Anda di halaman 1dari 50

Cell Injury

Oleh : Zuhri Mardiah


Pembimbing : dr. Joko S Lukito, Sp. PA (K)
PENDAHULUAN
Sel : unit terkecil yang menunjukkan semua sifat dari
kehidupan, memerlukan energi untuk proses
pertumbuhan,perbaikan dan reproduksi, dapat
beradaptasi untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya.

Cell injury (dikenal sebagai cedera sel) adalah


berbagai perubahan stres yang dialami sel karena
perubahan lingkungan internal dan eksternal.

Kerusakan sel : Reversibel atau Ireversibel.


Kematian sel : tingkat keparahan cedera melebihi
kemampuan sel untuk memperbaiki dirinya sendiri
(nekrosis atau apoptosis).
Tinjauan Pustaka
Patologi : Bapak patologi merupakan unit
kelainan struktural, modern : Rudolf hidup terkecil
fungsional pada Virchow, abad 19, dalam tubuh,
organ dan Bahwa : cedera adalah dasar dari
sistemnya pada sel yang - semua penyakit.

fungsi sel : Komunikasi (neuron),


penyimpanan energi penyerapan (usus)
(glikogen di dan pertahanan
hepatocytes, lipid di benda asing (sistem
adipocytes), imunitas tubuh).

aktivitas kontraktil
(otot jantung), sintesis
protein untuk ekspor
(pankreas, sel
endokrin)
Gambar 1. Tahap-tahap respon sel terhadap
sel stres dan stimulus yang merugikan
Mekanisme & Morfologi
• Tiga kelainan morfologik pada jejas reversibel sel :

1. Hydropic swelling

- sitoplasma besar, pucat dan inti yang normal.


• - gangguan regulasi ionik dalam sitoplasma :
volume ( kadar air akut), melibatkan 3 komponen :
A. Plasma membran

B. Plasma membran sodium pump


C. adenosine triphosphate (ATP).
Regulasi natrium :
• Aliran na+ : dari ekstraseluler masuk ke dalam sel,
dan aliran kalium (K+) intrasel keluar ke ekstra sel.
• Barrier natrium : terjadi kebocoran relatif , natrium
masuk ke intrasel.
• Plasma membran sodium Pump (Na+/K+-ATPase) :
mekanisme kompensasi, didorong oleh ATP,
sehingga natrium dapat di ekstrusi dari sel.
• Noxious agent (mengganggu proses regulasi membran), 3
cara :
• (1) meningkatkan permeabilitas membran plasma untuk Na+,
sehingga melebihi kapasitas pompa untuk mengekstrasi ion.
• (2) merusak pompa secara langsung.
• (3) mengganggu sintesis ATP.

Sel membengkak (Akumulasi natrium didalam sel


menyebabkan peningkatan cairan interselulerel)
2. Perubahan intrasel berkaitan dengan jejas
reversibel :
• 1) Membran plasma : penonjolan, distorsi mikrovilli
dan lepasnya unsur intersel.
• 2) Mitokondria : pembengkakan dan timbulnya benda
amorf mengandungi fosfolipid.
• 3) Retikulum endoplasmik : dilatasi dan lepasnya
ribosom serta disosiasi polisom.
• 4) Inti : penggumpalan kromatin.
• 5) Sitoplasma : mielin (mengandung massa fosfolipid,
terbentuk dari membran sel yang rusak.
• 3.Degenerasi lemak
 tampak sebagai vakuol kecil atau besar di dalam
sitoplasma akibat jejas hipoksia, cedera toksik dan
metabolit)
Gambar 2. gambaran ultrastructural dari cedera sel
reversibel
Jejas • vakuol kecil jernih dalam sitoplasma
primer ( pertanda segemen ER terlepas dan
(reversibel) melebar) = degenerasi hidrofik/vakuolar
-sulit di nilai • vakuol lemak dalam sitoplasma
dengan (degenerasi lemak) pada hati dan
mikroskop miokardium
cahaya • Lebih eosinofilik

Kerusakan • warna pucat (akibat dari tekanan pada


tampak pada kapiler)
tingkat organ • Turgor meningkat
• Berat organ meningkat
Gambar 3. Perubahan morfologik pada jejas sel
reversibel dan ireversibel (nekrosis). A.Tubulus ginjal
normal dengan sel epitel viabel. B. Jejas dini
(reversibel) iskemik menunjukkan tonjolan permukaan,
peningkatan eosinofilia di sitoplasma, dan
pembengkakan beberapa sel. C. jejas nekrotik
(ireversibel) sel epitel, dengan hilangnya inti dan
fragmentasi sel dan bocornya isi sel
Ciri khas jejas ireversibilitas :

1) Disfungsi mitokondria (tidak terjadi fosforilasi oksidatif


dan pembentukan ATP)
• Walaupun telah terjadi resolusi pada jejas sel.

(2) Gangguan pada fungsi membran

• . apabila cedera berkelanjutan, jejas menjadi


irreversible, sel tidak dapat pulih kembali dan mati
Respon sel terhadap stimulus yang membahayakan tergantung
pada jenis, lamanya dan, parahnya jejas.

Gambar 6. Hubungan fungsi sel,


kematian sel, dan perubahan
morfologik pada jejas sel.
Perhatikan bahwa sel menjadi
tidak berfungsi segera setelah
terjadinya jejas, walaupun masih
viabel, dan dapat mengakibatkan
kerusakan reversibel dengan
bertambah lamanya waktu
terjadinya jejas, dapat
mengakibatkan jejas ireversibel
dan kematian sel
• Kerusakan membran berat (disolusi inti
sel)
Nekrosi • Enzim akan keluar dari liosom masuk ke
s sitoplasma
• Reaksi radang
• Proses patologis
Cell Death
• Sel kehilangan faktor pertumbuhan
(DNA sel/protein rusak, tidak dapat
apoptosi diperbaiki, sel bunuh diri
s • Hilangnya inti sel tanpa kerusakan
membran (integritas membran masih
ada)
• Proses fisiologis
Gambar 4.
Gambaran sel
pada nekrosis
(kiri) dan
apoptisis

(kanan)
Penyebab nekrosis dan apoptosis
• Kekurangan oksigen :
– Anemia, iskemia, keracunan karbon monoksida,
pneumonia,dll
• Agen kimia :
– Glukosa, garam air, polusi udara, insektisida, asbes,
obat-obatan, dll.
• Agen penyebab infeksi :
- virus, bakteri, cacing (protozoa, riketsia, jamur)
• Reaksi imunologi :
• - reaksi autoimun, reaksi alergi, kelainan genetik
(parkinson’s, alzehimer disease)
• Penuaan :
– Memurun nya kemapuan untuk replikasi dan kemapuan
perbaikan sel
• Agen fisis :
– Trauma, suhu ekstrim, radiasi, syok listrik, perubahan
tekanan yang tiba-tiba pada tekanan atmosfir
• Imbalance nutrisi :
– Kekurangan protein, defisiensi vitamin, obesitas (DM
tipe 2), diet lemak
• Faktor genetik :
– Malformasi kongenital : sindrom down
– Hemoglobin S : Sickle cell anemia (bentuk sabit), diet
lemak (aterosklerosis), kanker
• Reactive Oxygen Species (ROS) :
– 1. inflammatory process
– 2. Chemical toxicity
– 3. Ionizing radiation di mana cedera merupakan
akibat dari pembentukan langsung dari radikal
hidroksil (• OH) dari radiolysis air (H 2 O)
– 4.Chemical carcinogenesis
– 5. Aging
Gambar 5. Mekanisme biokimia utama dan site kerusakan dalam
cell injury. Perhatikan bahwa penyebab dan mekanisme kematian
sel oleh nekrosis dan apoptosis ditampilkan secara independen,
tetapi mungkin juga overlapping; Misalnya, keduanya dapat
berkontribusi terhadap kematian sel yang disebabkan oleh
iskemia, stres oksidatif, atau radiasi. ATP, adenosin trifosfat; ROS,
spesies oksigen reaktif
Nekrosis, karakteristik :
 pembengkakan sitoplasma
 kerusakan ireversibel pada membran plasma
 kerusakan organel mengarah ke cell death
 Stage nekrosis seluler :
• Pyknosis; penggumpalan kromosom; inti sel
menyusut; karyorrhexis; fragmentasi nukleus;
putusnya kromatin menjadi butiran yang tidak
terstruktur; karyolysis; dissolution inti sel.
 Komponen cytosolic bocor melalui membran plasma
yang rusak ke ruang ekstraseluler dapat menimbulkan
respons inflamasi
Gambar 7. Perubahan Mikroskopis pada sel yang
nekrotik terjadi pada sitoplasma dan organel-organel sel
lainnya. Inti sel yang mati akan menyusut (piknotik),
menjadi padat, batasnya tidak teratur dan berwarna
gelap. Selanjutnya inti sel hancur dan meninggalkan
pecahan-pecahan zat kromatin yang tersebar di dalam
sel. Proses ini disebut karioreksis. Kemudian inti sel
yang mati akan menghilang (kariolisis)
Morfologi perubahan pada sitoplasma dan inti sel yang
mengalami jejas pada nekrosis
sitoplasma Perubahan inti Nasib sel nekrotik
• Eosinofilik • kariolisis • Sel nekrotik akan
• sel jernih • Piknosis dicerna oleh
• Sitoplasma • Karioreksis enzim dan
Disolusi menghilang
bervakuol •
• Sel mati diganti
• Disc. plasma
oleh benda
dan membran mielin yang akan
organel difaositosis
• Mitokondria • Sel mati
dilatasi mengalami
• Benda amorf, degradasi
gambaran mielin menjadi asam
• Lisosom rusak lemak.
• sel mati
mengalami
proses kalsifikasi
Jenis nekrosis
• Liquefactive necrosis
– Pada infeki bakteri, jamur (akumulasi sel radang dan
enzim leukosit mencerna jaringan sel nekrotik) menjadi
massa cair, berwarna kuning kental (nanah)
– Pada hipoksia otak dan sistem saraf pusat
• Coagulative necrosis
– Karakteristik infark (daerah nekrosis iskemik) dan pada
semua organ padat kecuali otak.
– Mikroskopik : nekrosis koagulatifa, arsitektur jaringan
dirusak secara menyeluruh dan gambaran sel tidak
dapat dikenal lagi
Gambar 8. Nekrosis koagulativa. A. lnfark bentuk baji
pada ginjal (kuning), B. Gambaran mikroskopik tepi
infark, dan ginjal normal (N) serta sel nekrosis dalam
infark (I). Sel nekrosis menunjukkan hilangnya inti, dan di
jumpai infiltrat radang (sulit melihatnya pada pembesaran
ini)
Gambar 9. Nekosis liquefaktif. lnfark di
otak menunjukkan disolusi jaringan
• Caseous necrosis (mirip keju)
– Pada fokus infeksi tuberkulosa
– Gambaran putih kekuningan pada daerah nekrosis
rapuh
– Mikroskopik : Kumpulan sel yang berfragmentasi dan
sel yang hancur dengan gambaran merah muda
granuler pada pewarnaan jaringan HE. Daerah
nekrosis kaseosa dikelilingi oleh jaringan radang
(gambaran khas dari fokus radang yang disebut
granuloma).
Gambar 10. Nekrosis kaseosa. Tuberkulosis paru,
dengan daerah nekrosis kaseosa yang luas
mengandung sisa jaringan berwarna kuning-keputihan
(mirip keju)
Fat Necrosis
• Destruksi lemak

• pelepasan enzim lipase pankreas ke dalam jaringan


pankreas dan rongga peritoneum, menghasilkan
daerah putih seperti kapur (saponifikasi)
• dikenal sebagai pankreatitis akuta
• Mikroskopik : gambaran samar-samar pada sel lemak
yang nekrosis dengan deposit kalsium basofilik,
dikelilingi reaksi radang
Gambar 11. Nekrosis lemak pada pankreatitis akuca.
Daerah yang berwarna putih mirip kapur menandakan
fokus nekrosis lemak dan pembentukan sabun kalsium
(saponifikasi) pada daerah destruksi lemak di
mesenterium
Fibroid necrosis

• Reaksi imun dimana kompleks antigen dan antibodi


mengendap pada dinding arteri.
• Disebut fibrinoid (mirip fibrin) : Endapan kompleks
imun disertai fibrin yang keluar dari pembuluh darah,
memberikan gambaran merah muda amorf yang
mencolok pada sediaan HE
Gambar 12. Nekrosis fibrinoid pada arteri seorang
penderita poliarteritis nodosa. Dinding arteri
menunjukkan daerah melingkar merah muda akibat
nekrosis dengan deposisi protein dan peradangan
Ganggrenous necrosis

• Pada tungkai (bawah)

• kekurangan aliran darah dan terjadi nekrosis


koagulatifa pada berbagai lapisan jaringan. Jika
diikuti infeksi bakteri, berubah menjadi nekrosis
liquefaktifa dan muncul leukosit (mengakibatkan
keadaan yang disebut gangren basah)
• Gambar 13. D. Gangren kering melibatkan empat
jari kaki pertama. Daerah hitam gelap gangren
berbatasan dengan warna terang, kulit seperti
perkamen, F. Gangren basah. Perhatikan nanah
pada bagian bawah lutut menutupi tepi dari tempat
amputasi
Apoptosis
• kematian sel terprogram pada sel berpotensi
berbahaya/berlebih dalam tubuh.
• Memerlukan energi, dimediasi oleh enzim proteolitik
caspases ( memicu kematian sel dengan pembelahan
protein tertentu dalam sitoplasma dan inti)
• Sel yang akan mati menyusut dan memadat (apoptotic
bodies)
• Fagositosis pada permukaan sel oleh makrofag atau
neighbouring cell
Apoptosis dibagi menjadi empat tahap
• (1) induksi apoptosis melalui sinyal kematian bersifat
fisiologis (hormon dan sitokin), biologis (virus, bakteri,
parasit), kimia (obat), atau fisik (radiasi dan toksin).
• (2) integrasi/pengaturan (transduksi signal, induksi gen
apoptosis yang berhubungan).
• (3) pelaksanaan apoptosis, terjadi perubahan morfologi
dan kimia (degradasi DNA, pembongkaran sel,
pembentukan badan apoptotik).
• (4) fagositosis /eliminasi oleh makrofag, dendritik sel
Apoptosis fisiologis
1. Destruksi sel terprogram saat embriogenesis

2. Involusi jaringan berkaitan dengan hormon saat


terjadi kekurangan hormon (luruhnya dinding
endometrium saat menstruasi)
3. Hilangnya sel pada populasi sel yang sedang
proliferatif (epitel kripta pada usus)
4. Eliminasi sel yang telah selesai melakukan
tugasnya (neutrofil pada reaksi radang akut dan
limfosit pada akhir respons imunologi)
Gambar 20. Kegiatan apoptosis selama pengembangan
embrio. A. Sclupting. Apoptosis menghilangkan jaringan
interdigital. kanan). D. populasi kontrol. Jumlah
berlebihan dari jenis sel yang beragam, seperti sel neuron
sistem saraf pusat, dipangkas oleh apoptosis
Apoptosis patologis

1. Kerusakan DNA akibat radiasi, obat-obat sitotoksik


2. Akumulasi dari protein misfolded akibat mutasi gen
3. Jejas sel pada beberapa infeksi adenovirus dan HIV
4. Atrofia patologis di organ parenkim setelah obstruksi
duktus pada pankreas, kelenjar parotis, dan ginjal.
Beberapa jalur apoptosis

a. Extrinsic pathway, reseptor membran plasma tertentu


diaktifkan oleh ligannya.
b. Intrinsic pathway di inisiasi oleh beragam tekanan
intraseluler dan ditandai dengan peran sentral pada
mitokondria.

c. Proses inflamasi atau infeksi. Agen intraseluler dan


ekstraseluler menimbulkan jenis apoptosis, oleh
beragam pathway.
d. T sitotoksik menyerang target selulernya, dengan
transfer granzyme B dari killer cell ke sasaran yang dituju.
e. p53 aktivasi, terjadi sebagai respons terhadap stres
selular atau kerusakan DNA.
f. Retikulum endoplasmic, dengan memainkan peran utama
pada pensinyalan kalsium
Kesimpulan
• Cell injury mekanisme perubahan stres yang dialami sel
terhadap perubahan lingkungan internal dan eksternal. Di
sebabkan oleh faktor fisik, kimia, infeksi, biologis, nutrisi atau
imunologi. Kerusakan sel dapat reversibel atau ireversibel.
Tergantung pada luasnya cedera, respon selular adaptif dan
pemulihan homeostasis.
• Ketika tingkat keparahan cedera melebihi kemampuan sel
untuk memperbaiki dirinya sendiri akan terjadi cell death
tergantung pada lamanya paparan stimulus berbahaya dan
tingkat keparahan dan kerusakan yang ditimbulkan . Kematian
sel dapat terjadi dengan nekrosis (patologis) atau apoptosis
(fisiologis).

Anda mungkin juga menyukai