Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS II

PPOK EKSASERBASI AKUT

Kelompok 4:
1. Muh. Fiqhi H
2. Megawati Ananda Hasbi P
3. Putri Aditya Ningrum
4. Putri Aprilla
5. Ardi Rahmansyah
6. Marini
7. Mustakim Burhan
8. Eka Lestari
Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 60 tahun
Agama : Islam
Alamat : Tallo Lama
Rumah Sakit : Balai Kesehatan Paru Malassar
MR : 069401
Tanggal Masuk : 16 Desember 2017
 Keluhan utama : Sesak napas
 Anamnesis Terpimpin
Pasien datang dengan keluhan sesak napas yang dialami sejak 4
hari sebelum masuk rumah sakit, keluhan sesak sering dialami hilang
timbul sejak kurang lebih 1 tahun. Sesak tidak dipengaruhi aktivitas.
Batuk ada. Berlendir warna putih. Sejak kurang lebih 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit. Keluhan batuk sering dialami hilang timbul sejak 1
tahun sebelum masuk rumah sakit. Riwayat batuk darah disangkal. Demam
ada. Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat didiagnosa TB Paru pada tahun 2014 oleh dokter puskesmas,
setelah pemeriksaan dahak, pasien diberi pengobatan OAT tapi tidak
sampai 6 bulan karena pasien sudah merasa membaik.
Pasien juga mengeluh nafsu makan menurun. Mual dan Muntah tidak ada,
Nyeri Ulu hati tidak ada. Buang air besar biasa kuning. Buang air kecil
lancar kuning.
 Riwayat minum OAT 3 tahun yang lalu
 Riwayat DM ada sejak, 10 tahun terakhir, tapi tidak
mengkonsumsi obat DM
 Riwayat merokok sejak usia 16 tahun, sekitar 4 bungkus per
hari. Rokok jenis surya, 234, cerutu, dan terakhir sampoerna.
 Berhenti merokok sejak sekitar 3 tahun yang lalu.
 Riwayat mengkonsumsi alkohol sejak lama, baru berhenti
sejak sekitar 4 tahun yang lalu.
 Keadaan umum : Sakit sedang/ Gizi baik/ GCS 15 E4M6V5
(compos mentis)
 Tekanan Darah : 140/80 mmHg
 Nadi : 82 x/menit, reguler, kuat angkat
 Pernapasan : 28 x/menit, Sp O2: 97% tanpa O2
 Suhu : 38 °C
KEPALA
 MATA : Sklera ikterik tidak ada, konjungtiva pucat tidak
ada, edema palpebra tidak ada, Isokor, diameter 2,5 mm,
Refleks cahaya (+)
 LEHER : Kaku kuduk tidak ada, pembesaran kelenjar
limfe tidak ada. DVS R+ 2 cmH2O
 TELINGA : Otorrhea tidak ada
 HIDUNG : Epistaksis dan rhinorrea tidak ada
 MULUT :Bibir kering tidak ada, stomatitis tidak ada,
sianosis tidak ada
 THORAX
Inspeksi : Normochest, pergerakan simetris kiri dan kanan,
ada penggunaan otot bantu napas.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, tactile
fremitus menurun pada kedua hemithoraks
Perkusi : hipersonor
Auskultasi :Bunyi pernapasan vesicular, Ronki (+), wheezing (+)
 JANTUNG
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas atas jantung ICS II sinistra, batas kanan jantung ICS IV
linea parasternalis dextra, batas kiri jantung ICS V linea
midaksilaris sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, bising tidak ada.
 ABDOMEN

Inspeksi : Datar, ikut gerak napas.


Auskultasi : Peristaltik ada, kesan normal
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
 EKSTREMITAS : Tidak terdapat kelainan
WBC 11.290 uL Neu 88,4%

Hb 11,9 g/dl Mon 2,6 %

PLT 393.000 uL Eos 2,3%

6
RBC 4,26 x 10 Lym 6,5%

HCT 35,7 % Bas 0,2%

MCV 83,9 fL GDP 83

MCH 27,9 pg GD2JPP 102


Kesan Foto Thoraks:
 Tampak bercak berawan disertai garis
fibrosis pada lapangan atas kedua paru
 Cor dalam batas normal (tampak
ramping), aorta normal
 Kedua sinus dan diafragma normal
(lancip)
 Tulang-tulang intak
 Hiperaerasi pada kedua basal paru dan
apex paru dextra

 Kesan :
 TB paru lama aktif
 Emfisema pulmonum
Jenis Spesimen Sputum

Pewarnaan BTA 1(sewaktu) Negatif

Pewarnaan BTA 2 (pagi) Negatif

Pewarnaan BTA 3 (sewaktu) Negatif


Param Best Pred %Pred Unit

FVC 1.06 3.70 28.61 I


 Reproducibility : - FVC -
FEV 1 0.87 2.94 29.39 I FEV - ACC3
PEF 1.33 7.83 16.96 I/s
 Acceptability: +EV 0.035I
FEV
1/FVC
81.68 76.36 106.97 %
- TEX 1.7s -Plateau
MMEF 0.82 3.35 24.54 I/s
 Predictive values:
MEF 75 1.22 6.90 17.61 I/s
ECCS/ERS 1993 (*)
MEF 50 0.89 4.11 21.55 I/s

MEF 25 0.52 1.45 36.10 I/s


 Interpretation ATS :
FIVC 1.08 - - I Restrictive abnormality :
Best 1.06 3.70 28.61 I very severe
FVC
Best 0.87 2.94 29.39 I
FEV 1
ASSESMENT

 PPOK eksaserbasi akut


 TB paru lama aktif
No Masalah Rencana Diagnostik Rencana Terapi
1. PPOK eksaserbasi akut Spirometri Kontrol, • O2 2 liter/menit via
S : Pasien datang dengan keluhan sesak napas yang dialami
sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, keluhan sesak sering Foto Thorax Kontrol nasal kanul
dialami hilang timbul sejak kurang lebih 1 tahun. Sesak tidak • IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
dipengaruhi aktivitas. Batuk ada. Berlendir warna putih. Sejak • Aminofilin 1 ½
kurang lebih 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan
batuk sering dialami hilang timbul sejak 1 tahun sebelum masuk ampul/drips
rumah sakit. Riwayat batuk darah disangkal. Demam ada. Sejak • Pulmicort nebul/12
3 hari sebelum masuk rumah sakit. jam/inhalasi
O : THORAX • Combivent nebul/6
Inspeksi : Normochest, pergerakan simetris kiri dan kanan, jam/inhalasi
ada penggunaan otot bantu napas. • N-ace 1 ampul dalam
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, tactile Nacl 0,9%/12
fremitus menurun pada kedua
hemithoraks
jam/drips
Perkusi : hipersonor • Codein 10 mg/8
Auskultasi : Bunyi pernapasan vesicular, Ronki (+), wheezing (+) jam/oral
Foto Thorax PA (16/12/2017) • Ampicilin 500mg/24
TB Paru lama aktif jam/oral
Emfisema Pulmonum
Daftar masalah Rencana diagnostik Rencana Terapi
2. TB paru lama aktif • Periksa kultur
S : Batuk ada. Berlendir warna putih. Sejak kurang lebih 2 sputum, gram,
minggu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan batuk sering jamur
dialami hilang timbul sejak 1 tahun sebelum masuk rumah • Kultur sputum M.Tb
sakit. Riwayat batuk darah disangkal. Demam ada. Sejak 3
hari sebelum masuk rumah sakit. • Sensitivitas OAT
Riwayat didiagnosa TB Paru pada tahun 2014 oleh dokter • Kontrol darah rutin
puskesmas, setelah pemeriksaan dahak, pasien diberi
pengobatan OAT tapi tidak sampai 6 bulan karena pasien
sudah merasa membaik.

O: Auskultasi Bunyi pernapasan vesicular, Ronki (+),


wheezing (+)
Foto Thorax PA (18/12/2017)
TB Paru lama aktif
Emfisema Pulmonum
16/12/2017 16/12/2017
Pasien datang ke Balai 16/12/2017
CXR : 18/12/2017
Paru dengan keluhan Pemeriksaan Sputum
TB Paru Lama Aktif + Spirometri
sesak nafas dengan BTA 3X : Negatif
diagnosis PPOK Emfisema Pulmonal
Waktu Subjektif Objektif Assesment Planning
18/12/2017 Pasien datang dengan keluhan sesak napas yang dialami • Keadaan umum : Sakit sedang/ Gizi baik/ GCS  PPOK eksaserbasi • O2 2 liter/menit via
18.20 WITA sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, keluhan sesak 15 E4M6V5 (compos mentis) akut nasal kanul
sering dialami hilang timbul sejak kurang lebih 1 tahun. • Tekanan Darah: 140/80 mmHg  TB paru lama • IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
Sesak tidak dipengaruhi aktivitas. • Nadi: 82 x/menit, reguler, kuat angkat aktif • Aminofilin 1 ½
Batuk ada. Berlendir warna putih. Sejak kurang lebih 2 • Pernapasan: 28 x/menit, Sp O2: 97% tanpa O2 ampul/drips
minggu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan batuk sering • Suhu: 38 °c • Pulmicort nebul/12
dialami hilang timbul sejak 1 tahun sebelum masuk rumah • Sklera ikterik tidak ada, konjungtiva pucat jam/inhalasi
sakit. Riwayat batuk darah disangkal. Demam ada. Sejak 3 tidak ada, edema palpebra tidak • Combivent nebul/6
hari sebelum masuk rumah sakit. ada, Isokoar, diameter 2,5 mm, Refleks jam/inhalasi
Riwayat didiagnosa TB Paru pada tahun 2014 oleh dokter cahaya (+) • N-ace 1 ampul dalam Nacl
puskesmas, setelah pemeriksaan dahak, pasien diberi • Kaku kuduk tidak ada, pembesaran kelenjar 0,9%/12 jam/drips
pengobatan OAT tapi tidak sampai 6 bulan karena pasien limfe tidak ada. DVS R+ 2 cmH2O • Codein 10 mg/8 jam/oral
sudah merasa membaik. • Paru : • Ampicilin 500mg/24
Pasien juga mengeluh nafsu makan menurun. Mual dan Inspeksi: Normochest, pergerakan simetris kiri jam/oral
Muntah tidak ada, Nyeri Ulu hati tidak ada. Buang air besar dan kanan, ada penggunaan otot bantu napas. • Paracetamol
biasa kuning. Buang air kecil lancar kuning. Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba 500mg/8jam/oral
massa, tactile fremitus menurun pada kedua
hemithoraks
Perkusi: hipersonor
Auskultasi:Bunyi pernapasan vesicular, Ronki (+),
wheezing (+)
• Jantung :
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular,
bising tidak ada.
• Abdomen :
Peristaltik ada, kesan normal, Hepar dan lien
tidak teraba, tidak ada nyeri tekan, Timpani
Foto Thorax PA (16/12/2017)
TB Paru lama aktif
Emfisema Pulmonum
Pemeriksaan sputum BTA 3x : negatif
Waktu Subjektif Objektif Assesment Planning

19/12/20 Sesak masih ada, sudah berkurang • Keadaan umum : Sakit sedang/ Gizi baik/  PPOK • O2 2 liter/menit via
17 Batuk ada GCS 15 E4M6V5 (compos mentis) eksaserbasi nasal kanul
08.00 • Tekanan Darah: 130/80 mmHg akut • IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
WITA • Nadi: 100 x/menit, reguler, kuat angkat  TB paru lama • Aminofilin 1 ½
• Pernapasan: 26 x/menit, Sp O2: 98% tanpa aktif ampul/drips
O2 • Pulmicort nebul/12
• Suhu: 36,7°c jam/inhalasi
• Sklera ikterik tidak ada, konjungtiva pucat • Combivent nebul/6
tidak ada, edema palpebra tidak jam/inhalasi
ada, Isokoar, diameter 2,5 mm, Refleks • N-ace 1 ampul dalam
cahaya (+) Nacl 0,9%/12
• Kaku kuduk tidak ada, pembesaran jam/drips
kelenjar limfe tidak ada. DVS R+ 2 cmH2O • Codein 10 mg/8
• Paru : jam/oral
Inspeksi: Normochest, pergerakan simetris • Ampicilin 500mg/24
kiri dan kanan, ada penggunaan otot bantu jam/oral
napas. • Paracetamol
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba 500mg/8jam/oral (bila
massa, tactile fremitus menurun pada kedua demam)
hemithoraks
Perkusi: hipersonor
Auskultasi:Bunyi pernapasan vesicular, Ronki
(+), wheezing (+), tapi berkurang
• Jantung :
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni
regular, bising tidak ada.
• Abdomen :
Peristaltik ada, kesan normal, Hepar dan lien
tidak teraba, tidak ada nyeri tekan, Timpani
• Spirometri :
Waktu Subjektif Objektif Assesment Planning

20/12/2017 Sesak berkurang • Keadaan umum : Sakit sedang/ Gizi baik/  PPOK eksaserbasi • O2 2 liter/menit via
08.00 WITA Batuk ada GCS 15 E4M6V5 (compos mentis) akut nasal kanul
• Tekanan Darah: 120/70 mmHg  TB paru lama aktif • IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
• Nadi: 98 x/menit, reguler, kuat angkat • Aminofilin 1 ½
• Pernapasan: 24 x/menit, Sp O2: 98% tanpa ampul/drips
O2 • Pulmicort nebul/12
• Suhu: 36,5 °c jam/inhalasi
• Sklera ikterik tidak ada, konjungtiva pucat • Combivent nebul/6
tidak ada, edema palpebra tidak jam/inhalasi
ada, Isokoar, diameter 2,5 mm, Refleks • N-ace 1 ampul dalam
cahaya (+) Nacl 0,9%/12
• Kaku kuduk tidak ada, pembesaran kelenjar jam/drips
limfe tidak ada. DVS R+ 2 cmH2O • Codein 10 mg/8
• Paru : jam/oral
Inspeksi: Normochest, pergerakan simetris kiri • Ampicilin 500mg/24
dan kanan, ada penggunaan otot bantu napas. jam/oral
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba • Paracetamol
massa, tactile fremitus menurun pada kedua 500mg/8jam/oral
hemithoraks
Perkusi: hipersonor
Auskultasi:Bunyi pernapasan vesicular, Ronki
(+), wheezing (+)
• Jantung :
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni
regular, bising tidak ada.
• Abdomen :
Peristaltik ada, kesan normal, Hepar dan lien
tidak teraba, tidak ada nyeri tekan, Timpani
• Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) atau juga dikenali
sebagai Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)
merupakan obstruksi saluran pernafasan yang progresif dan
ireversibel yang terjadi bersamaan dengan Bronkitis kronik,
Emfisema atau kedua-duanya
Anamnesis & Faktor Resiko
Gejala Keterangan
Sesak  Progresif (sesak bertambah berat seiring berjalannya waktu)
 Keluhan sering dialami hilang timbul sejak kurang lebih 1 tahun

Batuk Dialami sejak 1 tahun dengan dahak berwarna putih


Riwayat Terpajan  Asap rokok
Faktor Risiko  Rokok
 Derajat Merokok menurut Indeks Brinkman : 4 x 16 batang x 57 = 3.648
(Berat)
Pemeriksaan Fisis
Inspeksi Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
Penggunaan otot bantu napas
Hipertropi otot bantu napas
Pelebaran sela iga
Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis leher dan edema
tungkai
Penampilan pink puffer atau blue bloater

Palpasi Pada emfisema vocal fremitus melemah


Sela iga melebar

Perkusi Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil


letak diafragma rendah
hepar terdorong ke bawah

Auskultasi Suara napas vesikuler normal, atau melemah


Terdapat ronki pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa
Ekspirasi memanjang
Bunyi jantung terdengar jauh
Pemeriksaan penunjang
Darah rutin WBC dalam batas normal atas (sedikit meningkat)
Penurunan jumlah sel darah merah, hemoglobin, dan hematokrit yang sangat sedikit.
Foto thorax Hiperinflasi atau hiperlusen
Diafragma mendatar
Peningkatan corakan bronkovaskuler
Jantung pendulum
Ruang retrosternal melebar.
Spirometri penurunan nilai FEV1 dan KVP
Tingkat abnormalitas dari nilai spirometri dapat menunjukkan derajat keparahan dari
PPOK
Analisa gas darah Adanya hipoventilasi pada banyak alveoli dan kerusakan dinding alveolus mengakibatkan
terjadinya peningkatan kadar pco2 dalam darah dan penurunan kadar po2 dalam darah
Klasifikasi PPOK
Derajat Klinis Faal paru
Derajat I: PPOK Gejala batuk kronik dan produksi sputum ada tapi tidak -VEP1/KVP < 70%
Ringan sering. -VEP1 ≥ 80% prediksi

Derajat II: PPOK Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan kadang -VEP1/KVP < 70%
Sedang ditemukan gejala batuk dan produksi sputum. -50 < VEP1 < 80% prediksi

Derajat III: PPOK Berat Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas, rasa lelah dan - VEP1/KVP < 70%
serangan eksaserbasi makin sering -30 < VEP1 < 50% prediksi

Derajat IV: PPOK Gejala di atas ditambah tanda-tanda gagal napas atau gagal - VEP1/KVP < 70%
Sangat Berat jantung kanan dan ketergantungan oksigen. - VEP1<30% prediksi atau VEP1 < 50%
disertai gagal napas kronik.
Diagnosis Banding PPOK
Diagnosis Gambaran Klinis
Asma • Onset usia dini
• Gejala bervariasi dari hari ke hari
• Gejala pada waktu malam/dini hari lebih menonjol
• Ditemukan riwayat alergi, rinitis, atau eczema
• Ada riwayat asma dalam keluarga
• Hambatan aliran udara umumnya reversibel

Gagal jantung kongestif • Adanya riwayat hipertensi


• Ditemukan ronkhi basah pada basal paru
• Gambaran foto thoraks berupa pembesaran jantung dan edema paru
• Pemeriksaan faal paru restriksi, bukan obstruksi

Bronkiektasis • Sputum purulen dalam jumlah yang banyak


• Sering berhubungan dengan infeksi bakteri
• Ronkhi basah kasar
• Gambaran foto thoraks tampak honeycomb appearance dengan penebalan dinding bronkus.
Tabel 2.3 Diagnosis Banding PPOK1,4
Diagnosis Gambaran Klinis
Tuberkulosis • Onset semua usia
• Gambaran foto thoraks berupa infiltrat
• Ditemukan BTA pada pemeriksaan mikrobiologi

Bronkiolitis obliterasi • Usia muda


• Tidak merokok
• Dapat ditemukan riwayat adanya artritis reumatoid
• CT paru ekspirasi terlihat gambaran hipodens

Diffuse panbronchiolitis • Sering pada perempuan tidak merokok


• Seringkali berhubungan dengan sinusitis
• Pada foto rontgen dan CT paru resolusi tinggi memperlihatkan bayangan
diffuse nodul opak sentrilobular dan hiperinflasi.
Eksaserbasi Akut
• Gejala eksaserbasi utama berupa peningkatan sesak, produksi sputum
meningkat, dan adanya perubahan konsistensi atau warna sputum.
• Eksaserbasi akut dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu
Tipe I (eksaserbasi berat) apabila memiliki 3 gejala utama,
Tipe II (eksaserbasi sedang) apabila hanya memiliki 2 gejala utama,
Tipe III (eksaserbasi ringan) apabila memiliki 1 gejala utama ditambah
adanya infeksi saluran napas atas lebih dari 5 hari, demam tanpa sebab
lain, peningkatan batuk
PENATALAKSANAAN
Bronkodilator
• Bronkodilator yang lebih dipilih pada terapi eksaserbasi PPOK adalah
short-acting inhaled B2-agonists.
Kortikosteroid
• Kortikosteroid oral/intravena direkomendasikan sebagai tambahan
terapi pada penanganan eksaserbasi PPOK.
• Dosis prednisolon oral sebesar 30-40 mg/hari selama 7-10 hari adalah
efektif dan aman (GOLD, 2009).
PENATALAKSANAAN
Antibiotik
Berdasarkan bukti terkini yang ada, antibiotik harus
diberikan kepada:
a. Pasien eksaserbasi yang mempunyai tiga gejala kardinal, yaitu
peningkatan volume sputum, sputum menjadi semakin purulen,
dan peningkatan sesak
b. Pasien eksaserbasi yang mempunyai dua gejala kardinal, jika
peningkatan purulensi merupakan salah satu dari dua gejala
tersebut
c. Pasien eksaserbasi yang memerlukan ventilasi mekanik.
PENATALAKSANAAN
Terapi Oksigen
• Pada eksaserbasi akut terapi oksigen merupakan hal yang
pertama dan utama, bertujuan untuk memperbaiki hipoksemia
dan mencegah keadaan yang mengancam jiwa.
Ventilasi Mekanik
• Tujuan utama penggunaan ventilasi mekanik pada PPOK
eksaserbasi berat adalah mengurangi mortalitas dan morbiditas,
serta memperbaiki gejala.
KOMPLIKASI

Anda mungkin juga menyukai