1
HASIL KEGIATAN PROGRAM GIZI TAHUN 2018
Keterangan :
1. Prosentase balita naik berat badan masih rendah, yaitu 0,80%
2. Prosentase ibu hamil KEK yang masih tinggi, yaitu 5,80%
3. Cakupan ASI Eksklusif masih rendah yaitu 6,60%
A. Landasan Teori
Dalam merumuskan perencanaan strategis dan untuk
pengembangan mutu pelayanan, maka dilakukan analisis keadaan
Puskesmas BATUAN melalui analisis SWOT (strength, weakness,
opportunity dan threat), sehingga Puskesmas BATUAN dapat menetapkan
strategi yang perlu dilakukan dalam menghadapi perubahan masalah
kesehatan ibu dan anak yang terjadi. Analisis SWOT meliputi:
1. Analisis lingkungan internal
a. Strength (S): kekuatan
Adalah kompetensi khusus yang terdapat dalam organisasi yang
berakibat pada pemilihan keunggulan komparatif organisasi.
2
b. Weakness (W): kelemahan
Adalah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber daya,
ketrampilan, dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi
tampilnya kinerja organisasi yang memuaskan
2. Analisis lingkungan eksternal
a. Threats (T): ancaman
Adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan suatu
organisasi, jika tidak diatasi menjadi ganjalan bagi organisasi
tersebut baik di masa sekarang maupun mendatang.
b. Opportunities (O): peluang
Adalah berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi
suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
B. Analisis Masalah
1. Prioritas masalah
Dari data plan of action Puskesmas BATUAN tahun 2011
dapat diketahui beberapa program Gizi yang belum mencapai target
yang telah ditetapkan. Ada tiga program Gizi puskesmas yang hasilnya
belum memenuhi target dan merupakan masalah bagi puskesmas,
yaitu:
a. Prosentase balita naik berat badan yang masih rendah
b. Prosentase ibu hamil KEK yang masih tinggi
c. Cakupan ASI Eksklusif yang masih sangat rendah
Prioritas masalah-masalah diatas ditentukan melalui matrikulasi
masalah. Indikator yang digunakan dalam membuat matrikulasi
masalah antara lain adalah:
a. Importance yaitu pentingnya masalah, dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Prevalence (besarnya masalah)
2) Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
3) Social benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
4) Rate of increase (kenaikan besarnya masalah)
3
5) Degree of unmet need (derajat keinginan masyarakat yang tidak
terpenuhi)
6) Public concern (rasa prihatin masyarakat terhadap masalah)
7) Political climate (suasana politik)
b. Technology yaitu kelayakan teknologi yang tersedia
c. Resources yaitu sumber daya yang tersedia
Dari indikator tersebut diatas, terdapat beberapa kriteria yaitu 1 = tidak
penting; 2 = agak penting; 3 = cukup penting; 4 = penting; 5 = sangat
penting (Azwar, 1996).
I Jumlah
Daftar Masalah T R
P ES S RI DU SB PB PC IxTxR
1 Prosentase ibu hamil KEK 5 4 5 4 4 5 5 4 4 4 2560000
2. Prosentase balita naik berat 3 4 3 2 3 4 3 3 3 4 93312
badan
3. Cakupan ASI Eksklusif 4 5 4 3 3 4 4 3 3 3 311040
Keterangan:
I :Berdasarkan
importance kriteria matriks diatasSBmaka: social
urutanbenefits
prioritas
ASI Eksklusif
tidak optimal Akibat
Sebab
Kondisi ibu dan bayi Kesadaran ibu Nakes yang kurang Kader yang
Manajemen laktasi
Proses melahirkan Kinerja
Kuantitas Nakes di bidang gizi
Kesehatan dan status Motivasi
Cakupan pelaksanaan program
gizi ibu
Usia ibu saat hamil
dan melahirkan
Paritas ibu
Pekerjaan ibu Pengetahuan ASI Rasa percaya diri Pengaruh dukungan
Pendapatan keluarga Eksklusif keluarga dan lingkungan
Kondisi bayi (bayi
sakit,
kembar,prematur)
Tingkat pendidikan Kegiatan promosi
7
lingkungan. untuk menyusui melalui
persiapan menyusui dengan
manajemen laktasi
Pengikutsertaan peran suami dan
keluarga dalam mendukung,
memotivasi dan membantu ibu
untuk menyusui.
3. Tenaga kesehatan: Meningkatkan peran serta dan
Kinerja tenaga tanggung jawab tenaga kesehatan
kesehatan belum puskesmas terhadap
optimal dalam penyelenggaraan manajemen
manajemen laktasi laktasi 3 periode
Kuantitas tenaga Pengadaan Pojok Laktasi
kesehatan program gizi Alokasi tambahan tenaga
di Puskesmas kesehatan dalam program gizi di
BATUAN masih Puskesmas BATUAN
kurang Perluasan pelaksanaan program
Cakupan pelaksanaan gizi; ASI Eksklusif ( KP-ibu,
program gizi; ASI pelatihan dan pembelajaran ASI
Eksklusif masih Eksklusif, kelas hamil) di
terbatas wilayah binaan Puskesmas
BATUAN
4. Kader : Optimalisasi kinerja kader
Kinerja kader yang belum dengan menyelenggarakan
optimal dan motivasi yang pelatihan tentang ASI Eksklusif,
masih kurang karena peningkatan motivasi melalui
cakupan pelaksanaan pemanfaatan Forum Komunikasi
program ASI Eksklusif Kader Posyandu (FKKP).
yang masih terbatas
8
Alternatif pemecahan masalah diatas apabila dilaksanakan
diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan rendahnya cakupan
ASI eksklusif dengan baik. Namun, untuk melaksanakan pemecahan
masalah tersebut secara bersamaan akan sangat sulit. Untuk itu perlu
dipilih prioritas pemecahan masalah dengan mengacu pada:
a. Efektivitas pemecahan masalah
Untuk menentukan efektivitas pemecahan masalah digunakan
kriteria:
1) Magnitude (M) yaitu besarnya masalah
2) Importance (I) yaitu pentingnya pemecahan masalah
3) Vulnerability (V) yaitu sensitifitas dalam mengatasi masalah
yang dihadapi
Nilai efektivitas untuk setiap alternatif pemecahan masalah adalah
mulai dari angka 1 (paling tidak efektif) sampai dengan angka 5
(paling efektif)
b. Efisiensi pemecahan masalah
Efisiensi ini dikaitkan dengan biaya (cost (C)) yang diperlukan
untuk melaksanakan pemecahan masalah. Nilai efisiensi yakni
angka 1 (paling efisien) sampai angka 5 (paling tidak efisien).
Hitung nilai prioritas (P) untuk setiap alternatif pemecahan
masalah, dengan membagi hasil perkalian nilai M x I x V dengan
nilai C. Pemecahan masalah dengan nilai P tertinggi adalah
prioritas pemecahan masalah terpilih.
Prioritas pemecahan masalah terhadap rendahnya cakupan ASI
Eksklusif diberikan sebagai berikut:
9
melalui:
a. Peningkatan status gizi ibu hamil dan
menyusui
b. Persiapan menyusui bagi ibu melalui
manajemen laktasi.
2 Peningkatan kesadaran ibu, keluarga, dan 5 5 4 3 33,3
lingkungan, melalui:
Peningkatan pengetahuan ibu,
keluarga, dan lingkungan tentang
pentingnya ASI eksklusif melalui:
a. Penyuluhan ASI Eksklusif
b. Penyebaran leaflet
c. Pemasangan poster di puskesmas,
posyandu, maupun pelayanan
kesehatan lainnya
d. Advokasi tempat kerja untuk
memfasilitasi ibu yang menyusui.
Peningkatan kepercayaan diri ibu
untuk menyusui melalui persiapan
menyusui dengan manajemen laktasi
Pengikutsertaan peran suami dan
keluarga dalam mendukung,
memotivasi dan membantu ibu untuk
menyusui.
3 Optimalisasi kinerja tenaga kesehatan 3 4 4 3 16
melalui
a. Peningkatan peran serta dan
tanggung jawab tenaga kesehatan
puskesmas terhadap
penyelenggaraan manajemen
laktasi 3 periode
10
b. Pengadaan Pojok Laktasi
c. Alokasi tambahan tenaga
kesehatan dalam program gizi di
Puskesmas BATUAN
d. Perluasan pelaksanaan program
gizi; ASI Eksklusif ( KP-ibu,
pelatihan dan pembelajaran ASI
Eksklusif, kelas hamil) di wilayah
binaan Puskesmas BATUAN
4 Optimalisasi kinerja kader dengan 4 3 3 3 12
menyelenggarakan pelatihan tentang ASI
Eksklusif, peningkatan motivasi melalui
pemanfaatan Forum Komunikasi Kader
Posyandu (FKKP).
11
diberikan dengan bahasa yang menarik dan mudah dipahami.
Diharapkan dengan media tersebut, posyandu dapat menjadi sarana
promotif dan preventif yang mudah dijangkau dan terpercaya.
Sehingga seluruh level masyarakat (tidak hanya masyarakat menengah
ke bawah, tetapi juga masyarakat menengah ke atas) mulai memahami
pentingnya ASI Eksklusif dan dengan kesadaran diri memberikan ASI
Eksklusif kepada anaknya.
C. Analisis SWOT
Untuk mengetahui berbagai faktor pendukung dan penghambat
subprogram gizi yaitu ASI Eksklusif, dilakukan kajian secara seksama
dengan analisis SWOT sebagai berikut :
12
kelas hamil Belum adanya pojok laktasi
Adanya Kelompok Pendukung Ibu (KP- Kurangnya upaya kesehatan dalam
ibu) hal promotif (KIE-ASI)
Adanya Forum Komunikasi Kader Peran kader yang belum optimal
Posyandu (FKKP) yang diadakan tiap dua Kurangnya partsipasi lintas
bulan sekali sektoral
Memiliki simpus dan pelaporan puskesmas Cakupan pelaksanaan program giz
ASI eksklusif masih terbatas
Peluang (O) Strategi SO Strategi WO
Lokasi wilayah Puskesmas Meningkatkan kerjasama dengan dokter Memperbaiki sistem pendataan
BATUAN yang cukup spesialis dan ahli gizi sebagai konsultan yang sudah ada
luas namun secara melalui program kunjungan ahli Optimalisasi program manajemen
keseluruhan mudah Terus memberikan pembekalan dan laktasi 3 periode
dijangkau oleh petugas pelatihan bagi para kader tentang masalah Meningkatkan kualitas dan
Kinerja Dinas Kesehatan gizi terutama ASI Eksklusif kuantitas tenaga kesehatan di
Sumenep cukup baik Optimalisasi FKKP sebagai sarana Puskesmas sehingga kegiatan
Adanya kader kesehatan pemotivator bagi kader sekaligus sarana penyuluhan, konseling, maupun
di wilayah puskesmas tukar pikiran (sharing) antar kader KIE-ASI dapat lebih maksimal
Adanya poliklinik swasta mengenai masalah-masalah yang dihadapi Meningkatkan peran serta kader
Adanya praktisi swasta Meningkatkan mutu pelayanan medis Gizi dalam mendukung program gizi
(dokter praktik swasta, Kerjasama dengan poliklinik dan praktisi terutama ASI Eksklusif, jika perlu
bidan praktik swasta, swasta dengan memberikan reward
perawat praktik swasta) Optimalsasi program Gizi, Posyandu, dan Pengadaaan pojok laktasi di
Adanya posyandu KIA , khususnya konseling/ KIE tentang Puskesmas
Adanya JPKM untuk gizi dan ASI pada bayi dan balita Meningkatkan kerja sama lintas
pembiayaan kesehatan sektoral, termasuk rumah sakit
untuk tidak memberikan susu
formula kepada bayi yang
dilahirkan disana.
Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT
Kurangnya pengetahuan Melakukan survei dan memberikan Lebih melibatkan peran serta tokoh
masyarakat dan dukungan kuesioner pada masyarakat wilayah masyarakat ataupun organisasi
dari keluarga terhadap Puskesmas BATUAN untuk mengetahui masyarakat setempat dalam
manfaat dan pentingnya sejauh mana pengetahuan mereka tentang mendukung program Gizi
ASI Eksklusif pada bayi ASI eksklusif Puskesmas; ASI eksklusif
Tingkat pendidikan dan Meningkatkan kegiatan-kegiatan Mengadakan penyuluhan rutin serta
13
status ekonomi promosi kesehatan (penyuluhan, memperbaiki perencanaan dan
masyarakat yang masih konseling/ KIE, pembagian leaflet, strategi program penyuluhan
rendah pemasangan poster) Membangun koordinasi yang baik
Kurangnya koordinasi Optimalisasi KP-ibu sebagai sarana antara puskesmas, kader, maupun
antara puskesmas dan pemotivator bagi ibu dan keluarga, dan tokoh masyarakat setempat untuk
kader kesehatan yang ada sarana tukar pikiran (sharing) mengenai melaksanakan program puskesmas
masalah-masalah yang dihadapi gizi; ASI eksklusif
Perluasan cakupan pelaksanaan
program gizi; ASI Eksklusif
Kesimpulan dari analisis SWOT :
Untuk meningkatkan cakupan ASI Eksklusif pada tahun mendatang, puskesmas
dapat melakukan:
1. Promosi kesehatan yang dilakukan hendaknya lebih ditekankan pada
peningkatan peran para ibu, misalnya dengan penyuluhan bersama antara
petugas dari puskesmas dan kader kepada masyarakat tentang pentingnya
pemberian ASI eksklusif serta memberikan pengarahan tentang apa yang
harus dilakukan bagi para ibu yang bekerja agar tetap bisa memberikan ASI
eksklusif pada buah hatinya.
2. Puskesmas mendorong kader untuk aktif mendatangi ibu-ibu yang tidak
memberikan ASI eksklusif pada anaknya, untuk selanjutnya dianalisis
penyebabnya dan diberikan alternatif pemecahan masalahnya.
3. Untuk meningkatkan kinerja kader, puskesmas dapat memberikan
penghargaan/ reward pada kader terbaik tiap tahunnya.
4. Petugas dari puskesmas diharapkan bekerja secara lebih optimal dalam
membina kader, mengawasi jalannya program gizi khususnya ASI eksklusif,
dan menepati jadwal yang telah ditentukan bersama
5. Meningkatkan koordinasi antara puskesmas dan kader dengan mengadakan
rapat koordinasi program untuk membahas sasaran dan target program yang
harus dicapai. Target program dalam satu tahun bisa dibagi per bulan atau
tergantung komitmen bersama antara puskesmas dan kader.
6. Puskesmas dapat melakukan survei sejauh mana pengetahuan masyarakat
tentang ASI Eksklusif. Survei dapat dilakukan dengan kuesioner atau
14
wawancara. Hasil survei dapat dijadikan bahan evaluasi untuk pelaksanaan
program selanjutnya.
7. Optimalisasi program KIE, Posyandu, dan gizi, khususnya konseling gizi dan
ASI pada bayi dan balita, pengadaan pojok laktasi, serta program manajemen
laktasi 3 periode, meliputi:
a. Antenatal melalui pemeriksaan payudara, pemantauan BB ibu, dan KIE
b. Segera setelah bayi lahir inisiasi menyusui dini
c. Pasca persalinan rawat gabung, pemberian KIE
8. Meningkatkan kerja sama lintas sektoral, termasuk rumah sakit untuk tidak
memberikan susu formula kepada bayi yang dilahirkan disana.
B. Saran
1. Promosi kesehatan yang dilakukan hendaknya lebih ditekankan pada
peningkatan peran para ibu, misalnya dengan penyuluhan bersama antara
petugas dari puskesmas dan kader kepada masyarakat tentang pentingnya
pemberian ASI eksklusif serta memberikan pengarahan tentang apa yang
harus dilakukan bagi para ibu yang bekerja agar tetap bisa memberikan
ASI eksklusif pada buah hatinya.
15
2. Puskesmas mendorong kader untuk aktif mendatangi ibu-ibu yang tidak
memberikan ASI eksklusif pada anaknya, untuk selanjutnya dianalisis
penyebabnya dan diberikan alternatif pemecahan masalahnya.
3. Untuk meningkatkan kinerja kader, puskesmas dapat memberikan
penghargaan/ reward pada kader terbaik tiap tahunnya.
4. Petugas dari puskesmas diharapkan bekerja secara lebih optimal dalam
membina kader, mengawasi jalannya program gizi khususnya ASI
eksklusif, dan menepati jadwal yang telah ditentukan bersama
5. Meningkatkan koordinasi antara puskesmas dan kader dengan
mengadakan rapat koordinasi program untuk membahas sasaran dan
target program yang harus dicapai. Target program dalam satu tahun bisa
dibagi per bulan atau tergantung komitmen bersama antara puskesmas dan
kader.
6. Puskesmas dapat melakukan survei sejauh mana pengetahuan masyarakat
tentang ASI Eksklusif. Survei dapat dilakukan dengan kuesioner atau
wawancara. Hasil survei dapat dijadikan bahan evaluasi untuk pelaksanaan
program selanjutnya.
7. Optimalisasi program KIE, Posyandu, dan gizi, khususnya konseling gizi
dan ASI pada bayi dan balita, pengadaan pojok laktasi, serta program
manajemen laktasi 3 periode, meliputi:
a. Antenatal melalui pemeriksaan payudara, pemantauan BB ibu, dan KIE
b. Segera setelah bayi lahir inisiasi menyusui dini
c. Pasca persalinan rawat gabung, pemberian KIE
8. Meningkatkan kerja sama lintas sektoral, termasuk rumah sakit untuk tidak
memberikan susu formula kepada bayi yang dilahirkan disana.
16