Anda di halaman 1dari 2

Sabillah Al Adawiyah

1810713030
Kesmas 4-D
UTS Kesehatan Global

Pemberlakuan lockdown maupun karantina memang dinilai efektif dalam membendung


semakin meluaskanya persebaran virus Covid-19, tentunya jika didukung oleh kesadaran
masyarakat itu sendiri dalam mematuhinya. Namun, lockdown maupun karantina bukanlah satu-
satunya solusi, terdapat upaya lain yang bisa dilakukan, seperti keberhasilan Kota Wuhan, Cina
dan Seoul, Korea dalam mengendalikan pandemi Covid-19. Hal tersebut dapat dijadikan acuan
negara lain dalam memilih opsi strategi yang akan dijalankan yang tentunya disesuaikan dengan
kapasitas sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing negara. Kedua negara tersebut
menerapkan prinsip utama manajemen epidemi atau pandemi, yaitu Test-Trace-Treat-Isolate
atau dalam praktik di Indonesia dapat diartikan sebagai upaya tes akurat yang masif, pelacakan
kasus yang cepat dan detail, terapi medis terhadap pasien dalam status parah dan kritis guna
mencegah angka kematian, dan upaya isolasi yang dijalankan dengan ketat dan menargetkan
kelompok populasi yang rawan menularkan ke orang lain. Upaya pelacakan orang yang
terinfeksi harus dilakukan secara cepat dan tepat. Kecepatan menjadi sangat penting, mengingat
kita sedang berhadapan dengan pandemi Covid-19 yang memiliki pertumbuhan begitu
signifikan. Satu hal yang sangat penting dalam rangkaian strategi pengendalian epidemi adalah
ketersediaan tenaga epidemiologi yang akan menentukan kualitas pelacakan kasus. Tanpa
adanya tim dan strategi epidemiologi yang kuat, nantinya akan banyak kasus yang lolos atau
tidak terlacak yang pada akhirnya berakibat makin meluasnya penyebaran penyakit.
Korea Selatan sama sekali tidak menerapkan lockdown maupun intervensi negara yang
terlampau besar. Korsel dapat menekan laju infeksi virus Corona melalui tindakan cepat,
pengujian luas, dan pelaksanaan kontak, melakukannya dengan lebih demokratis yaitu dengan
dukungan kritis dari masyarakat. Masyarakat yang memiliki ponsel dapat menerima peringatan
tentang kawasan infeksi terdekat sehingga dapat menghindari area virus aktif, jika di Indonesia
sendiri kawasan ini dibagi menjadi tiga zona yaitu hijau (aman), kuning dan merah (paling
banyak infeksi). Pada saat yang sama, pemerintah Korsel juga membuat aplikasi berkemampuan
GPS untuk memantau mereka yang berada di bawah karantina dan membunyikan alarm jika
mereka pergi keluar. Bukan hanya itu saja, Korsel juga memberlakukan pemeriksaan dengan
drive-thru sehingga bisa mengetahui beban penyakit dan lokasinya. Disana, pemberlakuan rapid
test sudah dilaksanakan secara masif sehingga dapat bertindak cepat apabila ada yang terinfeksi
virus tersebut. Yang paling penting adalah kualitas tes Covid-19 yang dilakukan harus sesuai
rekomendasi WHO. Prinsip efektif dan efisien sangat disarankan dalam kondisi pandemi.
Ekstensifikasi dan intensifikasi tes dilakukan dengan melibatkan lebih banyak tenaga laboran,
laboratorium, dan pihak lainnya. Kombinasi berbagai strategi tersebut dapat dilakukan oleh
negara-negara lainnya guna membendung semakin meluasnya persebaran virus.
Seperti yang kita ketahui, bahwa untuk melawan suatu virus selain dengan imunitas
tubuh itu sendiri, cara yang paling efektif yaitu dengan melakukan vaksinasi. Berhubung Covid-
19 merupakan virus jenis baru, yang sampai saat ini belum ada vaksin yang dapat melawan virus
tersebut. Walaupun vaksin untuk Covid-19 sudah ditemukan, namun butuh waktu yang lama
hingga bertahun-tahun untuk menguji apakah vaksin tersebut efektif dan aman digunakan. Kita
juga tidak tahu obat apakah yang aman dan efektif dalam bekerja menghilangkan infeksi Covid-
19 ketika sudah terpapar. Hampir setiap negara lebih berfokus pada upaya kuratif seperti
pembangunan rumah sakit darurat, membeli APD, membeli obat yang belum teruji
kekhasiatannya, dll. Sementara, peningkatan pengetahuan akan pencegahan dan kesadaran
masyarakat atas virus ini masih sangat terbatas. Oleh karena itu, hal terbaik yang dapat dilakukan
adalah dengan melakukan tindakan pencegahan. Sesuai dengan ranah dibidang kesehatan
masyarakat promotif dan preventif, yang selalu mengutamakan pencegahan daripada
pengobatan. Tindakan preventif masyarakat di antaranya, mencuci tangan, PHBS (Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat), gizi seimbang, istrahat yang cukup, dll. Meskipun tujuannya belum
mencapai angka maksimal, setidaknya tindakan tersebut dapat memutus rantai penyebaran virus
Covid-19. Tindakan preventif diri sendiri oleh masyarakat perlu ditingkatkan karena masih
ditemukan masyarakat yang tidak peduli akan pandemi virus Covid-19 ini. Hal tersebut
dikarenakan pengetahuan masyarakat yang minim serta akses informasi yang standar. Maka dari
itu, sebagai calon ahli kesehatan masyarakat, kita perlu memberikan edukasi kepada masyarakat
terkait Covid-19 terlebih lagi akan pentingnya pencegahan supaya nantinya dapat menekan
penyebaran infeksi Covid-19.

Anda mungkin juga menyukai