Anda di halaman 1dari 66

PERKAWINAN

PERCERAIAN
DAN
KELUARGA
BERENCANA
KELOMPOK 8
DASAR KEPENDUDUKAN
01 Definisi perkawinan, perceraian, dan KB

02 Ruang lingkup perkawinan, perceraian, dan KB

03 Sumber data perkawinan, peceraian, dan KB

04 Ukuran-ukuran perkawinan, peceraian, dan KB

05 Faktor perkawinan dan perceraian


06 Umur perkawinan

07 Analisa faktor perkawinan dan perceraian

08 Perkembangan hukum perkawinan di Indonesia

09 Pola dan penggunaan alat/cara KB

10 Determinan keluarga berencana


Definisi Perkawinan
Perceraian
Bachtiar 2004
UU RI No. 1 Tahun 1974 Pasal
1 Ayat 2 Pintu bagi bertemunya dua hati dalam naung
an pergaulan hidup yang berlangsung dalam j
Ikatan lahir batin antara seorang pria angka waktu yang lama, yang di dalamnya ter
dan seorang wanita sebagai suami ist dapat berbagai hak dan kewajiban yang haru
ri dengan tujuan membentuk keluarga s dilaksanakan oleh masing-masing pihak unt
atau rumah tangga yang bahagia dan uk mendapatkan kehidupan yang layak, baha
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang gia, harmonis, serta mendapat keturunan.
Maha Esa

Dariyo 2003 Terruwe


Suatu persatuan. Persatuan itu di
Ikatan kudus antara pasangan dari seor
ciptakan oleh cinta dan dukunga
ang laki-laki dan seorang perempuan y
n yang diberikan oleh seorang pri
ang telah menginjak atau dianggap tela
a pada isterinya, dan wanita pad
h memiliki umur cukup dewasa.
a suaminya.
Perkawinan
Tutik 2006
Soemiyati (2007: 8-9)
Persekutuan hidup antara seorang pri
a dan seorang wanita yang dikukuhka Perjanjian perikatan antara seorang laki-la
n secara formal dengan Undang-Und ki dan seorang wanita. Perjanjian dalam ni
ang, yaitu yuridis dan kebanyakan jug kah adalah perjanjian suci untuk membent
a religius menurut tujuan suami istri d uk keluarga antara seorang laki-laki dan seor
an Undang-Undang, dan dilakukan un ang wanita. Suci disini dilihat dari segi keaga
tuk selama hidupnya menurut lembag maannya dari suatu perkawinan.
a perkawinan.

Kesimpulan
Duvall dan Miller
Ikatan lahir batin antara laki-laki dan per
Hubungan antara pria dan wanita yang
empuan sebagai suami isteri yang mem
diakui dalam masyarakat yang melibatk
iliki kekuatan hukum dan diakui secara
an hubungan seksual, adanya penguas
sosial dengan tujuan membentuk keluar
aan dan hak mengasuh anak, dan salin
ga sebagai kesatuan yang menjanjikan
g mengetahui tugas masing-masing seb
pelestarian kebudayaan dan pemenuha
agai suami dan istri.
n kebutuhan-kebutuhan inter-personal.
Syarat Perkawinan (UU No. I tahun 1974)
Syarat Materiil

Pasal 7
Usia calon mempelai pria
Pasal 6 ayat 1 sudah 19 tahun dan calon
Adanya Persetujuan kedu mempelai wanita sudah
a calon mempelai mencapai 16 tahun, kecu
ali ada dispensasi dari pe
ngadilan

Pasal 8
Pasal 6 ayat 2 Antara calon mempelai pr
Adanya izin kedua orangt ia dan calon mempelai w
ua atau wali bagi calon m anita tidak dalam hubung
empelai yang belum beru an keluarga atau darah y
sia 21 tahun ang tidak boleh kawin
S
Y
SYARAT A
R
Pasal 11
PERKAWINAN Tidak dalam waktu tunggu
A
T
(UU No. I tahun 1974) bagi calon mempelai wanita
yang berstatus janda
M
A
T
E
R
I
I
Pasal 9 Pasal 10 L
Calon mempelai wanita tidak dalam ika Bagi suami istri yang telah b
tan perkawinan dengan pihak lain dan ercerai, lalu kawin lagi, aga
calon mempelai pria juga tidak dalam i ma dan kepercayaan merek
katan perkawinan dengan pihak lain, k a tidak melarang kawin kem
ecuali telah mendapat izin dari pengadi bali (untuk ketiga kalinya)
lan untuk poligami
SYARAT PERKAWINAN
Syarat Formal

Pemberitahuan untuk melangsungkan Jika perkawinan itu untuk kedua kalinya, harus
perkawinan memperlihatkan akta perceraian, akta kematian
atau dalam hal ini memperlihatkan surat kuasa
yang disahkan pegawai pencatat Nikah.
Calon suami isteri harus memperlihatkan
akta kelahiran
Pengumuman untuk melangsungkan perkawinan

Akta yang memuat izin untuk melangsungkan


perkawinan dari mereka yang harus memberi
izin atau akta dimana telah ada penetapan da
ri pengadilan.
Definisi Perceraian
PERCERAIAN
UU RI No. 1 Tahun 1974 Ahrons dan Rodgers
Terlepasnya ikatan perkawinan antar
a kedua belah pihak, setelah putusan Gangguan pada daur kehidupan keluarga, di
pengadilan mempunyai kekuatan huk mana dapat menimbulkan perasaan yang me
um yang tetap berlaku sejak berlangs ndalam dan kehilangan anggota keluarga.
ungnya perkawinan

Soemiyati, 1982:12
Spanier dan Thompson (1984)
Putusnya ikatan perkawinan antara sua
Suatu reaksi terhadap hubungan pernik mi isteri dengan keputusan pengadilan d
ahan yang tidak berjalan dengan baik d an ada cukup alasan bahwa diantara su
an bukan merupakan suatu ketidaksetuj ami isteri tidak akan dapat hidup rukun l
uan terhadap lembaga perkawinan. agi sebagai suami isteri
PERCERAIAN
Emery (1999) Bachtiar: 2014
Peristiwa berpisahnya pasangan sua Putusnya hubungan suami isteri selagi kedua
mi istri atau berakhirnya suatu ikatan nya masih hidup atau putusnya perkawinan, y
perkawinan karena tercapainya kata ang dapat terjadi dengan talak (cerai talak) at
sepakat mengenai masalah hidup ber aupun khuluk (cerai gugat).
sama.

Matondang, 2014
King, 1992
Putusnya ikatan perkawinan antara seora
Putusnya hubungan perkawinan seca ng pria dan seorang wanita sebagai suam
ra hukum dan permanen. Tindakan h i istri dan setelah putusan pengadilan me
ukum ini akan mempengaruhi hak asuh mpunyai kekuatan hukum yang tetap berl
atas anak, hak kunjungan dari orang tu aku sejak berlangsungnya perkawinan.
a, pembagian harta benda, dan tunjang
an anak.
Kesimpulan
Putusnya hubungan perkawinan secara hukum yang disebabkan pada hubungan pernikahan yang tidak berj
alan dengan baik yang biasanya didahului oleh konflik antar pasangan suami istri yang pada akhirnya meng
awali berbagai perubahan emosi, psikologis, lingkungan dan anggota keluarga serta dapat menimbulkan per
asaan yang mendalam.
FAKTOR-FAKTOR PERCERAIAN

Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabu Salah satu pihak meninggalkan pihak lain sela
k, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sulit ma 2 tahun berturut-berturut tanpa izin pihak lai
disembuhkan. n dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lai
n di luar kemampuannya.

Salah satu pihak melakukan kekejaman atau pen


ganiayaan berat yang membahayakan pihak lain. Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjar
a 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat
setelah perkawinan berlangsung.
Salah satu pihak mendapat cacat badan atau pe
nyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan ke
wajibannya sebagai suami istri. Antara suami istri terus menerus terjadi perselisi
han dan pertengkaran dan tidak ada harapan ak
an hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

Peralihan Agama atau murtad yang menyebabkan


ketidakrukunan dalam rumah tangga. Suami melanggar Ta’lik Talak.
FAKTOR-FAKTOR PERCERAIAN

Kematian

Perceraian

Keputusan
Pengadilan

PASAL 38
UU NO.1 TAHUN 1974
Definisi Keluarga Berencana
(KB)
Keluarga Berencana (KB)

WHO (World Health Marjo (1998) BKKBN 2015


Organisation)
Menjarangkan / mengat Upaya untuk mewujudka
Tindakan yang memba ur kehamilan dengan h n keluarga yang berkualit
ntu individu atau pasan arapan perhitungan ke as melalui promosi, perli
gan suami istri untuk m seimbangan ekonomi, ndungan, dan bantuan d
enghindari kelahiran ya baik untuk pendidikan alam mewujudkan hak-h
ng tidak diinginkan, me anak-anak dan lain-lain ak reproduksi serta peny
ndapatkan kelahiran ya , dan hal ini dilakukan d elenggaraan pelayanan,
ng diinginkan, mengatu engan menggunakan al pengaturan dan dukunga
r interval diantara kelah at kontrasepsi. n yang diperlukan untuk
iran, mengontrol waktu membentuk keluarga de
saat kelahiran dalam h ngan usia kawin yang id
ubungan dengan umur eal, mengatur jumlah, jar
suami dan istri, menetu ak, dan usia ideal melahi
kan jumlah anak dalam rkan anak, mengatur keh
keluarga. amilan dan membina ket
ahanan serta kesejahter
aan anak.
Keluarga Berencana (KB)
UU No 52 Tahun 2009 Mukti (2000)
Suatu program masyarakat yang menghi Upaya ikhtiar untuk memberikan jamina
mpun dan mengajak segenap potensi m n kesehatan, untuk sang anak maupun i
asyarakat untuk berpartisipasi aktif dala bu, jaminan pendidikan merupakan bek
m melembagakan dan membudayakan al yang sangat berharga untuk kehidup
Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Seja an kelak dalam masyarakat, untuk mem
htera dalam rangka meningkatkan mutu enuhi kesejahteraan dan kemakmuran
sumber daya manusia melalui pendewas keluarga lahir dan batin.
aan usia perkawinan (PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarg
a, peningkatan kesejahteraan keluarga k
ecil bahagia dan sejahtera.
Kesimpulan
Suatu upaya untuk menghindari kelahiran
yang tidak diinginkan untuk mengatur jarak
kehamilan dan mengatur jumlah anak
dalam keluarga demi kelangsungan
kesejahteraan bahtera rumah tangga.
TUJUAN KELUARGA BERENCANA

Pasal 7
Meningkatkan akses dan kual
Mengatur kelahiran yang itas informasi, pendidikan, se
diinginkan rta konseling Keluarga Beren
cara dan Kesehatan Reprodu
ksi

Pasal 8
Menjaga kesehatan dan m Meningkatkan partisipasi dan
enurunkan angka kematia kesertaan pria dalam praktek
n ibu, bayi, dan anak Keluarga Berencana

Mempromosikan penyusuan
bayi sebagai upaya menjara
ngkan jarak kehamilan.
SASARAN KELUARGA BERENCANA (KB)

A B

Pasangan usia subur Kelompok remaja usia


yaitu pasangan yang 15 - 19 tahun, remaja in
wanitanya berusia SASARAN i memang bukan meru
antara 15 - 49 tahun SASARAN pakan target untuk me
TIDAK nggunakan alat kontra
LANGSUNG
LANGSUNG sepsi secara langsung

C
Organisasi-organisasi
MANFAAT KB
Meningkatkan
01 Menghindari Ke 03 Kesehatan Ibu 05
hamilan yang Ti dan Bayi
dak Diharapkan

Mencegah Peny Menurunkan A


Menurunkan Risiko
ngka Kematian
Kanker Rahim dan akit Menular Sek 04 Ibu dan Bayi
Serviks sual
02

Menghasilkan Menjamin Pendidikan


06 Keluarga yang 07 Anak Lebih Baik
Berkualitas
KONTRASEPSI

Cara untuk mencegah terjadinya ke


Obat atau alat untuk mencegahterjadi
hamilan sebagai akibat pertemuan a
nya konsepsi (kehamilan). Jenis kont
ntara sel telur dengan sperma. Kontr
rasepsi ada dua macam, yaitu kontra
asepsi dapat menggunakan berbaga
sepsi yangmengandung hormonal (pil
imacam cara, baik dengan menggun
, suntik dan implant) dan kontrasepsi
akan hormon, alat ataupun melalui p
non-hormonal (IUD, Kondom).
rosedur operasi.

Kontrasepsi Hormonal Kontrasepsi Nonhormonal


Kontrasepsi dimana estrogen dan progestero Berbagai macam atau metode untuk menceg
n memberikan umpan balik terhadap kelenjar ah terjadinya kehamilan dengan cara menceg
hipofisis melalu hipotalamus sehingga terjadi ah sperma masuk ke saluran reproduksi wani
hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi ta dan mencegah terjadinya implantasi.
yang bertujuan untuk mencegah kehamilan, d
engan cara menghambat terjadinya ovulasi,
mengentalkan lendir serviks, dan mencegah t
erjadinya implantasi. Jenis Kontrasepsi Horm
onal terdiri dari Implan atau susuk, Suntik KB
dan KB Pil.
KONTRASEPSI HORMONAL

Pil
Menekan hormone ovarium selama siklus haid sehingga
mencegah ovulasi.

Suntik
Dilakukan rutin setiap 1 atau 3 bulan sekali.

Implant
Alat kontrasepsi yang mengandung levonogetrel yang dibungkus
dalam kapsul yg disusukkan dibawah kulit sebanyak 2 kapsul mas
ing-masing diisi 70 mg levonogetrel.
KONTRASEPSI NON HORMONAL

ALAMIAH SEDERHANA MANTAP

• Senggama terputus • Kondom


• Pantang berkala • Spermisida • Tubektomi
• Metode lendir serviks • Diafragma • Vasektomi
• AKDR
RUANG LINGKUP
Perkawinan, Perceraian, dan Keluarga Berencana (KB)
PERKAWINAN
UMUR STATUS SIFAT-SIFAT
Berdasarkan Undang- • Belum kawin (sin • Perkawinan Patrilokal
Undang Nomor 1 Tahu gle) • Perkawinan Matrilokal
n 1974 disebutkan bah • Kawin • Cara lain
wa perkawinan hanya • Cerai • Pertunangan
diizinkan bila pihak pria
• Janda/Duda
mencapai umur 19 (se
mbilan belas) tahun da
n pihak wanita sudah
mencapai umur 16 (en
am belas) tahun. Untuk
melangsungkan perka
winan seseorang yang
belum mencapai umur
21 (dua puluh satu) tah
un harus mendapat izin
kedua orang tua.
PERKAWINAN
BENTUK-BENTUK TIPE-TIPE
• Monogami 1. Perkawinan yang diliputi oleh ko
• Poligami nflik (Conflict-habituated relations
 Poligini hips).
 Poliandri 2. Perkawinan yang terasa harnbar
 Group marriage/ poligina (Devitalized relationships).
ndri 3. Perkawinan yang cukup nyaman
(Passive-congenital relationships
).
4. Perkawinan yang menunjukkan s
uami-istri berbagi aktivitas pada
hal-hal yang vital (Vital relationsh
ips)
5. Perkawinan yang menunjukkan a
danya hubunqan totalitas antara
suami-istri (Total relationships)
6. Utilitarian
P
E
R
C
• Suami
• Istri E
• Shighot talak R
Shighot talak ialah kata-kata yang diucapkan oleh suami terhadap istrinya yang
menunjukkan talak, baik itu sharih (jelas) maupun kinayah (sindiran), baik berupa ucapan A
atau lisan, tulisan, isyarat bagi suami tuna wicara ataupun dengan suruhan orang lain I
• Qashdu (sengaja)
ucapan thalaq itu memang dimaksudkan oleh yang mengucapkannya untuk A
thalaq, bukan untuk maksud lain.
N
1. Keluarga berencana
KELUARGA
2. Kesehatan reproduksi remaja

3. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga


BERENCANA
4. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas

5. Keserasian kebijakan kependudukan

6. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)

7. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.

8. Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas paratur Negara


SUMBER DATA
Perkawinan, Perceraian, dan Keluarga Berencana (KB)
Sensus
Penduduk

Suatu proses kegiatan yang meliputi pengumpulan,pengolah


an, penyajian, dan penilaian data penduduk. Data penduduk
tersebut meliputi ciri-ciri demografi, sosial ekonomi, dan ling
kungan hidup.

Ciri khas pelaksanaan Sensus Penduduk:


1. Bersifat individu, baik sebagai anggota keluarga maupun
masyarakat.
2. Bersifat universal, berarti pencacahan bersifat rnenyeluru
h.
3. Pencacahan dilaksanakan secara serentak di seluruh nega
ra.
4. Dilaksanakan secara periodik, setiap tahun berakhiran an
gka nol.
Registrasi
Penduduk

Kumpulan keterangan mengenai terjadinya peristiwa/kejadia


n lahir dan mati serta kejadian penting yang merubah status
sipil sejak lahir – mati. Komposisi penduduk yang dinamis se
perti kelahiran, kematian,mobilitas penduduk, perkawinan, p
erceraian, perubahan pekerjaan yang dapat terjadi setiap saa
t tidak dapat terjaring di dalam sensus penduduk.

Registrasi perkawinan dan perceraian dapat dilakukan :


1. Catatan dari pendaftaran penduduk dan catatan sipil
2. KUA
3. Gereja
4. Wihara, Pura dan Klenteng
Survei
Penduduk

Hasil sensus penduduk dan registrasi penduduk mempunyai k


eterbatasan. Pengumpulan tersebut hanya menyediakan data
statistik kependudukan kurang memberikan informasi tentang
sifat dan perilaku penduduk setempat. Untuk mengatasi keter
batasan tersebut perlu dilaksanakan survei penduduk, yang sif
atnya lebih terbatas dan informasi yang dikumpulkan Iebih cer
mat dan mendalam. Biasanya survei penduduk ini dilakukan d
engan sistem sampel atau dalam bentuk studi kasus.
Ukuran-ukuran
Perkawinan, Perceraian, dan Keluarga Berencana (KB)
Angka Perkawinan
Kasar
Persentase penduduk yang berstatus kawin terhadap jumla
h penduduk keseluruhan pada pertengahan tahun untuk su
atu tahun tertentu.
Kegunaan : mengelompokkan perkawinan sebagai salah sat
u variabel antara dalam mempengaruhi tinggi rendahnya fe
rtilitas.

Contoh :
Jumlah penduduk Indonesia menurut data dari BPS pada ta
hun 2010 sebesar 237.641.326 dan diperoleh juga data pe
nduduk Indonesia yang berstatus kawin berjumlah 115.917.
814 , maka angka perkawinan kasarnya adalah

115.917.814
𝑀= 𝑥 1000 = 487,78
237.641.326
Jadi angka perkawinan kasar di Indonesia pada tahun 2010
adalah 488 per 1000 penduduk tanpa memperhatikan umu
r atau penduduk yang berisiko kawin.
Angka Perkawinan
Umum
Menunjukan jumlah penduduk yang berstatus kawin pada s
uatu tahun tertentu terhadap jumlah penduduk yang berusi
a 15 tahun keatas pada pertengahan tahun. Angka perkawi
nan umum berguna untuk memperhitungkan proporsi pend
uduk kawin.

Contoh :
Jumlah penduduk Indonesia usia lima belas tahun keatas pa
da tahun 2010 menurut hasil sensus penduduk BPS adalah
169.038.063, jika penduduk berstatus kawin 115.917.915 ,
maka angka perkawinan umumnya adalah

𝑀𝑢
𝑀 115.917.915
= 𝑥 1000 𝑀𝑢 = 𝑥 1000 = 685,75
𝑃15 169.038.063
Jadi, angka perkawinan umum Indonesia tahun 2010 685 or
ang dari 1000 penduduk Indonesia.
Angka Perkawinan
Spesifik
Dalam penghitungan angka perkawinan spesifik, kita dapat
melihat penduduk yang berstatus kawin berdasarkan kelom
pok umur dan jenis kelamin. Perkawinan umur spesifik berg
una untuk melihat perbedaan konsekuensi perkawinan yan
g berbeda antar kelompok umur dan jenis kelamin. Perbed
aan tersebut menyangkut kesiapan mental, kesiapan repro
duksi, dan lain sebagainya.

Contoh
Jumlah penduduk laki-laki di Indonesia usia 15-19 tahun pa
da tahun 2010 menurut hasil sensus penduduk BPS adalah
10.614.306, jika penduduk berusia berstatus kawin pada ke
lompok yang sama adalah sebesar 632.378 , angka perkawi
nan pada kelompok dan jenis kelamin tersebut adalah
𝑀𝑎𝑥
𝑚𝑎𝑥 = 𝑥 𝑥 1000
𝑃𝑎
𝑙𝑎𝑘𝑖−𝑙𝑎𝑘𝑖 632.378
𝑚15−19 = 𝑥 1000 = 59,57
10.614.306
Angka Perceraian
Kasar
Penghitungan angka perceraian kasar dapat menunjukan p
ersentase penduduk yang memiliki status cerai untuk suatu
tahun tertentu terhadap jumlah penduduk keseluruhan pad
a pertengahan tahun.

Contoh
Jumlah perceraian selama tahun 2010 menurut hasil sensu
s BPS adalah sebesar 13.954.521 dan jumlah penduduk pad
a pertengahan tahun sebesar 237.641.326 , maka angka pe
rceraian kasar adalah
𝐷
𝑑 = 𝑥 1000
𝑃
13.954.521
𝑑= 𝑥 1000 = 58,72
237.641.326
Jadi, angka perceraian kasar pada tahun 2010 adalah 58 pe
r 1000 penduduk tanpa memperhatikan umur dari pendud
uk tersebut.
Angka Perceraian
Umum
Penghitungan angka percerceraian umum dapat menentuk
an jumlah penduduk yang memiliki status cerai pada suatu
tahun tertentu terhadap jumlah penduduk yang berusia 15
tahun keatas pada pertengahan tahun.

Contoh
Jumlah penduduk Indonesia usia lima belas tahun keatas pa
da tahun 2010 menurut hasil sensus penduduk BPS adalah
169.038.063 , jika penduduk berstatus cerai 13.954.521 , m
aka angka perceraian umumnya adalah
𝐷
𝑑𝑢 = 𝑥 1000
𝑃15
13.954.521
𝑑𝑢 = 𝑥 1000 = 82,55
169.038.063
Jadi dari 1000 penduduk Indonesia usia lima belas tahun ke
atas terdapat 82 orang berstatus cerai.
ANGKA PREVALENSI
KONTRASEPSI

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑈𝑆 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝐾𝐵


𝐶𝑃𝑅 = × 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑈𝑆

Contoh:

Hasil SDKI 2002-2003 menunjukan bahwa jumlah perempua


n yang berstatus kawin yang sedang menggunakan alat/cara
KB adalah 16.798. jumlah perempuan usia 15-49 tahun yang
berstatus kawin dalam SDKI 2002-2003 adalah 27.857. Jadi,

16.798
CPR = 27.857 × 100 = 60,3

Artinya, pada tahun 2002-2003, dari 100 pasangan usia subu


r di Indonesia, 60 sedang menggunakan alat/cara KB.
Persentase Pemakai Alat/
cara KB menurut Alat/cara KB
(Contraceptive Use Mix)

CUMK = CUK/CU × 100

Keterangan:
CUMK = persentase pemakai alat atau cara KB k
CUk = jumlah PUS yang memakai alat/cara KB k
CU = jumlah PUS yang ber-KB
Persentase Perempuan yang Kebutuhan
Ber-KBnya Tidak Terpenuhi (Unmet Need)

𝐽𝑈𝑁
𝑈𝑁 = × 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑈𝑆

Keterangan:
UN = persentase perempuan yang kebutuhan ber-KBnya tida
k terpenuhi
JUN = jumlah perempuan yang kebutuhan ber-KBnya tidak te
rpenuhi
UKURAN KB DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN KB

Angka Kelangsungan (C Peserta KB aktif (Current U


ontinuation Rate – CR) ser – CU)

Angka yang menunjukkan pr Dalam memperkirakan CU dapa


oporsi akseptor yang masih t dilakukan dengan 2 cara: Den
menggunakan alat kontrase gan menggunakan Angka Kelan
psi setelah suatu periode pe gsungan Dengan mendasarkan
makaian tertentu. pada distribusi alat kontrasepsi
pada suatu waktu tertentu

Bulan Pasangan Perlindungan (Co


uple Months of Protection – CMP), Perkiraan penurunan fertili
atau Tahun Pasangan Perlindunga tas akibat pelaksanaan KB
n (Couple Years of Protection – CY
P) Diukur dengan menggunaka
n metode “John Laing” deng
Ukuran yang sama hanya an alasan metode cukup hal
berbeda pada satuan us dan mudah.
waktunya.
FAKTOR PERKAWINAN DAN PERCERAIAN
FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA PERKAWINAN PADA USIA MUDA

Faktor diri sendiri Faktor Adat dan Budaya

Faktor Pendidikan Faktor Ekonomi

Faktor Keluarga Faktor Agama


FAKTOR-FAKTOR PERCERAIAN DALAM RUMAH TANGGA

Faktor Usia Moral

Faktor Kekerasan dalam RT


Meninggalkan Kewajiban (KDRT)

Perselisihan Faktor Agama

Terjerat Kasus Hukum Ketidakjujuran tentang kekur


angan

Faktor Ekonomi
UMUR PERKAWINAN MENURUT UU

UU No 1 Tahun 1974
UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 6 Ayat 2
Pasal 7 Ayat 1 Perkawinan harus di
Wanita minimal harus berusia 16 dasarkan atas
tahun dan laki-laki minimal19 tahun persetujuan kedua calon
mempelai

Pasal 7 Ayat 2 Pasal 6 Ayat 2


Bila tidak sesuai dengan pasal Jika kurang dari 21 tahun
1 maka orang tua boleh harus mendapatkan izin
mangajukan dispensasi dari kedua orang tua
kepada pengadilan
UMUR PERKAWINAN
Umur Perkawinan Pertama
Data Umur Perkawinan dan Umur perkawinan pertama adalah umur pada
Dampak Perkawinan Usia Dini saat wanita melakukan perkawinan yang
pertama kali.
Pada tahun 2013 terjadi peningkatan rasio pernikahan muda pada daerah perkotaan, dibandin
gkan dengan daerah pedesaan. Adapun jumlah rasio kenaikan tersebut pada daerah perkotaan
pada tahun 2012 adalah 26 dari 1.000 perkawinan, rasio itu naik pada tahun 2013 menjadi 32
per 1.000 perkawinan. Sedangkan, pada daerah pedesaan yang menurun dari 72 per 1000 per
kawinan menjadi 67 per 1000 perkawinan pada tahun 2013.
Analisa Faktor Perkawinan dan
Perceraian
Faktor Perkawinan Usia Dini
Faktor Ekonomi Faktor Orang tua/Keluarga Kebiasaan/Adat
Dengan menikah diharapkan Keyakinan bahwa tidak boleh me
akan mengurangi beban ekono Perilaku seks bebas yang beruj
nolak pinangan seseorang
mi keluarga, sehingga akan ung pada pernikahan dini diaki
pada putrinya walaupun masih
sedikit dapat mengatasi kesulit batkan dari pola asuh orang tua
dibawah usia 18 tahun terkadang
an ekonomi. yang terlalu besar memberikan
dianggap menyepelekan dan meng
kepercayaan dan kebebasan
hina menyebabkan orang tua meni
Faktor Pendidikan pada anak.
kahkan putrinya
Rendahnya tingkat pendidikan
orang tuanya juga akan berpen Faktor Kecelakaan (MBA)
garuh pada pendidikan yang di Konsep Diri Sendiri
dapat anaknya pula. Remaja Setelah mereka melakukan per
yang memutuskan untuk meni Dengan kehamilan diluar
nikahan dini sama sekali tidak
kah di usia muda pada umum- nikah dan ketakutan orang
membuat mereka minder dan
nya beranggapan bahwa pendi tua akan terjadinya hamil di
menikah dini itu menyenang
dikan adalah formalitas, sehin luar nikah mendorong
kan baik di lingkungan masya-
gga mereka lebih mementing anaknya untuk menikah
rakat dan lingkungan pergaul-
kan untuk berumah tangga diusia yang masih belia.
an mereka.
FAKTOR TERJADINYA PERCERAIAN

1 3 5 7

Perkawinan di Faktor Kekerasan dalam Terjerat kasus hukum


Perselisihan
bawah umur Rumah Tangga (KDRT)

2 4 6 8

Meninggalkan Moral Faktor Agama Ketidakjujuran tentang


kewajiban kekurangan
Perkembangan Hukum
Perkawinan di Indonesia
Perkembangan Hukum Perkawinan
di Indonesia

Masa
Penjajahan di Masa Orde
Indonesia 02 Baru 04

01 Masa Orde 03 Masa


Lama Reformasi
Perkembangan Hukum Perkawinan di Indonesia

Hukum perkawinan di Indonesia telah ada bahkan sejak zaman penjajahan


Belanda, namun pada saat itu hukum perkawinan tidak memiliki aturan yang
baku

Tahun 1946, Pemerintah Indonesia menetapkan UU No. 22 Tahun 1946


tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk. Kemudian pada tahun 1954
melalui UU No. 32 tahun 1954, UU No. 22 tahun 1946 tersebut dinyatakan
berlaku untuk seluruh Indonesia.

Setelah mengalami perubahan atas amandemen maka RUU tentang


perkawinan pada tanggal 22 Desember 1973 diteruskan dalam Sidang
Paripurna DPR-RI. Dan pada tanggal 2 Januari 1974 diundangkan sebagai UU
No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
Pola dan Penggunaan Alat/Cara KB
Kontrasepsi
Hormonal

PIL KB SUNTIK KB IMPLANT

• Menekan ovulasi • Mencegah ovulasi • Lendir serviks menjadi kental


• Mencegah implantasi • Mengentalkan lendir serviks se • Mengganggu proses pembent
• Mengentalkan lendir serviks hingga menurunkan kemampua ukan endometrium sehingga
• Pergerakan tuba terganggu s n penetrasi sperma sulit terjadi implantasi
ehingga transportasi ovum a • Menjadikan selaput lendir rahim • Mengurangi transportasi sper
kan terganggu. tipis dan atrofi ma
• Menghambat transportasi game • Menekan ovulasi.
t oleh tuba falloppii.
KONTRASEPSI NON HORMONAL
ALAMIAH

PANTANG BERKALA
SENGGAMA TERPUTUS METODE LENDIR SERVIKS
menghentikan senggama deng
an mencabut penis dari vagina
pada saat suami menjelang eja
kulasi.
METODE LENDIR SERVIKS
L
• Pengamatan lendir vagina yang keluar setiap hari dari mulut Rahim
• Satu hari atau lebih setelah haid, vagina akan terasa kering, sampai kemudiaan timbul lendir yang pek A
at, padat, dan kental
• Dengan melihat perbedaan lendir, dari sifat lengket berubah basah dan licin, beberapa hari kemudian l
endir semakin licin, elastis dan encer, hal ini berlangsung 1-2 hari. Hari ke-2 perasaan licin adalah hari
N
yang paling subur (puncak), yang ditandai dengan pembengkakan vulva sampai kemudian lendir menja
di berkurang. J
• Sanggama dilakukan sesudah hari ke 4 dan perasaan paling licin, atau senggama boleh dilakukan jika
3 hari berturut-turut dikenali sebagai masa tidak subur, yaitu jika : tidak ada lagi cairan yang licin pada U
vulva yang terjadi sejak hari ke 4 sesudah puncak kelicinan

PANTANG BERKALA
T
 Sebelum menerapkan metode ini, seorang wanita harus mencatat jumlah d
A
ari dalam tiap satu siklus haid selama 6 bulan (6 siklus haid)
 Hari pertama siklus haid selalu dihitung sebagai hari ke satu N
 Jumlah hari terpendek selama 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini m
enentukan hari pertama subur.
 Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini mene
ntukan hari terakhir masa subur.
Jenis Kontrasepsi
Sederhana

Kondom Spermisida Diafragma AKDR


mencegah pertemuan
• Menyebabkan sel memb Mencegah sperma menc • Mencegah terjadinya pembuahan d
ovum dan sperma ata engan mengeblok bersatunya ovu
ran sperma terpecah; apai serviks sehingga sp
u mencegah spermato m dengan sperma
• Memperlambat gerakan erma tidak memperoleh a
zoa mencapai saluran • Menguragi jumlah sperma yang me
sperma; kses ke saluran alat repr
genital wanita. ncapai tuba falopii
• Menurunkan kemampua oduksi bagian atas (uteru
• Menginaktifkan sperma
n pembuahan sel telur s dan tuba fallopi).
PEMASANGAN DIAFRAGMA
Tubektomi Vasektomi
untuk mencegah keluarnya ovum denga untuk menghalangi keluarnya sperma deng
n cara mengikat atau memotong pada ke an cara mengikat dan memotong saluran
dua saluran tuba fallopi (pembawa sel tel mani (vas defferent) sehingga sel sperma ti
ur ke rahim) dak keluar pada saat senggama
Determinan Keluarga Berencana
Determinan Keluarga Berencana
Usia reproduksi wanit
Tingkat pendidikan sa
a tidak dilihat dari ber
ngat mempengaruhi b
apa jumlah anak yang
1 telah dilahirkan, mela 2 agaimana seseorang
untuk bertindak dan
inkan dari usia reprod
mencari penyebab se
uksinya yaitu antara 1
rta solusi dalam hidup
Umur 5 s.d 51 tahun. Tingkat Pendidikan Pekerjaan sangat me
nya.
mpengaruhi tingkat e
3 konomi, dalam prakte
knya sangat nyata dal
am mempengaruhi pe
rilaku masyarakat dal
Seorang ibu untuk me Pelayanan Kesehatan am kesehatan reprod
nambah kelahiran ter
Pekerjaan
merupakan hubungan uksi.
4 gantung kepada jumla 5 antara klien yang me
h anak yang telah dila merlukan layanan kes
hirkannya. ehatan (pasien) dan p
rofessional sebagai pe
Jumlah Anak Kualitas Pelayanan KB
mberi layanan.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai