Anda di halaman 1dari 7

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : M.ARIFA OETAMA


………………………………………………………………………………………..

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 050147578


………………………………………………………………………………………..

Kode/Nama Mata Kuliah : MKWU4108


………………………………………………………………………………………..

Kode/Nama UPBJJ : 24/BANDUNG


………………………………………………………………………………………..

Masa Ujian : 2023/2024 Ganjil (2023.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1). Maaf sebelumnya saya belum pernah melakukan
penelitian,jadi saya hanya memberikan contoh penelitian yang
saya temukan di internet.

Title: The Impact of Environmental Education on Sustainable


Practices in Urban Communities

Abstract:
This study investigates the impact of environmental
education programs on fostering sustainable practices within
urban communities. A mixed-methods approach was utilized to
examine the effectiveness of educational interventions in
promoting eco-conscious behaviors among residents. Surveys
and focus group discussions were conducted across diverse
urban neighborhoods, revealing significant changes in attitudes
and behaviors towards waste management, energy conservation,
and green initiatives post-education. The findings highlight the
pivotal role of tailored environmental education initiatives in
stimulating positive shifts towards sustainability among urban
populations.

Sekian, lebih dan kurangnya terima kasih.

2). A. Berikut adalah kesalahan pilihan kata dan ejaan yang


dapat saya temukan dalam teks tersebut:

1. "semangkin" seharusnya "semakin"


2. "imani" seharusnya "imaniah"
3. "cocokkan" seharusnya "mencocokkan"

B. Perbaikan kesalahan kata dan ejaan:


(1) JUJUR adalah sebuah kata yang indah didengar, tetapi
tidak seindah mengaplikasikannya dalam keseharian. Tidak pula
lebih, bila ada yang mengatakan “jujur” semakin langka dan
terkubur, bahkan tidak lagi menarik bagi kebanyakan orang.
Semua orang paham akan maknanya, tetapi begitu mudah
mengabaikannya. Yang lebih berbahaya lagi adalah ada orang
yang ingin dan selalu bersikap jujur, tetapi mereka belum
sepenuhnya tahu apa saja sikap yang termasuk kategori jujur.

(2) Jujur tidaklah dimulai dari “warung kopi”, sebagaimana


asumsi sementara orang, Jujur sebuah nilai abstrak, sumbernya
hati, bukan pada omongannya. Jadi “jujur” merupakan sebuah
nilai kesadaran “imaniah”, munculnya kejujuran dimulai dari
suara hati, bukan di warung. Kualitas imanlah yang dapat
mengantarkan seseorang menjadi jujur. Kata jujur adalah kata
yang digunakan untuk menyatakan sikap seseorang.
(3) Jika ada seseorang dihadapkan dengan sesuatu atau
fenomena, maka orang itu akan memperoleh gambaran tentang
sesuatu atau fenomena tersebut. Jika orang itu menceritakan
informasi tentang gambaran tersebut kepada orang lain tanpa
ada “perubahan” (sesuai dengan realitasnya) maka sikap yang
seperti itulah yang disebut dengan jujur. Dengan kata lain
seseorang dikatakan jujur, bila ucapannya sejalan dengan
perbuatannya.
(4) Jadi yang disebut dengan jujur adalah sebuah sikap yang
selalu berupaya menyesuaikan atau mencocokkan antara
informasi dengan fenomena atau realitas. Jujur mengandung
nilai tak terhingga. Karena semua sikap yang baik selalu
bersumber pada “kejujuran”. Merupakan suatu keindahan bila
setiap individu bersikap jujur terhadap dirinya, pedagang
senantiasa jujur pada pembelinya, demikian pula pemimpin
bangsa jujur pada rakyatnya.

C. Alasan kesalahan dalam penggunaan kata dan ejaan:


1. "semangkin" seharusnya "semakin": Kesalahan ini
terjadi karena penggunaan kata yang salah. "Semangkin"
tidak ada dalam kamus bahasa Indonesia. "Semakin"
adalah kata yang benar digunakan untuk menyatakan
peningkatan atau perbandingan yang lebih besar dari
sebelumnya.

2. "imani" seharusnya "imaniah": Kata "imani" tidak tepat


karena kurang dalam konteks kalimat. Seharusnya kata
"imaniah" yang berasal dari kata "iman" yang
merupakan sifat yang berkaitan dengan iman atau
keimanan.

3. "cocokkan" seharusnya "mencocokkan": Kata


"cocokkan" adalah kesalahan ejaan dalam penggunaan
kata "mencocokkan" yang tepat untuk menggambarkan
tindakan membandingkan atau menyesuaikan sesuatu
dengan sesuatu yang lain.

3). Artikel "Pendidikan Karakter pada Anak Sekolah Dasar


di Era Digital" membahas pentingnya pendidikan karakter
dalam menghadapi kemajuan teknologi di era digital, terutama
pada anak-anak usia sekolah dasar. Pendidikan di era digital
memberikan manfaat teknologi yang luar biasa, namun juga
membawa dampak negatif yang perlu diperhatikan.

Artikel ini menyoroti bahwa pertumbuhan teknologi saat


ini berdampak positif dan negatif. Meskipun teknologi menjadi
alat bantu dalam dunia pendidikan, namun munculnya kasus
destruktif dalam masyarakat seperti sentimen etnis, perselisihan,
narkoba, tawuran, kekerasan terhadap anak, dan lainnya
menunjukkan perlunya pembentukan karakter yang kuat sejak
dini.

Tujuan pendidikan karakter adalah untuk menumbuhkan


budaya karakter bangsa yang baik dan menjadi kunci utama
dalam membangun bangsa yang adil, aman, dan makmur.
Artikel ini merujuk pada Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menekankan
pembentukan karakter peserta didik agar menjadi individu yang
beriman, bermoral, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri,
dan bertanggung jawab.

Artikel juga menjelaskan perkembangan anak usia


sekolah dasar dalam era digital, di mana anak-anak sudah
terbiasa dengan teknologi seperti ponsel, komputer, video game,
dan sebagainya. Anak-anak cenderung lebih banyak berinteraksi
dengan teknologi digital daripada interaksi sosial dengan teman
sebaya atau aktivitas luar ruangan.

Diperlukan pengawasan dari keluarga, pendidik, dan


masyarakat untuk menghindari dampak negatif dari penggunaan
teknologi digital pada anak-anak. Guru memiliki peran penting
dalam membentuk karakter peserta didik melalui metode
pengajaran, keteladanan, dan pengembangan nilai-nilai karakter
seperti religius, jujur, kerja keras, disiplin, tanggung jawab, cinta
tanah air, peduli lingkungan, serta jiwa sosial yang kuat.

4). Pelanggaran ilmiah, khususnya plagiat, merupakan


praktik yang melibatkan pengambilan ide, gagasan, atau karya
orang lain tanpa memberikan pengakuan atau atribusi yang
sesuai. Beberapa penyebab umum terjadinya pelanggaran
ilmiah, termasuk plagiat, antara lain:
1. Ketidaktahuan:
Beberapa penulis mungkin tidak sepenuhnya memahami
apa yang dianggap sebagai plagiat atau bagaimana cara
mengutip sumber dengan benar.

2. Tekanan Kinerja atau Waktu:


Adanya tekanan dalam menyelesaikan tugas atau karya
ilmiah dapat mendorong seseorang untuk menyalin atau
menggunakan karya orang lain tanpa memberikan
atribusi karena alasan waktu yang terbatas.

3. Kurangnya Keterampilan Menyusun Referensi:


Kadang-kadang, penulis mungkin memiliki
keterampilan yang terbatas dalam menyusun referensi
atau kutipan dengan benar, yang dapat mengarah pada
penggunaan yang tidak tepat dari sumber.

4. Kurangnya Kesadaran Etika Ilmiah:


Beberapa individu mungkin tidak memahami atau
menghiraukan prinsip-prinsip etika ilmiah yang
mendasari kehormatan karya ilmiah.

Untuk menghindari plagiarisme, penulis harus mengambil


langkah-langkah berikut:

1. Pemahaman tentang Plagiat:


Penulis harus memahami dengan jelas apa yang
termasuk sebagai plagiat, baik dalam bentuk langsung
maupun tidak langsung, dan bagaimana cara
menghindarinya.

2. Mengutip dengan Benar:


Saat menggunakan ide atau kutipan langsung dari
sumber lain, pastikan untuk memberikan atribusi yang
tepat dengan cara merujuk secara konsisten pada gaya
penulisan referensi yang digunakan.

3. Penggunaan Sumber Primer:


Lebih baik menggunakan sumber primer atau asli untuk
mendukung argumen atau klaim, dan kemudian
memberikan kutipan yang sesuai.

4. Penyusunan Daftar Pustaka yang Komprehensif:


Pastikan menyertakan semua sumber yang digunakan
dalam daftar pustaka atau daftar referensi dengan
lengkap dan akurat.

5. Memahami Etika Penulisan Ilmiah:


Penting bagi penulis untuk memahami dan mematuhi
prinsip-prinsip etika penulisan ilmiah, seperti integritas
akademik, penghargaan atas karya orang lain, dan
kejujuran dalam penulisan.

6. Menggunakan Alat Deteksi Plagiat:


Sebelum publikasi, penulis dapat menggunakan
perangkat lunak deteksi plagiarisme untuk memeriksa
keaslian karya mereka dan memastikan tidak ada bagian
yang mirip dengan karya orang lain tanpa atribusi yang
tepat.

Dengan memahami, menghargai, dan mengikuti prinsip-prinsip


etika ilmiah serta dengan penggunaan teknik kutipan yang
benar, penulis dapat menghindari pelanggaran ilmiah, termasuk
plagiat, dan memastikan integritas dalam karya ilmiah mereka.

Anda mungkin juga menyukai