Anda di halaman 1dari 12

Infeksi taeniasis pada laki-laki berusia 30 tahun

Victor Immanuel Parrangan


102019159
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
victor.102019159@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Taeniasis adalah infeksi pada saluran pencernaan yang dicetuskan oleh cacing dewasa Taenia.
Taenia termasuk ke dalam filum cestoda, maka dari itu infeksi taenia dapat dikategorikan
sebagai infeksi cestoda. Terdapat dua hospes untuk Taenia. Pertama, yaitu manusia, merupakan
hospes definitif pada infeksi Taeniasis, sedangkan babi merupakan hospes intermedietnya.
Penyakit jenis ini masih ditemukan di indonesia. Spesies Taeniasis saginata menyebabkan
penyakit taeniasis. Cacing ini dapat bertumbuh sampai ukuran 8 meter dan dapat terdiri dari
1000-2000 proglotid pada jejunum. Diagnosis dapat ditegakan dengan menemukan telur atau
proglotid pada feses atau perianal. Terapi untuk Taeniasis yaitu dengan prazikuantel.

Kata Kunci : Taeniasis, Taeniasis saginata

Abstract
Taeniasis is an infection of the digestive tract triggered by the adult Taenia worms. Taenia is
included in the cestode phylum, therefore taenia infection can be categorized as cestode
infection. There are two hosts for Taenia. First, namely humans, is the definitive hospital for
Taeniasis infection, while pigs are the intermediate hospital. This disease is still found in
Indonesia. Taeniasis saginata species cause taeniasis disease. These worms can grow to a size
of 8 meters and can consist of 1000-2000 proglottids in the jejunum. The diagnosis can be made
by finding eggs or proglottids in the feces or perianal. Treatment for Taeniasis is with
praziquantel.
Keywords: Taeniasis, Taeniasis saginata

Pendahuluan
Taeniasis manusia merupakan infeksi parasit yang disebabkan oleh cacing pita dari famili
Taeniidae (subclass Eucestoda, ordo Cyclophyllidea). Meskipun penyakit tersebut menyebar ke
seluruh dunia, kasus tertinggi ditanggung oleh komunitas di negara berkembang. Ada tiga
anggota famili Taeniidae yang terinfeksi manusia; 1) Taenia saginata, "cacing pita daging sapi",
2) Taenia solium, "cacing pita babi", dan 3) Taenia asiatica, "cacing pita Asia". Manusia adalah
hospes definitif untuk ketiga spesies ini, menampung cacing pita dewasa di usus kecil. Sapi
merupakan hospes perantara vertebrata bagi T. saginata, sedangkan stadium larva berkembang
pada babi untuk T. asiatica dan T. solium. 1
Saat masuk ke dalam tubuh, cacing pita akan menempel pada mukosa intestinal
menggunakan kail atu batil hisap yang terdapat pada kepala (skoleks). Terusan dari skoleks
adalah leher dari cacing, disini merumakan asal dari proglotid. Seiring dengan berjalannya
waktu, proglotid yang semakin matur akan digeser ke belakang, digantikan oleh proglotid yang
lebih muda, pada akirnya akan terbentuk seri dari proglotid (strobila).1
Sistiserkosis manusia berkembang ketika manusia mengonsumsi telur T. solium dari
lingkungan sekitarnya dan terinfeksi tahap larva T. solium, sehingga bertindak sebagai inang
perantara yang menyimpang. Taeniasis pada manusia pada umumnya asimptomatik. Meskipun
ada ketidaknyamanan pada perut.1
Gambar 1. Taenia saginata. Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Taenia_saginata
Skoleks merupakan bagian kecil (kanan) dari cacing, dilanjutkan oleh leher dan strobila yang
bersegmen. Segmen dibentuk oleh rangkaian proglotid.2

Sasaranbelajar:
1. Mahasiswa mengetahui anamnesis dan pemeriksaan fisik
2. Mahasiswa dapat mengetahui spesies dan morfologi penyebab
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara mendiagnosis
4. Mahasiswa dapat mengetahui pengobatan
5. Mahasiswa dapat mengetahui pencegahan dan edukasi

Etiologi & Patogenesis


Hospes definitif dari Taeniasis saginata adalah manusia. Secara anatomis, biasanya
Taeniasis saginata berada pada jejunum bagian atas, cacing juga dapat tumbuh sampai
berukuran 8 meter dan terdiri atas 1000-2000 proglotid. Skoleks cacing ini berukuran 1-2 mm
disertai 4 batil hisap tanpa rostellum. Proglotid gravid, yang merupakan proglotid yang telah
matur sepenuhnya, masing-masing berisi uterus yang bercabang banyak, sekitar 15-30 cabang
lateral.3
Telur Taeniasis saginata berukuran 30-40 μm, memiliki warna kuning tengguli dengan
dinding yang tebal serta berstruktur radier. Telur ini berisi embrio heksakan dengan 6 alat
pengait di dalamnya yang disebut dengan onkosfer. 3

Gambar 2. Telur Taeniasis saginata


Sumber : https://www.cdc.gov/dpdx/taeniasis/index.html
Gambar 3.
skoleks Taeniasis saginata berukuran 1-2 mm disertai 4 batil hisap tanpa rostellum.3
Sumber :https://www.cdc.gov/parasites/taeniasis

Gambar 4.
Proglotid Gravid T. saginata yang mempunyai 15-30 cabang lateral dari uterusnya.2
Sumber : https://www.cdc.gov/dpdx/taeniasis/index.html
Gambar 6. Siklus hidup dari Taenia saginata.
https://www.cdc.gov/dpdx/taeniasis/index.html

Telur Taenia saginata (proglottid gravid) dikeluarkan pada awalnya oleh feses. Nomor (1) Telur
dapat bertahan selama berhari-hari sampai berbulan bulan. Sapi (T. saginata) dan babi (T. solium
dan T. asiatica) terinfeksi dengan menelan tumbuhan yang terkontaminasi telur atau proglottid
gravid. Nomor (2), pada usus hewan, oncosfer menetas. Nomor (3) onkosfer menyerang dinding
usus dan bermigrasi ke otot lurik, dimana akan berkembang menjadi cysticercus. Pada sapi,
kelainan ini disebut cysticercus bovis.Cysticercus dapat bertahan hidup selama beberapa tahun
pada hewan tersebut. Nomor (4) Manusia dapat terinfeksi, apabila termakan cysticercus pada
daging kurang matang. Dalam kurun waktu kurang lebih 2 bulan, manusia akan berkembang
menjadi cacing pita dewasa. Serta dapat bertahan hidup selama 20 tahun.Nomor (5) Cacing
dewasa menempel pada usus halus dengan skoleksnya.3,4
Proglotid gravid dapat melepaskan diri dari strobila dan keluar bersama tinja. Kemudian
akan pecah dan mengeluarkan telur. Apabila telur ini termakan oleh sapi, maka siklus akan
lengkap. Proglotid T. saginata memiliki kemampuan untuk keluar secara aktif dari tinja.
Proglotid tersebut dapat bergerak pada permukaan kulit sehingga mencapai regio axilla. Namun
pada species Taenia lainnya, telur hanya keluar secara pasif.3,4
Epidemiologi
Secara global. Pada tahun 2010 ditemukan sekitar 300.000 orang di dunia terinfeksi
Taenia solium. Taenia solium lebih banyak pada negara-negara berkembang (Afrika, asia dan
amerika latin). Sedangkan infeksi Taenia saginata, dapat ditemukan pada negara-negara maju
(eropa, selandia baru, dan australia).5,6
Menurut WHO pada tahun 2015, Indonesia adalah negara dengan endemis Taenia
solium. Daerah yang memiliki angka kejadian infeksi Taenia sp. Paling tinggi adalah papua,
bali, pulau samosir di sumatera utara. Penduduk pada daerah ini sering mengkonsumsi daging
babi dan sapi yang kurang matang.7,8
Papua merupakan salah satu daerah di indonesia yang sering mengkonsumsi daging babi.
Menurut hasil survey, distribusi Taeniasis sp. di empat kabupaten papua (Kabupaten Jayawijaya,
Kabupaten Paniai, Kabupaten Pegunungan Bintang, dan Kabupaten Puncak Jaya) berkisar antara
1,6% -10,2 %.9

Manifestasi klinis
Pada umumnya, pasien sadar akan infeksinya, dengan memperhatikan proglotid dalam
tinja pasien. Proglotid Taenia saginata bersifat motil dan pasien mungkin mengalami
ketidaknyamanan pada daerah perianal pada saat proglotid dilepaskan. Pada daerah perut,
biasanya terdapat nyeri atau ketidaknyamanan, mual, perubahan nafsu makan, kelemahan, dan
berat badan menurun.3
Diagnosis
Diagnosis T. solium & T. saginata dapat dipastikan dengan menemukan telur atau
proglotid dalam tinja. Telur dari kedua spesies ini identik secara morfologi, dimana telur tersebut
bulat, memiliki membran berdinding ganda yang lurik secara radial dan memiliki ukuran sekitar
30-40 mikrometer. Namun T. saginata mamiliki cangkang tahan asam, sedangkan T. solium
tidak tahan asam. Telur mungkin berada pada daerah perianal. Apabila proglotid atau telur tidak
ditemukan pada tinja, harus diperiksa dengan kapas selotip. 3
Adapun pemeriksaan serologi dengan Copro-Ag ELISA yang dapat mengidentifikasi
infeksi Taenia sp. Dengan sensitivitas 98% dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopis
dengan sensitivitas 38%. Adapun kekurangan dari pemeriksaan Copro-Ag ELISA ialah tidak
spesifik pada infeksi spesies khususnya T. saginata & T. solium. Apabila dilakukan
pemeriksaan darah, dapat ditemukan keberadaan eosinofilia dan elevasi kadar IgE.3,10
Differential Diagnosis:
Taeniasis solium
Taenia solium merupakan penyebab dari taeniasis solium. Penyakit ini dapat disebut juga
Cysticercosis cellulosae hominis. Spesies ini tidak hanya dapat menyebabkan taeniasis, namun
juga dapat menyebabkan sistiserkosis. Babi merupakan hospes perantara dari T. solium.
Sedangkan manusia merupakan hospes definitifnya. Kista yang dibentuk pada tubuh babi,
dinamakan dengan cysticercus cellulosae. Panjang T. solium dapat mencapai 3 meter, terdiri atas
+- 100 proglotid. Dimana masing-masing proglotid dapat menghasilkan 50.000 telur. Skoleks/
kepala dari Taenia solium memiliki 4 batil hisap dan 2 baris kail yang terdapat pada rostellum,
dan proglotidnya mempunyai 8-12 cabang uterus. Apabila babi menelan telur dari Taenia
solium, mengakibatkan pembentukan cysticercus pada otot, otak, kulit, mata dan lidah babi.3,4
Proglotid yang dimiliki oleh Taenia solium, bersifat non motil, sehingga pasien lebih sulit
unduk mendeteksi/ menyadari proglotid keluar berasma feses pasien. Biasanya infeksi Taenia
solium bersifat asimptomatik. Diagnosis dapat ditegakan dengan menemukan telur/ proglotid
pada feses/ daerah perianal, sama dengan Taenia saginata. Disamping itu, diagnosis juga
dapat dilakukan dengan menggunakan metode Elisa & PCR.3,4

Gambar 7. Perbedaan Taenia saginata dengan Taenia solium


Sumber : https://medlab.id/taenia-solium/
Perbedaan skoleks pada T. solium dan T. saginata. Skoleks T. solium memiliki 4 batil hisap dan
2 baris kail pada rostelum, sedangkan skoleks T. saginata memiliki 4 batil hisap tanpa kail
ataupun rostelum.
Cabang uterus pada proglotid T. solium berjumlah 8-12 buah, sedangkan pada T. saginata
cabang uterusnya berjumlah 15-30 buah.11

Taeniasis asiatica
Taenia asiatica merupakan penyebab dari taeniasis asiatica. Taeniasis asiatica dapat
timbul pada berbagai negara. Babi merupakan hospes perantara dari T. asiatica. Sedangkan
manusia merupakan hospes definitifnya. Secara morfologi T. asiatica mempunyai warna sedikit
kekuningan dengan ukuran 3,5 meter. Skoleks diikuti dengan leher yang pendek dan langsing
lalu dilanjutkan dengan strobila. Skoleks pada T. asiatica memiliki 4 batil hisap. Masing masing
strobila dapat berisi sebanyak 700 proglotid. Proglotid daripada T. asiatica mirip dengan T.
saginata. Terdapat 13 cabang uterus. Telur dalam proglotid matang dapat berjumlah 44.180
sampai dengan 132.500.12
Cara infeksi dari T. asiatica yaitu dengan memakan jeroan dari babi, dapat berupa hati
ataupun paru yang mengandung cycticercus, namun tidak dimasak dengan matang. Apabila
dilihat gejala klinisnya. Biasanya cenderung asimptomatik. Terdapat nyeri para regio epigastrium
yang intermitten. Potongan proglotid terlepas dan keluar bersama tinja. Pada infeksi yang berat,
disebabkan oleh infeksi larva sehingga dapat menyebabkan Neurocysticercosis. Cara diagnosis
dari Taeniasis asiatica yaitu dengan ditemukannya skoleks atau proglotid gravid pada
pemeriksaan tinja. 12
Gambar 9. Perbedaan Skoleks Taenia spp.
(A) Skoleks Taenia solium mempunyai 4 bail hisap dan 30 hooklet (panah) pada rostellum
(B) Skoleks Taenia asiatica mempunyai 4 penghisap, tapi tidak memiliki hooklets. Species ini
memiliki rostellum yang lebih atau kurang tinggi (panah)
(C) Skoleks Taenia saginata menunjukan morfologi yang sama denga T. asiatica dengan
pengecualian morfologi rostellum yang datar atau tidak bergerigi
Sumber :https://www.researchgate.net/figure/Scolices-of-human-Taenia-tapeworms-recovered-
from-Korean-patients-A-A-scolex-of-Taenia_fig1_235881776
Gambar 10. Perbedaan morfologis dari Taenia dewasa.
Perbedaan skoleks pada T. solium, T. saginata, T. asiatica. Skoleks T. solium memiliki 4 batil
hisap dan 2 baris kail pada rostelum,skoleks T. saginata memiliki 4 batil hisap tanpa kail
ataupun rostelum. Skoleks pada T. asiatica memiliki 4 batil hisap.11
Sumber : https://sci-hub.se/10.1007/978-981-13-1577-0_7
Cabang uterus pada proglotid T. solium berjumlah 8-12 buah, sedangkan pada T. saginata
cabang uterusnya berjumlah 15-30 buah.T. asiatica 13 cabang uterus11
Gambar 11. Perbedaan proglotid pada taenia sp.
Sumber : https://sci-hub.se/10.1007/978-981-13-1577-0_7

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk pasien dengan Taeniasis saginata dan Taeniasis asiatica dapat
menggunakan single dose of praziquantel (10mg/kg). Sedangkan penatalaksanaan untuk
taeniasis solium usus dapat dengan praziquantel dosis tunggal (10mg/kg). Namun, praziquantel
terkadang menimbulkan respon inflamasi pada sistem syaraf pusat, apabila pasien menderita
concomitant cryptic cysticercosis. Adapun opsi lain, yaitu Niclosamide (2g) yang juga efektif,
hanya saja obat ini tidak di distribusikan bebas.3
Pencegahan
Metode utama untuk mencegah infeksi Taeniasis asiatica dan Taeniasis saginata yaitu
dengan memasak jeroan sapi atau babi dengan suhu 56 ° C selama 5 menit untuk menghancurkan
cysticerci. Pendinginan –10 ° C selama 9 hari atau pengawetan dengan garam pada periode
waktu yang lama dapat membunuh cysticerci dalam daging.3

Tindakan pencegahan untuk taeniasis solium usus yaitu dengan meminimalkan peluang
untuk tertelan cycticercus yang dapat berasal dari tinja dengan menjaga kebersihan dengan baik,
membuang tinja dengan efektif, serta pencegahan infeksi usus. Terdapat juga vaksin babi untuk
mencegah sistiserkosis.3

Kesimpulan
Hipotesa diterima yaitu pasien menderita Taeniasis saginata. Taeniasis saginata
disebabkan oleh infeksi cacing Taenia saginata akibat makan daging sapi yang kurang matang.
Diagnosa untuk penyakit ini dapat ditegakan dengan keberadaan telur cacing serta proglotid pada
pemeriksaan feses. Ciri daripada Feses (terdapat telur berdinding tebal dengan struktur radier
yang berisi embrio heksakan, dan proglotid yang terdapat uterus 20 buah). Berdasarkan ciri ciri
tersebut diagnosa dapat ditegakan. Tatalaksana dapat dilakukan dengan praziquantel (10mg/kg).
Pencegahan dapat dilakukan dengan memasak daging sampai matang.
Daftar Pustaka
1. Okello AL, Thomas LF. Human taeniasis: current insights into prevention and
management strategies in endemic countries. Risk Manag Healthc Policy. 2017 Jun
1;10:107-116. doi: 10.2147/RMHP.S116545. PMID: 28615981; PMCID: PMC5461055.
2. Li J, Guo E. Taenia saginata Infestation. New England Journal of Medicine.
2016;374(3):263-263.
3. Harrison TR, Isselbacher KJ, Wilson JD. Harrisons principles of internal medicine. New
York: McGraw-Hill; 2015.
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Seiati S, penyunting. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Jakarta : InternaPublishing; 2017.
5. Torgerson PR, Devleesschauwer B, Praet N, Speybroeck N, Willingham AL, Kasuga F,
et al. World Health Organization Estimates of the Global and Regional Disease Burden of
11 Foodborne Parasitic Diseases, 2010: A Data Synthesis. PLoS Med. 2015;12:1–22
6. Okello AL, Thomas LF. Human taeniasis: current insights into prevention and
management strategies in endemic countries. Risk Manag Healthc Policy. 2017;10:107–
116
7. Wandra T, Ito A, Swastika K, Dharmawan NS, Sako Y, Okamoto M. Taeniases and
cysticercosis in Indonesia: past and present situations. Parasitology.
8. World Health Organization. Endemicity of taenia solium, 2015. 2015. Available from:
https://www.who.int/taeniasis/Endemicity_Taenia_Solium_2015.jpg
9. Sandy S. Kajian Aspek Epidemiologi Taeniasis dan Sistiserkosis di Papua. Jurnal
Penyakit Bersumber Binatang. 2014;2(1):1-14
10. Amir Maafi A. Taenia: An Uninvited Guest. American Journal of Case Reports.
2015;16:501-504.
11. Flisser A. State of the Art of Taenia solium as Compared to Taenia asiatica. 2020.
12. Sato MO, Sato M, Yanagida T, Waikagul J, Pongvongsa T, Sako Y, Sanguankiat S,
Yoonuan T, Kounnavang S, Kawai S, Ito A, Okamoto M, Moji K. Taenia solium, Taenia
saginata, Taenia asiatica, their hybrids and other helminthic infections occurring in a
neglected tropical diseases' highly endemic area in Lao PDR. PLoS Negl Trop Dis. 2018
Feb 8;12(2):e0006260. doi: 10.1371/journal.pntd.0006260. PMID: 29420601; PMCID:
PMC5821399.

Anda mungkin juga menyukai