Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU padahalaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
Surat Pernyataan
Mahasiswa Kejujuran
Akademik
NamaMahasiswa :RikoArdiansyah……………….………………………………………..
NIM :042520219.........………………………………………………………..
Kode/NamaMataKuliah : metodologi ilmu pemerintahan……………………………..
Fakultas :FISIP(fakultas hukum,ilmu sosial,ilmu politik)....…..
ProgramStudi : ilmu pemerintahan..…………………………………………………..
UPBJJ-UT : Bandar Lampung…………………………………………………………
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari
aplikasiTHE pada lamanhttps://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya
sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman
sesuai dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban,kedisiplinan,dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
UniversitasTerbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
31 Desember 2022
Riko Ardiansyah
Jawabannya:
1.Praktik ilmu hitam seperti santet, pelet, teluh, guna-guna, dan sejenisnya tidak bisa disebut ilmu sebab hanya merupakan
sebuah fenomena dari sebuah kejahatan yang bersifat magis atau kejahatan metafisis. Karena keberadaannya yang diluar akal sehat
dan bersifat non ilmiah, kejahatan magis kemudian hal ini sangat sulit dipertanggung jawabkan dalam ranah hukum pidana terutama
dalam perihal pembuktiannya.Pihak-pihak korban yang merasa tidak mendapat keadilan oleh hukum akhirnya main hakim
sendiri.sihir ini dipakai untuk mengendalikan suatu kejadian, obyek, orang dan fenomena lainnya secara mistis atau supranatural
dengan
perantara orang yang ahli dalam bidangnya (paranormal ilmu hitam). Sihir bertujuan ke arah negatif, karena sifatnya yang
mencelakakan bahkandapat membahayakan nyawa orang lain. Ilmu hitam yang dikenal misalnya santet, teluh,
susuk, pesugihan, pengleakan .,sedangkan di negara-negara lain ilmu hitam yang
dikenal yaitu ilmu voodoo dari Haiti.
Dalam banyak kebudayaan, sihir berada di bawah tekanan dari, dan biasanya bertentangan dengan ilmu pengetahuan dan agama.
Banyak agama yang mengecam praktik sihir dan ilmu hitam. Namun, sering kali tidak ada batas yang jelas, dan biasanya menjadi
sebuah kontroversi untuk menentukan apakah suatu praktik atau kepercayaan tertentu adalah sebuah sihir.
Orang yang menjadi pelaku sihir biasa disebut penyihir, tukang sihir, nenek sihir dsb.Meskipun konotasinya bervariasi, bisa positif
dan negatif sepanjang sejarah, sihir "terus memiliki peran dalam agama dan pengobatan yang dianggap penting dalam banyak
budaya hingga saat ini".
Dalam budaya Barat, sihir dikaitkan dengan gagasan-gagasan primitivisme. Selama akhir abad kesembilan belas dan awal abad
kedua puluh, para intelektual Barat menganggap praktik sihir sebagai tanda mentalitas primitif dan juga umumnya
menghubungkannya dengan kelompok orang yang terpinggirkan.Alkimia dapat dipelajari dengan memahami kimiawi dan
transmutasi pada benda logam.
Biasanya alkimia hanya memanipulasi imajinasi seseorang agar mengakui dan percaya bahwa alkimia itu adalah sihir.
2.sumber bias terjadi karena komitmen-komitmen yang ada di luar dari proses penelitian. misalnya perilaku-perilaku politis, yang
justru mendukung ditemukannya hanya fakta-fakta yang disenangi atau yang sesuai dengan kepentingan mereka dan lebih
mendukung presentasi “penemuan-penemuan” yang sifatnya palsu. Tidak hanya itu, karena ada juga sumber bias yang muncul dari
proses penelitian itu sendiri. Sering dikemukakan bahwa sama seperti suatu interpretasi adalah partikular, seorang peneliti cendrung
memakai suatu teori tertentu yang mendukung keinginannya untuk menjelaskan atau menginterpretasi data dalam konteks
pengertian teori tersebut, dan itu bisa saja dalam bentuk bagaimana dia mencari dan mengumpulkan data yang menegaskan
penjelasan-penjelasan, atau bahkan membentuk proses pengumpulan dan pengolahan data dalam cara yang membawa kepada
kesalahan.
contoh kasus untuk meminimalisir ada nya bias di dalam ilmu sosial
2. Diskusi dengan orang dari kelompok atau latar belakang yang berbeda.
Penting bagi Anda untuk mengulangi dan memperjelas pendapat Anda.
Bisa dimulai dengan menjelaskan lebih detail lagi peristiwa yang Anda lihat.
Ini semacam klarifikasi antara yang Anda saksikan dengan yang dipikirkan.
Hal ini dilakukan agar tidak terjadi perbedaan persepsi dan menghindari
1) Perjodohan pola, yang meliputi variable non equivalen sebagai pola (dependent), eksplanasi tandingan sebagai pola
(independent), dan pola lebih sederhana.
2) Pembuatan ekspalanasi
3) Analisis deret waktu, yang meliputi deret waktu sederhana, deret waktu kompleks, dan kronologis
Sedangkan analisis yang kurang dominan dilakukan dalam penelitian studi kasus
yaitu:
1) Menganalisis unit terjalin, unit kurang dominan dibandingkan kasusnya.
2) Membuat observasi berulang, merupakan analisis deret waktu khusus.
3) Mengerjakan survey kasus, merupakan analisis sekunder lintas kasus.
Yin (2009) membagi jenis laporan penelitian dengan menggunakan metode studi kasus meliputi laporan tertulis dan laporan tidak
tertulis (lisan). Laporan tertulis pada kasus tunggal klasik meliputi buku, laporan, artikel jurnal. Sedangkan laporan tertulis pada
multi kasus meliputi bab pada masing- masing kasus.
4.Dalam penelitian ini digunakan metode analisa perbandingan dengan pendekatan institusional (institusional comparative approach)
yang dikemukakan oleh Ridley (1975). Artinya mendekati masalah hukum sesuai dengan kenyataan yang hidup dalam kehidupan
praktis. Adapun
sifat penelitiannya deskriptif yang memberikan gambaran secara sistematis terhadap objek.Data yang dipergunakan dalam penelitian
ini dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yakni data primer dan data sekunder. Data primer yang langsung diperoleh dari
Narasumber di lapangan yang terpilih (purposive sampling) yaitu:
(1) Bp. I Nyoman Juni Antara, S.Pd. selaku Bendesa Adat Desa Pakraman Adeng, Banjar Dinar Adeng, Desa Tegaljadi, Kecamatan
Marga, Kabupaten Tabanan
(2) Bp. I Wayan Kardana, selaku Perbekel Desa Luwus, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung
(3) Bp. I Ketut Widia sebagai Tokoh Masyarakat Adat Bali
(4) Bp. Ida Bagus Geger dari Bagian
Hukum Pemkab Badung; dan
(5) Wayan P. Windia, Guru Besar Hukum Adat Bali Fakultas Hukum Universitas Udayana.
6 Pasal 1 angka 4 Peraturan Daerah Bali No. 3 Tahun 2001 (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2001 Adapun data sekunder
merupakan data yang diperoleh dari hasil penelaahan literatur (bahan pustaka) yang berkaitan dengan materi penelitian.
Data sekunder adalah data yang sudah tersedia.Dari sudut kekuatan mengikatnya ada tiga bahan
hukum meliputi:
(a) bahan hukum primer yang memiliki kekuatan mengikat, yakni UUD NRI Tahun 1945 dan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa
(b) bahan hukum sekunder yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer meliputi
berbagai buku, artikel, jurnal, makalah, laporan penelitian, data dari internet yang berkaitan dengan objek penelitian.
(c) bahan hukum tersier yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti Kamus.
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini ada dua yakni studi pustaka (literature review) dan wawancara (interview).
Studi pustaka berguna untuk mengumpulkan literatur-literatur yang relevan dengan topik penelitian. Pedoman wawancara sebagai
acuan wawancara terstruktur (structured interview) maupun tidak terstruktur (unstructured interview) bagi peneliti yang akan
menanyakan
informasi dari narasumber.Guna mendapatkan keterangan dan masukan dari informan dilakukan melalui wawancara mendalam
(depth interview)
Jalannya Penelitian melalui 3 (tiga) tahapan yakni Pertama, melakukan penelitian kepustakaan
(library research). Kedua, melakukan penelitian lapangan (field research). Ketiga, melakukan analisis data dan menyusun laporan
hasil penelitian. Analisis data dilakukan secara kualitatif, mengingat data yang terkumpul merupakan data kualitatif dengan
menggunakan metode interpretasi her-meneutic. Penafsiran hermeneutika hukum22, yaitu interpretasi terhadap teks-teks hukum
tidak semata-mata dari aspek legal formal berdasar bunyi teks, tetapi juga dari faktor yang melatar belakangi, aspek sosio-politik dan
kulturalnya. Penelitian ini menggunakan logika deduktif yakni berangkat dari kerangka teori lalu dikorelasikan dengan kenyataan
objektif. Dari hasil analisis akan diperoleh jawaban permasalahan yang telah dirumuskan sekaligus mengambil kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka sebagai penutup dari penelitian ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
keberlakuan UU No. 6 Tahun 2014 tentang desa di Bali dapat dikaji dari aspek filosofis, yuridis dan sosiologis.
Dari perspektif filosofis bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap memberikan pengakuan (reception) dan jaminan terhadap
eksistensi kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya. Perspektif yuridis, lahirnya UU No. 6 Tahun 2014 merupakan
derivasi amanat Konstitusi Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 mengenai pengakuan dan penghormatan terhadap kesatuan-
kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya termasuk di Bali dengan yakni Desa Adat (Pakraman).