PERCERAIAN
DAN
KELUARGA
BERENCANA
KELOMPOK 8
DASAR KEPENDUDUKAN
01 Definisi perkawinan, perceraian, dan KB
Kesimpulan
Duvall dan Miller
Ikatan lahir batin antara laki-laki dan per
Hubungan antara pria dan wanita yang
empuan sebagai suami isteri yang mem
diakui dalam masyarakat yang melibatk
iliki kekuatan hukum dan diakui secara
an hubungan seksual, adanya penguas
sosial dengan tujuan membentuk keluar
aan dan hak mengasuh anak, dan salin
ga sebagai kesatuan yang menjanjikan
g mengetahui tugas masing-masing seb
pelestarian kebudayaan dan pemenuha
agai suami dan istri.
n kebutuhan-kebutuhan inter-personal.
Syarat Perkawinan (UU No. I tahun 1974)
Syarat Materiil
Pasal 7
Usia calon mempelai pria
Pasal 6 ayat 1 sudah 19 tahun dan calon
Adanya Persetujuan kedu mempelai wanita sudah
a calon mempelai mencapai 16 tahun, kecu
ali ada dispensasi dari pe
ngadilan
Pasal 8
Pasal 6 ayat 2 Antara calon mempelai pr
Adanya izin kedua orangt ia dan calon mempelai w
ua atau wali bagi calon m anita tidak dalam hubung
empelai yang belum beru an keluarga atau darah y
sia 21 tahun ang tidak boleh kawin
S
Y
SYARAT A
R
Pasal 11
PERKAWINAN Tidak dalam waktu tunggu
A
T
(UU No. I tahun 1974) bagi calon mempelai wanita
yang berstatus janda
M
A
T
E
R
I
I
Pasal 9 Pasal 10 L
Calon mempelai wanita tidak dalam ika Bagi suami istri yang telah b
tan perkawinan dengan pihak lain dan ercerai, lalu kawin lagi, aga
calon mempelai pria juga tidak dalam i ma dan kepercayaan merek
katan perkawinan dengan pihak lain, k a tidak melarang kawin kem
ecuali telah mendapat izin dari pengadi bali (untuk ketiga kalinya)
lan untuk poligami
SYARAT PERKAWINAN
Syarat Formal
Pemberitahuan untuk melangsungkan Jika perkawinan itu untuk kedua kalinya, harus
perkawinan memperlihatkan akta perceraian, akta kematian
atau dalam hal ini memperlihatkan surat kuasa
yang disahkan pegawai pencatat Nikah.
Calon suami isteri harus memperlihatkan
akta kelahiran
Pengumuman untuk melangsungkan perkawinan
Soemiyati, 1982:12
Spanier dan Thompson (1984)
Putusnya ikatan perkawinan antara sua
Suatu reaksi terhadap hubungan pernik mi isteri dengan keputusan pengadilan d
ahan yang tidak berjalan dengan baik d an ada cukup alasan bahwa diantara su
an bukan merupakan suatu ketidaksetuj ami isteri tidak akan dapat hidup rukun l
uan terhadap lembaga perkawinan. agi sebagai suami isteri
PERCERAIAN
Emery (1999) Bachtiar: 2014
Peristiwa berpisahnya pasangan sua Putusnya hubungan suami isteri selagi kedua
mi istri atau berakhirnya suatu ikatan nya masih hidup atau putusnya perkawinan, y
perkawinan karena tercapainya kata ang dapat terjadi dengan talak (cerai talak) at
sepakat mengenai masalah hidup ber aupun khuluk (cerai gugat).
sama.
Matondang, 2014
King, 1992
Putusnya ikatan perkawinan antara seora
Putusnya hubungan perkawinan seca ng pria dan seorang wanita sebagai suam
ra hukum dan permanen. Tindakan h i istri dan setelah putusan pengadilan me
ukum ini akan mempengaruhi hak asuh mpunyai kekuatan hukum yang tetap berl
atas anak, hak kunjungan dari orang tu aku sejak berlangsungnya perkawinan.
a, pembagian harta benda, dan tunjang
an anak.
Kesimpulan
Putusnya hubungan perkawinan secara hukum yang disebabkan pada hubungan pernikahan yang tidak berj
alan dengan baik yang biasanya didahului oleh konflik antar pasangan suami istri yang pada akhirnya meng
awali berbagai perubahan emosi, psikologis, lingkungan dan anggota keluarga serta dapat menimbulkan per
asaan yang mendalam.
FAKTOR-FAKTOR PERCERAIAN
Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabu Salah satu pihak meninggalkan pihak lain sela
k, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sulit ma 2 tahun berturut-berturut tanpa izin pihak lai
disembuhkan. n dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lai
n di luar kemampuannya.
Kematian
Perceraian
Keputusan
Pengadilan
PASAL 38
UU NO.1 TAHUN 1974
Definisi Keluarga Berencana
(KB)
Keluarga Berencana (KB)
Pasal 7
Meningkatkan akses dan kual
Mengatur kelahiran yang itas informasi, pendidikan, se
diinginkan rta konseling Keluarga Beren
cara dan Kesehatan Reprodu
ksi
Pasal 8
Menjaga kesehatan dan m Meningkatkan partisipasi dan
enurunkan angka kematia kesertaan pria dalam praktek
n ibu, bayi, dan anak Keluarga Berencana
Mempromosikan penyusuan
bayi sebagai upaya menjara
ngkan jarak kehamilan.
SASARAN KELUARGA BERENCANA (KB)
A B
C
Organisasi-organisasi
MANFAAT KB
Meningkatkan
01 Menghindari Ke 03 Kesehatan Ibu 05
hamilan yang Ti dan Bayi
dak Diharapkan
Pil
Menekan hormone ovarium selama siklus haid sehingga
mencegah ovulasi.
Suntik
Dilakukan rutin setiap 1 atau 3 bulan sekali.
Implant
Alat kontrasepsi yang mengandung levonogetrel yang dibungkus
dalam kapsul yg disusukkan dibawah kulit sebanyak 2 kapsul mas
ing-masing diisi 70 mg levonogetrel.
KONTRASEPSI NON HORMONAL
Contoh :
Jumlah penduduk Indonesia menurut data dari BPS pada ta
hun 2010 sebesar 237.641.326 dan diperoleh juga data pe
nduduk Indonesia yang berstatus kawin berjumlah 115.917.
814 , maka angka perkawinan kasarnya adalah
115.917.814
𝑀= 𝑥 1000 = 487,78
237.641.326
Jadi angka perkawinan kasar di Indonesia pada tahun 2010
adalah 488 per 1000 penduduk tanpa memperhatikan umu
r atau penduduk yang berisiko kawin.
Angka Perkawinan
Umum
Menunjukan jumlah penduduk yang berstatus kawin pada s
uatu tahun tertentu terhadap jumlah penduduk yang berusi
a 15 tahun keatas pada pertengahan tahun. Angka perkawi
nan umum berguna untuk memperhitungkan proporsi pend
uduk kawin.
Contoh :
Jumlah penduduk Indonesia usia lima belas tahun keatas pa
da tahun 2010 menurut hasil sensus penduduk BPS adalah
169.038.063, jika penduduk berstatus kawin 115.917.915 ,
maka angka perkawinan umumnya adalah
𝑀𝑢
𝑀 115.917.915
= 𝑥 1000 𝑀𝑢 = 𝑥 1000 = 685,75
𝑃15 169.038.063
Jadi, angka perkawinan umum Indonesia tahun 2010 685 or
ang dari 1000 penduduk Indonesia.
Angka Perkawinan
Spesifik
Dalam penghitungan angka perkawinan spesifik, kita dapat
melihat penduduk yang berstatus kawin berdasarkan kelom
pok umur dan jenis kelamin. Perkawinan umur spesifik berg
una untuk melihat perbedaan konsekuensi perkawinan yan
g berbeda antar kelompok umur dan jenis kelamin. Perbed
aan tersebut menyangkut kesiapan mental, kesiapan repro
duksi, dan lain sebagainya.
Contoh
Jumlah penduduk laki-laki di Indonesia usia 15-19 tahun pa
da tahun 2010 menurut hasil sensus penduduk BPS adalah
10.614.306, jika penduduk berusia berstatus kawin pada ke
lompok yang sama adalah sebesar 632.378 , angka perkawi
nan pada kelompok dan jenis kelamin tersebut adalah
𝑀𝑎𝑥
𝑚𝑎𝑥 = 𝑥 𝑥 1000
𝑃𝑎
𝑙𝑎𝑘𝑖−𝑙𝑎𝑘𝑖 632.378
𝑚15−19 = 𝑥 1000 = 59,57
10.614.306
Angka Perceraian
Kasar
Penghitungan angka perceraian kasar dapat menunjukan p
ersentase penduduk yang memiliki status cerai untuk suatu
tahun tertentu terhadap jumlah penduduk keseluruhan pad
a pertengahan tahun.
Contoh
Jumlah perceraian selama tahun 2010 menurut hasil sensu
s BPS adalah sebesar 13.954.521 dan jumlah penduduk pad
a pertengahan tahun sebesar 237.641.326 , maka angka pe
rceraian kasar adalah
𝐷
𝑑 = 𝑥 1000
𝑃
13.954.521
𝑑= 𝑥 1000 = 58,72
237.641.326
Jadi, angka perceraian kasar pada tahun 2010 adalah 58 pe
r 1000 penduduk tanpa memperhatikan umur dari pendud
uk tersebut.
Angka Perceraian
Umum
Penghitungan angka percerceraian umum dapat menentuk
an jumlah penduduk yang memiliki status cerai pada suatu
tahun tertentu terhadap jumlah penduduk yang berusia 15
tahun keatas pada pertengahan tahun.
Contoh
Jumlah penduduk Indonesia usia lima belas tahun keatas pa
da tahun 2010 menurut hasil sensus penduduk BPS adalah
169.038.063 , jika penduduk berstatus cerai 13.954.521 , m
aka angka perceraian umumnya adalah
𝐷
𝑑𝑢 = 𝑥 1000
𝑃15
13.954.521
𝑑𝑢 = 𝑥 1000 = 82,55
169.038.063
Jadi dari 1000 penduduk Indonesia usia lima belas tahun ke
atas terdapat 82 orang berstatus cerai.
ANGKA PREVALENSI
KONTRASEPSI
Contoh:
16.798
CPR = 27.857 × 100 = 60,3
Keterangan:
CUMK = persentase pemakai alat atau cara KB k
CUk = jumlah PUS yang memakai alat/cara KB k
CU = jumlah PUS yang ber-KB
Persentase Perempuan yang Kebutuhan
Ber-KBnya Tidak Terpenuhi (Unmet Need)
𝐽𝑈𝑁
𝑈𝑁 = × 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑈𝑆
Keterangan:
UN = persentase perempuan yang kebutuhan ber-KBnya tida
k terpenuhi
JUN = jumlah perempuan yang kebutuhan ber-KBnya tidak te
rpenuhi
UKURAN KB DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN KB
Faktor Ekonomi
UMUR PERKAWINAN MENURUT UU
UU No 1 Tahun 1974
UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 6 Ayat 2
Pasal 7 Ayat 1 Perkawinan harus di
Wanita minimal harus berusia 16 dasarkan atas
tahun dan laki-laki minimal19 tahun persetujuan kedua calon
mempelai
1 3 5 7
2 4 6 8
Masa
Penjajahan di Masa Orde
Indonesia 02 Baru 04
PANTANG BERKALA
SENGGAMA TERPUTUS METODE LENDIR SERVIKS
menghentikan senggama deng
an mencabut penis dari vagina
pada saat suami menjelang eja
kulasi.
METODE LENDIR SERVIKS
L
• Pengamatan lendir vagina yang keluar setiap hari dari mulut Rahim
• Satu hari atau lebih setelah haid, vagina akan terasa kering, sampai kemudiaan timbul lendir yang pek A
at, padat, dan kental
• Dengan melihat perbedaan lendir, dari sifat lengket berubah basah dan licin, beberapa hari kemudian l
endir semakin licin, elastis dan encer, hal ini berlangsung 1-2 hari. Hari ke-2 perasaan licin adalah hari
N
yang paling subur (puncak), yang ditandai dengan pembengkakan vulva sampai kemudian lendir menja
di berkurang. J
• Sanggama dilakukan sesudah hari ke 4 dan perasaan paling licin, atau senggama boleh dilakukan jika
3 hari berturut-turut dikenali sebagai masa tidak subur, yaitu jika : tidak ada lagi cairan yang licin pada U
vulva yang terjadi sejak hari ke 4 sesudah puncak kelicinan
PANTANG BERKALA
T
Sebelum menerapkan metode ini, seorang wanita harus mencatat jumlah d
A
ari dalam tiap satu siklus haid selama 6 bulan (6 siklus haid)
Hari pertama siklus haid selalu dihitung sebagai hari ke satu N
Jumlah hari terpendek selama 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini m
enentukan hari pertama subur.
Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini mene
ntukan hari terakhir masa subur.
Jenis Kontrasepsi
Sederhana