Anda di halaman 1dari 24

BAGIAN PULMONOLOGI & LAPORAN KASUS

KEDOKTERAN RESPIRASI JANUARI 2018


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

TUMOR PARU DEXTRA

DISUSUN OLEH :
Muhammad Fiqhi H C11113317
Megawati Ananda Hasbi P C11113318
Putri Adhitya Ningrum C11113321
Putry Aprilla C11113323
Ardi Rahmansyah C11113324
Marini C11113326
Mustakim Burhan C11113329
Eka Lestari C11113333

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN PULMONOLOGI & KEDOKTERAN RESPIRASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. MT No. RM : 077915 (RS UNHAS)
Jenis kelamin : Laki-laki Tanggal Masuk : 30 November 2017
Tanggal lahir : 30-12-1950 Dokter yang memeriksa:
Alamat : Majene, Sulawesi Barar

II. SUBJEKTIF
 Keluhan Utama : Batuk
 Anamnesis Terpimpin :
I. Pasien datang dengan keluhan batuk yang dirasakan sejak +11 bulan sebelum masuk
rumah sakit dan memberat + 1 bulan terakhir. Batuk disertai lendir berwarna putih.
Riwayat sesak napas ada, nyeri dada tidak ada, batuk darah tidak ada. Demam tidak ada.
Riwayat demam tidak ada. Nafsu makan menurun disertai penurunan berat badan.
Pasien juga mengeluhkan lemah pada keempat anggota gerak yang telah dirasakan sejak
+1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Keluhan tersebut dirasakan secara tiba-tiba.
Awalnya pasien merasa lemah pada tangan dan kaki sebelah kiri kemudian lemah seluruh
anggota gerak. Pasien tidak mampu berjalan secara mandiri. Pasien juga mengeluhkan
sulit bicara dan lidah pelo.Keluhan mual ada, muntah tidak ada. Keluhan sakit kepala ada.
BAB dan BAK normal.
Sebelumnya pasien berobat di RSUD Majene pada Maret 2017 dengan keluhan batuk dan
sesak dan didiagnosis dengan tumor paru. Bulan April 2017 pasien dirujuk ke RS Unhas
dan dilakukan biopsi. Pasien kemudian menjalani kemoterapi di RS Awal Bros. Pasien
menjalani kemoterapi sejak Mei 2017 sebanyak 6 siklus, dan berakhir pada 28 Oktober
2017.
Riwayat merokok ada selama 35 tahun, 2 bungkus perhari (2x16x35=1.120
(Berat)).Riwayat konsumsi OAT tidak ada.Riwayat hipertensi tidak ada. Riwayat
diabetes mellitus disangkalRiwayat penyakit jantung koroner tidak ada. Riwayat stroke
tidak ada.Riwayat trauma kepala tidak ada.Riwayat keluarga: istri pasien meninggal
karena tumor kandungan.
II. Status Present
 Status Generalisasi :Sakit Sedang, Gizi Baik, Compos Mentis
Tinggi badan :160 cm
Berat Badan : 49kg
IMT =BB/TB2
= 49/1,62
= 19,1 kg/m2 (gizi baik)
• Status Vitalis :
T :120/70 mmHg
N :78 x/menit
P :20 x/menit
S :36,5oC, axilla

III. Pemeriksaan Fisis


• Mata :
Eksoptalmus/Enoptalmus : (-)
Kelopak Mata : Edema (-)
Konjungtiva : Anemis (-)
Sklera : Ikterus (-)
Kornea : Jernih
• THT :
Epistaksis (-), Perdarahan telinga (-), perdarahan gusi (-), faring hiperemis (-), lidah kotor
(-)
• Leher :
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran
Kaku kuduk : (-)
• Dada :
Inspeksi :
Bentuk : Simetris kiri = kanan, normochest. Pergerakan napas hemithorax
dextra tertingal
Pembuluh darah : DVS R + 1 cm H2O
Sela iga : Dalam batas normal
 Paru
Palpasi :
Fremitus raba : menurun pada hemithorax dextra
Nyeri tekan : (-)
Massa tumor : (-)
Perkusi :
Paru kiri : Sonor
Paru kanan : Pekak
Batas paru-hepar : Sulit ditentukan
Batas paru belakang kanan : Sulit ditentukan
Batas paru belakang kiri : CV Th. X sinistra

Auskultasi :
Bunyi pernapasan : Bunyi napas vesikuler, menurun pada hemithorax
dextra.
Bunyi tambahan : Ronki (-)/(-), Wheezing (-)/(-)
• Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Thrill (-)
Perkusi : Pekak
Batas Jantung: Kanan atas : Sulit dinilai
Kiri atas : ICS II linea midclavicularis sinistra
Kanan bawah : Sulit dinilai
Kiri bawah : ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, bunyi tambahan (-)
 Perut
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas, massa tumor (-)
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Palpasi : Nyeri tekan (-), Massa tumor (-)
Hepar tidak teraba pembesaran
Lien tidak teraba pembesaran
Perkusi : Timpani
 Alat Kelamin
Tidak dilakukan pemeriksaan
 Anus dan Rektum
Tidak dilakukan pemeriksaan
 Punggung
Palpasi : Nyeri tekan (-), Massa tumor (-)
Nyeri ketok : (-)
Gerakan : Dalam batas normal
Lain-lain : Tidak ada skoliosis
• Ekstremitas :
Edema : -/-
Eritema Palmaris: -/-
• Pemeriksaan Neurologis:
GCS : E4M6V5
Fungsi kortikal Luhur : Dalam batas normal
Nn. Cranalis : Pupil bulat isokor, diameter 2,5 mm ODS, RCL/RCTL +/+
Nn. Cranialis lain : parese N. VII dan XII sinistra sentral, Parese VI dextra, Parese N.
III sinistra dextra, Refleks cornea -/+
Sensorik : Dalam batas normal
Motorik :
4 1 N
Pergerakan Kekuatan 2 1
Tonus
Refleks Fisiologis Refleks Patologis - -
- -
Autonom : BAB dan BAK biasa, lancar.
• Laboratorium

Darah Rutin (30-11-2017)


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
WBC 15.98 x103/uL 4 - 11 x 103/uL
RBC 5.03x106/uL 4.5–5.5 x 106/uL
HGB 13.8 g/dL 13 - 16 g/dL
HCT 43.8 % 40 – 50%
MCV 87.1 fl 80 –100 fl
MCH 27.4 pg 27 – 34pg
MCHC 31.5 g/dl 31 – 36g/dl
PLT 236x 103/uL 150-450x103/uL
PCT 0.22 % 0.17 - 0.35
NEUT 83.6% 50– 70
LYMPH 6.5% 20- 40
MONO 8.5% 2- 8
EO 1.3% 1–3
BASO 0.1% 0–1

Elektrolit (30-11-2017)
Jenis Pemerikaan Hasil Nilai Rujukan
Natrium 139 mmol/L 136 - 145 mmol/L
Kalium 4,1 mmol/L 3,5 – 5,1 mmol/L
Klorida 101 mmol/L 97 – 111 mmol/L

Kimia Darah (30-11-2017)


Jenis Pemerikaan Hasil Nilai Rujukan
Glukosasewaktu 92mg/dl 80 - 180 mg/dl
Darah Rutin (12-12-2017 POST RADIASI)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
WBC 10.13 x103/uL 4 - 11 x 103/uL
RBC 4.54x106/uL 4.5–5.5 x 106/uL
HGB 12.5 g/dL 13 - 16 g/dL
HCT 38.8 % 40 – 50%
MCV 85.5 fl 80 –100 fl
MCH 27.5 pg 27 – 34pg
MCHC 32.2 g/dl 31 – 36g/dl
PLT 218x 103/uL 150-450x103/uL
PCT 0.20 % 0.17 - 0.35
NEUT 74.4 % 50– 70
LYMPH 12.9 % 20- 40
MONO 1.09 % 2- 8
EO 0.16 % 1–3
BASO 0.07 % 0–1

Kimia Darah (15-12-2016)


Jenis Pemerikaan Hasil Nilai Rujukan
Ureum 36 mg/dL 0-53 mg/dl
Creatinin 0,6 mg/dL 0.6-1,3 U/L
SGOT 61U/L < 35 U/L
SGPT 64U/L < 45 U/L
Albumin 3.1 gr/dL 3.3-5.0 gr/dL
Kolesterol total 190 mg/dl <200 mg/dl
Kolestrol HDL 20 mg/dl >65 mg/dl
Kolestrol LDL 146 mg/dl <100 mg/dl
Trigliserida 166 mg/dl <200 mg/dl
Hasil Pemeriksaan Ssitologi Cairan (03-05-2017)
- Mikroskopik: sediaan apusan menunjukkan kelompokan sel-sel dengan inti atipik,
pleomorfik, kromastin kasar, nukleoli prominent, tepi inti irreguler, N/C ratio meningkat,
yang tersusun membentuk struktur kelenjar. Latar belakang terdiri dari eritrosit dan
sebaran sel-sel radang limfosit
- Kesimpulan : Non Small Cell Lung Cancer (Adenocarcinoma)

Foto MSCT Thorax Tanpa dan dengan kontras (16-08-2017)

- Tampak massa isodens densitas (31 HU) yang menyangat post kontras (52.8 HU),
berbatas relatif tegas, tepi reguler, memenuhi seluruh lapangan paru dextra yang
menginfiltrasi main bronchus dextra dan percabangannya berukuran +128 x 7.1 mm
disertai kolaps paru dextra.
- Corakan bronkovaskular paru sinistra baik. Tidak tampak nodul metastasis kontralateral.
- Tidak tampak pembesaran KGB peribronchial paru bilateral.
- Trakea sedikit shift ke sinistra.
- Densitas cairan pada cavum pleura dextra, cavum pleura sinistra baik.
- Cor shift ke sinistra. Kalsifikasi aorta (atherosclerosis aortae).
- Lobus thyroid dextra et sinistra baik.
- Hepar dan lien yang terscan dalam batas normal.
- Tulang-tulang yang terscan kesan intak. Spur formation pada aspek anterior beberapa
level thoracalis (Spondylosis thoracalis).
- Kesan : Massa tumor paru dextra disertai atelektasis paru dextra dan efusi pleura dextra.

Foto MSCT Kepala + Kontras (23-11-2017)

- Ossa calvaria : tampak destruksi daerah parietal.


- Parenkim cerebri : tampak lesi hipodens multiple, pada frontalis kanan, occipitalis kanan,
parietalis kanan, parietalis kanan, pons dan cerebellum kanan, menyangat periferal post
pemberian kontras.
- Gyri dan sulci : prominent.
- Sistem ventrikel : normal
- Midline shift : tidak tampak
- Orbita : normal
- Sinus paranasal : normal
- Mastoid : normal
- Soft tissue : normal
- Kesan :
o Multiple lesi intracerebri sesuai gambaran metastasis
o Atropi cerebri
o Deviasi septi ke kanan
o Metastasis calvaria daerah parietalis.

ASSESSMENT
1. Tumor Paru Dextra tipe adenocarcinoma T3N0M1b stadium IV B metastasis cerebral
dextra pro Radioterapi PS 4
2. Hemiparese sinistra + multiple cranial nerve palsy e causa tumor metastasis intracerebri
3. Hipoalbuminemia
4. Hiperlipidemia

IV. PLANNING
 Pengobatan:
1. Radiotherapy
2. Codein 10 mg/8 jam/oral
3. Ceftriaxone 2 gram/24 jam/iv
4. Nebu N-acetylcystein 1 amp/12jam/inhalasi
5. Nebu combivent 1 amp/12jam/inhalasi
6. Neurobion 1 amp/24jam/iv
7. Citicolin 500 mg/12jam/oral
8. Neurodex tab/24jam/oral
9. Dexamethasone 1 amp/12jam/iv
10. Pujimin
11. Atorvastatin 80 mg /24 jam/oral

 Diet:
1. Diet rendah lemak

PROGNOSIS
 Ad Functionam : Dubia ad Malam
 Ad Sanationam : Dubia ad Malam
 Ad Vitam : Dubia ad Malam
RESUME
Pasien datang dengan keluhan batuk yang dirasakan sejak +11 bulan sebelum masuk
rumah sakit dan memberat + 1 bulan terakhir. Batuk disertai lendir berwarna putih. Riwayat
sesak napas ada, nyeri dada tidak ada, batuk darah tidak ada. Demam tidak ada. Riwayat demam
tidak ada. Nafsu makan menurun disertai penurunan berat badan.
Pasien juga mengeluhkan lemah pada keempat anggota gerak yang telah dirasakan sejak
+1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Keluhan tersebut dirasakan secara tiba-tiba. Awalnya
pasien merasa lemah pada tangan dan kaki sebelah kiri kemudian lemah seluruh anggota gerak.
Pasien tidak mampu berjalan secara mandiri. Pasien juga mengeluhkan sulit bicara dan lidah
pelo.Keluhan mual ada, muntah tidak ada. Keluhan sakit kepala ada. BAB dan BAK normal.
Sebelumnya pasien berobat di RSUD Majene pada Maret 2017 dengan keluhan batuk dan
sesak dan didiagnosis dengan tumor paru. Bulan April 2017 pasien dirujuk ke RS Unhas dan
dilakukan biopsi. Pasien kemudian menjalani kemoterapi di RS Awal Bros. Pasien menjalani
kemoterapi sejak Mei 2017 sebanyak 6 siklus, dan berakhir pada 28 Oktober 2017.
Riwayat merokok ada selama 35 tahun, 2 bungkus perhari. Riwayat konsumsi OAT tidak
ada.Riwayat hipertensi tidak ada. Riwayat diabetes mellitus disangkalRiwayat penyakit jantung
koroner tidak ada. Riwayat stroke tidak ada.Riwayat trauma kepala tidak ada.Riwayat keluarga:
istri pasien meninggal karena tumor kandungan.
o Pada pemeriksaan fisis didapatkan : Tanda vital: Tekanan darah 120/70 mmHg,
nadi 78x per menit, pernapasan 20x per menit, suhu axilla 36,5⁰C. pada
pemeriksaan thoraks didapatkan pergerakan napas hemithorax dextra tertinggal,
vokal fremitus menurun pada hemithorax dextra, pekak pada perkusi hemithorax
dextra, serta bunyi napas menurun pada hemithorax dextra. Pada extremitas
didapatkan edem pretibial. Pada hasil MSCT Thorax didapatkan Massa tumor
paru dextra disertai atelektasis paru dextra dan efusi pleura dextra. Pada
pemeriksaan sitologi cairan didapatkan sediaan apusan menunjukkan kelompokan
sel-sel dengan inti atipik, pleomorfik, kromastin kasar, nukleoli prominent, tepi
inti irreguler, N/C ratio meningkat, yang tersusun membentuk struktur kelenjar.
Latar belakang terdiri dari eritrosit dan sebaran sel-sel radang limfosit, kesan non
small cell lung carccinoma (adenicarcinoma). Pada MSCT kepala didapatkan
multiple lesi intracerebri sesuai gambaran metastasis, atropi cerebri, deviasi septi
ke kanan, metastasis calvaria daerah parietalis.
Berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang yang telah dilakukan maka diagnosis pasien ini adalah Tumor Paru
Dextra tipe adenocarcinoma T3N0M1b stadium IV B metastasis cerebral dextra
pro Radioterapi PS 4, Hemiparese sinistra + multiple cranial nerve palsy e causa
tumor metastasis intracerebri, Hipoalbuminemia, dan Hiperlipidemia.

FOLLOW UP HARIAN

Waktu Subjektif Objektif Assesment Planning

30/11/2 Pasien mengeluhkan batuk yang KU :sakit sedang/ 1. Tumor Paru IVFD NaCl 0,9%
017 dirasakan sejak +11 bulan sebelum gizi baik/ Dextra tipe 20 TPM
masuk rumah sakit (Desember composmentis adenocarcinom
18.00 2016) dan memberat + 1 bulan TD: 120/70 mmHg a T3N0M1b Radiotherapy
WITA terakhir (Oktober 2017). Batuk S : 36,3 0C stadium IV B
Codein 10 mg/8
disertai lendir berwarna putih. N : 78 x/menit P : metastasis
jam/oral
Riwayat sesak napas ada, nyeri 20 x/menit cerebral dextra
dada tidak ada, batuk darah tidak pro Radioterapi Ceftriaxone 2
ada. Demam tidak ada. Riwayat SpO2 : 92%
gram/24 jam/iv
demam tidak ada. Nafsu makan dengan oksigen 2. Hemiparese
menurun disertai penurunan berat Anemis dan ikterus sinistra + Nebu N-
badan. tidak ada. JVP R +1 multiple cranial acetylcystein 1
cmH2O nerve palsy e amp/12jam/inhalasi
Pasien juga mengeluhkan lemah causa tumor
pada keempat anggota gerak yang Paru: metastasis Nebu combivent 1
telah dirasakan sejak +1 bulan Inspeksi: intracerebri amp/12jam/inhalasi
sebelum masuk rumah sakit. Normochest,
Keluhan tersebut dirasakan secara pergerakan napas Neurobion 1
tiba-tiba. Awalnya pasien merasa hemithorax dextra amp/24jam/iv
lemah pada tangan dan kaki tertinggal.
Citicolin 500
sebelah kiri kemudian lemah
Palpasi: Vokal mg/12jam/oral
seluruh anggota gerak. Pasien
fremitus asimetris.
tidak mampu berjalan secara Neurodex
mandiri. Pasien juga mengeluhkan Perkusi: Pekak di tab/24jam/oral
sulit bicara dan lidah pelo. hemithorax dextra,
Sonor di Dexamethasone 1
Keluhan mual ada, muntah tidak amp/12jam/iv
hemithorax sinistra.
ada. Keluhan sakit kepala ada.
Auskultasi:Bunyi
BAB dan BAK normal. napas vesikuler,
menurun pada
hemithorax dextra
regio mediobasal,
rhonki dan
wheezing tidak ada
di kedua paru
Jantung :
Bunyi jantung I/II
murni reguler
Abdomen:
Peristaltik kesan
normal
Hepar dan lien
tidak teraba
Laboratorium:
WBC : 15.980/UL
HB : 13.8 gr/dL

NEUT : 83.6%

LYMP :6.5%%

GDS : 92 mg/dl
Kreatinin : 0,7
SGPT : 100 U/L
Na/K/Cl :
139/4.1/101
19/12/2 Pasien mengeluhkan lemas. Batuk KU :sakit sedang/ 1. Tumor Paru IVFD NaCl 0,9% 20
017 masih ada, lendir warna putih, sulit gizi baik/ Dextra tipe TPM
15.00 dikeluarkan. Sesak tidak ada. composmentis adenocarcino
WITA ma T3N0M1b Radiotherapy
TD: 110/80 mmHg
stadium IV B
S : 36,7 0C metastasis Codein 10 mg/8
N : 82 x/menit P : cerebral jam/oral
20 x/menit dextra pro
Radioterapi Ceftriaxone 2
SpO2: 95 % 2. Hemiparese gram/24 jam/iv
dengan oksigen sinistra +
Anemis dan ikterus multiple Nebu N-
tidak ada. JVP R +1 cranial nerve acetylcystein 1
palsy e causa amp/12jam/inhalasi
cmH2O
tumor
metastasis Nebu combivent 1
Paru: intracerebri amp/12jam/inhalasi
Inspeksi: 3. Hipoalbumin
Normochest, Neurobion 1
pergerakan napas amp/24jam/iv
hemithorax dextra
tertinggal. Citicolin 500
mg/12jam/oral
Palpasi: Vokal
Neurodex
fremitus asimetris.
tab/24jam/oral
Perkusi: Pekak di
Dexamethasone 1
hemithorax dextra, amp/12jam/iv
Sonor di
hemithorax sinistra. Koreksi
hipoalbumineamia
Auskultasi:Bunyi (asupan dan
napas vesikuler, pujimin)
menurun pada
hemithorax dextra Atorvastatin 80 mg
/24 jam/oral
regio mediobasal,
rhonki dan Diet rendah lemak
wheezing tidak ada
di kedua paru
Jantung :
Bunyi jantung I/II
murni reguler
Abdomen:
Peristaltik kesan
normal
Hepar dan lien
tidak teraba
Laboratorium:
WBC : 12.420/UL
HB : 12.9 gr/dL
Ureum/Kreatinin :
36/0,6
SGOT/SGPT :
61/64
Na/K/Cl :
139/4.0/99

Albumin : 3,1

Neurologis:

FKL : dalam batas


normal

Nn. Cranalis: Pupil


bulat isokor,
diameter 2,5 mm
ODS, RCL/RCTL
+/+

Nn. Cranialis lain:


parese N. VII dan
XII sinistra sentral,
Parese VI dextra,
Parese N. III
sinistra dextra,
Refleks cornea -/+

Sensorik: dalam
batas normal

Motorik:

Pergerakan
Kekuatan
Tonus

Refleks Fisiologis
Refleks Patologis
Non Small Cell Lung Carcinoma Stage IVB

1. Definisi
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal
dari paru sendiri (primer). Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan kanker paru primer
adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma bronkus/bronchogenic
carcinoma). (Nasional, 2017)
Kanker paru dibagi menjadi 2, yaitu: (Reck & Rabe, 2017)
a. Small cell lung carcinoma (10-15%)
b. Non-small cell lug carcinoma: Sel skuamousa, adenocarcinoma (85-90%)
2. Epidemiologi
Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia, mencapai hingga 13 persen dari
semua diagnosis kanker. Selain itu, kanker paru juga menyebabkan 1/3 dari seluruh kematian
akibat kanker pada laki-laki. (Nasional, 2017)
Insiden kanker paru termasuk rendah pada usia di bawah 40 tahun, namun meningkat sampai
dengan usia 70 tahun. Faktor risiko utama kanker paru adalah merokok. Secara umum, rokok
menyebabkan 80% kasus kanker paru pada laki-laki dan 50% kasus pada perempuan. Faktor lain
adalah kerentanan genetik (genetic susceptibility), polusi udara, pajanan radon, dan pajanan
industri (asbestos, silika, dan lain-lain). (Nasional, 2017)
3. Faktor Resiko
Kelompok pasien dengan risiko tinggi mencakup pasien usia > 40 tahun dengan riwayat
merokok ≥30 tahun dan berhenti merokok dalam kurun waktu 15 tahun sebelum pemeriksaan,
atau pasien ≥50 tahun dengan riwayat merokok ≥20 tahun dan adanya minimal satu faktor risiko
lainnya. (Rekomendasi Skrining: Low-dose CT-Scan) (Nasional, 2017)
Faktor risiko kanker paru lainnya adalah pajanan radiasi, paparan okupasi terhadap bahan
kimia karsinogenik, riwayat kanker pada pasien atau keluarga pasien, dan riwayat penyakit paru
seperti PPOK atau fibrosis paru. (Nasional, 2017)
4. Patofisiologi
Kanker paru bermula dari paparan zat karsinogenik. Kontributor yang paling signifikan
adalah asap rokok, terhitung pada 85% kasus kanker paru. Resiko lain termasuk paparan terhadap
polutan seperti asbestos dan tar, juga logam-logam seperti arsenik dan kromium. Paparan
lingkungan sering disertai dengan keterlibatan genetik pada individu yang mengidap kanker paru.
Kanker paru sel kecil dan sel tidak kecil tumbuh dari tipe sel yang berbeda dan memiliki
gambaran klinis yang berbeda. Kanker paru sel kecil berasal dari tumor sentral, sedangkan kanker
paru sel tidak kecil dapat berasal dari sentral maupun perifer. Kanker paru sel kecil bermetastasis
secara cepat tapi sering berespon baik terhadap kemoterapi. Kanker paru sel tidak kecil kurang
bermetastasis, tapi kurang responsif terhadap kemoterapi, sehingga reseksis lewat jalan operasi
merupakan terapi lini pertama. Kedua jenis Kanker paru dapat menyebabkan sindom
paraneoplastik. SIADH dan sindrom Cushing ektopik berhubungan dengan Kanker paru sel kecil.
(Miller, 2005) (Larsen & Minna, 2011) (Herbst, Heymach, & Lippman, 2008)

5. Diagnosis
a. Manifestasi Klinis (Nasional, 2017)
i. Batuk, merupakan gejala tersering (60-70%) pada kanker paru.
ii. hemoptisis,
iii. nyeri dada
iv. sesak napas/stridor.
v. efusi pleura
vi. efusi perikard
vii. sindrom vena kava superior
viii. Disfagia
ix. sindrom Pancoast, dan
x. paralisis diafragma
xi. penurunan berat badan dalam waktu yang singkat, nafsu makan menurun, dan
demam hilang timbul
b. Pemeriksaan Fisik (Nasional, 2017)
i. tanda yang dapat ditemukan pada kanker paru dapat bervariasi tergantung pada
letak, besar tumor, dan penyebarannya.
ii. Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) supraklavikula, leher dan aksila
iii. Sesak napas dengan temuan suara napas yang abnormal
iv. nyeri ketok di tulang
v. efusi pleura atau atelektasis.
vi. Venektasi (pelebaran vena) di dinding dada dengan pembengkakan (edema)
wajah, leher dan lengan berkaitan dengan bendungan pada vena kava superior
(SVKS)
c. Patologi Anatomi (Nasional, 2017)
i. pemeriksaan sitologi dan histopatologi, pemeriksaan imunohistokimia untuk
menentukan jenis tumor (mis. TTF-1 dan lain-lain), dan pemeriksaan petanda
molekuler, seperti mutasi EFGR.
d. Laboratorium (Nasional, 2017)
i. Pemeriksaan darah rutin, seperti Hb, leukosit, trombosit, serta fungsi hati, dan
fungsi ginjal.
e. Radiologi (Nasional, 2017)
i. Foto toraks AP/lateral merupakan pemeriksaan awal untuk menilai pasien dengan
kecurigaan terkena kanker paru. Berdasarkan hasil pemeriksaan ini, lokasi lesi
dan tindakan selanjutnya termasuk prosedur diagnosis penunjang dan penanganan
dapat ditentukan.
ii. CT scan toraks dengan kontras merupakan pemeriksaan yang penting untuk
mendiagnosa, menentukan stadium penyakit, dan menentukan segmen paru yang
terlibat secara tepat.
iii. Pemeriksaan lainnya seperti USG abdomen dilakukan kecuali pada stadium IV,
bone scan dilakukan untuk mendeteksi metastasis ke tulang-tulang.
f. Pemeriksaan Khusus (Nasional, 2017)
i. Bronkoskopi adalah prosedur utama untuk mendiagnosis kanker paru.
ii. Prosedur ini dapat membantu menentukan lokasi lesi primer, pertumbuhan tumor
intraluminal dan mendapatkan spesimen untuk pemeriksaan sitologi dan
histopatologi, sehingga diagnosis dan stadium kanker paru dapat ditentukan.
iii. Tindakan biopsi lain, seperti aspirasi jarum halus kelenjar untuk pembesaran
kelenjar getah bening, maupun biopsi pleura dapat dilakukan bila diperlukan.
g. Stadium Penyakit (AJCC/UICC, 2017)
h. Tampilan Umum (PS) (Nasional, 2017)

Skor WHO Batasan


Karnofsky

90 – 100 0 Aktivitas normal

70 – 80 1 Ada keluhan, tapi masih aktif, dapat mengurus diri sendiri

50 – 60 2 Cukup aktif; namun kadang memerlukan bantuan

30 – 40 3 Kurang aktif, perlu perawatan

10 – 20 4 Tidak dapat meninggalkan tempat tidur, perlu di rawat di RS

0 – 10 - Tidak sadar

6. Diagnosis Banding (Nasional, 2017)


a. tumor mediastinum,
b. metastasis tumor di paru,
c. tuberculoma
7. Tatalaksana (Novello, Barlesi, Califano, Cufer, & al., 2016)
a. Pilihan pengobatan sangat tergantung pada stadium penyakit, tampilan umum penderita,
komorbiditas, tujuan pengobatan dan cost-effectiveness.

b. Bedah
i. Terapi utama untuk sebagian besar KPKBSK, terutama stadium I-II dan stadium
IIIA yang masih dapat direseksi setelah kemoterapi neoadjuvan.
ii. Pilihan utama adalah lobektomi yang menghasilkan angka kehidupan yang paling
tinggi. Namun, pada pasien dengan komorbiditas kardiovaskular atau kapasitas
paru yang lebih rendah, dilakukan pembedahan segmentektomi dan reseksi
sublobaris paru.
c. Radioterapi
i. Dapat berperan di semua stadium KPKBSK sebagai terapi kuratif definitif,
kuratif neoadjuvan, adjuvan maupun paliatif.
ii. modalitas terapi dapat diberikan pada KPKBSK stadium awal (stadium I) yang
secara medis inoperabel atau yang menolak dilakukan operasi setelah evaluasi
bedah thoraks dan pada stadium lokal lanjut (stadium II dan III) secara konkuren
dengan kemoterapi.
d. Kemoterapi
i. Kemoterapi dapat diberikan sebagai modalitas neoadjuvan pada stadium dini,
atau sebagai adjuvan pasca pembedahan. Terapi adjuvan dapat diberikan pada
KPKBSK stadium IIA, IIB dan IIIA. Pada KPKBSK stadium lanjut, kemoterapi
dapat diberikan dengan tujuan pengobatan jika tampilan umum pasien baik
(Karnofsky >60%; WHO 0-2). Namun, guna kemoterapi terbesar adalah sebagai
terapi paliatif pada pasien dengan stadium lanjut.
e. Dukungan Nutrisi
i. Malnutrisi pada pasien kanker paru terjadi sebesar 46%. Malnutrisi disebabkan
oleh gangguan metabolisme terkait dengan adanya sel tumor, dengan gejala
penurunan berat badan (BB) dan kesulitan makan atau minum akibat efek terapi
antikanker.
8. Prognosis (AJCC/UICC, 2017)
DAFTAR PUSTAKA
AJCC/UICC. (2017). AJCC Cancer Staging Handbook. Chicago: Springerlink.
Herbst, R., Heymach, J., & Lippman, S. (2008). Lung Cancer. N Engl J Med , 1367-1380.
Larsen, J., & Minna, J. (2011). Molecular Biology of Lung Cancer: Clinical Implications. Clin Chest
Med , 703-740.
Miller, Y. E. (2005). Pathogenesis of Lung Cancer: 100 Year Report. Am J Respir Cell Mol Biol , 216-
223.
Nasional, K. P. (2017). Kanker Paru. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (pp. 6-46). Jakarta:
Kemenkes RI.
Novello, S., Barlesi, F., Califano, R., Cufer, T., & al., e. (2016). Metastativ non-small-cell lung cancer:
ESMO Clinical practice Guidelines for diagnosis, treatment and follow up. Annals of Oncology ,
v1.
Reck, M., & Rabe, K. F. (2017). Precision Diagnosis and Treatment for Advanced Non-Small Cell Lung
Cancer. N Engl J Med , 849.

Anda mungkin juga menyukai