Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

Major Histocompatibility Complex (MHC) adalah sekumpulan gen yang ditemukan


pada semua jenis vertebrata. Gen tersebut terdiri dari 4 juta bp yang terdapat di kromosom
nomor 6 manusia. Pertama kali terungkap pada pertengahan tahun 1950, ketika dalam serum
penderita yang telah berulang kali mendapat transfusi darah dijumpai antibodi yang dapat
menggumpalkan leukosit. Antibodi yang sama ternyata juga dijumpai pada 20-30% wanita
multipara. Pada penelitian-penelitian selanjutnya dapat diketahui bahwa antibodi tersebut dapat
bereaksi dengan sel yang berasal dari berbagai individu, sehingga diduga bahwa antigen tersebut
merupakan alloantigen. Pengetahuan mengenai antigen ini bertambah ketika diketahui bahwa
antigen ini dapat menyebabkan reaksi penolakan jaringan transplantasi, sehingga dianggap
antigen transplantasi. Antigen transplantasi ternyata terdiri atas glikoprotein yang terdapat pada
permukaan hampir semua jenis sel berinti, dan ekspresinya pada permukaan sel ditentukan oleh
bagian kromosom tertentu yang terdiri atas serangkaian gen. Bagian kromosom ini disebut Major
Histocompatibily Complex (MHC), yang selain mengandung gen yang mengatur ekspresi
antigen transplantasi ternyata juga mengandung gen yang mengatur respon imun dan
menentukan kepekaan terhadap kelainan-kelainan imunologik. Hingga sekarang telah diketahui
bahwa MHC sedikitnya terdiri atas 200 gen. Sistem MHC yang telah banyak diteliti dan
diketahui perannya adalah MHC pada tikus yang disebut sistem H-2 dan pada manusia disebut
sistem HLA (Human Leukocyte Antigen). Beberapa ciri penting dari gen MHC dan produknya
diperoleh dari analisis genetika dan biokimiawi pada mencit dan manusia. Beberapa ciri penting
adalah:
1. Kedua jenis gen MHC polimorfik, yaitu MHC kelas I dan MHC kelas II, menyandi 2
kelompok protein yang berbeda secara struktural tetapi homolog.
2. Gen MHC merupakan gen paling polimorfik diantara gen-gen yang ada.
3. Gen MHC secara ko-dominan diekspresikan pada setiap individu.
Disamping

perannya

untuk

mempresentasikan

antigen,

berbagai

penelitian

membuktikan bahwa MHC juga berperan dalam meneruskan sinyal yang menyebabkan
fosforilasi intraselular dan mengatur survival dan proliferasi sel.

Sifat molekul MHC secara umum dapat dirangkum sebagai berikut:


1. Setiap molekul MHC terdiri atas lekuk pengikat antigen-peptida ekstraseluler.
2. Residu asam amino polimorfik terletak pada dan bersebelahan dengan lekuk pengikat peptide.
3. Domain molekul MHC non-polimorfik yang menyerupai immunoglobulin mengandung situs
untuk mengingikat CD4 dan CD8 pada sel T.

Gambar 1. MHC kelas I dan II secara skematis

Gambar 2. Interaksi antara MHC kelas I dengan CD8+ dan MHC kelas II dengan CD4+

BAB II
MAJOR HISTOCOMPATIBILITY COMPLEX (MHC) KELAS I

2.1 Nomenklatur dan Organisasi Gen MHC Kelas I


Protein MHC kelas I ditemukan pada semua permukaan sel berinti. Protein ini
bertugas mempresentasikan antigen peptida ke sel T sitotoksik (Tc) yang secara langsung
akan menghancurkan sel yang mengandung antigen asing tersebut. Semua molekul MHC
kelas I tediri dari dua rantai polipeptida yang terpisah, yaitu rantai atau H-chain yang
disandi oleh gen MHC dan rantai yang tidak disandi oleh gen MHC tetapi disandi oleh gen
diluar gen MHC. Rantai terdiri atas polipeptida sebesar 40 kD dan mengandung satu
oligosakharida yang dihubungkan dengan N. Setiap rantai ditempatkan demikian rupa
hingga bagiannya berada ekstraseluler, sebuah segmen pendek menembus membrane dan
residu karboksiterminal yang terdiri atas 30 asam amino berada dalam sitoplasma. Rantai
berinteraksi secara non-kovalen dengan rantai yang berada ekstraseluler dan tidak
mempunyai kontak dengan membrane sel. Polipeptida yang menyusun rantai identik
dengan 2 mikroglobulin, karena itu rantai MHC kelas I sering disebut 2 mikroglobulin.
Berdasarkan sekuen asam amino molekul MHC kelas I, molekul ini dibagi dalam 4
domain, yaitu domain ekstraseluler N terminal yang berfungsi mengikat antigen/peptida,
domain ekstraseluler yang menyerupai immunoglobulin, domain transmembran dan domain
sitoplasmik. Bagian molekul MHC yang mengikat antigen terdiri atas segmen 1 dan 2,
sedangkan segmen 3 dan rantai membentuk segmen yang menyerupai immunoglobulin
yang disebut 2-mikroglobulin. Molekul MHC kelas I yang lengkap merupakan heterotrimer
yang terdiri atas rantai , 2 mikroglobulin dan peptide antigen yang terikat. Untuk ekspresi
stabil molekul MHC kelas I pada permukaan sel diperlukan keberadaan ketiga komponen
heterotrimer tersebut. Alasannya adalah bahwa interaksi antara rantai dan 2-mikroglobulin
distabilkan oleh pengikatan antigen peptide ada lekukan yang dibentuk oleh segmen 1 dan
2, dan sebaliknya pengikatan peptide diperkuat oleh interaksi 2 mikroglobulin dengan
rantai .
Mekanisme terjadinya polimorfisme molekul MHC kelas I masih diperdebatkan.
Point mutations secara random berperan dalam menghasilkan produk alel dan berbagai alel

MHC kelas I dan II menunjukan perbedaan dalam multiple residue, tidak seperti halnya
protein alel lain yang hanya berbeda dalam residu tunggal. Mekanisme lain yang diduga
berperan dalam menghasilkan polimorfisme adalah gene conversion atau copy substitution
dan rekombinasi.
Tabel 1. Gambaran Major Histocompatibility Complex (MHC) Kelas I
Unsur

MHC kelas I

Rantai Polipeptida

(44-47 kD)
2-mikroglobulin (12 kD)

Lokasi residu polimorfik

Domain 1 dan 2

Situs pengikatan untuk ko-reseptor sel T

Region 3 mengikat CD8

Besar cleft pengikatan peptida

Mengakomodasikan 8-11 residu peptida

Nomenklatur pada manusia

HLA-A, HLA-B, HLA-C

Nomenklatur pada mencit

H-2K, H-2D, H-2L

Keterangan: CD = cluster of differentiation; H-2K, H-2D = gen diidentifikasi sebagai


determinan penolakan jaringan pada mencit; HLA = human leukocyte antigen; MHC =
major hostocompatibility complex.
Hingga saat ini telah diketahui 23 alel yang berbeda satu dengan yang lain pada lokus
HLA-A, dan sedikitnya 47 alel yang berlainan pada lokus HLA-B. Setiap alel menetukan
produk mana yang dibentuk; produk HLA-A, -B, -C, -D, -DR, dan DP adalah molekulmolekul pada permukaan sel yang membawakan ciri antigen. Baik alel maupun produknya
disebut dengan istilah yang sama. Antigen HLA yang merupakan produk alel tunggal disebut
antigen privat (private antigen). Antigen umum (public antigen) adalah antigen yang
merupakan produk beberapa molekul HLA, tetapi masing-masing memiliki antigen privat
yang berbeda. Contoh: antigen HLA umum adalah HLA-Bw4 dan HLA-Bw6. Kadangkadang antigen HLA yang semula diduga merupakan antigen privat, ternyata kemudian
tediri atas 2-3 jenis antigen HLA yang mempunyai sifat yang hampir sama, tetapi masingmasing mempunyai spesifitas yang lebih sempit. Antigen ini disebut split atau anak antigen
yang mempunyai spesifitas yang lebih luas. Dalam menyebutkan nama antigen anak, nama
itu diikuti dengan nomer antigen dari mana ia berasal, misalnya HLA-A25 dan HLA-A26

menyatakan bahwa HLA-A25 dan HLA-A26 anak dari HLA-A10, dengan demikian dapat
diartikan bahwa HLA-A10 adalah antigen umum yang membawa ciri antigen privat HLAA25 dan HLA-A26. Kombinasi alel pada setiap lokus kromosom tunggal biasanya
diturunkan sebagai satu unit, dan ini disebut haplotip. Setiap individu memiliki haplotip
sesuai dengan kromosom yang diturunkan oleh orang tuanya, masing-masing satu haplotip
dari ibu dan satu haplotip dari ayah. Sesuai dengan hokum Mendel, maka HLA pada 2 orang
bersaudara menunjukan kemungkinan 25% identik (kedua haplotipnya sama), 50% semi
identik (hanya satu haplotip sama) dan 25% non identik (tidak ada haplotip yang sama).

2.2 Distribusi MHC Kelas I


Berdasarkan distribusinya dalam jaringan dan struktur molekul, antigen MHC pada
manusia dibagi dalam 2 kelas utama, yaitu: antigen MHC kelas I dan MHC kelas II, selain
itu masih ada kelompok lain yang disebut antigen kelas III. Antigen MHC kelas I mencakup
HLA-A, HLA-B dan HLA-C. Antigen MHC kelas I terdapat pada hampir semua sel berinti
dengan jumlah bervariasi. Eritrosit dan spermatozoa hanya memiliki sedikit sekali antigen
kelas I pada permukaanya, sedangkan permukaan sel-sel trofoblast plasenta pada manusia
tidak menampilkan HLA-A, B maupun C. Walaupun demikian, antibody terhadap HLA-A,
B dan C sering dijumpai dalam serum wanita yang telah melahirkan berulang kali
(multipara). Agaknya sensitisasi pada wanita ini terjadi pada saat persalinan yang
memungkinkan antigen HLA bayi memasuki sirkulasi darah ibu. Antibodi terhadap HLA
juga sering dijumpai pada mereka yang pernah mendapat transfuse berulang kali atau
mereka yang pernah mendapat transplatasi organ.

2.3 Pengaturan Ekspresi Molekul MHC Kelas I


Ekspresi molekul MHC pada jenis sel yang berbeda-beda menentukan apakah
limfosit T dapat berinteraksi dengan antigen asing yang terdapat dalam sel bersangkutan. Sel
T sitotoksik CD8+ dapat mengenali antigen, misalnya peptide virus, bila peptide virus
tersebut terikat pada molekul MHC kelas I.
Ekpresi molekul MHC kelas I diatur oleh diferensiasi spesifik sel atau jaringan dan
oleh rangsangan imun ekstraseluler dan inflamasi. Ada 4 pola ekspresi molekul MHC kelas
I, yaitu :
10

1. Ekspresi terus menerus MHC kelas I, secara umum diekspresikan pada hampir semua sel
berinti.
2. Ekspresi molekul MHC kelas I pada permukaan sel ditentukan oleh kecepatan transkripsi.
Mungkin ada regulasi pasca transkripsi, tetapi efeknya kecil.
3. Transkripsi dan ekspresi berbagai jenis gen dan molekul MHC kelas I diatur secara
terkoordinasi. Pada banyak sel, 2 mikroglobulin diatur secara terkoordinasi dengan
rantai MHC kelas I, walaupun gen 2 mikroglobulin tidak terletak pada lokus MHC.
Namun demikian, transkripsi molekul MHC kelas I dapat diatur dalam satu sel secara
independen.
4. Sitokin merupakan modulator utama kecepatan transkripsi gen MHC kelas I dalam
banyak jenis sel. Hal ini merupakan mekanisme amplifikasi respons imun sel T yang
penting karena sebagian besar sitokin yang meningkatkan ekspresi MHC disekresi oleh
sel T, dan MHC merupakan komponen dari ligand yang dikenal dan direspons oleh sel T.
Pada sebagian besar jenis sel INF-, dan meningkatkan ekspresi MHC kelas I.
TNF dan LT juga dapat meningkatkan ekspresi MHC kelas I. Efek sitokin ini diperantarai
oleh peningkatan transkripsi gen sebagai akibat pengikatan faktor transkripsi pada sekuen
DNA gen MHC kelas I yang berfungsi sebagai regulator.

2.4 Fungsi MHC Kelas I


MHC kelas I merupakan antigen utama yang berperan pada proses penolakan
jaringan transplantasi dan sitolisis sel yang terinfeksi virus; antigen inilah yang berperan
sebagai antigen sasaran yang dikenal oleh limfosit T sitotoksik (CD8+). Baik antigen privat
maupun antigen umum dapat dikenal oleh limfosit ini. Sel yang terinfeksi oleh virus hanya
dapat dikenali oleh sel CD8+ jika antigen virus ditampilkan pada permukaan sel bersamasama dengan MHC kelas I. Dengan demikian, sel T sitotoksik hanya akan membunuh sel
sasaran yang terinfeksi oleh virus yang pernah mengaktivasinya apabila sel sasaran
mempunyai MHC kelas I yang sesuai. Sel T sitotoksik tidak akan membunuh sel sasaran
yang menampilkan antigen virus yang relevan tetapi berbeda MHC, sebaliknya sel sasaran
dengan MHC kelas I yang sesuai tidak akan dibunuh oleh sel sitotoksik bila yang
ditampilkan adalah antigen virus yang lain. Dengan demikian MHC kelas I berfungsi
sebagai molekul sasaran.

11

BAB III
KESIMPULAN

Major Histocompatibility Complex (MHC) adalah sekumpulan gen yang ditemukan pada
semua jenis vertebrata. Berdasarkan distribusinya dalam jaringan dan struktur molekul, antigen
MHC pada manusia dibagi dalam 2 kelas utama, yaitu: antigen MHC kelas I dan MHC kelas II.
Protein MHC kelas I ditemukan pada semua permukaan sel berinti. Protein ini bertugas
mempresentasikan antigen peptida ke sel T sitotoksik (Tc). Sel T sitotoksik CD8+ dapat
mengenali antigen, misalnya peptide virus, bila peptide virus tersebut terikat pada molekul MHC
kelas I. MHC kelas I merupakan antigen utama yang berperan pada proses penolakan jaringan
transplantasi dan sitolisis sel yang terinfeksi virus; antigen inilah yang berperan sebagai antigen
sasaran yang dikenal oleh limfosit T sitotoksik (CD8+).

12

DAFTAR PUSTAKA

Szczepanski T. Willemse MJ, Bronkhof B, von Wering ER, van der Burg M, van Dongen JM.
Comparative analysis of Ig and TCR gene rearrangement at diagnosis and at relapse of
childhood precursor-B-ALL provides improved strategic for detectionof stable PCR targets
for monitoring of minimal residual disease. Blood 2002; 99(7): 2315-23
Emery P. RNase protection assay. Methods Mol Biol 2007; 362: 343-48
Weissensteiner T, Griffin HG, Griffin AM. PCR technology: Current innovations. 2 nd ed. Boca
Roton. Florida, CRC Press 2003
Boedina Kresno Siti. Imunologi: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Edisi kelima, cetakan
ke-1: 2010. Badan Penerbit FKUI. Jakarta, 2010
David S. Wilkes, William J. Burlingham. 2004. Immunobiology of organ transplantation.
Springer. ISBN 978-0-306-48328-8.
Pandjassarame Kangueane. 2009. Bioinformation Discovery: Data to Knowledge in Biology.
Springer. ISBN 978-1-4419-0518-5.

13

Anda mungkin juga menyukai