Makalah Kelompok Lanpend
Makalah Kelompok Lanpend
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Mata Kuliah Landasan Pendidikan
Oleh,
PENJAS1-A
KELOMPOK 2
PENDIDIKAN JASMANI
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2017
KATA PENGANTAR
Puja dan Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat
Rahmat serta Karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang landasan filosofis pendidikan realism dan idealism.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa makalah yang kami buat
ini jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan senang hati kami menerima semua saran dan kritik yang
membangun untuk memperbaiki agar makalah ini lebih baik lagi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................
C. Tujuan.................................................................................................
D. Manfaat...............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................
A. Saran...................................................................................................
B. Kesimpulan.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan akan dapat dilaksanakan secara mantap, jelas arah tujuannya,
relevan isi kurikulumnya, serta efektif dan efisien metode atau cara-cara
pelaksanaannya hanya apabila dilaksanakan dengan mengacu pada suatu
landasan yang kokoh. Sebab itu, sebelum melaksanakan pendidikan, para
pendidik perlu terlebih dahulu memperkokoh landasan pendidikannya.
1
2
C. Tujuan
1. Mengetahui fungsi dari landasan fiosofis pendidikan
2. Mengetahui implikasi dari aliran filsafat idealisme dan realisme pada
pendidikan
D. Manfaat
Agar pembaca mampu memahami landasan filosofis pendidikan yang
berguna bagi dirinya dalam rangka pelaksanaan pendidikan yang efektif
efisien serta jelas arah tujuannya sehingga mampu mengaplikasikannya
pada suatu sistem pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Ada dua istilah yang terlebih dahulu perlu kita kaji dalam rangka
memahami pengertian landasan pendidikan, yaitu istilah landasan dan istilah
pendidikan.
Landasan. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:260) istilah
landasan diartikan sebagai alas, dasar, atau tumpuan. Adapun istilah landasan
sebagai dasar dikenal pula sebagai fundasi. Mengacu kepada pengertian
tersebut, kita dapat memahami bahwa landasan adalah suatu alas atau dasar
pijakan dari sesuatu hal; suatu titik tumpu atau titik tolak dari sesuatu hal;
atau suatu fundasi tempat berdirinya sesuatu hal.
3
macam, yaitu: aksioma, postulat, dan premis tersembunyi” (Redja
Mudyahardjo, 1995).
4
4
Filosofis, berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas suku kata
philein/philos yang artinya cinta dan sophos/Sophia yang artinya
kebijaksanaan, hikmah, ilmu, kebenaran. Secara maknawi filsafat dimaknai
sebagai suatu pengetahuan yang mencoba untuk memahami hakikat segala
sesuatu untuk mencapai kebenaran atau kebijaksanaan. Untuk mencapai dan
menemukan kebenaran tersebut, masing-masing filosof memiliki karakteristik
yang berbeda antara yang satu dengan lainnya. Demikian pula kajian yang
dijadikan obyek telaahan akan berbeda selaras dengan cara pandang terhadap
hakikat segala sesuatu.
Pendidikan.hakikat pendidikan tiada lain adalah humanisasi. Tujuan
pendidikan adalah terwujudnya manusia ideal atau manusia yang dicita-
citakan sesuai nilai-nilai dan norma norma yang dianut. Contoh manusia ideal
yang menjadi tujuan pendidikan tersebut antara lain: manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, cerdas, terampil,
dst. Sebab itu, pendidikan bersifat normatif dan mesti dapat
dipertanggungjawabkan. Mengingat hal di atas, pendidikan tidak boleh
dilaksanakan secara sembarang, melainkan harus dilaksanakan secara
bijaksana. Maksudnya, pendidikan harus dilaksanakan secara disadari
dengan mengacu kepada suatu landasan yang kokoh, sehingga jelas
tujuannya, tepat isi kurikulumnya, serta efisien dan efektif cara-cara
pelaksanaannya. Implikasinya, dalam pendidikan, menurut Tatang S (1994)
mesti terdapat momen berpikir dan momen bertindak. Secara lebih luas dapat
dikatakan bahwa dalam rangka pendidikan itu (Redja M; 1994), terdapat
momen studi pendidikan dan momen praktek pendidikan.
Landasan Filosofis Pendidikan. Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa landasan filosofis pendidikan adalah asumsi filosofis
yang dijadikan titik tolak dalam rangka studi dan praktek pendidikan.
Sebagaimana telah Anda pahami, dalam pendidikan mesti terdapat momen
studi pendidikan dan momen praktek pendidikan. Melalui studi pendidikan
antara lain kita akan memperoleh pemahaman tentang landasan-landasan
pendidikan, yang akan dijadikan titik tolak praktek pendidikan. Dengan
5
KONSEP PENDIDIKAN
No KONSEP FILSAFAT UMUM
.
1. Hakikat Realitas Tujuan Pendidikan
1. Pengertian idealisme
dan segala suatu hal yang bersifat pemikiran. Idealisme menurut Kamus
Umum Bahasa Indonesia memiliki arti:
a. Suatu aliran di ilmu filsafat yang menganggap pikiran atau cita-cita
sebagai satu-satunya hal yang benar, yang dapat dirasakan dan
dipahami .
b. Hidup atau berusaha hidup menurut cita-cita (yaitu menurut suatu
patokan atau pedoman yang dianggap sempurna) .
c. Sas aliran yg mementingkan khayal atau fantasi untuk menunjukkan
keindahan dan kesempurnaan meskipun tidak sesuai dengan kenyataan.
2. Jenis-jenis Idealisme
a. Idealisme Subyektif (Immaterialisme) :
b. Idealisme Obyektif
yang juga mencakup Zat yang tidak diciptakan dan orang-orang yang
diciptakan Tuhan dalam masyarakat manusia. Alam diciptakan oleh
Tuhan, Akuyang Maha Tinggi dalam masyarakat individu. Terdapat
suatu masyarakat person atau aku-akuyang ada hubungannya dengan
personalitas tertinggi. Personalisme bersifat theistik(percaya pada adanya
Tuhan), ia memberi dasar metafisik kepada agama dan etika.
3. Tokoh-tokoh Idealisme
c. Pascal (1623-1662)
2) Manusia besar karena pikirannya, namun ada hal yang tidak mampu
dijangkau oleh pikiran manusia yaitu pikiran manusia itu sendiri.
Menurut Pascal manusia adalah makhluk yang rumit dan kaya akan
variasi serta mudah berubah. Untuk itu matematika, pikiran dan logika
tidak akan mampu dijadikan alat untuk memahami manusia. Menurutnya
alat-alat tersebut hanya mampu digunakan untuk memahami hal-hal yang
bersifat bebas kontradiksi, yaitu yang bersifat konsisten.Karena ketidak
mampuan filsafat dan ilmu-ilmu lain untuk memahami manusia, maka
satu-satunya jalan memahami manusia adalah dengan agama. Karena
dengan agama, manusia akan lebih mampu menjangkau pikirannya
sendiri, yaitu dengan berusaha mencari kebenaran, walaupun bersifat
abstrak.
a) Ontologi-idealisme :
Nilai ruh lebih tinggi daripada badan, lebih tinggi nilainya dari materi
bagi kehidupoan manusia. Ruh itu dianggap sebagai hakikat yang
sebenarnya. Sehingga materi hanyalah badannya bayangan atau
penjelmaan.
Materi ialah kumpulan energi yang menempati ruang. Benda tidak ada,
yang ada energi itu saja.
b) Epistimologi-idealisme:
c) Aksiologi-idealisme:
Absolut. Jika Yang Absolut dipandang sebagai hal yang paling akhir dan
paling etis dari segala sesuatu, atau sebagai Tuhan yang dirumuskan
sebagai yang sempurna sehingga sempurna pula dalam moral, maka
lambang perilaku etis penganut idealisme terletak pada "peniruan" Diri
Absolut. Manusia adalah bermoral jika ia selaras dengan Hukum Moral
Universal yang merupakan suatu ekspresi sifat dari Zat Absolut.
d) metafisika-idealisme
e) humanologi-idealisme
Demikian proses roh atau ide yang disebut Hegel dialektika. Proses itulah
yang menjadi keterangan untuk segala kejadian. Proses itu berlaku
menurut hukum akal. Jadi semua yang riil bersifat rasional dan semua
yang rasional bersifat riil. Maksudnya luasnya rasio sama dengan luasnya
realitas, sedangkan realitas menurut Hegel adalah proses pemikiran (ide).
yang baik adalah bahan pelajaran yang memberi kepuasan pada minat
dan kebutuhan pada peserta didik. Namun, yang paling penting bagi
pendidik adalah bagaimana memilih bahan pelajaran yang benar, bukan
memberikan kepuasan terhadap minat dan kebutuhan pada peserta
didik. Memberi kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah
merupakan alat dalam mencapai tujuan pendidikan, atau merupakan
strategi mengajar yang bermanfaat.
21