Anda di halaman 1dari 11

Resume

FILSAFAT PENDIDIKAN

Diajukan sebagai persyaratan untuk mengikuti Ujian pada mata kuliah Filsafat
Pendidikan yang diampu oleh Govar Arian Laleno

Oleh

LIAN D. PADE

NIM. 11 104 020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SULTAN AMAI GORONTALO

2015
BAB I

PEMBAHASAN

A. Pengertian filsafat
1. Arti secara etimologis

Kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta, dan kata shopos
yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta
terhadap ilmu atau hikmah.

Terdapat teori lain yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata
bahasa arab, yakni falsafaab. Ia juga berasal dari bahasa yunani, philosopiah:
philos berarti cinta, suka (loving), dan shopia berarti pengetahuan, hikmah
(unsdom). Jadi filosopiah berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada
kebenaran. Orang yang cinta kepada pengetahuan dan kebenaran atau lazinya
disebut philosopher yang dalam bahasa arab di sebut falasuf.

Pengertian filsafat dari segi kebahasaan atau semantic adalah cinta


terhadap pengetahuan atau kebujaksanaan. Dengan demikian, filsafat adalah
suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau
kebijaksanaan sebagai sasaran utama.

2. Arti secara terminologis

Filsafat juga memiliki pengertian dari segi istilah mengalami


perkembangan dari zaman ke zaman. Plato (427-347 SM) sebagai filsuf abad
klasik dalam bukunya Eutbydemus mengatakan bahwa filsafat hanya
memerhatikan soal-soal kerohanian dan penuh ideal serta sama dengan
pengetahuan (wisdom).

Sementara Aristoteles (384-332 MS) mengatakan bahwa filsafat


memerhatikan seluruh pengetahuan, dan kadang-kadang bisa disamakan
dengan pengetahuan tentang wujud (ontology).
Sidi Gazalba mengartikan filsafat sebagai proses berfikir secara
mendalam, sistematik, radikal, dan universal dalam rangka mencari
kebenaran, inti atau hakikat segala sesuatu yang ada.

Tiga ciri pokok dalam filsafat yaitu sebagai berikut.

a. Adanya unsur berfikir, dalam hal ini menggunakan akal.


b. Adanya unsur tujuan yang ingin dicapai melalui berfikir, yaitu
mencari hakikat atau inti mengenai segala sesuatu.
c. Adanya unsur cirri yang terdapat dalam berfikir, yaitu mendalam.
3. Ciri-ciri Filsafat

Radikal berasal dari kata radic, berarti akar. Jadi, makna dari filsafat itu
radikal adalah bahwa filsafat harus mencari pengetahuan sedalam-dalamnya
sampai ke akar-akarnya.

Radikalitas disni berarti sejauh kemampuan akal manusia untuk


menemukannya. Sebab filsafat tidak akan membicarakan sesuatu yang berada
diluar jangkauan akal budi yang sehat. Filsafat tidak membatasi objeknya
seperti ilmu-ilmu pengetahuan. Filsafat itu radikal karena berusaha mencari
hakikat dari objek yang dibahas. Filsafat tidak berhenti pada pegetahuan.
Filsafat itu bersifat integral berarti mempunyai kecenderungan untuk
memperoleh pengetahuan yang utuh sebagai suatu keseluruhan.

B. Pengertian Filsafat Pendidikan

Filsafat Pendidikan adalah ilmu pengetahuan normatif dalam bidang


pendidikan merumuskan kaidah-kaidah, norma-norma atau ukuran tingkah
laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan
kehidupannya.
BAB II

A. Hubungan Filsafat Dengan Ilmu Pedidikan


1. Kedudukan filsafat dalam pendidikan

Hubungan antara filsafat dengan ilmu pendidikan, berfikir filosofis dan


berfikir ilmiah dapat dilihat melalui fase-fase berfikir dan fikiran manusia
dengan mengambil contoh dengan perkembangan anak mulai tahun pertama
hingga dewasa, sebagaimana di uraikan oleh Halford sebagai berikut.

1) Fase sensorimotor
2) Fase praoperasional
3) Fase operasional yang kongkret yakni kegiatan berfikir untuk
memecahkan masalah dan untuk benda-benda yang kongkret pula.
4) Fase operasi formal pada anak usia 11 tahun.

Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu perbuatan pembimbingan yang


diberikan dengan sengaja oleh pendidik kepada peserta didik kesuatu tujuan
tertentu.

Carter V. Good merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut.

 Pendidikan adalah seni, praktik, atau profesi sebagai pengajar.


 Proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan tingkah
laku lainnya di dalam masyarakat tempat mereka hidup.

Ada beberapa ciri pendidikan antara lain adalah sebagai berikut.

 Pendidikan mengandung tujuan yakni kemampuan untuk


berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidup.
 Untuk mencapai tujuan, pendidikan melakukan usaha yang
terencana dalam memilih isi (materi), strategi, dan teknik
peniaiannya yang sesuai.
2. Pendidikan Sebagai Ilmu

Ilmu adalah suatu objek ilmiah yang memiliki sekelompok prinsip dalil
dan rumus yang harus melalui percobaan-percobaan sistematis yang dapat di
ajarkan dan juga dipelajari.

Ilmu dapat dikelompokkan ke dalam 4 cabang, yakni sebagai berikut.

1. Natural (physical) science, yakni pengetahuan tentang alam (natural).


2. Social science yakni pengetahuan tentang cara manusia bertingkalaku.
3. Pure science yakni pengetahuan yang diperoleh dari berfikir dan
kebenaran seperti matemetika.
4. Exact science yakni pengetahuan yang dapat diperoleh melalui
pengukuran seperti ilmu kimia.
BAB III

A. Epistemologi Filsafat Pendidikan

Epistemology membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat


dalam upaya mencapai pengetahuan perihal substansi yang ingin diungkap.
Dalam ilmu pengetahuan, proses atau metode yang di tempuh untuk sampai
pada pengetahuan yang benar dinamakan metode ilmiah.

Persoalan-persoalan dalam kefilsafatan mengandung ciri-ciri seperti yang


dikemukakan Ali Mudhofir (1996), yakni sebagai berikut.

1. Bersifat sangat umum


2. Tidak menyangkut fakta
3. Bersangkutan dengan nilai-nilai (values)
4. Bersifat kritis
5. bersifat sinoptik
6. bersifat implikatif
B. Object Formal Filsafat Pendidikan

Objek formal filsafat pendidikan adalah sudut pandang yang menyeluruh,


secara umum, sehingga dapat mencapai hakikat dari objek materialnya. Jadi
yang membedakan antara filsafat pendidikan dan ilmu-ilmu lain terletak pada
objek material dan objek formalnya. Jika dalam ilmu-ilmu lain objek
materialnya membatasi diri, ilmu filsafat tidak membatasi diri.

Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan adalah


meningkatkan kemampuan peserta didik, baik yang berhubungan dengan
pengetahuan keterampilan atau serangkaian potensi insaniah yang berguna
dalam memperbaiki tingkat kehidupan baik secara lahiriah, bataniah maupun
dalam mencapai keseimbangan dari keduanya sebagai cirri sumber daya
manusia terdidik.
BAB IV

A. Metodologi Filsafat Pendidikan


1. Dasar Ontologis Ilmu Pendidikan

Objek material ilmu pendidikan ialah manusia seutuhnya, manusia yang


lengkap aspek-aspek kpribadiannya yaitu manusia yang berakhlak mulia
dalam situasi pendidikan atau diharapkan melampaui manusia sebagai mahluk
social mengingat sebagai warga masyarakat yang mempunyai ciri sebagai
manusia yang baik.

2. Dasar Epistemologis Ilmu Pendidikan

Inti dasar epistemologis adalah agar dapat ditentukan bahwa dalam


menjelaskan objek formalnya, telaah ilmu pendidikan tidak hanya
mengembangkan ilmu terapan, tapi menuju telaah teori dan ilmu pendidikan
sebagai ilmu otonom yang mempunyai objek formil sendiri atau problematika
sendiri sekalipun tidak hanya dapat menggunakan pendekatan kuantitatif
ataupun eksperimental.

3. Dasar Aksilogis Ilmu Pendidikan

Kemanfaatan teori pendidikan tidak hanya perlu sebagai ilmu yang


otonom, tetapi juga diperukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya
bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab.

4. Dasar Antropologis Ilmu Pendidikan

pendidikan yang intinya mendidik dan mengajar ialah pertemuan antara


pendidik sebagai subjek dan peserta didik sebagai subjek pula.

Ada dua pendekatan dalam penyusunan teori belajar dan konsep mengajar
adalah sebagai berikut.

1. Menghubungkan dan mengintegrasikan hasil-hasil suatu studi lainnya


yang menggunakan cara dan prosedur yang sama.
2. Menyintesiskan penemuan yang saling berhubungan dengan cara
mempelajari beberapa model maniatur yang difokuskan pada
penelitian proses atau subproses belajar.

paradigma adalah suatu acuan dasar untuk rencana verbal dalam bentuk
diagram dalam menggambarkan atau menjelaskan cirri-ciri dasar dari
fenomena yang sering dipelajari, terutama berfungsi sebagai penunjuk bagi
pelaksanaan suatu penelitian. Dengan kata lain paradigma adalah cara berfikir
atau karangka berfikir untuk suatu penelitian.

Hukum adalah pernyataan variabel yang kemungkinan terjadinya begitu


tinggi sehingga hubungan ini dapat di perhitungkan sebagai suatu yang dapat
diandalkan sedangkan prinsip adalah suatu pernyataan mengenai hubungan
variabel yang di duga kuat mempunyai bukti empiris tetapi tidak sekuat
hukum
BAB V

A. Reinventing Manusia Dalam Filsafat Pndidikan


1. Ruh dan Jiwa (ar-ruh dan an-nafs)

Banyak ulama yang menyamakan pengertian antara ruh dan jasad. Ruh
berasal dari alam arwah ia memerintah dan menggunakan jasad sebagai
alatnya. Sedangkan jasad berasal dari alam ciptaan yang dijadikan dari unsur
materi. Namun, para ahli sufi membedakan ruh dan jiwa. Ruh berasal dari
tabiat illahi dan cenderung kembali keasal semulah.

2. Akal

Akal yang dalam bahasa yunani nous atau logos atau intelek (intellect)
dalam bahasa inggris adalah daya berfikir yang terdapat dalam otak
sedangkan hati adalah daya jiwa (nafs nathiqab).

3. Sukma (qalb)

Hati atau sukma terjemahan dari kata bahasa arab qalb. Terjemahan yang
tepat dari qalb adalah jantung. Bukan hati atau sukma. Adapun yang
dimaksud hati disini adalah hati dalam arti yang halus, hati nurani-daya
berffikir jiwa yang ada pada hati, di rongga dada.

Menurut sufi, hati yang bersifat nurani berfungsi sebagai wadah atau
sumber makrifat suatu alat untuk mengetahui hal-hal ilahiah. Hal ini hanya
dimungkinkan jika hati telah bersih dari pencemaran hawa nafsu.
BAB VI

A. Otologi Ilmu Pendidikan

Aliran-aliran pendidikan ada lima pada masa tahun 1900-1930, yakni


strukturalisme, fungsionalisme, behaviorisme, psikologi gestalt dan
psikoanaisis.

1. Strukturalisme

Strukturalisme merupakan psikologi model wundt yang dibawa oleh


Edward titchener ke amerika. Ia mendirikan laboratorium psikolog
pertama di amerika yaitu di cornell university, daam penelitian dan
percobaan, ia menekankan perlunya analisis kesadaran mencari unsure-
unsur yang disebutnya struktur. Menurut pendapatnya pendidikan
merupakan ilmu murni bukan ilmu terapan.

2. Fungsionalisme

Adalah perhatian terhadap fungsi pengalaman dalam membantu


individu mengadaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Kawasan fungsionalisme meliputih kegiatan manusia dan hewan. Mereka
menerima introspeksi sebagai metode studinya tetapi mereka juga
menekankan kebutuhan akan pengamatan objektif yang terkontrol.

3. Behaviorisme

Menurut Watson perilaku yang seharusnya menjadi subjek psikologi


bukanlah kesadaran akal (mind). Psikologi harus cukup luas untuk
menampung perilaku dari semua organisme hidup. Metode introspeksi
menurutnya terlalu subjektif bertitik tolak pada konsep refleks dari ilmu
syaraf.
4. Aliran gestalt

Aliran gestalt mincu dari psikolog jerman max wartheimer. Gestalt


mengutamakan pada bentuk, konfigurasi, atau bentuk-bentuk yang teribat
dalam pengalaman seseorang secara keseluruhan mengenai situasi. Gestalt
setuju dengan penganut strukturalisme bahwa psikologi adalah studi
tentang pengalaman, tapi mereka menganjurkan menggunakan pengamat
yang telah dilatih sehingga dapat melaporkan persepsi apa adanya.

Aliran behaviorisme dan gestalt sering disebut airan kontemporer yang


mengkritik aliran ortodoks dari wundt. Perbedaanya aliran behaviorisme
tidak sependapat dengan kesadaran tapi lebih menekankan pada tingkah
laku nyata. Sedangkan aliran gestalt masih mengakui kesadaran, namun
tidak terpisah-pisah dalam bentuk elemen, melainkan dalam bentuk yang
utuh (totalitas).

5. Psikoanalisis

Psikianalisis di kembangkan oleh Freud seorang bangsa jerman


keturunan yahudi, lahir di freberg tanggal 6 mei 1856 dan meninggal tahun
1939 di London. Freud mengemukakan konsep ketidaksadaran sebagai
unsure utama dari perilaku manusia.

B. Teori-teori Belajar Komprehensif

Beberapa teori yang mendominasi pengumpulan data dan pembentukan


teori-teori belajar komprehensip antara tahun 1930 dan 1940 adalah sebagai
berikut.

a. Koneksionisme
b. Kondisioning-klasikal
c. Hipotetik – deduktif stimulus – reduksi
d. Kondisioning – instrumental
e. Behaviorisme kognitif

Anda mungkin juga menyukai