Date Signature
OLEH :
PEMBIMBING :
dr. Tjiang Sari Lestari
SUPERVISOR :
dr. Denny Mathius. M.Kes, Sp.F
Supervisor, Pembimbing,
Referat ini kami buat dengan mengambil dan menambahkan pembahasan dari
referat yang dibuat oleh:
Pengertian Surat
Keterangan Kematian
Kegunaan Surat
Keterangan Kematian
Landasan Hukum
Surat Keterangan
Kematian
Macam-macam Surat
Keterangan Kematian
PEMBUATAN SURAT
KETERANGAN
KEMATIAN
Syarat Surat
Keterangan Kematian
Instruksi Pengisian
Surat Keterangan
Kematian
Format Surat
Keterangan Kematian
Badan Pusat Statistik mencatat angka kematian kasar tahun 2003 untuk
Indonesia sebanyak 767.740, sedangkan jumlah penduduk pada pertengahan tahun
tersebut diperkirakan sebesar 214.374.096 jiwa. Ini berarti, pada tahun tersebut
terdapat 3 atau 4 kematian untuk tiap 1000 penduduk. Namun bisa dipastikan bahwa
angka ini belum akurat, disebabkan minimnya laporan dan pencatatan lebih lanjut
untuk kematian tiap tahun, sehingga sangat tidak tepat untuk dijadikan titik acuan
penentuan mortalitas di Indonesia.
Kematian dapat menyebabkan seorang individu berubah hak dan
kewajibannya, serta perbedaan mendasar pada hukum yang berlaku pada individu
tersebut. Seperti status sosial dan hukum antara keluarga dan jenazah, contohnya
warisan, klaim asuransi, hak untuk menikah lagi, dan lain sebagainya. (rs padang).
Ditinjau dari sisi kesehatan, pencatatan atau pembuatan surat kematian
penting dilakukan sebagai salah satu cara pengumpulan data statistik penentuan
penyakit dan penyebab kematian pada masyarakat. Dari hal itu, maka seharusnya
bisa ditentukan langkah dan intervensi apa yang tepat untuk dilakukan. Selain itu,
data bisa juga dipakai sebagai upaya supervisi jalannya suatu program sekaligus
sebagai bahan evaluasi program yang telah berjalan. Sehingga kelengkapan dan
keaslian data yang didapat perlu dibuatkan standar tertentu agar bisa ditelusuri hal
yang kurang dan memperbaiki isi data tersebut.
Sebagai seorang tenaga kesehatan, khususnya seorang dokter, wajib untuk
mengetahui seluk-beluk dari surat keterangan kematian. Mulai dari pembuatan,
alur, dan fungsi dari pembuatan surat kematian tersebut karena memiliki landasan
tersendiri di mata hukum.
1.2. Batasan Masalah
Menurut UU 2006 23 DPR Pasal 44, Ayat (1), Yang dimaksud dengan
”kematian” adalah tidak adanya secara permanen seluruh kehidupan pada saat mana
pun setelah kelahiran hidup terjadi.2 Ini berarti pencatatan sipil memaksudkan
bahwa selama seorang individu lahir dalam keadaan hidup, baik beberapa jam
setelah lahir, berbulan-bulan, maupun dalam puluhan tahun, apabila kehidupan
telah berhenti, maka hal tersebut dimaksudkan sebagai kematian.
Dalam hal tidak ada dokter, maka surat keterangan kematian dapat diberikan
oleh perawat atau bidan, kecuali surat berasal dari rumah sakit. Baru setelah itu,
dilengkapi dengan dokumen kependudukan dan surat pengantar dari pejabat
setempat (ketua RT/RW) maka pelaporan kematian dapat dilakukan.4
Dalam hal kematian yang berkaitan dengan tindak pidana tertentu harus
dipastikan bahwa prosedur hukum telah dilakukan, yang biasanya disertai dengan
surat permintaan visum, yang berarti membutuhkan penerbitan surat Visum et
Repertum. Pembedahan jenazah mungkin dibutuhkan untuk memperoleh sebab
kematian yang pasti.3
Surat keterangan kematian tidak boleh dibuat pada orang yang mati diduga
akibat peristiwa pidana jika tanpa pemeriksaan kedokteran forensik terlebih dahulu,
dalam hal ini yang berperan tentunya adalah dokter spesialis kedokteran forensik
dan medikolegal.3
Saat ada surat permintaan visum atas korban meninggal, maka sebelum
pembuatan surat kematian, harus didahului dengan pembuatan Visum et Repertum,
di mana dalam beberapa kasus, otopsi ataupun pembedahan jenazah harus
dilakukan.3
Dalam alur pembuatannya, hal berikut harus ada agar dapat terbit surat
keterangan kematian dari pihak dan profesi manapun:
Identitas individu yang meninggal dan waktu kematian
Keterangan sebab meninggal (tidak wajib dicantumkan)
Kejelasan identitas penerbit surat keterangan kematian