Kelompok IX/2006
Taenia solium
Kingdom Phylum Class Order Family Species : Animalia : Platyhelminthes : Cestoda : Cyclophyllidea : Taeniidae : Taenia solium
Kelompok IX/2006
Pengertian Cysticercosis
Taeniasis adalah suatu infeksi pada saluran pencernaan oleh cacing taenia dewasa. Cysticercosis/sistiserkosis adalah penyakit atau infeksi yang terjadi pada jaringan lunak yang disebabkan oleh larva dari salah satu spesies cacing taenia yaitu spesies Taenia solium.
Kelompok IX/2006
Pengertian Cysticercosis
Taeniasis biasanya tidak fatal, akan tetapi pada stadium larva cacing Taenia solium mungkin menyebabkan sistiserkosis yang fatal. Larva penyebab sistiserkosis pada manusia adalah larva dari cacing Taenia solium pada babi, sistiserkosis ini dapat menimbulkan penyakit yang serius biasanya menyerang SSP. Jika telur atau proglottids dari cacing yang berada dalam daging babi termakan atau tertelan oleh manusia, maka telur tersebut akan menetas pada usus halus dan selanjutnya larva tersebut akan migrasi ke
Kelompok IX/2006
Pengertian Cysticercosis
jaringan tubuh yang lunak seperti jaringan bawah kulit, otot, jaringan tubuh lain dan organ-organ vital dari tubuh manusia yang kemudian membentuk sistisersi. Akibat buruk mungkin terjadi jika larva cacing tersebut terdapat pada jaringan mata, SSP atau jantung. Jika pada sistiserkosis somatik ini muncul gejala antara lain gejala seperti epilepsi, sakit kepala, tanda tanda kenaikan tekanan intracranial atau gangguan psikiatri yang berat maka besar kemungkinan sistiserkosis ada pada SSP. Neurocysticercosis dapat menyebabkan cacat yang serius akan tetapi CFR nya rendah.
Kelompok IX/2006
Hospes
Hospes definitif dari Taenia Sp hanya manusia, kecuali untuk Taenia Solium dan Taenia asiatica manusia juga berperan sebagai hospes perantara. Sedangkan hewan (hospes) perantara ialah babi untuk Taenia Solium atau Taenia Asiatica dan sapi untuk Taenia saginata.
Kelompok IX/2006
Sumber Penularan
Sumber penularan taeniasis/sistiserkosis : 1. Penderita teaniasis sendiri dimana tinjanya mengandung telur atau proglotid cacing pita. 2. Hewan (terutama) babi, sapi yang mengandung larva cacing pita (cysticercus). 3. Makanan/minuman dan lingkungan yang tercemar oleh telur-telur cacing pita.
Kelompok IX/2006
Penyebab Penyakit
Penyebab penyakit adalah Taenia solium biasanya terdapat pada daging babi, dimana cacing tersebut dapat menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan (oleh cacing dewasa), dan bentuk larvanya dapat menyebabkan infeksi somatik (sistisersi). Cacing Taenia saginata, pada daging sapi hanya menyebabkan infeksi pada pencernaan manusia oleh cacing dewasa.
Kelompok IX/2006
Cara Penularan
Telur T. saginata yang dikeluarkan lewat tinja orang yang terinfeksi hanya bisa menular kepada sapi dan didalam otot sapi parasit akan berkembang menjadi Cysticercus bovis, stadium larva dari T. saginata. Infeksi pada manusia terjadi karena orang tersebut memakan daging sapi mentah atau yang dimasak tidak sempurna yang mengandung Cysticerci; di dalam usus halus cacing menjadi dewasa dan melekat dalam mukosa usus. Begitu juga infeksi T. solium terjadi karena memakan daging babi mentah atau yang dimasak kurang sempurna (measly pork) yang mengandung cysticerci; cacing menjadi dewasa didalam intestinum.
Kelompok IX/2006
Cara Penularan
Namun, cysticercosis dapat terjadi secara tidak langsung karena orang tersebut menelan minuman yang terkontaminasi atau secara langsung dari tinja orang yang terinfeksi langsung kemulut penderita sendiri (aoutoinfeksi) atau ke mulut orang lain. Apabila telur T. solium tertelan oleh manusia atau babi, maka embrio akan keluar dari telur, kemudian menembus dinding usus menuju ke saluran limfe dan pembuluh darah selanjutnya dibawa ke berbagai jaringan dan kemudian berkembang menjadi cysticercosis.
Kelompok IX/2006
Life Span
Masa inkubasi Gejala dari penyakit cysticercosis biasanya muncul beberapa minggu sampai dengan 10 tahun atau lebih setelah seseorang terinfeksi. Telur cacing akan tampak pada kotoran orang yang terinfeksi oleh Taenia solium dewasa antara 8 12 minggu setelah orang yang bersangkutan terinfeksi, dan untuk Taenia saginata telur akan terlihat pada tinja antara 10-14 minggu setelah seseorang terinfeksi oleh Taenia saginata dewasa.
Kelompok IX/2006
Life Span
Masa tunas infeksi cacing berkisar antara 8-14 minggu.
Cacing pita dewasa dapat tahan hidup sampai 25 tahun dalam usus.
Infeksi cacing pita tidak memberikan kekebalan pada penderita dan kedua jenis kelamin maupun semua golongan umur mempunyai kepekaan yang sama.
Kelompok IX/2006
Life Span
Masa penularan Taenia saginata tidak secara langsung ditularkan dari orang ke orang, akan tetapi untuk Taenia solium dimungkinkan ditularkan secara langsung. Telur dari kedua spesies cacing ini dapat menyebar ke lingkungan selama cacing tersebut masih ada di dalam saluran pencernaan, kadang-kadang dapat berlangsung lebih dari 30 tahun; telur cacing tersebut dapat hidup dan bertahan di lingkungan selama beberapa bulan.
Kelompok IX/2006
Morfologi
Stadium scolex Taenia Solium memiliki rostellum dengan 2 baris kait dan 4 batil hisap. Proglotid Cacing dewasa memiliki strobila yang terdiri dari 800-1000 segmen atau sekitar 3 meter Uterus cacing dewasa memiliki 6 12 cabang lateral dengan panjang uterus betina 12 mm dan jantan panjangnya 6 mm.
Kelompok IX/2006
Morfologi
Scolex pada Taenia solium memiliki kait dan mengalami invaginasi dan kista berkembang baik. Telur Taenia solium dapat bertahan hidup dalam lingkungan selama beberapa bulan. Ukuran telur Taenia solium 30-40 p Telur Taenia Solium terdiri dari 3 lapisan dari luar ke dalam: -keratin(radiar) -membran onchosphere -onchosphere (hexacanth embryo).
Kelompok IX/2006
Gambar 4. Proglotid:
Kelompok IX/2006
Microphotograph sistiserkus
Kelompok IX/2006
Reproduksi
Cacing pita bersifat hermaphrodit. Organ reproduksi bervariasi pada perbedaan kelompok. Tiap-tiap proglottid terdiri dari satu set komplit organ betina dan jantan. Rupanya telur terbentuk dalam satu proglottid dibuahi oleh spermatozoa dari proglottid yang sama, meskipun terjadi penggabungan diketahui antara proglottid.
Kelompok IX/2006
Kelompok IX/2006
Siklus Hidup
Infeksi ini disebabkan oleh telur cacing yang termakan oleh manusia yang terdapat dalam feses manusia. Babi dan manusia menjadi terinfeksi oleh telur atau proglotid yang matang dari cacing ini. manusia bisa terkena infeksinya baik termakan makanan yang terkontaminasi oleh feses atau oleh autoinfeksi. namun kasus terakhir manyebutkan,manusia yang terinfeksi oleh cacing Taenia solium dewasa, dimana telurnya dihasilkan oleh cacing tersebut baik melalui feses yang mangandung telur yang matang atau
Kelompok IX/2006
Siklus Hidup
mungkin dari proglotid yang mengandung onkosfer, yang tertelan kenbali dari kerongkongan masuk ke dalam perut. -Sekali lagi, telur tersebut termakan, berkembang menjadi onkosfer yang matang di dalam usus,melekat di dinding usus dan berpindah masuk ke dalam otot-otot seperti otak, hati dan jaringanjaringan atau organ-organ yang lain dimana mereka dapat berkembang menjadi sistiserkus. - Dalam tubuh manusia,cacing ini bisa menyebabkan infeksi yang berkelanjutan jika telah sampai ke otak , infeksi ini dinamakan neurocysticercosis.
Kelompok IX/2006
Siklus Hidup
Siklus hidup parasit ini sangat kompleks sampai akhirnya manusia terinfeksi cacing ini, ketika manusia makan daging babi yang tidak benar-benar dimasak yang masih mengandung sistiserkus. Lalu masuk dan melekat pada usus kecil dengan alat pelekatnya(skoleks). Kemudian cacing dewasa ini berkembang (2-7 meter panjangnya dan menghasilkan sedikitnya 1000 proglotid, dan telurnya kira-kira 50.000) dan menetap di dalam usus selama bertahun-tahun.
Kelompok IX/2006
Kelompok IX/2006
Kelompok IX/2006
Diagnosis
Sistiserkosis Dinyatakan tersangka sistiserkosis apabila pada a) Anamnesis : 1. Berasal dari /berdomisili didaerah endemis taeniasis / Sistiserkosis 2. Gejala taeniasis ( ) 3. Riwayat mengeluarkan proglotid ( ) 4. Benjolan ( nodul subkutan ) pada salah satu atau lebih bagian tubuh ( + )
Kelompok IX/2006
Diagnosis
5. Gejala pada mata dan gejala sistiserkosis lainnya () 6. Riwayat / gejala epilepsi ( - ) 7. Gejala peninggian tekanan intra kranial ( - ) 8. Gejala neurologis lainnya (- ) b) Pemeriksaan fisik : 1. Teraba benjolan /nodul sub kutan atau intra muskular satu lebih 2. Kelainan mata ( occular cysticercosis ) dan kelainan lainnya yang disebabkan oleh sistiserkosis ()
Kelompok IX/2006
Diagnosis
3. Kelainan neurologis ( - ) c) Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan tinja secara makroskopis : Proglotid () 2. Pemeriksaan tinja secara mikroskopis : telur cacing taenia sp ( ) 3. Pemeriksaan serologis : sistiserkosis ( + ) 4. Pemeriksaan biopsi pada nodul subkutan gambaran menunjukkan patologi anatomi yang khas untuk sistiserkosis (+)
Kelompok IX/2006
Diagnosis
Pemeriksaan serologis dilakukan dengan metode ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay) dan atauImmunoblot Spesimen yang diperiksa berupa serum (darah vena yang diambil kurang lebih 5ml). Tempat pemeriksaan di Laboratorium yang telah ditentukan . Pengiriman spesimen serum menggunakan tabung / botol steril dan es batu (suhu 1 C). Pada tersangka sistiserkosis yang menunjukkan respon positif terhadap obat sistiserkosis, membantu menegakkan diagnosis (dapat dianggap sebagai penderita sistiserkosis).
Kelompok IX/2006
Diagnosis
Diagnosis penyakit dapat dibuat dengan menemukan dan mengidentifikasi proglottids (segmen), telur atau antigen dari cacing dalam tinja atau dengan cara apus dubur. Bentuk telur cacing Taenia solium dan cacing Taenia saginata sukar dibedakan. Diagnosa spesifik dilakukan dengan cara membedakan bentuk scolex (kepala) dan atau morfologi dari proglottid gravid.
Kelompok IX/2006
Diagnosis
Tes serologis spesifik akan sangat membantu dalam mendiagnosa sistiserkosis. Untuk mengetahui adanya sistisersi pada jaringan bawah kulit dengan visual atau preparat diagnosa pasti dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis dari spesimen yang diambil dari jaringan sistiserasi. Sistisersi yang terdapat di jaringan otak dan jaringan lunak lain dapat didiagnosis dengan menggunakan CAT scan atau MRI, atau dengan Xray jika sistisersi tersebut mengalami kalsifikasi.
Kelompok IX/2006
Kelompok IX/2006
Kelompok IX/2006
Kelompok IX/2006
sebagai obat pilihan kedua kurang cukup tersedia secara luas dipasaran. -Untuk cysticercosis tindakan operasi (bedah) dapat menghilangkan sebagian dari gejala penyakit tersebut. - Pasien dengan cysticercosis SSP harus diobati dengan praziquantel atau dengan albendazole di rumah sakit dengan pengawasan ketat; biasanya diberikan kortikosteroid untuk mencegah oedem otak pada penderita cysticerci.
Kelompok IX/2006
Epidemiologi
Renu Vohra, seorang ahli mikrobiologi dari Australia menyatakan, terdapat 50 juta orang di dunia ini yang telah terinfeksi oleh cacing Taenia. Diperkirakan sekira 50 ribu orang meninggal setiap tahun karena sistiserkosis. Indonesia dan negaranegara di Asia Tenggara merupakan daerah endemik penyakit yang disebabkan cacing Taenia. Penularan cacing Taenia pada anak-anak kecil biasanya tidak dapat teridentifikasi.
Kelompok IX/2006
Epidemiologi
Penyakit ini terserbar di seluruh dunia, sering dijumpai di daerah dimana orang-orang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi daging sapi atau babi mentah atau yang dimasak tidak sempurna, dimana kondisi kebersihan lingkungannya jelek sehingga babi, dan sapi makanannya tercemar dengan tinja manusia. Angka kejadian paling tinggi dari penyakit ini adalah di negara-negara seperti Amerika Latin, Afrika, Asia Tenggara, dan negara-negara di Eropa Timur, dan infeksi sering dialami oleh para imigran yang berasal dari daerah tersebut.
Kelompok IX/2006
Epidemiologi
Penularan T. solium jarang terjadi di Amerika, Kanada, dan jarang sekali terjadi di Inggris, dan di negara-negara Skandinavia. Penularan oro fekal oleh karena kontak dengan imigran yang terinfeksi oleh T. solium dilaporkan terjadi dengan frekuensi yang meningkat di Amerika. Para imigran dari daerah endemis nampaknya tidak mudah untuk menyebarkan penyakit ini ke negaranegara yang kondisi sanitasinya baik.
Kelompok IX/2006
Epidemiologi
Taeniasis dan sistiserkosis sangat jarang terjadi pada negara muslim. Perlu diingat bahwa manusia yang terjangkit sistiserkosis itu diakibatkan oleh tertelan telur Taenia solium yang terdapat dalam feses manusia perantara cacing pita Taenia solium. Hal ini tidak akan terjadi pada negara yang masyarakatnya tidak mengkonsumsi daging babi ataupun memelihara babi.
Kelompok IX/2006
Daftar Pustaka
Malik S.R.K, Gupta A.K., Choudhary S. Ocular cysticercosis: Am of Ophthalmol.66:1168-71, 1968. Agrawal PK, Kumar H, Agarwal M, Nasum J. Orbital cysticercosis - A clinicopathologic profile. In: Pasricha JK, ed. Indian Ophthalmology Today 1994. Proceedings of the 52nd Annual conference of the All India Ophthalmological Society, Calcutta, 1992. New Delhi, 1994, pp 388.
http://www.google.com/search www.gbpuat.ac.in/acads/cvsc/vp www.free.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi www.balipost.co.id/balipostcetaK/2003/8/3/ink1 www.wikipedia.org/wiki/Taenia_sol www.digilib.litbang.depkes.go.id www.iptek.net.id www.jvetunud.com/archives/92/+sistiserkus www.ispub.com/ostia/index.php
Kelompok IX/2006