakni: kimia an organik, kimia organik, kimia analitis, kimia fisik serta kimia
nuklir.
Selanjutnya Auguste Comte (dalam Koento Wibisono, 1996) memberi
efinisi tentang ilmu kimia sebagai that it relates to the law of the phenomena
of composition and decomposition, which result from the molecular and specific
mutual action of different subtances, natural or artificial ( arti harafiahnya kirakira adalah ilmu yang berhubungan dengan hukum gejala komposisi dan
dekomposisi dari zat-zat yang terjadi secara alami maupun sintetik). Untuk itu
pendekatan yang dipergunakan dalam ilmu kimia tidak saja melalui pengamatan
(observasi) dan percobaan (eksperimen), melainkan juga dengan perbandingan
(komparasi).
Jika melihat dari sejarah perkembangan ilmu pengetahuan alam, pada
mulanya orang tetap mempertahankan penggunaan nama/istilah filsafat alam bagi
ilmu pengetahuan alam. Hal ini dapat dilihat dari judul karya utama dari pelopor
ahli kimia yaitu John Dalton: New Princiles of Chemical Philosophy.
Berdasarkan hal tersebut maka sangatlah beralasan bahwa ilmu
pengetahuan alam tidak terlepas dari hubungan dengan ilmu induknya yaitu
filsafat. Untuk itu diharapkan uraian ini dapat memberikan dasar bagi para ilmuan
IPA dalam merenungkan kembali sejarah perkembangan ilmu alam dan dalam
pengembangan ilmu IPA selanjutnya.
ILMU PENGETAHUAN SEBAGAI SKETSA UMUM PENGANTAR
UNTUK MEMAHAMI FILSAFAT ILMU
Menurut The Liang Gie (1999), filsafat ilmu adalah segenap pemikiran
reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut
landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan
manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang
eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan salingpengaruh antara filsafat dan ilmu.
Filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan.
Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu
itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan
pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan menjadi pijakan untuk
mencari pengetahuan baru. Hal ini senada dengan ungkapan dari Archie J.Bahm
(1980) bahwa ilmu pengetahuan (sebagai teori) adalah sesuatu yang selalu
berubah.
Dalam perkembangannya filsafat ilmu mengarahkan pandangannya pada
strategi pengembangan ilmu yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampai
pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau

kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan manusia (Koento
Wibisono dkk., 1997).
Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia.
Beberapa pendapat para ahli tentang ilmu pengetahuan :
Harold H. Titus mendefinisikan Ilmu (Science) diartikan sebagai
common science yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan
terhadap benda-benda atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metodemetode observasi yang teliti dan kritis).
Dr. Mohammad Hatta mendefinisikan Tiap-tiap ilmu pengetahuan yang
teratur tentang pekerjaan kausal dalam satu golongan masalah yang sama
tabiatnya, baik menurut kedudukannya tampak dari luar maupun menurut
bangunannya dari dalam.
J. Habarer mendefinisikan Suatu hasil aktivitas manusia yang
merupakan kumpulan teori, metode dan praktek dan menjadi pranata dalam
masyarakat.
Louis Leahy mendefinisikan Pengetahuan merupakan suatu kekayaan dan
kesempurnaan. Seseorang yang tahu lebih banyak adalah lebih baik kalau
dibanding dengan yang tidak tahu apa-apa
The Liang Gie mendefinisikan Ilmu sebagai pengetahuan, artinya ilmu
adalah sesuatu kumpulan yang sistematis, atau sebagai kelompok pengetahuan
teratur mengenai pokok soal atau subject matter. Dengan kata lain bahwa
pengetahuan menunjuk pada sesuatu yang merupakan isi substantif yang
terkandung dalam ilmu.
Peranan filsafat dalam Ilmu pengetahuan
Semakin banyak manusia tahu, semakin banyak pula pertanyaan yang
timbul dalam dirinya. Manusia ingin tahu tentang asal dan tujuan hidup, tentang
dirinya sendiri, tentang nasibnya, tentang kebebasannya, dan berbagai hal lainnya.
Sikap seperi ini pada dasarnya sudah menghasilkan pengetahuan yang sangat luas,
yang secara metodis dan sistematis dapat dibagi atas banyak jenis ilmu.
Ilmu-ilmu pengetahuan pada umumnya membantu manusia dalam
mengorientasikan diri dalam dunia dan memecahkan berbagai persoalan hidup.
Berbeda dari binatang, manusia tidak dapat membiarkan insting mengatur
perilakunya. Untuk mengatasi masalah-masalah, manusia membutuhkan
kesadaran dalam memahami lingkungannya. Di sinilah ilmu-ilmu membantu
manusia mensistematisasikan apa yang diketahui manusia dan mengorganisasikan
proses pencariannya.
Pada abad modern ini, ilmu-ilmu pengetahuan telah merasuki setiap sudut
kehidupan manusia. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena ilmu-ilmu pengetahuan
banyak membantu manusia mengatasi berbagai masalah kehidupan. Prasetya T.
W. dalam artikelnya yang berjudul Anarkisme dalam Ilmu Pengetahuan Paul

Karl Feyerabend mengungkapkan bahwa ada dua alasan mengapa ilmu


pengetahuan menjadi begitu unggul. Pertama, karena ilmu pengetahuan
mempunyai metode yang benar untuk mencapai hasil-hasilnya. Kedua, karena ada
hasil-hasil yang dapat diajukan sebagai bukti keunggulan ilmu pengetahuan. Dua
alasan yang diungkapkan Prasetya tersebut, dengan jelas menunjukkan bahwa
ilmu pengetahuan memainkan peranan yang cukup penting dalam kehidupan umat
manusia.
Akan tetapi, ada pula tokoh yang justru anti terhadap ilmu pengetahuan.
Salah satu tokoh yang cukup terkenal dalam hal ini adalah Paul Karl Feyerabend.
Sikap anti ilmu pengetahuannya ini, tidak berarti anti terhadap ilmu pengetahuan
itu sendiri, tetapi anti terhadap kekuasaan ilmu pengetahuan yang kerap kali
melampaui maksud utamanya. Feyerabend menegaskan bahwa ilmu-ilmu
pengetahuan menjadi lebih unggul karena propaganda dari para ilmuan dan
adanya tolak ukur institusional yang diberi wewenang untuk memutuskannya.
C.Verhaak dan R.Haryono Imam dalam bukunya yang berjudul Filsafat
Ilmu Pengetahuan: Telaah Atas Cara Kerja Ilmu-ilmu, menjelaskan dua penilaian
filsafat atas kebenaran ilmu-ilmu. Pertama, filsafat ikut menilai apa yang
dianggap tepat dan benar dalam ilmu-ilmu. Apa yang dianggap tepat dalam
ilmu-ilmu berpulang pada ilmu-ilmu itu sendiri. Dalam hal ini filsafat tidak ikut
campur dalam bidang-bidang ilmu itu. Akan tetapi, mengenai apa kiranya
kebenaran itu, ilmu-ilmu pengetahuan tidak dapat menjawabnya karena masalah
ini tidak termasuk bidang ilmu mereka. Hal-hal yang berhubungan dengan ada
tidaknya kebenaran dan tentang apa itu kebenaran dibahas dan dijelaskan oleh
filsafat. Kedua, filsafat memberi penilaian tentang sumbangan ilmu-ilmu pada
perkembangan pengetahuan manusia guna mencapai kebenaran.
Pertanggungjawaban rasional pada hakikatnya berarti bahwa setiap
langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan, serta harus
dipertahankan secara argumentatif dengan argumen-argumen yang objektif. Hal
ini berarti bahwa kalau ada yang mempertanyakan atau menyangkal klaim
kebenaran suatu pemikiran, pertanyaan dan sangkalan itu dapat dijawab dengan
argumentasi atau alasan-alasan yang masuk akal dan dapat dimengerti.
Dari berbagai penjelasan di atas, tampak jelas bahwa filsafat selalu
mengarah pada pencarian akan kebenaran. Pencarian itu dapat dilakukan dengan
menilai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada secara kritis sambil berusaha
menemukan jawaban yang benar. Tentu saja penilaian itu harus dilakukan dengan
langkah-langkah yang teliti dan dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.
Penilaian dan jawaban yang diberikan filsafat sendiri, senantiasa harus terbuka
terhadap berbagai kritikan dan masukan sebagai bahan evaluasi demi mencapai
kebenaran yang dicari.
Inilah yang menunjukkan kekhasan filsafat di hadapan berbagai ilmu
pengetahuan yang ada. Filsafat selalu terbuka untuk berdialog dan bekerjasama
dengan berbagai ilmu pengetahuan dalam rangka pencarian akan kebenaran. Baik
ilmu pengetahuan maupun filsafat, bila diarahkan secara tepat dapat sangat
membantu kehidupan manusia.
Membangun ilmu pengetahuan diperlukan konsistensi yang terus
berpegang pada paradigma yang membentuknya. Kearifan memperbaiki
paradigma ilmu pengetahuan nampaknya sangat diperlukan agar ilmu

pengetahuan seiring dengan tantangan zaman, karena ilmu pengetahuan tidak


hidup dengan dirinya sendiri, tetapi harus mempunyai manfaat kepada kehidupan
dunia
Peranan filsafat dalam ilmu pengetahuan adalah filsafat memberi
penilaian tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia
guna mencapai kebenaran tapi filsafat tidak ikut campur dalam ilmu-ilmu tersebut
dimana filsafat selalu mengarah pada pencarian akan kebenaran. Pencarian itu
dapat dilakukan dengan menilai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada secara kritis
sambil berusaha menemukan jawaban yang benar. Tentu saja penilaian itu harus
dilakukan dengan langkah-langkah yang teliti dan dapat dipertanggungjawabkan
secara rasional. Penilaian dan jawaban yang diberikan filsafat sendiri, senantiasa
harus terbuka terhadap berbagai kritikan dan masukan sebagai bahan evaluasi
demi mencapai kebenaran yang dicari.
Antara ilmu Pengetahuan dan ilmu Filsafat ada persamaan dan
perbedaannya.Ilmu Pengetahuan bersifat Posterior kesimpulannya ditarik setelah
melakukan pengujian-pengujian secara berulang-ulang sedangkan Filsafat bersifat
priori kesimpulannya ditarik tanpa pengujian,sebab Filsafat tidak mengharuskan
adanya data empiris seperti yang dimiliki ilmu karena Filsafat bersifat
Spekulatif.Disamping adanya perbedaan antara ilmu dengan filsafat ada sejumlah
persamaan yaitu sama-sama mencari kebenaran.Ilmu memiliki tugas melukiskan
filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan aktivitas ilmu digerakkan oleh
pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan fakta sedangkan filsafat menjawab
atas pertanyaan lanjutan bagaimana sesungguhnya fakta itu darimana awalnya dan
akan kemana akhirnya.
A.

Pengertian Fenomenologi
Fenomenologi adalah sebuah studi dalam bidang filsafat yang mempelajari
manusia sebagai sebuah fenomena.Ilmu fenomenologi dalam filsafat biasa
dihubungkan dengan Ilmu Hermeneutik, yaitu ilmu yang mempelajari arti
daripada fenomenologi.
Secara harfiah, fenomenologi fenomenalisme adalah aliran atau paham
yang menganggap bahwa fenomenalisme (gejala)
adalah sumber pengetahuan
dan kebenaran.Seorang fenomenalisme suku melihat suatu gejala tertentu dengan
ahli ilmu positif yang mengumpulkan data, mencari korelasi dan fungsi, serta
membuat hukum-hukum dan teori.
Manusia menumpukkan dirinya sebagai hal yang transenden (menonjolkan
hal yang bersifat kerohanian), sintesa (paduan) dan obyek dan subyek. Manusia
sebagai entriquman de (mengadapa dalam)
menjadi satu dengan alam itu.
Manusia mengkonstitusi alamnya untuk melihat suatu hal. Manusia harus
mengkonversikan mata, mengakomodasikan lensa, dan mengfiksasikan hal yang
ingindilihat.
Salah seorang tokoh fenomenologi adalah Endmund Husserl (1859-1938),
ia selalu berupaya ingin mendekati realitas tidak melalui argumen-argumen,
konsep-konsep, atau teori ilmu "zuruckzu den sachenseibst", kembali kepada
benda-benda itu sendiri merupakan inti dari pendekatan yang dipakai untuk
mendeskripsikan realitas menurut apa adanya.
Setiap obyek memiliki hakikat, dan

Itu berbicara kepada kita jika kita membuka diri kepada gejala-gejala yang kita
terima. Fenomenologi banyak diterapkan dalam epistemology, psikologi,
antropologi dan studi-studi keagamaaan (kajian atas Kitab Suci).

B.

FenomenologiPengetahuandanIlmuPengetahuan
Secara epistemology dalam gejala terbentuknya pengetahuan manusia itu,
yaitu antara kutub sipengenal dan kutub yang dikenal, atau antara subyek dan
obyek.
Walaupun secara tegas keduanya berbeda, akan tetapi untuk membentuk sebuah
pengetahuan keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain, dan keduanya wajib
ada karena merupakan suatu kesatuan asasi bagi terwujudnya pengetahuan
manusia.
Dalam hal ini pengetahuan dan ilmu pengetahuan, subyek adalah manusia
dengan akal budinya, sedangkan obyek adalah kenyataan yang diamati dan
dialami di alam semesta ini. Suatu kenyataan bahwa supaya ada pengetahuan,
subyek harus terarah kepada obyek, dan sebaliknya obyek harus terbuka dan
terarah kepada subyek.
Pengetahuan adalah peristiwa yang terjadi dalam diri manusia. Maka tanpa
ingin meremehkan peran penting dari obyek pengetahuan, manusia sebagai
subyek pengetahuan memegang peranan penting. Keterarahan manusia terhadap
obyek jadinya merupakan faktor yang sangat menentukan bagi munculnya
pengetahuan manusia.
Pengetahuan terwujud kalau manusia sendiri adalah bagian dari obyek.
Dari realitas alam semesta ini, berkat unsure jasmaniyah, manusia mampu
menangkap obyek yang ada di sekitarnya karena tubuh jasmani manusia adalah
bagian dari realitas alam semesta ini, serta dengan bantuan jiwa dan akal budinya,
manusia mampu mengangkat pengetahuan abstrak tentang berbagai obyek lain
serta bersifat temporal, konkrit, jasmani-inderawita diketingka abstrak dan karena
itu universal.
Pengetahuan manusia tidak hanya berkaitan dengan obyek konkrit, khusus
yang dikenalnya melalui pengamatan inderawinya, melainkan juga melalui itu
dimungkinkan untuk sampai pada pengetahuan abstrak tentang berbagai obyek
lain secara teoritis dapat dijangkau oleh aka lbu di manusia.
Pengetahuan manusia yang bersifat umum dan universal itulah
memungkinkan untuk dirumuskan dan dikomunikasikan dalam bahasa yang
bersifat umum dan universal untuk bisa dipahami oleh siapa saja dari waktu dan
tempat mana saja.
Berkat refleksi ini pula pengetahuan yang semula bersifat langsung dan
spontan, kemudian diatur dan dilakukan secara sistematis sedemikian rupa,
sehingga isinya dapat dipertanggungjawabkan, atau dapat pula dikritik dan dibela,
maka lahirlah apa yang kita kenal sebaga iIlmu Pengetahuan.
Jadi Ilmu Pengetahuan muncul karena apa yang sudah diketahui secara
spontan dan langsung tadi, disusun dan diatur secara sistematis dengan
menggunakan metode tertentu yang bersifat baku.

Anda mungkin juga menyukai