Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang karena-Nya tim
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini, Shalawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, dan tidak lupa juga tim penulis
ucapkan terimakasih kepada ibu Idey Mulkiyah Fitroh, M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Pendidikan Inklusi yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang tim penulis tekuni.
Tim penulis menyadari, makalah yang dibuat ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan tim penulis
nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Dan kami memohon maaf yang
sebesar-besarnya apabila ada kesalahan dalam penulisan dan kami sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menguatkan makalah kami.
Tim penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Identifikasi dan ABK....................................................................3
B. Aspek- aspek Identifikasi ABK.......................................................................4
C. Tujuan Identifikasi ABK......................................................................................5
D. Sasaran Identifikasi ABK.....................................................................................8
E. Pelaksanaan Identifikasi ABK.........................................................................9
F. Tindak Lanjut Identifikasi ABK....................................................................10
BAB III PENUTUP..............................................................................................15
A. Kesimpulan................................................................................................15
B. Saran..........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
ii
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan pendidikan anak berkebutuhan khusus sangat berkembang
pesat, terbukti dari banyaknya sekolah inklusi yang ada di Indonesia saat ini.
Berbagai program pun banyak kita jumpai, salah satunya yaitu PPI (Program
Pembelajaran Individual), Salah satu komponen penting dalam pengembangan
dan implementasi program pembelajaran individual (PPI), adalah penyusunan
program secara sistematis, konkrit dan relevan dengan kebutuhan belajar
siswa. Pengembangan program pembelajaran dalam PPI merupakan pedoman
dalam pelaksanaan pembelajaran dan oleh karena itu harus menjadi
kompetensi guru pendidikan luar biasa. Pengembangan program individual
sangat berbeda dari program pembelajaran (klasikal) yang biasa kita lakukan
di sekolah Program pembelajaran klasikal biasanya dikembangkan hanya dari
kurikulum yang telah ditetapkan secara nasional, tanpa memperhatikan
kebutuhan anak secara individual. Sedangkan Program Pembelajaran
Individual (PPI) dikembangkan berdasarkan atas dua sisi. Pertama,
berdasarkan data hasil asesmen yang menggambarkan kebutuhan belajar
siswa secara individual. Kedua didasarkan kepada materi kurikulum dari
bidang studi yang bersangkutan.
B. Rumusan Masalah
1
2
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan dan mengetahui tentang arti dari program
pembelajaran individual
2. Untuk menjelaskan dan mengetahui tujuan dari prinsip-prinsip
pelaksanaan dan pembelajaran.
3. Untuk menjelaskan dan mengetahui bagaimana sistem penilaian dan
pelaporan
BAB II PEMBAHASAN
3
berkebutuhan khusus, meskipun layanan yang bersifat klasikal dalam batas
tertentu masih diperlukan.
3
2. Membantu setiap ABK memiliki program yang diindividualkan untuk
mempertemukan kebutuhan khas mereka dan mengkomunikasikan program
tersebut kepada orang-orang yang berkepentingan.
3. Meningkatkan keterampilan guru dalam melakukan asesmen tentang
karakteristik kebutuhan belajar tiap anak dan melakukan usaha mempertemukan
dengan kebutuhan-kebutuhan siswa.
4. Meningkatkan komunikasi antar/dengan anggota tim, khususnya keterlibatan
orang tua, sehingga sering bertemu dan saling mendukung untuk keberhasilan
Anak Berkebutuhan Khusus dalam pendidikan
5. Menjadi wahana bagi peningkatan usaha untuk memberikan pelayanan
pendidikan yang lebih efektif.
3
awalnya PPI diperuntukkan di sekolah umum (reguler) yang didalamnya terdapat
anak luar biasa.
Ada dua hal yang penting sebelum pembentukan tim antara pihak sekolah (guru,
kepala sekolah) dengan orang tua yang harus disiapkan pihak sekolah:
3
alasan-alasan kenapa perlu dibentuk tim PPI secara jelas dan rinci seperti; tujuan
dan sasaran serta posisi orang tua di dalam tim tersebut.
2. Menilai kebutuhan
Guru juga dapat meminta informasi anak didiknya dari orang tua. Data
yang diperlukan meliputi riwayat hidup anak, kebiasaan-kebiasaan atau perilaku
yang sering ditunjukkan, serta bantuan yang sering atau pernah dilakukan orang
tua misalnya; ketika orang tua berhadapan dengan putranya pada saat ia belajar,
berkomunikasi, memberi respon terhadap perintah dan kebiasaan- kebiasaan
tertentu yang sering ia perlihatkan, dll. Untuk memudahkan di dalam memperoleh
data ini Tim PPI hendaknya membuat instrumen atau format isian seperti; data
riwayat hidup, perkembangan bahasa, motorik, perilaku, dll.
3
dan jangka pendek. Guru tidak perlu khawatir dengan penggunaan istilah itu.
Guru dapat menggunakan istilah yang biasa dilakukan seperti tujuan
instraksional umum (TU) untuk tujuan jangka panjang, dan tujuan instraksional
khusus (TIK) untuk tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang merupakan
tujuan yang akan ditempuh dalam jangka waktu relatif panjang (lama) mungkin
untuk satu semester atau untuk satu tahun. Sementara tujuan jangka pendek atau
tujuan instraksional khusus, merupakan tujuan yang akan menuntut terjadinya
perubahan perilaku yang diharapkan dalam waktu yang relatif singkat. Untuk itu
tujuan jangka pendek ini hendaknya dirumuskan secara spesifik (mungkin hanya
menuntut satu atau dua perilaku), jelas, mudah diukur dan bersifat kuantitatif.
Artinya, rumusan tujuan jangka pendek menuntut suatu pernyataan yang jelas
tentang perilaku yang diharapkan serta derajat keberhasilan yang dikehendaki.
Melalui rumusan semacam itu akan memungkinkan guru dapat melakukan
penilaian keberhasilan belajar siswa secara lebih tepat dan akurat.
5. Menentukan Evaluasi
3
perlakuan, dan bukan membandingkan keberhasilan tingkat pencapaian tujuan
belajar yang dicapai dengan siswa lain yang ada di kelas itu. Metode evaluasi
dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, apakah melalui test secara tertulis, lisan
atau bersifat perbuatan yang ditampilkan dan dicatat melalui observasi guru.
Evaluasi keberhasilan ini harus dilakukan dari dua sisi yaitu evaluasi
proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilakukan dan terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung, sementara evaluasi hasil dilakukan setelah pemberian
materi tuntas diselesaikan. Kedua penilaian ini memiliki posisi dan kepentingan
yang berbeda. Evaluasi proses penting dalam kaitannya melakukan berbagai.
perubahan dalam strategi pembelajaran, sementara evaluasi hasil penting untuk
melihat tingkat pencapaian keberhasilan tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Laporan evaluasi kemajuan siswa hendaknya bersifat kualitatif, sebab
cara penilaian ini akan memberi gambaran secara nyata, riil dan tidak akan
mengaburkan gambaran kemampuan yang sesungguhnya dicapai siswa, Penilian
secara kuantitatif seringkali memberikan gambaran yang tidak jelas. Pemberian
nilai dengan angka 8 misalnya, tidak memberi makna apa-apa. bahkan
memungkinkan menyesatkan. Penilaian secara kuantitatif boleh dilakukan dengan
catatan dibelakang angka-angka itu dijelaskan secara kulitatif misalnya:
pemberian angka 7 dibelakang angka itu dijelaskan misalnya, dalam membaca
kata makan. Dengan demikian nilai 7, menjadi lebih realistis, karena nilai yang
dimaksud hanya menunjuk kepada kemampuan di dalam membaca kata "makan"
Program pembelajaran individual hendaknya diperbaiki secara terus menerus.
Perubahan itu hendaknya merujuk kepada pencapaian tujuan yang telah
dan sedang diselesaikan, serta temuan-temuan yang diperoleh berdasarkan
observasi selama proses pembelajaran berlangsung. Perubahan ini kerap kali
terjadi secara signifikan, dan jangan diartikan sebagai kegagalan. melainkan
sebagai kemajuan program di dalam melakukan perubahan- perubahan tujuan
yang lebih positif dan realistis, sejalan dengan kebutuhan anak yang senantiasa
berubah-ubah. Oleh karenanya PPI jangan dijadikan semacam kontrak yang
sifatnya baku dan kaku, melainkan lentur dan sangat fleksibel. Jika perubahan itu
memerlukan modifikasi yang relatif besar, maka hasil modifikasi itu hendaknya
dikomunikasikan kepada orang tua dalam pertemuan rutin Tim PPI,
3
Mengkomunikasikan kepada orang tua ini penting untuk memperoleh persetujuan
dan mengakomodasi harapan baru, sekaligus mengkomunikasikan tugas-tugas
yang harus dilakukan orang tua di dalam membantu keberhasilan belajar anaknya.
Perlu dipahami, PPI merupakan fungsi mata rantai terpadu antara asesmen
dan pengajaran, jadi pengembangan PPI tergantung pada pengumplan data
asesmen. PPI memberi tekanan pada keterbatasan minimal, kesesuaian
penempatan dan garis besar program pengajaran. Untuk itu PPI harus dievaluasi
kemudian ditulis ulang dalam jangka waktu satu tahun, sepanjang layanan masih
dibutuhkan.
1. Prinsip motivasi
2. Prinsip latar/konteks
3
Guru harus mengenal dan mngetahui latar belakang siswa secara lebih mendalam,
dalam proses pembelajaran penggunaan contoh-contoh, memanfaatkan sumber
belajar yang ada di lingkungan sekitar, serta menghindari pengulangan yang tidak
diperlukan jika anak sudah mampu memahami sesuatu yang dipelajari.
3. Prinsip keterarahan
Interaksi antar guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa dengan lingkungan
dan seterusnya sangat dibutuhkan dalam mengoptimalkan pembelajaran yang
diberikan sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.
6. Prinsip Individualisasi
Kemampuan guru dalam mengenali dan memahami siswa secara individu baik
kelebihan ataupu kelemahan siswa dapat diketahui oleh guru,sehingga dalam
melakukan pembelajaran guru tidak menyamakan kemampuan siswa sehingga
masing-masing siswa mendapatkan perhatian dan perlakuan yang sesuai dengan
kemampuannya.
6. Prinsip menemukan
3
7. Guru diharuskan mampu mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu
memancing dan melibatkan siswa untuk aktif, baik secara fisik, mental, sosial, dan
emosional.
Setiap kegiatan belajar mengajar harus memiliki tujuan yang perlu dinilai
dengan berbagai cara. Penilaian harus menjabarkan hasil belajar, yaitu
memberikan gambaran mengenai keberhasilan siswa dalam mengembangkan
serangkaian keterampilan (psikomotor), pengetahuan (kognitif), dan perilaku
(afektif) selama pembelajaran, topik atau kurikulum yang fleksibel. Untuk
mengetahui ketercapaian kompetensi setiap siswa maka peranan penilaian sangat
besar artinya. Dalam seting pendidikan inklusif penilaian hasil belajar secara
sistematis dan berkelanjutan bertujuan untuk menilai hasil belajar siswa di
3
sekolah, mempertanggung jawabkan penyelenggaraan pendidikan kepada
masyarakat, dan mengetahui mutu pendidikan pada sekolah.
3
Penilaian yang fleksibel memiliki dua model, yaitu dengan tes yang datanya bisa
kuantitatif dan kualitatif, salah satu contohnya fortofolio. Penerimaan siswa tanpa
tes serta ujian dilakukan secara lokal bagi tingkat dasar dengan model sistem
kenaikan kelas otomatis. Dengan demikian, peluang ini bisa dimanfaatkan untuk
menuju cara melaksanakan proses pembelajaran yang ramah bagi semua siswa,
karena proses pembelajarannya senantiasa disesuaikan dengan kebutuhan dan
karakteristik setiap siswa. (Sunanto et all. ,2004:86-87).
3
2. Mengembangkan strategi pembelajaran yang mendorong dan memperkuat
proses penilaian sebagai kegiatan refleksi (bercermin diri dan pengalaman
belajar).
1. Pengajaran
2. Hasil belajar
4. Penempatan
5. Seleksi
7. Kurikulum, dan
3
indikator hasil belajar yang ingin dicapai, tipe materi pembelajaran, dan tujuan
penilaian itu sendiri.
Ada dua jenis penilaian yaitu tes dan non-tes. Tes meliputi kegiatan tes
lisan, tes tulis (uraian dan objektif), dan tes kinerja. Sedangkan non-tes meliputi
skala sikap, checklist,kuesioner, studi kasus, dan partofolio. Keragaman penilaian
tidak dimaksudkan memberikan keleluasaan guru untuk menerapkan dengan
seenaknya jenis penilaian tertentu. Sebaliknya dengan adanya keragaman
penilaian tersebut, guru dituntut lebih profesional dan bertanggung jawab ketika
menentukan pilihan Penilaian dilakukan secara berkelanjutan (continuous
evaluation) agar dapat mendorong penelaahan dan perefleksian siswa terhadap
kemampuan siswa dalam melakukan pembelajaran dan hasil yang dicapainya.
Artinya ini merupakan suatu proses penilaian yang dilakukan secara terus
menerus dan tidak berhenti serta terfokus pada ujian akhir saja, namun semua
proses dilihat secara seksama, sehingga guru memperoleh gambaran yang utuh
mengenai kondisi belajar siswa dari awal sampai akhir. Agar setiap siswa
memperoleh perhatian yang sama tetapi diberi yang berbeda sesuai kebutuhannya,
maka guru menyusun buku penilaian individu yang berisi rangkuman seluruh
hasil belajar siswa (hasil tes, hasil tugas perorangan, hasil praktikum, hasil
pekerjaan rumah, dsb.) tercatat dan terorganisir secara sistematik (Sunanto et all.,
2004:87)
3
DAFTAR PUSTAKA
EndangRochyadi.2018http://etheses.iainkediri.ac.id/114/3/BAB%20II
%20REVISI.pdf Di akses pada tanggal 5 mei 2023 jam 11.23
3
4
a. Pengertian ABK
Pada tahap ini petugas (guru) menghimpun data kondisi seluruh siswa di
kelas (berdasarkan gejala yang nampak pada siswa) dengan
menggunakan Alat Indentifikasi Anak Berkebutuhan Khusus (AIABK).
Lihat Format 3 terlampir.
Pada tahap ini, hasil analisis dan klasifikasi yang telah dibuat guru
dilaporkan kepada Kepala Sekolah untuk mendapat saran-saran
pemecahan atau tindak lanjutnya.
4. Menyelenggarakan pertemuan kasus (case conference)
Pada tahap ini, kegiatan dikoordinasikan oleh Kepala Sekolah setelah
data anak dengan kebutuhan khusus terhimpun dari seluruh kelas.
Kepala Sekolah dapat melibatkan: (1) Kepala Sekolah sendiri; (2)
Dewan Guru; (3) orang tua/wali siswa; (4) tenaga professional terkait,
jika tersedia dan dimungkinkan; (5) Guru Pembimbing Khusus (Guru
PLB) jika tersedia dan memungkinkan. Materi pertemuan kasus adalah
membicarakan temuan dari masing-masing guru mengenai hasil
identifikasi untuk mendapatkan tanggapan dan cara-cara pemecahan
serta penanggulangannya.
5. Menyusun laporan hasil pertemuan kasus
Pada tahap ini, tanggapan dan cara-cara pemecahan masalah dan
penanggulangannya perlu dirumuskan dalam laporan hasil pertemuan
kasus.
III PENUTUP
A. Kesimpulan
Identifikasi merupakan kegiatan awal yang mendahului proses
asesmen. Identifikasi adalah kegiatan mengenal atau menandai sesuatu,
yang dimaknai sebagai proses penjaringan atau proses menemukan anak
apakah mempunyai kelainan/masalah, atau proses pendektesia dini
terhadap anak berkebutuhan khusus. Anak Berkebutuhan Khusus ABK
atau Anak Luar Biasa ALB adalah anak yang secara signifikan berbeda
dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya.
B. Saran
Sebaiknya pengunan media pembelajaran di SD harus didukung
kemampuan guru dalam membuat, memilih dan memanfaatkan media
pembelajaran tersebut secara tepat dan sesuai dengan kemampuan berfikir
siswa, agar memberikan dampak positif bagi peserta didik. Penulisan tugas
ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, oleh sebab itu kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangatlah penulis harapkan untuk
menyempurnakan tugas ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
Paud jateng, 2015, Pengertian Anak Berkebutuhan Khusu ABK Menurut Para
Ahli, https://paud.id, 01 Maret 2023, 15.30, Paud Jateng
16