Pemberlakuan lockdown maupun karantina memang dinilai efektif dalam membendung
semakin meluaskanya persebaran virus Covid-19, tentunya jika didukung oleh kesadaran masyarakat itu sendiri dalam mematuhinya. Namun, lockdown maupun karantina bukanlah satu- satunya solusi, terdapat upaya lain yang bisa dilakukan, seperti keberhasilan Kota Wuhan, Cina dan Seoul, Korea dalam mengendalikan pandemi Covid-19. Hal tersebut dapat dijadikan acuan negara lain dalam memilih opsi strategi yang akan dijalankan yang tentunya disesuaikan dengan kapasitas sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing negara. Kedua negara tersebut menerapkan prinsip utama manajemen epidemi atau pandemi, yaitu Test-Trace-Treat-Isolate atau dalam praktik di Indonesia dapat diartikan sebagai upaya tes akurat yang masif, pelacakan kasus yang cepat dan detail, terapi medis terhadap pasien dalam status parah dan kritis guna mencegah angka kematian, dan upaya isolasi yang dijalankan dengan ketat dan menargetkan kelompok populasi yang rawan menularkan ke orang lain. Upaya pelacakan orang yang terinfeksi harus dilakukan secara cepat dan tepat. Kecepatan menjadi sangat penting, mengingat kita sedang berhadapan dengan pandemi Covid-19 yang memiliki pertumbuhan begitu signifikan. Satu hal yang sangat penting dalam rangkaian strategi pengendalian epidemi adalah ketersediaan tenaga epidemiologi yang akan menentukan kualitas pelacakan kasus. Tanpa adanya tim dan strategi epidemiologi yang kuat, nantinya akan banyak kasus yang lolos atau tidak terlacak yang pada akhirnya berakibat makin meluasnya penyebaran penyakit. Korea Selatan sama sekali tidak menerapkan lockdown maupun intervensi negara yang terlampau besar. Korsel dapat menekan laju infeksi virus Corona melalui tindakan cepat, pengujian luas, dan pelaksanaan kontak, melakukannya dengan lebih demokratis yaitu dengan dukungan kritis dari masyarakat. Masyarakat yang memiliki ponsel dapat menerima peringatan tentang kawasan infeksi terdekat sehingga dapat menghindari area virus aktif, jika di Indonesia sendiri kawasan ini dibagi menjadi tiga zona yaitu hijau (aman), kuning dan merah (paling banyak infeksi). Pada saat yang sama, pemerintah Korsel juga membuat aplikasi berkemampuan GPS untuk memantau mereka yang berada di bawah karantina dan membunyikan alarm jika mereka pergi keluar. Bukan hanya itu saja, Korsel juga memberlakukan pemeriksaan dengan drive-thru sehingga bisa mengetahui beban penyakit dan lokasinya. Disana, pemberlakuan rapid test sudah dilaksanakan secara masif sehingga dapat bertindak cepat apabila ada yang terinfeksi virus tersebut. Yang paling penting adalah kualitas tes Covid-19 yang dilakukan harus sesuai rekomendasi WHO. Prinsip efektif dan efisien sangat disarankan dalam kondisi pandemi. Ekstensifikasi dan intensifikasi tes dilakukan dengan melibatkan lebih banyak tenaga laboran, laboratorium, dan pihak lainnya. Kombinasi berbagai strategi tersebut dapat dilakukan oleh negara-negara lainnya guna membendung semakin meluasnya persebaran virus. Seperti yang kita ketahui, bahwa untuk melawan suatu virus selain dengan imunitas tubuh itu sendiri, cara yang paling efektif yaitu dengan melakukan vaksinasi. Berhubung Covid- 19 merupakan virus jenis baru, yang sampai saat ini belum ada vaksin yang dapat melawan virus tersebut. Walaupun vaksin untuk Covid-19 sudah ditemukan, namun butuh waktu yang lama hingga bertahun-tahun untuk menguji apakah vaksin tersebut efektif dan aman digunakan. Kita juga tidak tahu obat apakah yang aman dan efektif dalam bekerja menghilangkan infeksi Covid- 19 ketika sudah terpapar. Hampir setiap negara lebih berfokus pada upaya kuratif seperti pembangunan rumah sakit darurat, membeli APD, membeli obat yang belum teruji kekhasiatannya, dll. Sementara, peningkatan pengetahuan akan pencegahan dan kesadaran masyarakat atas virus ini masih sangat terbatas. Oleh karena itu, hal terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan tindakan pencegahan. Sesuai dengan ranah dibidang kesehatan masyarakat promotif dan preventif, yang selalu mengutamakan pencegahan daripada pengobatan. Tindakan preventif masyarakat di antaranya, mencuci tangan, PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), gizi seimbang, istrahat yang cukup, dll. Meskipun tujuannya belum mencapai angka maksimal, setidaknya tindakan tersebut dapat memutus rantai penyebaran virus Covid-19. Tindakan preventif diri sendiri oleh masyarakat perlu ditingkatkan karena masih ditemukan masyarakat yang tidak peduli akan pandemi virus Covid-19 ini. Hal tersebut dikarenakan pengetahuan masyarakat yang minim serta akses informasi yang standar. Maka dari itu, sebagai calon ahli kesehatan masyarakat, kita perlu memberikan edukasi kepada masyarakat terkait Covid-19 terlebih lagi akan pentingnya pencegahan supaya nantinya dapat menekan penyebaran infeksi Covid-19.