Anda di halaman 1dari 18

MATURASI AKTIVASI

SEL B & SEL T


Kelompok 4
Asri Afiaturrahma
Anugrah Gusti P
Susilawati
Tri Wahyuni
DEFINISI

SEL
Unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan secara biologis

HEMATOPOIESIS
Proses pembentukan sel darah dimana terjadi proses proliferasi, maturasi,
dan diferensiasi.

Proliferasi : peningkatan/pelipatgandaan jumlah sel


Maturasi : proses pematangan sel darah
Diferensiasi : menyebabkan beberapa sel darah yang terbentuk
memiliki sifat khusus yang berbeda-beda.
DEFINISI

SEL B
Limfosit yang berperan dalam imunitas hormonal dengan membentuk
antibodi

SEL T
Limfosit yang berperan dalam imunitas seluler menghancurkan sel sel
tubuh yang terinfeksi patogen

AKTIVASI SEL
Proses pengaktifan sel dengan ditandai dengan pemberian respon
PERBEDAAN SEL B DAN T
Semua sel T memiliki raseptor yang diperlukan untuk aktivitas dan juga
sebagai pertanda. Sel B menggunakan antibodi sebagai reseptor antigen.
MATURASI LIMFOSIT B

Prekursor sel B berkembang menjadi sel B immature di dalam sumsum


tulang

terjadi proliferasi dan deferensiasi yang ditandai dengan pembentukan BCR


atau BCR somatic gen rearrangement, yaitu pembentukan reseptor yang
dipresentasikan pada permukaan membrane.

Setelah terbentuk IgM dalam tahap immature dalam sumsum tulang, sel B
immature bermigrasi ke limpa atau disebut dengan sel B transisional

mengalami deferensiasi menjadi limfosit B mature.


Pengembangan sel B terjadi melalui beberapa tahapan, setiap tahap
mewakili perubahan genom pada lokus antibodi.

Antibodi ini terdiri dari dua rantai identik Light (L)atau light chain dan
dua rantai identik heavy (H) atau heavy chain, dan gen-gen ditemukan di
daerah 'V' (Variable) dan daerah 'C' (Constant) .

Dalam heavy chain, daerah 'V' memiliki tiga segmen; V, D dan J, yang
dikombinasikan secara acak, dalam proses yang disebut rekombinasi VDJ,
untuk menghasilkan sebuah variabel unik imunoglobulin domain di
masing-masing sel B.
Sebagian besar sel B immature mati serta sisanya terus berdeferensiasi

terjadi seleksi negative yaitu bila reseptor mengenali self antigen atau self
reactive cell

sel B immatur akan mati, bila tidak mengenali, maka akan tetap hidup.

Sel B mature/nave melewati dinding venule postkapilar mencapai sirkulasi


sistemik dan menempati organ limfoid perifer.

Seleksi positif bila sel B mampu masuk ke organ sekunder tersebut.


Ketika sel B mengalami kegagalan dalam setiap langkah dari
proses maturasi, sel B akan mati melalui mekanisme apoptosis,
dalam hal ini disebut clonal deletion.

Jika telah mengenali self-Antigen selama proses maturasi, sel B


akan mengalami apoptosis ( seleksi negatif).

Setelah teraktivasi, sel B akan terbentuk menjadi sel B memori


sebagai bagian dari sistem imun adaptif.
MATURASI LIMPOSIT T

Perkembangan T cell precursor dimulai di dalam sumsum tulang.


T cell precursor bermigrasi ke dalam organ Thymus
proses maturasi terjadi. Di dalam Thymus bagian subkapsular,
T cell precursor menjadi timosit imature dan terjadi diferensiasi dan
proliferasi dengan proses pembentukan gen TCR (T cell Receptor), CD8+
dan CD4+ dan diekpresikan (Double Positif Tymocyte),
sebagian besar timosit imature mati dan sisanya terus berdeferensiasi.
Pada daerah cortex di sel-sel epitel ( Thymic Epithelial cell) terjadi proses
seleksi positif.
Seleksi positif terjadi dengan cara reseptor tersebut mengenali MHC yang
dipresentasikan oleh APC.
Apabila MHC class I dikenali oleh CD8+ dan MHC class II
dikenali oleh CD4+ kemudian menempel pada TCR maka
timosit imature tetap hidup

bila tidak mengenali APC tersebut maka akan mati atau


mengalami apaptosis kemudian difagosit oleh makrofag
Selanjutnya dilakukan seleksi negative, yaitu, timosite imature
diuji dengan self antigen atau antigen tubuh sendiri ---> Bila
mengenali atau pengenalan self reactive cell maka timosit
imature akan mati. Timosite mature/nave melewati dinding
venule postkapilar mencapai sirkulasi sistemik dan menempati
organ limfoid perifer.
FUNGSI SEL T

Berperan pada inflamasi

aktivitas makrofag

dalam fagositosis

aktivitas dan poliferasi sel B dalam produksi antibodi

berperan dalam pengenalan dan penghancuran sel yang


terinfeksi Virus.
PERAN SEL

Sel Tdth berperan untuk mengerahkan makrofag dan sel inflamasi


lainnya ke tempat terjadinya reaksi hipersensitifitas tipe lambat.

Atas pengaruh sitokon IL-4, IL-5, IL-10, IL-13 yang dilepas sel mast
yang terpajan dengan antigen atau cacing, Th0 berkembang menjadi
sel Th2 yang merangsang sel B untuk meningkatkan produksi
antigen.

Kebanyakan sel Th adalah CD4 yang mengenal antigen yang


dipresentasikan di permukaan sel APC yang berhubungan dengan
molekul MHC-II.
PENGENALAN TCR TERHADAP
ANTIGEN

Timosite mature/nave sel T dapat mengenal antigen yang dipresentasikan


oleh APC.

Sel Th memberikan respon terhadap antigen dengan menghasilkan sitokin.

Sel Tc memberikan respon terhadap antigen yang berkembang menjadi sel


CTL yang dapat memusnahkan sel sendiri.

Aktivasi sel T membutuhkan sinyal yang direspon oleh reseptor TCR,


adanya molekul stimulatori, dan sitokin.
Reseptor sel T hanya mengenal dan akan mengikat fragmen yang
berhubungan dengan MHC.

Sel T CD4+ yang berdiferensiasi menjadi Th2, mensekresikan IL-4 dan IL-
5.

IL-4 merangsang sel B untuk memproduksi IgE yang berikatan dengan sel
mast.

IL-5 mengaktifkan eosinofil sebagai respon terhadap patogen yang berupa


cacing.

Sitokin yang dihasilkan oleh Th2 menghambat aktivasi makrofag dan reaksi
Th1.
Sel CD4+ berdiferensiasi menjadi sel efektor Th1 yang yang
meningkatkan imunitas selular fagosit berupagmensekresikan IFN-
makrofag.

IFN Makrofag berfungsi dalam prosesgMakrofag yang diaktifkan oleh


IFN- inflamasi dan memperbaiki jaringan yang rusak.

Fungsi sel Th1 adalah pertahanan terhadap infeksi mikroba intraseluler


yang mengaktifkan sel efektor. Kerjasama antara sel T dan fagosit
merupakan kerja antarsel nonspesifik yang terjadi melalui sitokin.
DAFTARPUSTAKA

Baratawidjaja, K.G, Iris G. 2009. Imunologi Dasar. Edisi ke-8. FK UI. Jakarta

Murphy, Travers, Walport. 2008. Janeways Immunobiology.7th Ed. Garland


Sciene.

Baratawidjaja, K.G, Iris G. 2009. Imunologi Dasar. Edisi ke-6. FK UI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai