Terapi okupasi adalah jenis terapi yang secara khusus digunakan untuk membantu orang -orang
untuk hidup mandiri dengan berbagai kondisi kesehatan yang telah ada. Terapi ini digunakan
sebagai bagian dari program pengobatan untuk orang-orang yang mengidap suatu penyakit, seperti
keterlambatan perkembangan sejak lahir, masalah psikologis, atau cedera jangka panjang. Tujuan
utama terapi okupasi adalah untuk membantu meningkatkan kualitas hidup mereka dalam
memaksimalkan kemandirian. Hal ini membantu pasien mendapatkan harapan positif dan tujuan
hidup.
Terapi okupasi mencakup program pengobatan yang beragam dan unik untuk masing-masing
pasien yang bertujuan untuk membantu pasien dalam mencapai kepuasan hidup and memastikan
bahwa mereka mendapatkan pandangan yang positif.
Terapis okupasi membantu pasien dari semua kalangan umur, dari anak hingga lansia. Pada pasien
anak, perhatian lebih diberikan untuk perkembangan kemampuan konsentrasi dan bersosialisasi.
Terapi okupasi memiliki banyak unsur, karena tujuannya adalah untuk membantu pasien secara
keseluruhan untuk kesehatannya dalam konteks aktivitas kehidupan sehari -hari. Oleh karena itu,
pasien yang sedang menjalani terapi ini akan mendapatkan pengarahan dan latihan dalam berbagai
hal, antara lain:
Perawatan pribadi – Pasien yang menjalani terapi okupasi akan dilatih untuk merawat
dirinya meskipun dalam keadaan sakit. Contoh perawatan diri yang diajarkan seperti
makan, mandi, dan berpakaian.
Pekerjaan rumah – Untuk mencapai kehidupan normal sebisa mungkin , pasien juga dilatih
untuk menjalani aktivitas sehari-hari di dalam rumah seperti membersihkan rumah,
memasak, dan berkebun.
Pengelolaan diri – Untuk membantu pasien memiliki kehidupan yang produktif, terapi
okupasi juga mengajarkan untuk menyusun jadwal sehari-hari seperti orang-orang pada
umumnya.
Mobilitas – Jika pasien berencana mengemudi atau menggunakan mode transportasi lain,
program ini akan mengajarkan mereka untuk melakukannya dengan aman. Para terapis
bertanggung jawab untuk mengembangkan kemampuan yang perlu dimiliki dalam
mengemudi seperti kemampuan menilai, mengambil keputusan, dan berpikir.
Latihan fisik – Sebagai bagian dari program, latihan fisik juga memiliki andil yang besar
dalam terapi okupasi. Pasien yang menderita penyakit kronik atau dalam tahap pemulihan
cedera perlu untuk tetap aktif. Para pasien akan dilatih untuk mempertahankan gerakan
sendi, kekuatan otot, fleksibilitas, dan postur, dengan cara yang aman dan tidak
menghabiskan seluruh energinya.
Menggunakan alat bantu – Jika pasien perlu menggunakan alat bantu seperti gips,
penyangga, kursi roda, perlengkapan dengan kendali komputer, dan sejenisnya sebagai
bagian dari terapinya, para terapis juga bertanggung jawab untuk mencari metode
alternatif untuk menjalani aktivitas sehari-hari yang mampu dilaksanakan pasien; seperti
penggunaan sikat gigi elektrik, pembuka kaleng elektrik, keyboard khusus, dan sebagainya.
Dengan adanya perkembangan teknologi, peralatan dengan kontrol suara juga dapat
digunakan untuk membantu pasien yang mengalami gangguan pergerakan.
Keamanan fisik – Hal ini juga merupakan tugas terapis untuk memastikan keamanan fisik
pasien dalam lingkungannya. Bila perlu, dapat dilakukan peningkatan keamanan pada hal -
hal sederhana seperti meletakan keset yang tidak licin di dalam kamar mandi, gagang atau
pegangan di tangga, dan peninggian posisi toilet.
Rehabilitasi tempat kerja – Elemen terapi ini difokuskan untuk membantu pasien untuk
kembali bekerja atau mencari pekerjaan yang cocok dengan kondisi mereka. Pekerjaan
pasien dapat berupa pekerjaan yang dibayar atau preokupasi lain seperti relawan atau
hanya merawat anak. Tugas terapis adalah untuk mengusulkan beberapa pilihan karir,
menilai keamanan tempat kerja, menilai peran dan tanggung jawab pasien, menilai
pekerjaan dan kemampuan pasien untuk menjalankannya, menyediakan latihan tambahan
jika diperlukan, dan mengedukasi atasan dan teman kerja pasien untuk mengerti kondisi
kesehatan pasien.
Edukasi untuk keluarga dan pengasuh – Tugas lain dari terapis adalah untuk mengedukasi
keluarga dan pengasuh bagaimana merawat dan membantu pasien jika dibutuhkan.
Selain hal-hal yang disebutkan di atas, para terapis juga dapat melakukan peninjauan kembali
terhadap aktivitas yang mungkin sulit untuk dilaksanakan pasien, dan mencoba mencari cara untuk
membantu pasien melaksanakannya, baik dengan cara sederhana, atau penyelesaian dengan cara
baru. Terapis biasanya membagi satu aktivitas ke dalam banyak gerakan kecil dan membantu
pasien melakukan gerakan tersebut hingga dapat melaksanakan aktivitas tersebut secara utuh.
Selain memberikan perawatan, bantuan, dan latihan, terapis juga perlu mempertimbangkan biaya
terapi yang terjangkau bagi pasien. Terapis juga bertanggung jawab memantau dan mengevaluasi
kemajuan pasien dalam beberapa aspek sepert efek fisik, emosional, dan psikol ogis pada pasien.
Jika aspek tertentu tidak memberikan manfaat, diperlukan adanya perubahan rencana intervensi.
Tenaga medis yang menyediakan program terapi okupasi disebut terapis okupasi. Terapi okupasi
digunakan untuk membantu:
Cedera akibat kecelakaan kerja (penyembuhan jangka pendek atau cedera jangka panjang)
Stroke atau serangan jantung
Kerusakan otak
Amputasi
Penyakit kronik seperti sklerosis multiple, ALS, penyakit Parkinson, penyakit paru
obstruktif kronik, dan lain-lain
Gangguan belajar
A. PENGERTIAN
Rekreasi berasal daripada bahasa Latin yaitu recretio yang berarti
penyegaran kesehatan (Torkildsen, 1992). Dengan kata lain, rekreasi membawa
maksud penyegaran kembali jasmani dan rohani seseorang.
Menurut Edington & Kraus et al. (1990), rekreasi merupakan satu aktiviti
yang dilakukan semasa waktu lapang, menyenangkan dan mempunyai kualiti
social.
Jadi rekreasi secara keseluruhannya digambarkan sebagai perbuatan
seseorang individu menyertai sesuatu aktiviti dengan kerelaan serta kesenangan
pada masa lapang.
B. MACAM
Rekreasi terbagi menjadi dua, yaitu
1. Rekreasi aktiv
Rekreasi aktif adalah jenis rekreasi yang memerlukan banyak aktivitas fisik/
tenaga. Seperti: mendaki gunung, sepak bola, traveling.
2. Rekreasi Pasif
Rekreasi pasif adalah jenis rekreasi yang banyak melibatkan aktivitas relaksasi
dan tidak memerlukan banyak tenaga. Contoh: menonton TV, mendengarkan
music, kuliner.
C. TERAPI REKREASI
Terapi rekreasi merupakan cara baru untuk memberikan perawatan kepada
orang-orang yang menderita dari berbagai cacat dan penyakit. Terapi rekreasi
digunakan di beberapa daerah penyakit seperti Alzheimer, Parkinson, gangguan
kognitif dan neurologis.
Terapi reakreasi ialah suatu bentuk terapi yang mempergunakan media
reakresi (bermain, berolahraga, berdarmawisata, menonton TV, dan
sebagainnya) dengan tujuan mengurangi keterganguan emosional dan
memperbaiki prilaku melalui diskusi tentang kegiatan reakresi yang telah
dilakukan, sehingg perilaku yang baik diulang dan yang buruk dihilangkan.
Yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada waktu luang, dengan tujuan
pasien dapat melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan serta
mengembangkan kemampuan hubungan sosial.
Terapi rekreasi membantu untuk menyembuhkan orang dengan cara yang
positif dan juga sebagai per umpan balik dari pasien dan penelitian, orang-orang
yang menggunakan terapi ini jarang depresi atau stres karena penyakit mereka.
Contoh 2 :
Penerapan terapi yang lain bisa dengan terapi relaksasi. Salah satu cara terapi
relaksasi ialah mandi rempah-rempah. Mandi rempah-rempah yaitu mandi
dengan berbagai jenis rempah-rempah, susu, dan garam serta coklat. Mandi
merendam memakai bahan-bahan tertentu. ( Janny Bodhipala )
Manfaat mandi rempah-rempah :
1. Tujuannya :
Rukun Iman itu mempunyai 6 (enam) pilar dan yang pertama adalah imam / mempercayai Allah SWT
tuhan sang pencipta alam itu ada serta menyakini bahwa tiada tuhan selain Allah karena orang yg
beriman, percaya dan menyembah kpd Allah akan mendapatkan ketenangan dan ketentraman jiwa yg
muncul dari hati secara ikhlas. Seperti Firman Alloh SWT yang berbunyi :
“ Adapun Orang2 yg beriman kepada Alloh dan berpedang teguh kepada agamanya (Islam) niscaya
Allah akan memasukkan mereka ke dlm rahmat yg besar dari’nya (Surga) dan limpahan karunia’nya
dan menunjuki mereka kpd jalan yg lurus untuk sampai kepada’nya (QS. An-Nisa : 175)”.
Adapun Rukun Iman yg kedua adalah meyakini adanya Malaikat – Malaikate Gusti Alloh dan
meyakini bahwa Alloh memiliki Malaikat2 yg diciptakan dari cahaya dan serta mereka (Para Malaikat)
adlh hamba Alloh yg dimuliakan karena apapun yg Alloh perintahkan kpd mereka maka mereka akan
langsung melaksanakannya.
Yang mempunyai pengertian bahwa kita sebagai seorang Muslim harus meyakini bahwa Alloh
memiliki kitab – kitab yg diturunkan kpd Nabi dan Rosul (Sebelum Al-qur’an) yg benar – benar
merupakan kalam / Firman’nya dan ia (Kitabnya) adlah cahaya dan petunjuk serta apa yg terkandung
didlmnya adlah suatu kebenaran. Adapun kitab – kitab Gusti Alloh yg disebutkan namanya oleh Alloh
antara lain Kitab Taurat, Kitab Injil, Zabur dan Al – Qur’an, Kitab Al-Qur’an sendiri merupakan tolak
ukur kebenaran dari kitab – kitab terdahulu.
Rukun Iman yg ke empat adalah menyakini adanya para Rosul – Rosul atau Nabi utusan Alloh yang
diberi wahyu oleh Alloh dan ditugaskan untuk menyampaikan pesan atau wahyu tersebut kpd hamba-
hambanya yg intinya untuk memberikan jalan yg lurus yang dibenarkan oleh Alloh SWT. Sedangkan
untuk Rosul atau Nabi merupakan sosok seseorang yg sdh ditinggikan derajatnya oleh Alloh dan Rosul
atau Nabi yg diutus oleh Alloh berjumlah 25 orang.
Rukun Iman yang kelima adlh menyakini bahwa hari akhir / kiamat itu ada dan bakal terjadi di dunia
ini karena kita mengetahui sendiri bahwa kehidupan ini tidaklah kekal dan suatu saat pasti akan
berakhir. Adapun kita sebagai umat muslim harus percaya bahwa urunan setelah dunia ini hancur
beserta dg semua isinya akan di bangkitkan kembali semua umat manusia didlm kubur, lalu
dikumpulkannya lagi di padang mahsyar, kemudian di hitungnya semua alam perbuatan manusia di
dunia (Hisab), lalu ditimbangkan semua amal perbuatannya tersebut untuk mengetahui lebih banyak
mana amal baik maupun amal buruknya, kemudian sampai kpd pembalasan di masukanya di dlm surga
atau di neraka.
Rukun Iman yang terakhir adalah mempercayi dg adanya Qadha dan Qadar, Qadha sendiri mempunyai
pengertian kehendak atau ketetapan hukum Alloh terhadap segala sesuatu.. Sedangkan Qadar adalh
ukuran atau ketentuan Alloh SWT terhadap segala sesuatu.
Sholat Minta Hujan
Yang dimaksud dengan shalat Istisqo’ adalah shalat sunnah yang dikerjakan karena ada keperluan untuk mohon turunnya
hujan. Mengenai hukumnya shalat Istisqo’ adalah sunnah Mu’akkad sebagaimana telah diketahui bahwa shalat selain shalat
fardhu lima waktu adalah hukumnya sunnah.
Adapun mengenai waktu mengerjakan shalat Istisqo’ adalah sewaktu-waktu dimana sangat membutuhkan air dan saat itu
sudah lama sekali tidak turun hujan.
1. Sebelum mengerjakan shalat Istisqo’, kurang tiga hari supaya ada orang yang memerintahkan kepada para penduduk
untuk berpuasa tiga hari, selama berpuasa dianjurkan supaya memperbanyak amal kebajikan dan memperbanyak
bertaubat serta mohon ampun dengan membaca istighfar dan memperbanyak sedekah dan menjauhi segala
kemaksiatan.
2. Setelah pelaksanaan berpuasa selesai, pada hari keempat, supaya semua penduduk dianjurkan keluar menuju tanah
lapang dengan menggiring semua binatang ternaknya, dan hendaklah berpakaian sederhana dan tidak memakai wangi-
wangian, kemudian mengerjakan shalat Istisqo’ secara berjamaah.
3. Setelah salam, kemudian khotib berkhutbah dengan dua khutbah. Pada khutbah awal khotib membaca istighfar
Sembilan kali, dan membaca istighfar tujuh kali pada khutbah yang kedua.
Khutbah Shalat Sunnah Istisqo’
Cara berkhutbah istisqo’ itu ada perbedaan dengan khutbah Jumat atau lainnya, yaitu dalam khutbahnya banyak
menganjurkan istighfar, merendahkan diri serta penuh keyakinan bahwa Allah akan mengabulkan permohonannya yakni
akan mencurahkan hujan.
Ketika berdoa pada khutbah yang kedua untuk memohon agar segera turun hujan, maka khotib menghadap kiblat
membelakangi ma’mum sambil berdoa bersama-sama dengan suara yang nyaring dan mengangkat tangan yang setinggi-
tingginya. Disamping itu khotib disunnahkan memakai selendang dan sewaktu berdoa supaya memindahkan selendangnya,
yang semula di sebelah kanan dipindahkan ke sebelah kiri, dan yang sebelah kiri di pindan ke sebelah kanan dan
mengangkat tangan setinggi-tinggi sampai jauh berpisah dari badan.
Membaca Istighfar
Dalam pelaksanaan untuk meminta hujan ini ada tiga cara yaitu :
1. Berdoa pada sembarang waktu atau tempat dengan menadahkan tangan setinggi-tingginya.
2. Pada hari Jumat Khotib berdoa mohon diturunkan hujan ketika berkhutbah yang kedua pada saat membaca doa.
3. Dengan melaksanakan shalat Istisqo’ sebagaimana telah diuraikan di atas beserta khutbahnya.
4.
Lafazd Niat Shalat Istisqo’ :
USHOLLII SUNNATAL ISTISQOO’I ROK’ATAINI IMAAMAN/MA’MUUMAN LILLAAHI TA’AALAA ALLAAHU
AKBARU. Artinya : “Saya berniat shalat sunnah istisqo’ dua rakaat jadi Imam/Ma’mum karena Allah Ta’ala. Allaahu
Akbar”.
ALLAAHUMMAJ’AL SUQYAA ROHMATIN WA LAA TAJ’ ALHAA SUQYAA ‘ADZAABIN WA LAA MUHQIN
WA LAA BALAA’IN WA LAA HADAMIN WA LAA GHOROQIN. Artinya : “Wahai Allah, Jadikanlah hujan ini
sebagai siraman rahmat, janganlah Engkau jadikan sebagai siraman siksa, memusnahkan harta, bencana, menghancurkan
dan menenggelamkan”.
ALLLAAHUMMA BIL ‘IBAADI WAL BILAADI MINAL JUHDI WAL JUU’I WADLONKI WA LAA NASYKUU
ILLAA ILAIKA. Artinya : “Wahai Allah, hamba dan negeri sedang dilanda kemalaratan, kelaparan, kesempitan hidup
dan kami tidak bisa mengadukan kecuali kepada-Mu”.
Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts wal Ifta di tanya, “apa yang dimaksud dengan shalat sunnah rawatib?
Apabila saya melaksanakan shalat 4 rakaat sebelum dzuhur dan 4 rakaat sebelum ashar, apakah
diharuskan untuk salam setiap 2 rakaat ataukah bagaimana? Jazakumullahu khairan“.
Mereka menjawab:
Dan Rasulullah Shalallahu’alaihi wa Sallam selalu menjaga ke-12 rakaat tersebut ketika beliau sedang
tidak bepergian. Beliau bersabda,
بني له بهن بيت في الجنة، من صلى ثنتي عشرة ركعة تطوعا في اليوم والليلة
“barangsiapa yang shalat sunnah 12 rakaat dalam sehari semalam, Allah akan bangunkan untuknya
rumah di surga” (HR. Muslim no. 728).
Terdapat salah satu hadits yang menafsirkan 12 rakaat ini dengan shalat sunnah rawatib. Maka
barangsiapa yang menjaganya, ia akan selalu dalam kebaikan yang besar. Di dalam hadits tersebut
dijanjikan sebuah rumah di surga bagi orang yang melaksanakan shalat rawatib 12 rakaat tersebut.
Yaitu 4 rakaat sebelum dzuhur dengan 2 salam, 2 rakaat setelahnya dengan sekali salam, 2 rakaat
setelah maghrib dengan 1 salam, 2 rakaat setelah isya dengan 1 salam, 2 rakaat sebelum shubuh dengan
1 salam. Shalat-shalat ini disebut shalat rawatib.
Jika seseorang shalat 4 rakaat setelah shalat dzuhur maka di dalamnya terdapat keutamaan.
Sebagaimana terdapat di dalam hadits,
من حافظ على أربع قبل الظهر وأربع بعدها حرمه هللا على النار
“barangsiapa yang shalat 4 rakaat sebelum dan sesudah dzuhur, maka Allah mengaharamkan neraka
untuknya” (HR. Tirmidzi no. 428, Abu Daud no. 1269, An Nasa-i no. 1816).
Akan tetapi, 4 rakaat setelah dzuhur bukanlah shalat sunnah yang rawatib, karena yang menjadi rawatib
hanya 2 rakaat saja. Jika kemudian menambah dan melaksanakan 2 rakaat untuk menambah rakaat
dalam rangka meneladani tuntunan Nabi Shalallahu’alaihi wa Sallam, maka hal ini baik. Sebagaimana
sabda Rasulallah Shalallahu’alaihi wa Sallam dalam hadits Ummul Mu’minin Ummu Habibah binti
Abi Sufyan –radiyallahu’anha-, bahwa beliau mendengar Rasulallah Shalallahu’alaihi wa Sallam
bersabda,
من حافظ على أربع قبل الظهر وأربع بعدها حرمه هللا على النار
“barangsiapa yang shalat 4 rakaat sebelum dan sesudah dzuhur, maka Allah mengaharamkan neraka
untuknya”
Dan dianjurkan pula untuk shalat 4 rakaat sebelum ashar, namun bukan termasuk ke dalam shalat
rawatib. Akan tetapi, dianjurkan untuk mengerjakannya dengan 2 kali salam sesuai dengan sabda
Rasulullah Shalallahu’alaihi wa Sallam,
Dianjurkan pula untuk melaksanakan shalat sunnah di antara adzan dan iqamat dalam setiap waktu
shalat, terlebih pada saat shalat maghrib dan isya. Rasulallah Shalallahu’alaihi wa Sallam bersabda,
“لمن شاء: بين كل أذانين صالة” وقال في الثالثة، بين كل أذانين صالة
“di setiap 2 adzan terdapat shalat, di setiap 2 adzan terdapat shalat, beliau berkata yang ketiga
kalinya: bagi siapa yang menginginkan untuk melakukannya”. (HR. Al Bukhari no. 627, Muslim no.
828).
“shalatlah kalian sebelum maghrib, shalatlah kalian sebelum maghrib, beliau berkata yang ketiga
kalinya: bagi siapa yang menginginkan untuk melakukannya”. (HR. Al Bukhari nol 1183).
Para sahabat Radhiyallahu’anhum selalu melaksanakan shalat sunnah setelah maghrib 2 rakaat. Mereka
juga melaksanakan shalat 2 rakaat setelah adzan maghrib sebelum waktu iqamat dikumandangkan.
Shalat sunnah ini bukanlah shalat sunnah yang rawatib akan tetapi shalat sunnah biasa. Empat rakaat
setelah dzuhur bukanlah shalat sunaah rawatib, karena shalat sunnah rawatib setelah dzuhur hanya 2
rakaat. Shalat 4 rakaat sebelum shalat ashar dengan 2 salam adalah sunnah, tetapi bukanlah shalat
sunnah yang rawatib. akan tetapi, shalat sunnah tersebut nabi perintahkan dan tekankan untuk
mengerjakannya. Namun, jika seorang mu’min menjaga shalat sunnah 4 rakaat sebelum ashar tersebut
sebagaimana sabda beliau,
“Allah akan merahmati urusan seseorang bila ia shalat 4 rakaat sebelum shalat ashar”.
Pertama, jika ia menjaga shalat tersebut, berarti ia telah mengikuti contoh dari Nabi Shalallahu’alaihi
wa Sallam. Begitu pula jika ia shalat 2 rakaat antara adzan dan iqamah shalat maghrib, 2 rakaat antara
adzan dan iqamah shalat isya, 2,4, atau lebih shalat dhuha, yakni ketika matahari telah meninggi
sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Shalallahu’alaihi wa Sallam.
Rasulallah Shalallahu’alaihi wa Sallam melaksanakan shalat dhuha di sebagian kesempatan, lalu beliau
mewasiatkan kepada para sahabatnya untuk melaksanakannya pula. Shalat ini dianjurkan baik ketika
bepergian maupun tidak bepergian. Begitu pula shalat tahajjud di malam hari setelah shalat isya. Maka
shalatlah siapa saja yang dimudahkan oleh Allah untuk melaksanakannya, kemudian berwitir dengan 1
rakaat. Seorang tersebut shalat tahajjud sebanyak 3,5,7,9,11,13, atau lebih.
Maka shalatlah siapa saja yang dimudahkan oleh Allah untuk melaksanakannya di awal malam,
pertengahan, atau akhir malam dalam rangka meneladani Nabi Shalallahu’alaihi wa Sallam. Rasulallah
Shalallahu’alaihi wa Sallam biasa melaksanakan shalat tahajjud yang kemudian beliau pungkasi
dengan 1 rakaat shalat witir. Terkadang beliau Shalallahu’alaihi wa Sallam melaksanakan shalat witir
di awal malam, dan di sebagian kesempatan pada pertengahan malam. Beliau Shalallahu’alaihi wa
Sallam kerahkan seluruh kesungguhannya untuk melaksanakan shalat tahajjud dan witirnya di akhir
malam. Ini merupakan waktu yang paling utama bagi orang yang dimudahkan untuk mengerjakannya.
Nabi Shalallahu’alaihi wa Sallam bersabda,
وذلك أفضل، ومن طمع أن يقوم آخره فليوتر آخر الليل؛ فإن صالة آخر الليل مشهودة، من خاف أال يقوم من آخر الليل فليوتر أوله
“siapa saja yang khawatir dirinya tidak bisa bangun di akhir malam, maka shalat witirlah di awal
malam. Namun, siapa yang biasa bangun akhir malam maka shalat witirlah di akhirnya. Karena shalat
di akhir malam adalah sesuatu yang disaksikan, dan hal tersebut adalah shalat yang utama” (HR.
Muslim no. 755).
Jumlah minimal rakaat dalam shalat witir adalah 1 rakaat. Dapat dilakukan setelah shalat rawatib
ba’diyyah isya. Tiga rakaat shalat witir lebih utama, dan bila lebih dari 3 maka lebih utama lagi. Setiap
2 rakaat salam kemudian disempurnakan dengan shalat witir di akhir malam. Ketika beliau
Shalallahu’alaihi wa Sallam shalat 13 rakaat, maka beliau melakukan salam setiap 2 rakaat dan ini
lebih utama. Namun jika seorang shalat 3,5, atau 7 rakaat dengan 1 salam di akhir rakaat, maka hal ini
tidaklah mengapa. Rasulallah Shalallahu’alaihi wa Sallam telah melakukan hal tersebut, dan itu
termasuk ke dalam sunnah.
Beliau Shalallahu’alaihi wa Sallam terkadang shalat 6 rakaat lalu melakukan tasyahud awal, kemudian
beliau berdiri untuk melanjutkan rakaat ke-7. Namun bila ingin shalat 9 rakaat, maka harus duduk
tasyahud di rakaat ke-8 kemudian berdiri melanjutkan rakaat ke-9.
Akan tetapi, yang paling utama adalah dengan melakukan salam setiap 2 rakaat, sebagaimana terdapat
hadits dari Ummul Mu’minin ‘Aisyah Radhiyallahu’anha,
ويوتر بواحدة، يسلم من كل ثنتين، كان النبي – صلى هللا عليه وسلم – يصلي إحدى عشرة في الليل
“Nabi Shalallahu’alaihi wa Sallam shalat malam dengan 11 rakaat, setiap 2 rakaat beliau melakukan
salam, kemudian melengkapkannya dengan 1 witir” (HR. Bukhari no. 1164, Muslim no. 765).
صالة الليل مثنى مثنى – يعني ثنتين ثنتين – فإذا خشي أحدكم الصبح صلى ركعة واحدة توتر له ما قد صلى
“shalat malam 2 rakaat-2 rakaat. Jika salah seorang dari kalian khawatir terlewat shalat malam, maka
shalatlah 1 rakaat untuk mengganjilkan hitungan rakaat shalatnya” (HR. Bukhari no. 472, Muslim no.
749).
Inilah yang utama. Jika seseorang khawatir dirinya tidak bisa bangun di akhir malam, maka hendaknya
ia shalat sebelum tidur. Shalatlah 3, 5 ataupun lebih dari itu. Lakukanlah salam di akhir setiap rakaat
kedua dalam rangka khawatir tidak dapat bangun di akhir malam. Hal ini termasuk ke dalam bab
semangat dalam beribadah.