Anda di halaman 1dari 144

CESTODA

(PLATYHELMINTHES)
Prof Sugeng J. Mardihusodo, dr, DAP&E, MSc (TropMed)
Hp 08122829577
e-mail: sugengjuwono2009@gmail.com
Cestoda Termasuk Klas Cestoidea,
Filum Platyhelminthes
Tubuh pipih dorsoventral,
memanjang, bersegmen-segmen.
Tubuh terdiri dari dua bagian:
1. Kepala (scolex)
2. Badan (strobila), simetris.
Di antaranya ada leher (column),
tempat titik pertumbuhan untuk
segmen (proglotid) baru,
menggantikan yg tua (di ujung
strobila) dan sudah lepas.
Hermafrodit, tanpa ruang tubuh,
tanpa sistem pencernaan.
Cestoda menimbulkan penyakit:
Cestodiasis
Cestoda pada manusia:
1. Taenia saginata (beef tapeworm) menimbulkan penyakit Taeniasis saginata
2. Taenia solium (pork tapeworm) menimbulkan Sistisertkosis selulosae
3. Diphyllobotrium latum (fish tapeworm) menimbulkan diphylloobithriasis
latum
4. Dipydium caninum (dog tapeworm) menyebabkan dipylidiasis caninum
5. Hymenopis nana (rat tapeworm) menimbulkan penyakit hymenolepiasis nana
6. Echonococcus granulosus -- menimbulkan penyakit echinococcosis granulosis.
Berbagai gambaran scolex dan proglotid
pada Cestoda, parasit pada manusia
Taenia saginata (Goeze 1782)
(beef tapeworm)
Strobila sampai 10 meter
Scolex dengan 4 suckers, tanpa
rostellum dan hooklets
Strobila terdiri atas banyak
proglotid imatur, matur dan gravid.
Proglotid gravid dengan > 15
percabangan lateral pada satu sisi.
Telur agak bulat dengan
oncosphere dan 6 hexacanths.
Sulit dibedakan dengan telur T.
solium dan Echinococcus
granulosus.
Gambar sebuah proglotid gravid (kiri)
dan telur Taenia saginata
Distribusi Geografis dan Pencegahan
Taenia saginata
Terdapat endemik di :
Afrika, Mexico, Argentina, di wilayah pegunungan Taiwan
Sporadis di beberapa wilayah di Indonesia.
Pencegahan dengan mencegah sapi memekan rumput yang mungkin tercemar
tinja penduduk dimana Taeniasis itu endemik. Ini mungkin sulit, karena tinja
mungkin juga digunakan untuk pupuk tanaman.
Secara individual, taeniasis saginata dicegah dengan tidak makan daging sapi
yang mentah atau dimasak setengah matang.
Pemeriksaan daging sapi yang dijual di pasaran untuk adanya sistiserkus perlu
dilakukan dengan sungguh-sungguh, misalnya pada waktu idul kurban.
Skema Daur hidup Taenia saginata
Deskripsi Daur hidup Taenia saginata
Manusia merupakan inang definitif, cacing dewasa berhabitat di usus kecil.
Sapi sebagai inang antara, larva cacing (sistisekus bovis, berada di dalam sel
otot-otot jatringan tubuh.
Manusia terinfeksi karena mengkonsumsi daging sapi mentah (setengah
matang) yang mengandung sistiserkus bovis.
Kista tercerna di dalam usus larva hexacanth tumbuh memanjang sebagai
strobila yang bersegmen-segmen dalam duodenum jejunum, tumbuh
lengkap dalam waktu 3 bulan; panjangnya bisa mencapai 10 meter.
1-3 proglotid gravid lepas, bergerak ke arah anus, telur-telur terpencet
keluar, melekat di kulit perianal, atau keluar bersama tinja seaktu penderita
BAB.
Kalau BAB nya di rerumputan kebuh atau ladang, bisa termakan sapi.
Deskripsi daur hidup ---

Telur tercerna dindingnya, oncosphere dan embrio hexacanth menembus


dinding usus lalu terbawa aliran darah ke banyak jaringan tubuh khususnya di
jaringan otot skelet.
Di dalam sel otot, larva berubah menjadi kista yang disebut sistiserkus bovis,
yang di dalamnya ada cairan kista dan scolex cacing yang dari dinding
mengarah ke dalam kista (invaginated scolex).
Daur berulang, ketika sistiserkus dalam otot atau jaringan tubh sapi termakan
utuh oleh seseorang yang mengkonsumsinya.
Satu ekor cacing biasanya cukup menginfeksi sesweorang.
SIMPTOMATOLOGI
Taeniasis saginata
Taeniasis saginata pada manusia
umumnya tanpa gejala.
Infeksi disadari sewaktu ada
proglotid yang terlihat keluar
bersama tinja, atau ditemukan di
sekitar anus atau paha, atau positif
pada pemeriksaan tinjanya.
Gejala yang mungkin dialami
penderita adalah: rasa penuh di
epigastrium,
Diagnosis dan Pengobatan

Dengan pemeriksaan dan identifikasi proglotid, mungkin dalam sampel


tinja, pada bagian badan penderita, atau mungkin pakaian dalamnya.
Cara identifikasi proglotid: Proglotid gravid sebaiknya difiksasi dengan lar
formalin 10% dan percabangan uterus (kanan atau kiri) diinjeksi dengan
tinta India; jika jumlah percabangannya > 12 buah karakteristik untuk
T. saginata.
Penemuan dan identifikasi telur dalam sampel tinja secara langsung atau
sedimentasi.
Penemuan dan identifikasi telur-telur pada permukaan kulit perianal.
Cara: dengan anal swab, yaitu dengan pita plastik adesif transparan
sebagaimana digunakan untuk deteksi telur-telur cacing kremi, Enterobius
vermicularis.
Terapi obat dengan praziquantel.
Taenia solium (Linnaeus 1758)
(pork tapeworm)
Panjang strobila -> 6 -10 meter
Scolex ada yang dengan 4 suckers
seperti mangkok, di ujungnya ada
tonjolan ke depan (rostellum) dikelilingi
oleh kait-kait kecil (hooklets)
Proglotid gravid dengan percabangan
uterus ke lateral masing-masing < 12
buah.
Telur agak bulat, sulit dibedakan dari
telur T. saginata.
Struktur Anatomis Taenia solium.
Scolex (kiri) berbeda dari scolex T. saginata (kanan).
Perhatian struktur lainnya dari T. solium.
Penyakitnya disebut Taeniasis solium (oleh cacing
dewasa), sistiserkosis selulosae (oleh kistanya dalam
jaringan tubuh: otot skelet, otak)
Distribusi geografis

Lebih global daripada Taenia saginata.

Endemik di di beberapa negara di Asia Tenggara, Micronesia, Philippines,


Mexico, Amerika Tengah (terutama Guatemala), Amerika Selatan (terutama
Ecuador), Eropa Timur, USA bagian selatan.

Meskipun taeniasis solium sifatnya nirsimptom (asymptomatic), tetapi infeksi


dengan bentuk larvanya (sistiserkus selulosae), khususnya yang melibat
serebrum sistiserkosis serebral bisa serius gejala kliniknya bisa fatal.
Skema Daur hidup Taenia solium
Deskripsi Daur hidup
Taenia solium
Manusia adalh inang definitif, habitat cacing dewasa di dalam usus kecil.
Manusia bisa juga sebagai inang antara, larva sistiserkus selulosae dalam otot
skelet dan mungkin juga serebrum (otak).
Babi merupakan inang antara: larav sistiserkus selulosae berada dalam
jaringan tubuh terutama otot-otot skelet.
Manusia terinfeksi setelah memakan daging babi mentah atau setengah
matang yang mengandung sistiserkus selulosae yang masih hidup. Kista
tercerna di dalam usus kemudian scolex dengan lehernya memanjang menjadi
strobila 6 meter di dalam duodenum jejunum.
Proglotid gravid yang tua lepas keluar dari anus bersama tinja.
Babi terinfeksi karena menelan proglotid gravid bersama telur-telurnya.
Deskripsi daur hidup ---

Telur-telur tercerna -> oncosphere dan embrio hexacanth menembus dinding


usus lalu terbawa aliran darah sampai ke seluruh jaringan tubuh terutama
otot-otot skelet.
Manusia juga bisa terinfeksi seperti kejadian pada babi manusia menjadi
inang antara.
Kejadian infeksi seperti itu bisa terjadi sewaktu proglotid gravid sudah pecah
duluan di dalam usus telur-telur tercerna oncosphere dan embrio
hexacanth menembus dinding usus dan terbawa aliran darah sampai ke
jaringan tubuh serebrum.
Patogenesis dan
Simptomatologi
T solium di dalam usus kecil umumnya tidak menimbulkan gejala klinis, dan
jarang menimbulkan keluhan perut (epigastric pain). Tapi di dalam darahnya bisa
dijumpai adanya antibodi (IgM).
Larva T solium (sistiserkus selulosae) bisa menginfeksi jaringan tubuh termasuk
serebrum sistiserkosis serebral -> kejang-kejang seperti epilepsi bisa fatal.
Sistiserkus bisa berada di bola mata dan bagian-mata di dalamnya: retina, cairan
mata, dengan reaksi sekunder: conjunctivitis, retinitis, uveitis, dan atrofi
choroidea.
Gangguan neurologis akibat sisticerkosis serebral bisa berupa: kejang-kejang,
epilepsi, hidrosefalus, dengan radang otak (ensefalitis), selaput otak
(meningitis).
Diagnosis dan Terapi

Dengan pemeriksaan dan identifikasi proglotid, mungkin dalam sampel tinja,


pada bagian badan penderita, atau mungkin pakaian dalamnya.
Cara identifikasi proglotid: Proglotid gravid sebaiknya difiksasi dengan lar
formalin 10% dan percabangan uterus (kanan atau kiri) diinjeksi dengan tinta
India; jika jumlah percabangannya < 12 buah (5-10 buah) karakteristik
untuk T. solium.
Penemuan dan identifikasi telur dalam sampel tinja secara langsung atau
sedimentasi.
Penemuan dan identifikasi telur-telur pada permukaan kulit perianal. Cara:
dengan anal swab, yaitu dengan pita plastik adesif transparan sebagaimana
digunakan untuk deteksi telur-telur cacing kremi, Enterobius vermicularis.
Terapi obat dengan praziquantel.
Diphyllobothrium latum (Linnaeus 1758)
(The fish tapeworms)
Dapat tumbuh sampai > 10 meter.
Habitat dalam duodenum-jejunum manusia.
Nutrientnya diperoleh dengan menyerapnya
dari lumen usus, > vit B12.
Sebaran luas di Scandinavia yg sudah mulai menurun prevalensinya.
Juga terdapat endemik di Zwitzerland, Hungaria, USA dan Russia Barat.
Diphyllobothrium latum (Linnaeus 1758)
(The fish tapeworms), perbedaannya beberapa
aspek dengan Cestoda lainnya pada manusia
Lihat gambar di
kolom tiga:
(1) Scolex panjang 3
mm, memanjang
dengan dua bothria,
alur untuk alat
perlekatannya pada
dinding usus
inangnya.
(2) Proglotid gravid
dengan porus
genitalis di tengah
bagian depan.
Telur agak lonjong dengan operkulum (tutup)
ukuran 70 mikron berada dalam uterus
proglotid gravid (kanan)
Skema daur hidup D. latum
Deskripsi daur hidup ...
Manusia sebagai inang definitif, cacing dewasa di usus kecil bagian depan.
Hewan karnivora: anjing, kucing, beruang, dll, setempat bisa menjadi inang
reservoir.
Cyclops sp dan Diaptomus sp (Crustacea) dalam air tawar menjadi inang
antara I. Kedua terinfeksi oleh coracidium, yaitu larva hasil penetasan telur
D. latum lewat mulut sewaktu memakannya. Di dalam jaringan tubuh
Crustacea itu coracidium berubah menjadi larva procercoid.
Ikan air tawar kecil setempat bisa jadi inang antara II; infeksinya terjadi
karena ikan tsb memakan Cyclops atau Diaptomus yg terinfeksi dalam air
sehabitatnya. Di dalam tubuh ikan tsb procercoid berubah menjadi larva
plerocercoid.
Selanjutnya manusia terinfeksi setelah mengkonsumsi ikan terinfeksi larva D
latum itu secara mentah (fresh) atau dimasak tidak sempurna.
Larva plerocercoid di dalam usus tumbuh menjadi cacing dewasa yang
lengkap dalam waktu 3 bulan.
Patogenesis,
Simptomatologi, Diagnosis, Pengobatan
Infeksi di usus yang kronis dan afinitas cacing pada vit B12 berisiko terjadinya
defisiensi vit B12 anemia megaloblastik (2% dari penderita).
Umumnya tanpa gejala atau keluhan, kecuali penderita sudah mengalami
anemia berat. Infeksi disadari sewaktu ada diare, tinja disertai proglotid yang
lepas.
Diagnosis berdasarkan ditemukannya telur yang khas pada pemeriksaan tinja
pasien di daerah endemik.
Pengobatan dengan praziquantel.
Pencegahan

Pengamatan pada manusia karier infeksi.


Pengamatan hewan-hewan karnivora lokal dan liar yang jadi inang reservoir.
Penduduk setempat diedukasi mempraktekkan PHBS, tidak berbudaya makan
ikan mentah (seharusnya dimakan setelah dimasak sempurna).
Next: Echonococus granulosus
Dipylidium caninum
Hymenolepis nana

Terima Kasih
Cestoda

Fardhiasih Dwi Astuti,SKM,MSc.


Dypilidium Caninum
Menyebabkan penyakit dypilidiases
Bentuk dewasa pipih seperti pita, panjang 15-40
cm
Skoleks: bentuk globular, mempunyai 4 alat hisap,
mempunyai rostelum, sifatnya refraktil bentuk
seperti tanduk mempunyai 3-4 baris kait
Proglotid Gravid berbentuk seperti biji melon,
uterus berbentuk kantong, terdapat 2 buah
porusgenetalis.
Telur Dypilidium Caninum
Bentuk seperti tania saginata diletakan dalam
kantong/saccus
Lingkaran Hidup
Hospes devinitif: anjing, kucing, manusia
(anak-anak)
Hospes antara: pinjal (Ctenocephalides canis),
(C felis) (Pulex irritans), (Trichodectes canis)
Habitat: usus halus
Bentuk infektif: larva cysticercoid
Cara infeksi: makan pinjal yang mengandung
larva cysticercoid
Siklus hidup Dipilidium caninum
Gejala asimtomatis
Penyebaran : Europe, Philippines, China,
Japan, Latin America and the United States;
mostly children, one third of them being
infants under 6 months old.
Hymenolephis diminuta
Cacing pita pada tikus
Ukuran dewasa : 20 60 cm

Hymenolephis nana
Ukuran Dewasa : 15 - 40 mm
Hymenolephis Diminuta
Bentuk relatif lebih bulat daripada telur
Hymenolepis nana.
Ukuran 60 x 79 mikron
Dinding telur agak tebal, pada kutub-kutub
menebal.
Tidak memiliki filamen dari kutub-kutubnya.
Berisi embrio heksakan (embrio dengan 3
pasang kait)
Hymenolepis diminuta Hymenolepis
nana
Cystisercoid dan telur
Hymenolepis nana
Echinococcus granulosus
Mengakibatkan hidatidosis

Ukuran : 2 mm 7 mm, hanya


Kista hidatid
mempunyai 3 proglotid: immatur,
mature dan gravid proglottid
Mempunyai 4 suckers pada
kepala dan mempunyai rostellum
1. Cystic echinococcosis, also known as
hydatid disease or hydatidosis, caused by
infection with Echinococcus granulosus;
2. alveolar echinococcosis, caused by
infection with E. multilocularis;
3. polycystic echinococcosis, caused by
infection with E. vogeli;
4. unicystic echinococcosis, caused by
infection with E. oligarthrus.
Diagnosis
computed tomography (CT)
magnetic resonance imaging (MRI) scans.
E . granulosus
Gejala klinis:
stadium larva menyebabkan kelainan fungsi
organ yang terinfeksi (hati, paru paru, otak)
Pencegahan :
mengobati sumber infeksi
Memperbaiki lingkungan
mencuci tangan sebelum makan
tidak terlalu dekat anjing
HELMINTHOLOGI-III
PLATYHELMINTHES
TREMATODA

Prof. H. Sugeng J. Mardihusodo


dr, DAP&E, MSc (Trop Med)
Hp 081228295777
Email: sugengjuwono2009@gmail.com
TREMATODA (Flukes)
asal kata: trema = lobang
Bentuk silindris atau seperti daun
Kelas TREMATODA

Karakteristik:
a) Tak bersegmen
b) Bentuk daun (pada Fasciolopsis buski, dll)
atau silindris (pada Schistosoma)
c) Hermafrodit (kecuali Schistosoma, ada jantan
dan betina)
d) Dengan 2 alat isap: mulut dan perut, tanpa
kait-kait (hooklets)
e) Semua anggota ovipar
f) Telur beroperkulum (kecuali Schistosoma), dan
tidak mengapung dalam larutan garam jenuh
g) Ruang tubuh tidak ada
h) Panjang 1 sampai beberapa mm
i) Tidak punya saluran makanan lengkap,
tanpa anus
j) Sistem reproduksi lengkap
k) Ada sistem ekskretori dan sistem saraf
l) Sistem ekskretori terdiri dari flame cells
yang terbuka ke arah posterior ke
excretory pore
Klasifikasi
Filum PLATYHELMINTHES
Klas TREMATODA
1. Famili SCHISTOSOMATIDAE
Genus Schistosoma
Spesies S. japonicum
S. mansoni
S. haematobium
2. Famili Fasciolidae
Genus Fasciola hepatica
F. gigantica
Genus Fasciolopsis
F. buski
3. Fam. Opisthorchidae
Genus Opisthorchis
O. viverrini
3. Fam. Troglotrematidae
Genus Paragonimus
P. westermani
4. Fam. Heterophyidae
Genus Heterophyes
H. heterophyes
TREMATODA
PADA MANUSIA
Itu meliputi:
a) Trematoda darah (blood flukes): Schistosoma
b) Trematoda usus (intestinal flukes):
F. buski
a) Trematoda paru (lung flukes): Paragonimus
westermani
b) Tematoda hati (liver flukes):
F. hepatica
TREMATODA DARAH: Schistosoma

Cacing dewasa: ukuran bervariasi tergantung pada spesies dan seks,


berkisar 6,4-20 x 25,1 mm.
Cacing jantan (lebih besar) dan betina dalam posisi in copulatio.
Trematoda Darah
(blood flukes)
Ini meliputi satu genus: Schistosoma
Schistosoma pada manusia ada 3 spesies:
1. S. japonicum cacing dewasa ada di vv.
mesenterica superior
2. S. mansoni cacing dewasa ada di vv.
mesenterica inferior
3. S. hematobium cacing dewasa ada di
plexus vesicalis
HABITAT: Vv mesenterica superior dari usus kecil
(S. japonicum), dan vv. mesenterica inferior
dari usus besar (S. mansoni), plexus vesicalis pada
vesica urinaria (S. haematobium)
Daur hidup Schistosoma
Dewasa di dalam vena Telur dalam
tinja/urin masuk air

Menembus kulit Mirasidum

Serkaria Sporokista I

Sporokista II Reproduksi aseksual


Daur Hidup Schistosoma
Daur Hidup
Manusia adalah inang definitif.
Keong air tawar: Oncomelania (S.
japonicum), Biomphalaria (S. mansoni),
atau Bulinus (S. haematobium)
Orang terinfeksi karena penetrasi serkaria
sewaktu kontak dengan air habitat keong.
Serkaria melepaskan ekornya, jadi
shistosomula, yang kemudian memasuki
saluran limfe atau darah venosa paru
vena portae vv. mesenterica / plexus
vesicalis
Schistosomiasis
Schistosomiasis menjadi masalah dunia
tropis yang besar.
Asekitar 300 juta orang terinfeksi dengan
schistosoma dimana di situ ada badan air
tawar yang luas: danau, bendungan dan
system irigasi raksasa) didukung oleh
adanya keong air spesifik inang antaranya
dan dekat dengan pemukiman penduduk
yang padat.
S. japonicum
Dewasa:
Cacing betina dengan ovarium sentral
Cacing jantan dengan 6-8 testes
Kulit tanpa tuberkel
Uterus dengan 50-200 butir telur
Telur:
Tanpa operkulum, agak bulat 85x60 mikron
Bentuk bulat dengan spina tonjolan kecil
disamping agak belakang
Reaksi dengan pengecatan Ziel Neelsen (+)
Distribusi Geografik
S. japonicum terdapat di fokus-fokus
tertentu di:
1. Asia Timur: Cina, Vietnam (S. mekongi),
Kamboja,
2. Asia Tenggara: Thailand, Myanmar,
Filipina,Malaysia, Indonesia (di lembah
Napu, sekitar D. Lindu, Sulteng)
Inang antara: Siput Oncomelania sp, di
Indonesia: O. hupensis lindoeensis
Global Distribution of Schistosomiasis
Ekologi dan Risiko Penularan
Schistosomiasis
Keong Oncomelania hupensis
Inang antara S. japonicum
Wilayah Lembah Napu di sekitar D.
Lindoe di Sulteng
Gambaran Penyakit
Penyakitnya disebut Shistosomiasis
(Bilharziasis).
Orang terinfeksi mungkin tanpa
keluhan/gejala, atau dengan berbagai
keluhan dan gejala yang bervariasi
Manifestasi klinik: akut dan kronik
Gejala akut dengan demam (Katayama
fever) akibat infeksi awal dengan S.
japonicum (dan S. mansoni).
Bentuk akut:
Jarang ditemukan di daerah endemik, awalnya
berupa gejala seperti flu dengan rasa lelah, sakit
kepala, artralgia, keluar keringat malam.
Umumnya terbatas sendirinya, sembuh sendiri
tanpa pengobatan selama 4-6 minggu.
Bentuk kronik:
Sering sudah tanpa gejala, tergantung pada
intensitas infeksi dan kondisi umum pasien.
Kondisi klinis Shistosomiasis japonicum
dan S. mansoni kronis: badan mengurus, ada
splenomegali, dan hepatomegali
Reaksi Tubuh Pasien

Bisa tanpa gejala terjadi sebagai bentuk


toleransi tubuh terhadap keberadaan cacing
dan antigen asal cacing.
Reaksi itu ditentukan oleh faktor-faktor:
a) Lamanya infeksi
b) Intensitas infeksi
c) Lokasi deposisi telur
d) Aspek genetik pasien
e) Infeksi lain yang membarengi (concurrent
infection)
Tiga tahapan Schistosomiasis

1. Mulai perkembangan (developmental)


mulai dari sesudah ada penetrasi serkaria
pada kulit dermatitis serkarial (swimmers
itch)
2. Oviposisi aktif dan pengeluaran telur dari
dinding usus (S. japonicum; S. mansoni)
3. Proliferasi dan perbaikan jaringan yang jadi
tempat deposisi telur-telur Schistosoma
Cercarial dermatitis
(swimmers itch)
Gambaran Klinis

Ada persamaan dengan S. mansoni sbb:


Toksemia akut (+)
Kronik asimptomatik (+)
Hepatosplenogali (+)
Reaksi Ziel Neelsen telur (+)
S. japonicum: ovipar, telur diletakkan
dalam dinding usus kecil
Diagnosis
Ditentukan menurut keluhan dan gejalanya,
juga dari asal tempat tinggalnya.
Diperiksa tinja secara langsung atau metode
sedimentasi untuk adanya telur S.
japonicum
Pemeriksan lab tambahan dengan USG
untuk splenomegali dan hepatomegali,
test fungsi hati, dsb.
Pemberantasan dan
Pencegahan
1. Pemberantasan keong Oncomelania,
inang antara
2. Kemoterapi massal dengan praziquantel.
3. Sanitasi lingkungan
4. Pencegahan kontak dengan air tempat
habitat keong di daerah endemik
Terapi dan Perawatan
Terapi dan Perawatan di rumah sakit untuk
yang mondok:
1. Terapi obat cacing dengan praziquantel.
2. Perbaikan gizi untuk anemia dan
perbaikan kondisi umum pasien.
3. Cek tinja setiap minggu.
S. mansoni
Dewasa:
Cacing betina dengan ovarium sentral
Cacing jantan dengan 6-8 testes
Kulit dengan uberkel kasar
Uterus dengan 50-200 butir telur
S. mansoni
Telur:
Tanpa operkulum, agak bulat 85x60 mikro-meter
Bentuk bulat dengan spina besar
disamping agak belakang
Reaksi dengan pengecatan Ziel Neelsen (+)
Distribusi Geografis

Infeksi dengan S. mansoni terdapat di 53


Negara memanjang dari Semenanjung
Arabia sampai ke Amerika Selatan:
Brazilia, Suriname, Venezuela dan
beberapa Kepulauan Karibia.
Global Distribution of Schistosomiasis
Daur Hidup S. mansoni
Daur Hidup
Manusia adalah inang definitive.
Keong air tawar: Biomphalaria sp.
Orang terinfeksi karena penetrasi serkaria
sewaktu kontak dengan air habitat keong.
Serkaria melepaskan ekornya, jadi
shistosomula, yang kemudian memasuki
saluran limfe atau darah venosa paru
vena portae vv. mesenterica inferior.
Patogenesis
1. Mulai perkembangan (developmental)
mulai dari sesudah ada penetrasi
serkaria pada kulit dermatitis serkarial
(swimmers itch)
2. Oviposisi aktif dan pengeluaran telur
dari dinding usus (S. japonicum; S.
mansoni)
3. Proliferasi dan perbaikan jaringan
yang jadi tempat deposisi telur-telur
Schistosoma
Gambaran Klinis

Gambaran klinis banyak persamaannya


dengan gejala klinis Schistosmiasis
japonicum:
Toksemia akut (+)
Kronik asimptomatik (+)
Hepatosplenogali (+)
Reaksi Ziel Neelsen telur (+)
Diagnosis
Diagnosis juga dengan pemeriksaan tinja
untuk deteksi dan identifikasi telur S.
mansoni.
Kondisi patologis yang melibat organ
tubuh di diagnosis dengan pemeriksaan
fisik dan alat bantu: USG.
Terapi dan Perawatan

Terapi dan Perawatan di rumah sakit untuk


yang mondok:
1. Terapi obat cacing dengan praziquantel.
2. Perbaikan gizi untuk anemia dan
perbaikan kondisi umum pasien.
3. Cek tinja setiap minggu.
Pemberantasan dan
Pencegahan
1. Pemberantasan keong Biomphalaria,
inang antara
2. Kemoterapi massal dengan praziquantel.
3. Sanitasi lingkungan
4. Pencegahan kontak dengan air tempat
habitat keong di daerah endemik
S. haematobium
Cacing Dewasa:
Lokasi di plexus venosus vesicalis
Panjang jantan: 10-14 mm
betina: 16-20 mm
Jumlah testes : 4-5 buah
Tuberkulasi: halus
Posisi ovarium: di spertiga bag posterior
tubuh.
S. haematobium
Telur:
Jumlah dalam uterus: 10-50 butir
Bentuk: lonjong dengan spina terminal,
tanpa operculum
Ukuran: 150x62 micron
Reaksi Ziel Neelsen (-)
Distribusi Geografis
Endemik di 40 negara bersama S. mansoni: Afrika dan
bagi timur Negara-negara Mediteranean.
Daur Hidup S. haematobium
Daur hidup
Manusia adalah inang definitif.
Keong air tawar: Bulinus sp sp.
Orang terinfeksi karena penetrasi serkaria
sewaktu kontak dengan air habitat keong.
Serkaria melepaskan ekornya, jadi
shistosomula, yang kemudian memasuki
saluran limfe atau darah venosa plexus
venosus vesicalis.
Patogenesis
1. Mulai perkembangan (developmental)
mulai dari sesudah ada penetrasi serkaria
pada kulit dermatitis serkarial (swimmers
itch)
2. Oviposisi aktif dan pengeluaran telur dari
dinding vesica urinaria.
3. Proliferasi dan perbaikan jaringan yang jadi
tempat deposisi telur-telur Schistosoma
pembentukan tumor Ca
Gambaran Klinis
Toxaemia akut (+)
Kronik asimptomatik (+)
Hepatosplenomegali (-)
Sistitis dan urethritis (+)
Swimmers itch (+)
Swimmer s itch
Patologi Anatomi S. haematobium pd
dinding vesica urinaria
Telur-telur S. Haematobium menginisiasi
pembentuk kanker pada vesica urinaria
Diagnosis
Atas gejala-gejala klinis
Pemeriksaan urin (sedimentasi) untuk
deteksi dan identifikasi telur S.
haematobium
Diagnosis bantu dengan USG untuk
kelainan system urologis.
Terapi dan Perawatan
Terapi dan Perawatan di rumah sakit untuk
yang mondok:
1. Terapi obat cacing dengan praziquantel.
2. Perbaikan gizi untuk anemia dan
perbaikan kondisi umum pasien.
3. Cek urin setiap minggu.
Pemberantasan dan
Pencegahan
1. Pemberantasan keong Bulinus sp, inang
antara
2. Kemoterapi massal dengan praziquantel.
3. Sanitasi lingkungan
4. Pencegahan kontak dengan air tempat
habitat keong di daerah endemik
TREMATODA USUS
Trematoda usus meliputi cacing yang tinggal
di usus kecil, yaitu:
1. Fasciolopsis buski
2. Heterophyes heterophyes
3. Metagonimus yokogawai
Untuk Indonesia, dan tempat lainnya, yang
terpenting adalah F. buski
Gambaran Klinis
Gejala akut dengan demam (Katayama
Fever).
Gejala intestinal: kramp perut, disenteri,
polyposis, atau obstruksi.
Gejala kronis mirip dengan gejala penyakit
Schistosomiasis japonicum
splenomegaly, hepatomegaly.
Fatal karena gagal organ (liver, dll).
Terapi
Dewasa:
Cacing betina dengan ovarium di
sepertiga belakang tubuhnya.
Cacing jantan dengan 4-5 testes
Kulit dengan tuberkel halus
Uterus dengan 10-50 butir telur
Fasciolopsis buski

F. buski merupakan Trematoda usus yang terbesar; panjangnya 20-27


mm dengan diameter 8-20 mm.
Di bagian ventral depan, tertutup oleh spinae dalam deretan melintang.
Bagian dorsal halus.
Alat isap oral letak subterminal, alat isap ventral 3-4 x lebih besar
Fasciolopsis buski bedanya dengan
Fasciola hepatica, dan telurnya (kanan)

Bentuk oval, tanpa bahu dan anterior cone seperti pada


Fasciola hepatica (Cacing hati).
Cacing dewasa bertelur sebanyak 25 000 butir/hari.
Telur besar, ukuran 130-140x80-85 mikrometer. Dinding
telur jernih, tebal dan punya operkulum kecil.
Daur Hidup F. buski

Termakan manusia Cacing DEWASA


AIR
Metaserkaria Telur dalam air

Serkaria Mirasidium

Sporokista

Redia II Redia I
Inang definitif adalah manusia.
Inang definitif yang jadi reservoir infeksi adalah
babi atau anjing
Inang antara: siput genus Segmentina, tempat
terbentuk sporokista redia I redia anak
(redia II).
Serkaria keluar dari siput menjadi metaserkaria
setelah menempel pada tumbuhan air (Salvinia,
Eichornia, Pistia, dll).
Tumbuhan air (Salvinia) dan
Siput Segmentina sp.

Ada kemungkinan serkaria menjadi metaserkaria


selain di tumbuhan air, juga di dalam air setelah
keluar dari siput, inang antaranya.
Kejadian Infeksi
Infeksi terjadi, umumnya pada anak-anak,
setelah memakan tumbuhan air yang
mengandung metaserkaria F. buski, atau
karena meminum air mentah asal habitat
siput Segmentina sp.
Sebaran Penyakit
Penyakit Fasciolopsiasis buski di Indonesia
terdapat di wilayah puskesmas Babirik,
Kalimantan Selatan.
Wilayah fokus lainnya ada di negara-negara
lain di Asia Tenggara. Juga ada di Cina,
Taiwan, India, Bangladesh dan Vietnam.
Kasus pertama ditemukan oleh Dr Buski
pada pelaut dari India yang meninggal di
London.
Sebaran F. buski di Indonesia
Wilayah Babirik di Kalsel
Gambaran Penyakit
Kebanyakan penderita tanpa keluhan dan
gejala.
Adanya keluhan dan gejala mungkin karena:
a) Trauma mekanis pada usus
b) Obstruksi usus karena infeksi berat
c) Intoksikasi asal metabolit cacing yang
begitu banyak
d) Reaksi alergi terhadap racun dan antigen
asal cacing
Keluhan dan gejala meliputi:
a) Nyeri perut
b) Diare berselang-seling dengan
konstipasi
c) Demam ringan
d) Tumbuh kembang terhambat
e) Odema umum (oedema anasarca)
f) Oedema fasial dan ascites adalah yang
umum pada pasien yang positif telur F.
buski
Pasien yang meninggal menunjukkan gejala
malnutrisi, obstruksii usus atau keduanya
Diagnosis dan Terapi
Diagnosis dari riwayat penyakit, keluhan dan
gejala klinis.
Juga hasil pemeriksaan tinja yang positif
untuk telur F. buski, atau ditemukan
cacing dewasanya setelah penderita
minum obat pencahar.
Untuk yang pasti, diterapi dengan obat
cacing praziquantel.
Perawatan
1. Pengawasan kepatuhan minum obat.
2. Pemberian terapi gizi untuk perbaikan
malnutrisinya.
3. Perbaikan kondisi umum
4. Pemberitahuan cara-cara pencegahan
selanjutnya
Trematoda

Fardhiasih Dwi A,SKM,MSc.


Trematoda
pipih seperti daun, kecuali golongan
schistosoma
Memiliki dua buah alat hisap oral sucker
Hermaprodit
Tidak mempunyai rongga tubuh
System pencernakan, system sekresi dan
system saraf: sederhana
Menurut lokasi parasitnya cacing
trematoda
Trematoda pembuluh darah: Schistosoma
haematobium, S. mansoni, S. japonicum
Trematoda paru: Paragonimus westermani
Trematoda usus: Fasciolopsis buski,
Echinostoma revolutum, E. ilocanum
Trematoda hati: Clonorchis sinensis, Fasciola
hepatica, F. gigantica.
Faciola hepatika
ukuran 30x13 mm
cephalic cone: + (jelas)
penghisap oral ventral
coecum bercabang-cabang
testis 2 buah di pertengahan badan susunan
tandem (muka belakang), bercabang-cabang
ovarium bercabang-cabang di anterior lateral
testis
kelenjar vitelina bercabang-cabang di bagian
lateral posterior
Siklus hidup
Hospes devinitif: manusia, hewan carnivora
(kambing , sapi, biri biri)
Hospes antara I: keong limnea truncatula
Hospes antara II: tanaman air
Habitat : saluran empedu (ductus biliverdus)
Bentuk infektif: metasercaria
Cara infeksi: makan tanaman air mengandung
metacercaria
Keong limnea
truncatula
In the chronic phase of fascioliasis adults in the large
biliary ducts cause liver inflammation and obstruction
of the biliary fluid.
During the migration of the larvae (this acute phase of
the disease lasts many weeks) symptoms include:
diarrhea
eosinophilia (high number of white blood cells)
fever
nausea
stomach ache
vomiting.
Faciola gigantica
ukuran 30x13 mm (sama F.hepatica)
cephalic cone lebih pendek
penghisap oral ventral
coecum bercabang-cabang
testis 2 buah di pertengahan badan susunan
tandem (muka belakang), bercabang-cabang
ovarium bercabang-cabang di anterior lateral
testis
kelenjar vitelina bercabang di bagian posterior.
Siklus hidup
Bentuk dewasa dapat menghasilkan telur 25000 telur /hari
miracidium masuk ke dalam tubuh keong cercaria,
cercaria keluar dari tubuh keong mencari tanaman air
berubah menjadi metacercaria.
Manusia terinfeksi jika makan tanaman air yang
mengandung metasercaria
Metacercaria keluar darikista di small intestine, duodenum.
Penetrasi di dinding intestinal menuju peritoneal cavity
menuju hati menjadi dewasa di ductus biliverdus/ saluran
empedu
Perkembangan dari metasercaria ke dewasa membutuhkan
waktu kurang lebih tiga bulan
Ukuran dewasa panjang 3 cm long lebar 1 cm
Faciola sp (telur)
bentuk lonjong
operkulum kecil
berisi sel-sel
berkelompok
Gejala klinis : Hepatomegali
Diagnosis : px feses menemukan telur
Pencegahan :
Mengobati sumber infeksi
Memperbaiki lingkungan (tidak BAB di air)
Memasak tanaman air sebelum dimakan
Mengurangi populasi keong
Paragonimus Westermani - Lung Fluke
eastern, southwestern, and southeast Asia;
(including China, the Philippines, Japan, Vietnam,
South Korea, Taiwan, and Thailand).
P. africanus is found in Africa
P. mexicanus in Central and South Americ.
Manusia terinfeksi/ paragonimiasis dengan cara
makan kepiting crabs atau crayfish yang
mengandung metacercariae yang tidak dimasak
dengan benar.
Infeksi pada hewan : anjing, babi, kucing
Cacing dewasa
panjangnya 7,5-12 mm dan lebar 4-6 mm
berwarna merah kecoklatan.
Hidup di paru yang diselaputi oleh jaringan
ikat
Hospes antara 1:
Keong Thieridae
Hospes antara 2:
kepiting dan udang
Telur Paragonimus Westermani
80 m to 118 m x 48 m to 60 m

Mempunyai
operculum
Gejala
Diare dan sakit perut
Demam
Nyeri dada
Kelelahan
Batuk kering batuk berdahak
Diagnosis dan pencegahan
Diagnosis menemukan telur pada sputum atau
faeces
Pencegahan memasak kepiting dan udang
dengan benar

Anda mungkin juga menyukai