Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Humerus
Humerus atau tulang pangkal lengan ada sepasang dan berbentuk tulang
panjang dan terletak di regio brachium. Humerus berartikulasi dengan
skapula di proksimal dan dengan radius ulna di distal. Humerus dapat dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu proksimal humeri, shaft humeri dan distal humeri.

Proksimal Humeri
Pada proksimal humeri, terdapat caput humeri yang setengah bulat dan
dilapisi oleh tulang rawan. Caput humeri merupakan bagian humerus yang
berartikulasi dengan kavitas glenoidalis yang merupakan bagian scapula.
Didapatkan dua tonjolan tulang yang disebut tuberculum majus dan
tuberculum minor. Tuberculum majus mengarah ke lateral dan melanjutkan

3
diri ke distal sebagai crista tuberculi majoris. Tuberculum minor mengarah ke
anterior dan melanjutkan diri sebagai crista tuberculi minoris. Di antara kedua
tuberculums serta crista tuberculi dibentuk sulcus intertubercularis yang
dilapisi tulang rawan dan dilalui tendon caput longum m. bicipitis.
Shaft Humeri
Shaft humeri memiliki penampang melintang berbentuk segitiga.
Permukaan shaft humeri dapat dibagi menjadi facies anterior medialis, facies
anterior lateralis, dan facies posterior. Pertemuan antara facies anterior
medialis dengan facies posterior membentuk margo medialis. Margo medialis
ke arah distal makin menonjol dan tajam sebagai crista supracondilaris
medialis. Pertemuan facies anterior lateralis dengan facies posterior
membentuk margo lateralis. Margolateralis ini juga ke arah distal makin
menonjol dan tajam sebagai crista supracondilaris lateralis.
Distal Humeri
Distal humeri lebih tipis dan lebar dibandingkan dengan shaf humeri.
Margo medialis yang melanjutkan diri sebagai crista supracondilaris medialis
berakhir sebagai epicondilus lateralis. Dipermukaan posterior epicondilus
medialis didapatkan sulcus nervi ulnaris.
Capitulum humeri berartikulasi dengan radius. Di permukaan anterior
capitulum humeri didapatkan fossa radialis. Otot-otot yang berhubungan
dengan pergerakan dari tulang humerus meliputi mm. biceps brachii,
coracobracialis, brachialis, dan triceps brachii. Selain itu, humerus juga
sebagai tempat insersi mm. latissimus dorsi, deltoideus, pectoralis mayor,
teres mayor, teres minor, subscapularis, dan tendon insersio mm.
supraspinatus dan infraspinatus (Santoso et al, 2002; Snell, 2006).

B. Fraktur Humerus
1. Definisi Fraktur Humerus
Fraktur humerus adalah fraktur pada tulang humerus yang
disebabkan oleh benturan/trauma langsung maupun tidak langsung
(Sjamsuhidajat, 2010).

4
Fraktur humerus adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari
tulang humerus karena rudapaksa/trauma (Mansjoer, 2000).
2. Etiologi
Menurut Apley & Salomon (1995), tulang bersifat relatif rapuh
namun cukup mempunyai kekuatan gaya pegas untuk menahan tekanan.
Fraktur dapat disebabkan oleh :
a. Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan puntir mendadak, kontraksi otot ekstrim.
b. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan
kaki terlalu jauh.
c. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada
fraktur patologis.
3. Klasifikasi Fraktur
a. Fraktur tertutup
Fraktur yang tanpa menyebabkan adanya hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar.
b. Fraktur terbuka
Fraktur yang menyebabkan adanya hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan.
1. Greenstick fracture (pada anak-anak)
2. Fraktur transversal (melintang)
3. Fraktur oblique, trauma angulasi
4. Fraktur spiral, trauma rotasi
5. Fraktur kompresi (Sunder, 2002; Garden,2003).
4. Klasifikasi Fraktur Humerus
a. Fraktur colum humerus
b. Fraktur batang humerus

5
AO-Classification of humerus shaft fractures according to Müller et al

c. Fraktur supra kondiler humerus


d. Fraktur interkondiler humerus (Rasjad, 2007; Strohm, et al., 2005).
Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur :
a. Tipe Fleksi
Trauma terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi, lengan
bawah dalam posisi supinasi.
b. Tipe Ekstensi
Trauma terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang lengan
dalam posisi pronasi (Mansjoer, 2000).
5. Manifestasi klinik pada fraktur humerus adalah :
a. Nyeri
Nyeri terus-menerus dan meningkat karena adanya spasme otot
dan kerusakan sekunder sampai fragmen tulang tidak bisa
digerakkan.

6
b. Deformitas (angulasi, rotasi, diskrepansi)
Perubahan tulang pada fragmen disebabkan oleh deformitas
tulang dan patah tulang itu sendiri yang diketahui ketika
dibandingkan dengan daerah yang tidak luka.
c. Gangguan fungsi muskulosketal
Setelah terjadi fraktur ada bagian yang tidak dapat digunakan
dan cenderung menunjukkan pergerakan abnormal, ekstremitas tidak
berfungsi secara teratur karena fungsi normal otot tergantung pada
integritas tulang yang mana tulang tersebut saling berdekatan.
d. Bengkak
Terjadi memar pada bagian atas lengan yang disebabkan karena
hematoma pada jaringan lunak.
e. Pemendekan
Pada fraktur tulang panjang terjadi pemendekan yang nyata pada
ekstremitas yang disebabkan oleh kontraksi otot yang berdempet di
atas dan di bawah lokasi fraktur humerus.
f. Gangguan neurovaskuler
g. Krepitasi
Suara derik tulang dapat didengar atau dirasakan ketika fraktur
humeri digerakkan disebabkan oleh trauma lansung maupun tak
langsung (Sjamsuhidajat, 2010; Apley & Solomon, 1995).
Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui :
Hemoglobin, hematokrit sering rendah akibat perdarahan, LED
meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas.
b. Radiologi
Pada rontgen dapat dilihat gambaran fraktur dan pergeseran
lainnya. Radiografi humerus AP dan lateral harus dilakukan
(Kenneth, et al, 2002).

7
6. Proses Penyembuhan
Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain.
Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang yang membentuk
tulang baru diantara ujung patahan tulang.
a. Kerusakan jaringan dan pembentukan hematoma.
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah
fraktur. Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang
yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan
fibroblast. Stadium ini berlangsung 24-48 jam dan perdarahan
berhenti sama sekali.
b. Inflamasi dan proliferasi seluler.
Pada stadium ini dalam 8 jam terjadi inflamasi akut dan terjadi
proliferasi serta differensiasi sel menjadi fibro kartilago yang berasal
dari periosteum,`endosteum, dan bonemarrow yang telah mengalami
trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam
lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan
terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang
baru yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase
ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai,
tergantung frakturnya.
c. Pembentukan Kallus (tulang muda)
Sel-sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik
dan osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai
membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi
oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast yang mulai berfungsi dengan
mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan
tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada
permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur
(anyaman tulang) menjadi lebih padat. Pembentukan kalus dimulai
pada minggu kedua, dan perlu waktu 3-4 minggu agar fragmen tulang
tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus.

8
d. Konsolidasi
Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman
tulang berubah menjadi lamellar. Ini adalah proses yang lambat dan
mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa
beban yang normal. Konsolidasi berlangsung pada bulan ke-6
sampai bulan ke-8.
e. Remodelling
Lamellae terbentuk menjadi lebih tebal dan akhirnya menjadi
struktur tulang yang mirip dengan normalnya. Remodelling
berlangsung pada bulan ke 6-12 (Sylvia A, 2006).
7. Komplikasi
Komplikasi Dini
a. Cedera saraf
1. Lesi nervus medianus, didapati ketidakmampuan untuk melakukan
oposisi ibu jari dengan jari lain. Gangguan sensorik didapati pada
bagian volar tiga setengah sisi radial.
2. Lesi nervus ulnaris, didapati ketidakmampuan untuk melakukan
gerakan abduksi dan aduksi jari jari. Gangguan sensorik didapati pada
bagian volar satu setengah jari sisi ulna.
3. Lesi nervus radialis, didapati ketidakmampuan untuk ekstensi ibu jari
dan ekstensi jari lainnya pada sensi metakarpofalangeal.
b. Cedera pembuluh darah
Komplikasi Lanjut
a. Delayed Union
Penyatuan yang lambat dapat terjadi pada fraktur yang
melintang atau pada pasien yang belum melatih fleksor dan ekstensor
siku secara aktif.
b. Non-Union terjadi jika gerakan siku atau bahu dipaksakan sebelum
konsolidasi.
c. Kekakuan sendi dapat diminimalkan dengan aktifitas lebih awal,
tetapi fraktur melintang (yang berbahaya bila bahu melakukan

9
abduksi) dapat membatasi gerakan bahu selama beberapa bulan
(Apley & Solomon, 1995).

C. Rehabilitasi Medik
1. Definisi
Menurut WHO rehabilitasi medik adalah ilmu pengetahuan
kedokteran yang mempelajari masalah atau semua tindakan yang
ditunjukkan untuk mengurangi/menghilangkan dampak keadaan
sakit/nyeri/cacat dan atau halangan serta meningkatkan kemampuan
pasien mencapai integrasi sosial.
Tujuan dari rehabilitasi medik sendiri adalah untuk meniadakan atau
mengurangi keadaan cacat sebanyak mungkin. Selain itu rehabilitasi
medik bertujuan untuk melatih orang dengan sisa keadaan/cacat badan
untuk dapat hidup dan bekerja kembali sesuai dengan kemampuan yang
ada.
2. Masalah Rehabilitasi pada Fraktur Humerus
a. Nyeri
b. Bengkak
c. Keterbatasan gerak
d. Gangguan fungsional dalam ADL (Activity Daily Living)
e. Pada tahap lanjut dapat terjadi disuse atrofi pada lengan yang cedera
3. Rehabilitasi Medik Pada Terapi Konservatif Fraktur Humerus
a. Rehabilitasi Hari Pertama Sampai Hari ke Tujuh
Perhatian : Tidak memberi beban pada ekstremitas yang
cedera.
ROM : Jika di pasang brace atau splint, ROM
shoulder dan elbow jangan dilakukan terlebih
dahulu.
Gerakan aktif assistif ROM shoulder dan
elbow bisa dilakukan jika fiksasi telah stabil.
Dilakukan latihan pendulum exercise.

10
Muscule Strenght : Tidak dilakukan latihan perenggangan pada
elbow dan shoulder.
Aktivitas Fungsional : Ekstremitas yang cedera tidak digunakan
terlebih dahulu untuk melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari.
No Weight Bearing
Treatment : 2 minggu
Stabilitas pada lokasi fraktur : Tidak ada sampai minimal.
Tahap penyembuhan tulang : Fase awal penyembuhan, dimulai
dari fase reparasi sel osteoprogenitor
berdiferensiasi menjadi osteoblast.
X-Ray : Tidak ada sampai terbentuk sedikit
kalus.
b. Rehabilitasi 2 minggu
Perhatian : Tidak memberi beban pada ekstremitas yang
cedera.
ROM : Aktif dan aktif assistif ROM pada elbow dan
shoulder. Pada pemakaian splint atau brace,
tidak dilakukan abduksi bahu lebih dari 60
derajat.
Muscule Strenght : Tidak dilakukan latihan kekuatan pada elbow
dan shoulder.
Aktivitas Fungsional : Ekstremitas yang sehat digunakan untuk ADL,
mulai latihan menggunakan ekstremitas yang
cedera untuk aktivitas yang ringan seperti
makan, menulis.
Treatment : 4 sampai 6 minggu
Stabilitas Fraktur : Dengan adanya kalus fraktur akan
menjadi stabil, dibuktikan dengan
pemeriksaan fisik.
Tingkat pembentukan tulang : Fase reparasi, sejak terbentuknya

11
kalus di tempat fraktur sudah bisa
dikatakan stabil. Walaupun kekuatan
kalus lebih lemah dibandingkan dengan
tulang normal.
X-Ray : Pembentukan kalus mulai terlihat. Kalus
sudah banyak terlihat di daerah metafisis.
Garis fraktur sudah tidak terlihat.
c. Rehabilitasi 4 sampai 6 minggu
Perhatian : Tidak melakukan aktivitas berat dengan bagian
yang cedera.
ROM : Aktif dan aktif assistif ROM pada shoulder dan
elbow.
Muscule Strenght : Isometric dan isotonic exercises pada otot
forearm. Setelah 6 minggu isotonic exercises
pada otot bisep dan trisep.
Akifitas Fungsional : Mulai menggunakan ekstremitas yang cedera
untuk perawatan diri dasar.
Weight Bearing dengan internal fiksasi
Treatment : 8-11 minggu
Stabilitas Fraktur : Kalus telah stabil
Tingkat pembentukan tulang : Pada tulang yang retak digantikan
oleh tulang lameral pada daerah
korteks. Proses remodeling ini
dibutuhkan waktu berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun.
X-Ray : Terlihat banyak kalus, dan garis
fraktur mulai hilang. Kemudian
canalis meduralis daerah
metafisis mulai terbentuk.
d. Rehabilitasi 8 sampai 12 minggu
Perhatian : Jangan digunakan terlebih dahulu untuk berolahraga.

12
ROM : Aktif, aktif assistif, dan pasif ROM pada elbow dan
shoulder.
Muscle Strength : Excercise pada elbow dan shoulder.
Aktivitas Fungsional : Mulai menggunakan ekstremitas yang
cedera untuk aktivitas sehari-hari
(Lewin & Murty, 2000).
Full Weight Bearing
e. Alat
Beberapa alat yang digunakan pada terapi konservatif fraktur
humerus :
1. Coaptation splint

Diberikan untuk efek reduksi pada fraktur tetapi coaptation


splint memiliki stabilitas yang lebih besar dan mengalami
gangguan lebih kecil daripada hanging arm cast. Lengan bawah
digantung dengan collar dan cuff .
Coaptation splint diindikasikan pada terapi akut fraktur
shaft humerus dengan pemendekan minimal dan untuk jenis
fraktur oblik pendek dan transversal yang dapat bergeser
dengan penggunaan hanging arm cast. Kerugian coaptation
splint meliputi iritasi aksilla, bulkiness dan berpotensial

13
slippage. Splint seringkali diganti dengan fuctional brace pada
1-2 minggu pasca trauma.
2. Hanging cast

Indikasi penggunaan meliputi pergeseran shaft tengah


fraktur humerus dengan pemendekan, terutama fraktur spiral
dan oblik. Penggunaan pada fraktur tranversal dan oblik pendek
menunjukkan kontraindikasi relatif karena berpotensial
terjadinya gangguan dan komplikasi pada saat penyembuhan.
Pasien harus mengangkat tangan atau setengah diangkat
sepanjang waktu dengan posisi cast tetap untuk efektivitas.
Seringkali diganti dengan fuctional brace 1-2 minggu pasca
trauma. Lebih dari 96% telah dilaporkan mengalami union.

14
3. Functional bracing

Memberikan efek kompresi hidrostatik jaringan lunak dan


mempertahankan aligment. Fraktur ketika melakukan
pergerakan pada sendi yang berdekatan. Brace biasanya
dipasang selama 1-2 minggu pasca trauma setelah pasien
diberikan hanging arm cast atau coaptation splint dan bengkak
berkurang. Kontra indikasi metode ini meliputi cedera masif
jaringan lunak dan ketidak mampuan untuk mempertahankan
asseptabilitas reduksi.
4. Rehabilitasi Medik Pada Pre Operatif
a. Fisioterapi : Exercise isometric untuk biceps, triceps, dan
deltoiduntuk mencegah kontraktur pada saat imobilisasi, general
exercise terhadap sendi-sendi yang normal.
b. Okupasional terapi : Untuk mengurangi terjadinya edema pada post
operasi, dapat dilakukan elevasi lengan atas dan lengan bawah secara
bertahap. Selama tangan kanan belum berfungsi dengan baik, dapat
dilakukan Activity Daily Living menggunakan tangan kiri.
5. Rehabilitasi Medik Pada Post Operatif
a. Fisioterapi : General exercise diteruskanpasif atau aktif assistif ROM
exercise dari sendi-sendi lain pada sisi yang patah.
b. Okupasional terapi : Latihan-latihan yang bertujuan untuk
meningkatkan aktifitas kegiatan sehari-hari, Latihan fungsional

15
Selama lengan kanan belum berfungsi dengan baik, dapat dilakukan
okupasi terapi Activity Daily Living menggunakan tangan kiri.
6. Terapi Operatif
a. Plate Fixation

Digunakan pada fraktur terbuka humerus dengan kehilangan


sebagian tulang, trauma intraartikuler, atau gagal direduksi secara
tertutup.
b. Intramedullary Nail/Rod

Digunakan untuk fraktur humerus yang tidak dapat direduksi


secara tertutup, fraktur patologis, fraktur segmental, dan multi
trauma dengan multiple fraktur.

16
c. Eksternal Fixation

Digunakan pada fraktur shaft humerus atau fraktur tertutup shaft


humerus dengan soft-tissue, fraktur segmental humerus, dan floating
elbow fraktur (Kenneth, et al., 2002; Lewin & Murty, 2000).

17

Anda mungkin juga menyukai