Anda di halaman 1dari 6

2.7.

1 Taeniasis20
Definisi
Taeniasis atau penyakit cacing pita ialah infeksi pada manusia oleh cacing pita
dewasa yang tergolong dalam genus taenia.Terbagi 2 jenis yaitu,taeniasis oleh karena
infeksi taenia solium (cacing pita babi,pork tapeworm), dan taeniasis oleh karena infeksi
taenia saginata (cacing pita sapi atau beef tapeworm).Akhir-akhir ini ditemukan spesies
baru yang berhubungan erat (sister species) dengan taenia saginata,disebut dengan taenia
asaiatica.Pada manusia bentuk larva taenia solium dapat menimbulkan infeksi yang
dikenal sebagai sistiserkosis.Apabila sistiserkosis mengenai jaringan otak maka disebut
sebagai neurosistiserkosis (NCC).20
Epidemiologi
Taeniasis tersebar diseluruh dunia.Daerah endemik berat dilaporkan diafrika
sebelah selatan,gurun sahara,bagian timur mediterania,dan sebagian uni
sofyet.Sedangkan india,asia selatan,jepang,Filipina, dan amerika latin tergolong daerah
endemic sedang.Pravelensi infeksi T.saginata lebih tinggi dibandingkan dengan
T.solium.Pravelensi terutama tinggi di daerah pedesaan.Sekitar 50 juta pasien taeniasis
dijumpai diseluruh dunia.Sekitar 50.000 pasien meninggal karena neurosistiserkosis.
Taeniasis karena T.saginata dijumpai dengan prevalensi tinggi > 10% di Asia
tengah,Timur Tengah, Afrika Tengah dan Timur.Sedangkan daerah dengan prevalensi
rendah < 1 % adalah Asia Tenggara, Eropa dan Amerika Tengah serta Selatan.T.Solium
endemic di Amerika Tengah dan Selatan, Asia Tenggara,India, Filipina, Afrika, Eropa
Timur, dan Cina.20

Di Indonesia infeksi T.Saginata pertama kali dilaporkan di Malang oleh Luchtman


pada tahun 1867 dan infeksiT.Solium ditemukan pertama kali di Kalimantan Barat oleh
Bonne pada tahun 1940.Di Indonesia,taeniasis dilaporkan dari daerah Bali,Sumatera
Utara,Sulawesi Utara,Nusa Tenggara Timur,Irian Jaya,dan lokasi transmigrasi asal bali
seperti di Sulawesi Tengah dan Lampung.Bali merupakan suatu daerah endemik dengan
prevalensi 0,5-9,4 %. Bakta melaporkan suatu daerah hiperendemik di bali dengan
prevalensi 23%. Di pulau samosir prevalensi berkisar sekitar 9,5% juga dijumpai daerah
hiperendemik dengan 21 %.Prevalensi taeniasis di Irian jaya dilaporkan sekitar 8% dan di
Timor sekitar 7%.20

Etiopatomekanisme
Untuk kelangsungan hidupnya cacing Taenia spp. memerlukan 2 induk semang
yaitu induk semang definitif (manusia) dan induk semang perantara (sapi untuk T.
saginata dan babi untuk T. solium). T. saginata tidak secara langsung ditularkan dari
manusia ke manusia, akan tetapi untuk T. solium dimungkinkan bisa ditularkan secara
langsung antar manusia yaitu melalui telur dalam tinja manusia yang terinfeksi langsung
ke mulut penderita sendiri atau orang lain. Di dalam usus manusia yang menderita
Taeniasis (T. saginata) terdapat proglotid yang sudah masak (mengandung embrio).
Apabila telur tersebut keluar bersama feses dan termakan oleh sapi, maka di dalam usus
sapi akan tumbuh dan berkembang menjadi onkoster (telur yang mengandung larva).
Larva onkoster menembus usus dan masuk ke dalam pembuluh darah atau pembuluh
limpa, kemudian sampai ke otot/daging dan membentuk kista yang disebut C. bovis
(larva cacing T. saginata). Kista akan membesar dan membentuk gelembung yang
disebut sistiserkus.20

Manusia akan tertular cacing ini apabila memakan daging sapi mentah atau
setengah matang. Dinding sistiserkus akan dicerna di lambung sedangkan larva dengan
skoleks menempel pada usus manusia. Kemudian larva akan tumbuh menjadi cacing
dewasa yang tubuhnya bersegmen disebut proglotid yang dapat menghasilkan telur.
Bila proglotid masak akan keluar bersama feses, kemudian termakan oleh sapi.20

Selanjutnya, telur yang berisi embrio tadi dalam usus sapi akan menetas
menjadi larva onkoster. Setelah itu larva akan tumbuh dan berkembang mengikuti siklus
hidup seperti di atas. Siklus hidup T. solium pada dasarnya sama dengan siklus hidup T.
saginata, akan tetapi induk semang perantaranya adalah babi dan manusia akan
terinfeksi apabila memakan daging babi yang mengandung kista dan kurang
matang/tidak sempurna memasaknya atau tertelan telur cacing. T. saginata menjadi
dewasa dalam waktu10 – 12 minggu dan T. solium dewasa dalam waktu 5-12 minggu.
Telur T. solium dapat bertahan hidup di lingkungan (tidak tergantung suhu dan
kelembaban) sampai beberapa minggu bahkan bisa bertahan sampai beberapa bulan.
Proglotid T. saginata biasanya lebih aktif (motile) daripada T. solium, dan bisa bergerak
keluar dari feses menuju ke rumput. Telur T. saginata dapat bertahan hidup dalam air
dan atau pada rumput selama beberapa minggu/bulan. Pada hewan, Taeniasis
disebabkan oleh T. ovis, T. taeniaeformis, T. hydatigena, T. multiceps, T. serialis dan T.
brauni. Ini terjadi karena hewan memakan daging dari induk semang perantara
termasuk ruminansia, kelinci dan tikus. Pada sapi (C. bovis) mulai mati dalam waktu
beberapa minggu, dan setelah 9 bulan akan mengalami kalsifikasi. Sedangkan,
sistiserkus dari spesies lain bisa bertahan hidup sampai beberapa tahun. T. solium pada
babi, sistiserkus bisa ditemukan pada jaringan/otot jantung, hati dan otak. Pada babi,
sistiserkus juga bisa ditemukan pada daging bagian leher, bahu, lidah, jantung dan otak .
Pada manusia, sistiserkus ini sering ditemukan di jaringan bawah kulit, otot skeletal,
mata dan otak.20

Pada kasus yang serius disebabkan oleh adanya sistiserkus pada jaringan otak
bisa menyebabkan neurocysticercosis dan bisa menyebabkan kejang-kejang pada
manusia. Sistiserkus T. saginata pada sapi dan sistiserkus T. ovis pada kambing
ditemukan pada jaringan otot (muscles). Sistiserkus T. asiatica dan sistiserkus T.
taeniaeformis biasanya ditemukan pada hati, sedangkan sistiserkus T. hydatigena
ditemukan dalam peritoneum.20

Manifestasi Klinis
Gejala klinis Taeniasis sangat bervariasi dan tidak patognomonik, sebagian besar
karier bersifat asimtomatik,hanya mengetahui dirinya mnederita infeksi setelah
keluarnya proglotid dalam tinja. Pada pasien pasien timbul keluhan gastrointestinal
ringan seperti nausea atau nyeri perut. Berdasarkan analisis 3110 kasus, Pawloski dan
Schultz mendapatkan urutan gejala sebagai berikut: keluarnya proglotid dalam tinja,
rasa tidak enak pada lambung, mual, badan lemah, berat badan menurun, nafsu makan
meningkat, sakit kepala, konstipasi, pusing, diare, dan pruritus ani.20
Diagnosis

Diagnosa Taeniasis solium

Diagnosa Taeniasis soliumDiagnosis pasti Taeniasis solium ditegakkan jika


ditemukan cacing dewasa (segmen atau skoleks yang khas bentuknya) pada tinja
penderita atau pada pemeriksaan daerah perianal. Namun, telur dan proglotid tidak
akan ditemukan pada feses selama 2-3 bulan setelah cacing dewasa mencapai bagian
atas jejunum. Pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa 3 sampel yang disarankan
untuk dikumpulkan pada hari yang berbeda, Telur cacing yang ditemukan tidak dapat
dibedakan dengan Echinococcus .penentuan mungkin dapat dilakukan apabila
ditemukan proglotid yang matang atau gravid dengan menghitung percabangan uterus
Cara lain untuk mendiagnosa taeniasis adalah dengan menemukan proglotid atau telur
dalam feses. Telur juga dapat ditemukan denganmenggunakan pita adhesif yang
ditempelkan pada daerah sekitar anus20

Diagnosis pasti Taeniasis solium ditegakkan jika ditemukan cacing dewasa


(segmen atau skoleks yang khas bentuknya) pada tinja penderita atau pada pemeriksaan
daerah perianal. Namun, telur dan proglotid tidak akan ditemukan pada feses selama 2-
3 bulan setelah cacing dewasa mencapai bagian atas jejunum. Pemeriksaan dilakukan
dengan memeriksa 3 sampel yang disarankan untuk dikumpulkan pada hari yang
berbeda Telur cacing yang ditemukan tidak dapat dibedakan dengan Echinococcus
penentuan mungkin dapat dilakukan apabila ditemukan proglotid yang matang atau
gravid dengan menghitung percabangan uterus .Cara lain untuk mendiagnosa taeniasis
adalah dengan menemukan proglotid atau telur dalam feses. Telur juga dapat
ditemukan denganmenggunakan pita adhesif yang ditempelkan pada daerah sekitar
anus.20

Adapun pemeriksaan coproantigen dan molekuler yang mempunyai sensitivitas


yang lebih tinggi daripada pemeriksaan feses. Namun, pemeriksaan ini belum tersedia
pada luar laboratorium penelitian. Metode serologis juga hanya tersedia pada
lingkungan penelitian. Dengan metode serologis seperti ELISA dan PCR, dapat dibedakan
spesies dari Taenia.20

Diagnosa Taenia saginata

Diagnosa Taenia saginata dapat menggunakan pita perekat (tes Graham). Untuk
Taenia saginatatest ini sangat sensitif, namun tidak pada Taenia solium Pemeriksaan
diagnostik terbaik untuk taeniasis intestinal adalah deteksi koproantigen ELISA yang
dapat mendeteksi molekul spesifik dari taenia pada sampel feses yang menunjukkan
adanya infeksi cacing pita. Sensitivitas dari ELISA sekitar 95% dan efektivitasnya sekitar
99%.20

Penatalaksanaan20
Berbagai macam obat dapat dipakai sebagai terapi taeniasis. Obat pilihan untuk
infeksi cacing pita sat ini ialah prazikuantel dan niklosamid.

Prazikuantel (Biltricide,cesol)

Sebelumnya obat ini dipakai pada penyakit skistosomiasis dan saat ini
merupakan obat pilihan untuk cestodiasis .Untuk infeksi cacing pita dewasa (taeniasis)
obat ini diberikan sebagai dosis tunggal 10 mg/kg BB dosis tunggal, 2 jam kemudian
dapat diberikan laksans ( magnesium sulfat).Efektifitas prazikuantel untuk T.saginata
dilaporkan mendekati 100%.20

Niclosamide ( Nicloside,Yomesan (Bayer)

Obat ini bekerja dengan menimbulkan neksrosis pada skoleks.Merpapakan


pilihan yang cukup efektif untuk taeniasis.Dosis adalah 2 gram( 4 tabel 500 mg )sekali
makan atau diberikan 1 gram dengan jarak 1 jam ,pagi pagi pada waktu perut
kosong.Tablet harus dikunyah sebelumnya,kemudian diminum dengan sedikit air,Pada
infeksi T.Solium dianjurkan pemberian laksans untuk mencegah autoinfeksi yang secara
teoritis dapat menimbulkan sistiserkosis.Niklosamid memberikan angka kesembuhan
85%.20

Albendazole ( Albenza )

Albendazole menurunkan produksi ATP oleh cacing ,menimbulkan kekurangan


energy,imobilisasi ,dan akhirnya kematian,Dosis yang diberikan adalah 400 mg peroral
dua kali sehari selama 8-30 hari,efek samping nyeri perut ,mual,muntah,diare,pusing
,dan peningkatan transaminase serum.20

Mebendazole

Merupakan obat cacing berspektrum luas yang sebelumnya banyak dipakai


untuk cacing yang ditularkan melalui tanah,dan dapat diberikan untuk taeniasis dengan
dosis 600 mg- 1200 mg/hari selama 3-5 hari.

Obat lain : Obat-obat yang sebelumnya dipakai untuk taeniasis tapi sekarang
jarang digunakan ialah atabrin (mepakrin),bitionol (bitin), dan diklorofen.

Paromomisin suatu antibiotika diberikan dengan dosis 75 mg/kg BB (maksimum


4 gram) dilaporkan memberikan angka kesembuhan diatas 90 % pada kasus taeniasis.20

Prognosis
Infeksi T.saginata mempunyai prognosis baik,jarang sekali menimbulkan
komplikasi. Infeksi oleh T.solium dapat memberi komplikasi serius terutama sistiserkosis
pada susunan saraf pusat yang dapat memberi prognosis kurang baik.20

Preventif
Pencegahan dapat dilakukan dengan berbagai tindakan dengan cara
menghilangkan sumber infeksi dengan mengobati pasien taeniasis, pendidikan
kesehatan untuk mengubah kebiasaan penduduk dalam pembungan kotoran tinja yang
sembarangan dan kebiasaan memakan daging yang tidak di masak dengan sempurna
,serta pengawasan rumah potong yang baik.20

Anda mungkin juga menyukai