IDENTITAS
Nama
: Tn. R
Umur
: 27 tahun
Jenis Kelamin
: Laki Laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Dokter Muda
Alamat
No. CM
tengkurap. Belum pernah ada riwayat jatuh sebelumnya. Pasien memiliki hobi
bermain futsal. Riwayat trauma disangkal. Pasien tidak mengangkat benda berat
sebelumnya.
Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit keluhan semakin memberat, pasien tidak
bisa jongkok sama sekali, sehingga pasien BAB menggunakan WC duduk. Nafsu
makan pasien tidak berkurang, gejala tidak didahului dengan demam, mual, muntah,
batuk, kelemahan anggota gerak serta baal. Tidak ada keluhan pada BAB dan BAK.
Pasien adalah seorang dokter muda yang tugas di RSUD Ambarawa. Pasien
mengaku sering berdiri lama dengan intensitas yang tinggi.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat merokok +
Anamnesis Sistem:
Sistem serebrospinal
Sistem kardiovaskuler
Sistem respirasi
Sistem gastrointestinal
Sistem musculoskeletal
bagian belakang
Sistem integumentum
Sistem urogenital
Resume Anamnesis:
Seorang pasien usia 27 tahun datang ke poli saraf RSUD Ambarawa
dengan keluhan nyeri pinggang kiri menjalar sampai ke paha kiri bagian belakang.
Keluhan nyeri pinggang sudah dirasakan sejak 7 bulan yg lalu. Namun, 4 bulan
SMRS keluhan semakin berat hingga menyebabkan pasien terbangun pada malam
hari karena punggung terasa nyeri, susah berjalan, dan susah jongkok. Jika pasien
tidur tengkurap, keluhan membaik dan terasa agak enak.
DISKUSI I
Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah atau
berpotensi terjadi atau digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut
(International Association for the Study of Pain, 1994).
Pada kasus ini nyeri pinggang bawah dirasakan seperti ditusuk-tusuk yang menjalar
ke bagian ujung kaki sesuai dengan dermatom sarafnya. Nyeri sudah dirasakan
pasien sejak 7 bulan yang lalu sehingga pada kasus ini dikategorikan sebagai nyeri
pinggang bawah kronis. Dimana nyeri pinggang bawah dikatakan kronis apabila
sudah lebih dari atau sama dengan 3 bulan lamanya.
Ada beberapa etiologi nyeri pinggang bawah yang bersifat kronis, yaitu Tumor
Spinal, osteoartritis dan hernia nukleus pulposus. pada diskusi I ini kita belum bisa
memastikan etiologi nyeri pinggang bawah yang terjadi pada pasien ini apa, karena
harus dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan lanjutan untuk menegakkan diagnosa.
Nyeri punggung bawah diklasifikasikan berdasarkan perjalanan klinik dan penyebab
terjadinya :
1.1. Defenisi Low Back Pain (LBP)
Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta
(tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa menjalar ke
daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha (Rakel, 2002). LBP atau
nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang
disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik (Maher, Salmond & Pellino, 2002).
1.2. Klasifikasi Low Back Pain (LBP)
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3
bulan. Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya
memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama.
Chronic low back pain dapat terjadi
karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus
intervertebralis dan tumor.
1.3. Penyebab Low Back Pain (LBP)
Beberapa faktor yang menyebabakan terjadinya LBP, antara lain:
Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang disebabkan oleh perubahan
jaringan antara lain:
1. Osteoartritis (Spondylosis Deformans)
Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan ototototnya juga menjadi berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya kekakuan
pada otot atau sendi. Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang
vetebra yang menyebabkan tulang belakang menjadi tidak fleksibel seperti saat usia
muda. Hal ini dapat menyebabkan nyeri pada tulang belakang hingga ke pinggang
(Idyan, 2008).
1. Penyakit Fibrositis
Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler. Penyakit
ini ditandai dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu. Rasa nyeri
memberat saat beraktivitas, sikap tidur yang buruk dan kelelahan (Dieppe, 1995
dalam Idyan, 2008).
1. Penyakit Infeksi
Menurut Diepee (1995) dalam Idyan (2008), infeksi pada sendi
terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri dan infeksi
kronis, disebabkan oleh bakteri tuberkulosis. Infeksi kronis ditandai dengan
pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam serta kelemahan.
1.3.4. Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat
Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat
mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan komplikasi pada
bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum dan
sebagainya (Soeharso, 1987). Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan berdiri dan
duduk dalam waktu yang lama juga dapat mengakibatkan terjadinya LBP (Klooch,
2006 dalam Shocker, 2008).
Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya LBPakibat pengaruh gaya berat. Hal ini disebabkan terjadinya penekanan
pada tulang belakang akibat penumpukan lemak, kelainan postur tubuh dan
kelemahan otot (Bimariotejo, 2009).
1.4. Faktor Resiko Low Back Pain (LBP)
Faktor resiko nyeri pinggang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan, etnis,
merokok, pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang berat yang berulangulang, membungkuk, duduk lama, geometri kanal lumbal spinal dan faktor
psikososial (Bimariotejo, 2009). Sifat dan karakteristik nyeri yang dirasakan pada
penderita LBP bermacam-macam seperti nyeri terbakar, nyeri tertusuk, nyeri tajam,
hingga terjadi kelemahan pada tungkai (Idyan, 2008). Nyeri ini terdapat pada daerah
lumbal bawah, disertai penjalaran ke daerah-daerah lain, antara lain sakroiliaka,
koksigeus, bokong, kebawah lateral atau posterior paha, tungkai, dan kaki
(Bimariotejo, 2009).
DIAGNOSIS SEMENTARA
Diagnosis Klinik
Diagnosis topik
Diagnosis etiologik
:
TD : 130/80 mmHg R : 24x/menit
N
: 90x/mnt
S : 37,0C
Tanda Vital
Kulit
Kepala
mudah dicabut
Edema palpebra -/-, konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterik -/-, pupil isokor diameter 3/3 mm, reflek
Mata
Telinga
Hidung
Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, sekret -/Bibir kering, faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1
Mulut
tenang
Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada deviasi trakhea, tidak teraba pembesaran
kelenjar getah bening, kaku kuduk (-), meningeal sign
Leher
(-)
Dada
Pulmo :
I : Normochest, dinding dada simetris
P : Fremitus taktil kanan=kiri, ekspansi dinding dada
simetris
P : Sonor di kedua lapang paru
A : Vesikuler (Normal/Normal), ronkhi (-/-), wheezing
(-/-)
Cor :
I : Tidak tampak ictus cordis
P : Iktus cordis teraba
P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra
Batas kiri ICS V linea midklavicula sinistra
I : Datar, supel
P : Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar dan
lien
tekan abdomen
P : Timpani
A : Bising usus (+) normal
Abdomen
:
Edema (-), sianosis (-), atrofi otot (-), capillary refill
Ekstremitas
Tingkah Laku
Normal
Perasaan Hati
Normal
Orientasi
Normal
Kecerdasan
Normal
Daya Ingat
Normal
Sikap Tubuh
Gerakan Abnormal
(-)
Kepala
Normocephal
Status Psikiatrik
Status Neurologis
Saraf otak :
Tabel Pemeriksaan Nervus Kranialis
NERVUS CRANIALIS
Kanan
Kiri
N.I
N.II
Daya Penghidu
Normal/Normal
Daya Penglihatan
Normal/Normal
Penglihatan Warna
Normal/Normal
Lapang Pandang
Normal/Normal
Ptosis
-/-
Gerakan mata ke
medial
Normal/Normal
Normal/Normal
Gerakan mata ke
N.III
bawah
Normal/Normal
Ukuran Pupil
+ (3 mm)
+ (3mm)
konsensuil
Strabismus divergen
-/-
Reflek cahaya
Langsung
Reflek cahaya
Gerakan mata ke
N.IV
N.V
N.VI
lateral bawah
+/+
Strabismus konvergen
-/-
Menggigit
Normal/Normal
Membuka mulut
Normal/Normal
Sensibilitas muka
Normal/Normal
Reflek kornea
Trismus
-/-
Gerakan mata ke
+/+
lateral bawah
N.VII
Strabismus konvergen
-/-
Kedipan mata
Normal/Normal
Lipatan nasolabial
Simetris/simetris
Sudut mulut
Simetris/simetris
Mengerutkan dahi
Normal/Normal
Menutup mata
Normal/Normal
Meringis
Normal/Normal
Menggembungkan pipi
Normal/Normal
Normal/Normal
Mendengar suara
N.VII
I
berbisik
+/+
+/+
Tes Rinne
Tidak dilakukan
Tes Schawabach
Tidak dilakukan
Tes Weber
Tidak dilakukan
Arkus Faring
Normal/Normal
Normal/Normal
Reflek muntah
Sengau
N.IX
Tersedak
N.X
Denyut nadi
90x/mnt regular
Arkus Faring
Simetris/simetris
Bersuara
Normal/Normal
N.XI
N.XII
Menelan
Normal/Normal
Memalingkan kepala
Normal/Normal
Sikap bahu
Normal/Normal
Mengangkat bahu
Normal/Normal
Eutrofi/Eutrofi
Sikap Lidah
Normal/Normal
Artikulasi
Normal/Normal
Tremor Lidah
-/-
Menjulurkan Lidah
Normal/Normal
Eutrofi/Eutrofi
Fasikulasi Lidah
-/-
Sensibilitas
: normal
Fungsi Vegetatif
Refleks Patologis
Lasegue : (-/+)
Braggard : (-/+)
Patrick : (-/+)
Posisi telungkup
Pasien sulit melakukan posisi telungkup
Gibbus : (-)
Posisi tegak
Deformitas :
Pelvis : dbn
Spasme otot :
Jongkok berdiri :
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Rujukan
Hemoglobin
12,7
14,0-18,0 g/dl
Leukosit
7,4
4,0-10 ribu
Eritrosit
4,13
4,0-6,2 juta
Hematokrit
37,1
40-58 %
Trombosit
270
200-400 ribu
MCV
89,8
80-90 mikro m3
MCH
30,8
27-34 pg
MCHC
34,2
32-36 g/dl
RDW
13,0
10-16 %
MPV
7,5
7-11 mikro m3
87
70-100 mg/dl
Hematologi
Darah Rutin
Kimia Klinik
Gula Darah Sewaktu
Ureum
25,8
10-50 mg/dl
Creatinin
0,80
0,62-1,1 mg/dl
SGOT
20
0-50 U/L
SGPT
24
0-50 IU/L
Protein total
6,84
6-8 g/dl
Albumin
4,37
3,4-4,8 g/dl
Globulin
2,47
2.0-4.0 g/dl
Hasil MRI:
Kesan
Positioning
Alih baring
TENS
SWD
Traksi
Pemasangan korset
DISKUSI II
Hasil pemeriksaan fisik neurologis tidak didapatkan adanya kelemahan motorik.
Berbagai pemeriksaan khusus yang dapat membangkitkan nyeri menunjukkan hasil
positif, dijumpai pula adanya spasme otot yang jelas.
Medula spinalis berakhir setinggi corpus vertebra LI-2 (conus terminalis). Di bawah
conus ada sekumpulan radiks yang saling berdekatan yang berjalan ke
ventrokaudal, untuk selanjutnya meninggalkan kanalis spinalis menuju ganglion
spinalis melewati kantung duramater pada pintu keluar foramen. Karena arahnya
yang ventrokaudal, maka jika ada protrusi atau prolaps dorsolateraldari diskus akan
lebih menekan segmen berikutnya, daripada segmen tingkatnya sendiri. Hasil
rontgen vertebrae lumbosakral menunjukkan adanya penyempitan discus
intervertebralis pada L4-L5, L5-S1. Hasil MRI pada pasien ini didapatkan Degenerasi
diskus intervertebralis L5-S1. Bulging pada diskus intervertebralis L5-S1 disertai
penyempitan foramen neuralis kanan kiri.
Pada kasus ini, dari hasil MRI menunjukkan ada proses degeneratif pada diskus
intervertebralis pada L5-S1 dan didapatkan bulging pada diskus intervertebralis L5-
Terdapat beberapa faktor risiko dari HNP ini, diantaranya umur, Body Mass Index,
merokok, dan faktor fisik dari pekerjaan. Pada pasien ini terdapat faktor risiko yaitu
merokok, dikarenakan kandungan nikotin pada rokok dapat menyebabkan
vasokonstriksi sehinggan aliran darah pada vertebrae berkurang dan dapat membuat
annulus fibrosus ruptur. Beberapa literatur juga menyebutkan bahwa efek batuk dari
merokok dapat menyebabkan terjadinya herniasi. Faktor risiko lainnya pada pasien
ini yang intensitas berdiri sebagai dokter muda yang banyak sehingga memperparah
rasa nyerinya.
Oleh karena itu dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
dapat disimpulkan pasien didiagnosis hernia nukleus pulposus
DIAGNOSIS AKHIR
Low back pain acute on chronic menjalar sampai paha
Diagnosis Klinik
kiri
Diagnosis topik
Diagnosis etiologik
TERAPI
Pada penderita ini diberikan terapi :
1. Farmakologis
Ketorolac 230 mg
Ranitidin 21 amp
Tramadol 21
2. Non Farmakologis
Tirah baring
Fisioterapi
DISKUSI III
Sebagian besar penderita nyeri punggung bawah akut hanya memerlukan terapi
simptomatis saja. Lebih dari 60% penderita nyeri punggung bawah akut akan
menunjukkan perbaikan yang nyata pada minggu pertama terapi (Bratton, 1999,
patel, 2000).
Pada penderita ini didapatkan gejala yang mengarah pada nyeri nosiseptif dan nyeri
neuropati. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya bangkitan nyeri pada prasat
pemeriksaan fisik dan spasme otot yang jelas. Sehingga, pada penderita ini terapi
yang digunakan adalah kombinasi analgesia dan muscle relaxant agent.
Pada penderita ini didapatkan adanya spasme otot paraspinal yang jelas. Spasme
otot paraspinal pada HNP terjadi sebagai akibat refleks pertahanan tubuh untuk
mengurangi gerakan tubuh.
Ketorolac 230 mg
Ranitidin 21 amp
Diazepam 2x2mg
Tramadol 21
Tramadol adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat. Tramadol
mengikat secara stereospesifik pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga
menghambat sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri. Disamping itu tramadol
menghambat pelepasan neurotransmiter dari saraf aferen yang sensitif terhadap
rangsang, akibatnya impuls nyeri terhambat. Tramadol peroral diabsorpsi dengan
baik dengan bioavailabilitas 75%. Tramadol dan metabolitnya diekskresikan terutama
melalui urin dengan waktu 6,3 7,4 jam.
Edukasi tentang perubahan pola hidup, faktor risiko dan biomekanikal tubuh juga
sangat diperlukan. Semua penderita nyeri pinggang bawah akut dianjurkan untuk
memulai aktivitas kehidupan sehari-harinya seawal mungkin. Meta analisayang
dilakukan olah Hagen, dkk (2002) menyimpulkan bahwa tidak ada beda bermakna
antara bed rest dan advice to stay active terhadap outcome NPB akut. Saran
untuk beraktivitas dan menjalankan aktivitas hidup sehari-hari akan lebih
meningkatkan kepuasan pasien (NHS, 2000).
Fisioterapi
Imobilisasi
Latihan fleksibilitas
Saran yg ergonomis
Terapi panas dengan menggunakan short wave diathermy fungsinya sebagai muscle
relaxant sehingga otot tidak menegang pada saat terapi selanjutnya yaitu traksi
lumbal. Traksi lumbal dengan cara menggunakan alat traksi, bagian tubuh tertentu
ditarik, pada hal ini memfokuskan pada lumbal. Lalu TENS berfungsi untuk
mengalihkan nyeri, untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien.
27/06/14
28/06/14
29/06/14
TD
130/80
130/80
110/80
90
84
72
24
20
20
37,0
36,5
36,6
29/06/1
27/06/14
bawah
+/+++
+/+++
+/+++
Nyeri tungkai
+/+++
+/+++
+/+++
28/06/1
29/06/1
S
Nyeri pinggang
27/06/1
GCS
E4V5M6
E4V5M6
E4V5M6
Nyeri tekan
++/+
+/+
+/-
Lasegue
+/+
+/+
+/+
Bragard
+/+
+/+
+/+
Patrick
+/+
+/+
+/+
Kontra patrick
+/+
+/+
+/+
27/06/14
28/06/14
LBP
29/06/14
27
28
29
Diazepam 22 mg
Tramadol 21
PROGNOSIS
lebih dari 85% penderita dengan HNP akan membaik tanpa operasi dalam jangka
waktu rerata 6 minggu, dan 70% dalam 4 minggu (Greenberg, 2002). Sebagian
besar penderita NPB akut (60%) akan dapat bekerja kembali dalam waktu 1 bulan
dan 90% dapat bekerja kembali dalam 3 bulan (Bratton, 1999). Pada penderita HNP
tanpa komplikasi, sebagian besar akan membaik secara nyata dalam 4 minggu
(Humprhey, 1999).
Dubia ad bonam
Disease
Dubia ad bonam
Disability
Dubia ad bonam
Discomfort
Dubia ad bonam
Dissatisfaction
Dubia ad bonam
Distitutional
Dubia ad bonam
DAFTAR PUSTAKA
Bimariotejo. (2009). Low Back Pain (LBP). Diambil 22 Januari 2014
dari www.backpainforum.com.
Cadwell, E & Hegner, B R. (2003). Asisten Keperawatan: Suatu
Pendekatan Proses Keperawatan Edisi 6. Jakarta: EGC.
Daniel. (2006). OAINS Konvensional Masih Jadi Pilihan. Diambil 22 Januari 2014
dari http://www.majalah.farmacia.com/default.asp.
Ester, M. (2005). Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Guyton, A C & Hall, J E. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, editor
Bahasa Indonesia : Irawati Setiawan Edisi 9. Jakarta: EGC.
Hakim. (1990). Nyeri Pinggang Bawah. Diambil 22 Januari 2014
dari www.emidicine.com.
Ismiyati, S W & Cit, C R. (1997). Latihan Dengan Metode William Dan
Mc Kenzie Pada Nyeri Pinggang Bawah. Jakarta: TITAFI XIII.
Idyan, Z. (2008). Hubungan Lama duduk Saat Perkuliahan dengan Keluhan
Low Back Pain. Diambil 22 Januari 2014dari http://inna-ppni.or.id.
Kenworthy, Snowley, Gilling. (2002). Common Foundation Studies in
Nursing, Third Edition. USA: Churchill Livingstone.
Kozier, B; Glenora, E; Audrey, B; Shirlee, J S. (2004). Fundamental
Nursing: Concept and Procedures. 8th edition. USA: Pearson Prentice Hall.
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan
Proses Keperawatan). Bandung: Yayasan IAPK Pajajaran.
Maher, S & Pellino. (2002). Aktivitas Tubuh penyebab LBP. Diambil 22 Januari
2014 dari www.healtcare.uiowa.edu.