Anda di halaman 1dari 7

Imam Nawawi Almubarak

70600117005

1. Bagaimana pandangan medis tentang kebersihan?


Jawaban :
Kebersihan tentunya merupakan hal yang sangat vital bagi kesehatan, hal inilah
yang mendasari kebersihan itu identik dengan kesehatan. Artinya, manfaat dari
menjaga kesehatan diri dan lingkungan yang pertama adalah membuat kesehatan kita
tetap terjaga. Menjaga kebersihan diri merupakan hal yang sangat penting terutama
untuk menjaga diri kita tetap sehat, dan mengurangi risiko diri kita maupun orang
terdekat terserang penyakit. Banyak penyakit yang tersebar saat bakteri berbahaya
pindah dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung. Tidak hanya kebersihan
diri, lingkungan pun kebersihannya harus diperhatikan. Lingkungan yang tidak bersih
merupakan tempat bersarangnya berbagai penyakit yang suatu saat dapat menginfeksi
manusia yang berada dalam lingkungan tersebut. Dalam melakukan prosedur
pemeriksaan apapun semua tenaga medis wajib memperhatikan kebersihan dirinya.
Sebelum mengambil tindakan tiap tenaga medis harus mencuci tangan terlebih dahulu
dan beberapa tindakan memerlukan peralatan dan pakaian khusus yang tentu
kebersihannya sangat diperhatikan. Dapat disimpulkan bahwa dari segi medis
kebersihan sangat penting terutama kebersihan diri kita sendiri karena dapat berisiko
juga terhadap orang lain.

2. Unsur yang terdapat dalam babi, sehingga diharamkan


Jawaban :
Babi diharamkan sebab dalam dagingnya terdapat cacing pita yang merupakan
parasit yang sangat berbahya bagi tubuh manusia. Alasan lain mengapa babi
diharamkan dapat dijelaskan melalui ilmu biokimia. Sistem biokimia babi hanya
mengeluarkan 2% kandungan uric acid (C5H4N4O3) , sisanya 98% bersarang di
tubuhnya dimana ini adalah zat beracun. Artinya pada ekskresi babi hanya 2% zat
buangan yang dikeluarkan tetapi 98% akan masuk kembali kedalam metabolisme
tubuh. Sedangkan pada manusia,  98%  dikeluarkan lewat urine, sisanya disimpan
atau dipecah lewat sistem metabolisme tubuh. Sehingga menurut ilmu kedokteran
modern babi merupakan inang tempat berkembang biak beragam parasit dan penyakit
berbahaya.
Sebuah penelitian di Jerman mengatakan, bahwa virus-virus berbahaya dapat
berkembang sangat cepat dengan media yang berasal dari DNA babi, bahkan sangat
memungkinkan terjadinya mutasi genetik. Seperti yang terjadi pada  virus Avian
Influenza (AI) yang bisa menjadi ganas. Virus normal AI (Strain H1N1 dan H2N1)
tidak akan menular secara langsung ke manusia. Virus AI mati dengan pemanasan
60ºC, tetapi dalam tubuh babi, virus AI dapat melakukan mutasi dan  tingkat
virulensinya bisa naik hingga menjadi H5N1. Virus AI Strain H5N1 dapat menular ke
manusia.
Terdapat pula fakta lain yang cukup mencengangkan, berdasarkan kajian genetik,
DNA babi hampir sama dengan DNA manusia, perbedaannya hanya sekitar 3%.
Ketika ada unsur babi didalam tubuh manusia, metabolisme tubuh dan sistem syaraf
akan dipengaruhi dengan kuat oleh DNA babi,  akibatnya DNA babi dapat
mempengaruhi DNA manusia.

3. Batasan seorang dokter sehingga digolongkan sebagai musafir dan bisa men-jamak
sholat.
Jawaban :
Berkaitan tentang Sholat yang di jamak atau digabungkan, tentu kita sama-sama
memahami bahwa Islam memudahkan bagi umat Islam untuk menjamak sholat dalam
beberapa kondisi, seperti musafir, orang yang sakit, dalam peperangan, dll.seperti
dalam hadis berikut:

َ َ ً َ َ َّ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َّ َّ َ َّ َ
‫ص الة ِلغ ْي ِر ِميق ِات َه ا‬ ‫ َم ا َرأ ْيت الن ِبي ص لى الله علي ِه وس لم ص لى‬: ‫ود َر ِض َي الل ُه َع ْن ُه‬ ُ
ٍ ‫ق ال ْابن َم ْس ُع‬
َ َ َ ْ ْ َ ‫مْل‬ َ َ َ َّ
‫صالت ْي ِن َج َم َع َب ْي َن ا غ ِر ِب َوال ِعش ِاء ِب َج ْم ٍع أ ْي ِب ُم ْز َد ِل َفة‬  ‫ِإال‬
“Aku tidak pernah melihat Nabi saw sholat bukan pada waktunya kecuali 2 sholat,
belau menjama’ sholat maghrib dan isya di jama’ atau di muzdalifah” (HR.
Bukhori).

Namun dalam suatu hadis menyebutkan bahwa Nabi SAW. Pernah menjamak
sholatnya tanpa uzur.

َ َ َ ‫ْ َ مْل‬ ْ َ ‫َ َ َ َ ُ ُ َّ َ َّ َّ ُ َ َ ْ َ َ َّ َ َ ْ َ ُّ ْ َ ْ َ ْ مْل‬
‫ص ِر َوا غ ِر ِب َوال ِعش ِاء ِبا ِد َين ِة ِفي غ ْي ِر خ ْو ٍف‬ ‫جم ع رس ول الل ِه ص لى الله علي ِه وس لم بين الظه ِر والع‬
َ ‫اَل‬
‫َو َمط ٍر‬
“Nabi saw menjama’ sholat zuhur dan ashar juga mnejama; sholat maghrib dan isya
di madinah tanpa ada sebab ‘takut’ dan juga tanpa sebab hujan” (HR. Muslim)

Dari hadits ini para ulama 4 madzhab tetap dalam pendirian, bahwa tidak ada
jama’ kecuali ada udzur syar’I. jadi tidak ada istilahnya jama’ tanpa sebab. Dan ini
dijelaskan secara gamblang oleh Imam Ibnu Rusyd dalam kitabnya Bidayah Al-
Mujtahid wa Niahayah Al-Muqtashid pada Bab Sholat Jama’.

Jika Mendesak dan Tidak Terulang-Ulang


Hanya saja memang ada beberapa kelompok yang membolehkan menjama’
sholat walau tanpa sebab sebagaimana hadits Ibnu Abbas tersebut, diantara mereka
ialah Ibnu Sirin, Madzhab Al-Zohiri, Asyhab dari kalangan Malikiyah, dan juga Ibnu
Al-Mundzir dari kalangan syafi’iyyah.

Itupun bukan tanpa sebab, mereka membolehkan jika memang ada kebutuhan
yang mendesak, yang tidak memungkinkan seorang muslim untuk sholat tepat waktu
kecuali dengan di jama’, karena lanjutan haditsnya Ibnu Abbas tersebut:

ُ‫ال َك ْي اَل يُحْ ِر َج أُ َّمتَه‬


َ َ‫س لِ َم فَ َع َل َذلِكَ ق‬ ُ ‫ال قُ ْل‬
ٍ ‫ت اِل ب ِْن َعبَّا‬ َ َ‫يع ق‬
ٍ ‫ث َو ِك‬
ِ ‫فِي َح ِدي‬
“dalam hadits waqi’, beliau berkata kepada Ibnu Abbas: ‘kenapa Nabi melakukan
itu?’, Ibnu Abbad menjawab: ‘agar tidak memberatkan ummatnya’!”

Jadi ‘Illah (sebab) bolehnya jama’ tanpa sebab itu ialah Raf’ul Haraj [ ‫رفع‬


‫]الحرج‬ (agar tidak memberatkan), dan sesuatu yang berat itu ada ketika adanya
kesulitan dan situasi yang kritis.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah masih relevankah hadis tersebut


diatas dengan masa sekarang? Karena tentunya larangan tersebut diucap Nabi pada
kondisi yang berbeda dengan keadaan sekarang.

Telah dibahas sebelumnya di atas bahwa menjamak shalat dilakukan bukan


karena adanya uzur yang telah disebutkan atau telah ditentukan dalam hadis, tetapi
menjamak shalat karena adanya masyakah yang memberatkannya untuk melakukan
shalat tiap-tiap pada waktunya.

Jika dikaitkan dengan masa seperti sekarang ini keringanan melakukan shalat
jamak akan diperlukan jika mengingat bahwa ada aktivitas yang jika ditinggalkan
akan mengakibatkan kemudharatan, misalnya dokter ahli bedah yang adakalanya tidak
dapat meinggalkan pasiennya dalam keadaan yang berbahaya, karena hal tersebut
tidak dialami setiap hari.

4. Ayat dan Hadist tentang Thaharah


Jawaban :
Ayat Al-Qur’an
a. Al-Baqarah ayat 222
‫وه َّن ِم ْن‬
ُ ُ‫َّى يَط ُْه ْر َن ۖ فَِإ َذا تَطَه َّْر َن فَأْت‬
ٰ ‫وه َّن َحت‬ ِ ‫اء ِفي ال َْم ِح‬
ُ ُ‫يض ۖ َواَل َت ْق َرب‬ ِ ‫ك َع ِن ال َْم ِح‬
َ ‫يض ۖ قُ ْل ُه َو أَ ًذى فَا ْعتَ ِزلُوا الن‬
َ ‫ِّس‬ َ َ‫َويَ ْسأَلُون‬

ُّ ‫ين َويُ ِح‬


َ ‫ب ال ُْمتَطَ ِّه ِر‬
‫ين‬ َ ‫َّواب‬ ُّ ‫ث أ ََم َر ُك ُم اللَّهُ ۚ إِ َّن اللَّهَ يُ ِح‬
ِ َّ ‫ب الت‬ ُ ‫َح ْي‬

Artinya : “Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu


adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari
wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka
suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang
diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”

b. Al-Ma’idah ayat 6
ِ ‫وه ُكم وأَي ِدي ُكم إِلَى الْمرافِ ِق وامسحوا بِرء‬
‫وس ُك ْم‬ ِ ِ َّ ‫يا أ َُّيها الَّ ِذين آمنُوا إِذَا قُمتُم إِلَى‬
ُ ُ ُ َ ْ َ ََ ْ َ ْ َ ْ َ ‫الصاَل ة فَا ْغسلُوا ُو ُج‬ ْ ْ َ َ َ َ

‫َح ٌد ِم ْن ُك ْم ِم َن‬ َ ‫َّروا ۚ َوإِ ْن ُك ْنتُ ْم َم ْر‬


َ ‫ض ٰى أ َْو َعلَ ٰى َس َف ٍر أ َْو َج‬
َ ‫اء أ‬ َّ ِ ِ
ُ ‫َوأ َْر ُجلَ ُك ْم إلَى الْ َك ْعَب ْي ِن ۚ َوإ ْن ُك ْنتُ ْم ُجنُبًا فَاطه‬
‫وه ُك ْم َوأَيْ ِدي ُك ْم ِم ْنهُ ۚ َما يُ ِري ُد‬
ِ ‫الْغَائِ ِط أَو اَل مستم النِّساء َفلَم تَ ِج ُدوا ماء َفتي َّمموا ص ِعي ًدا طَيِّبا فَامسحوا بِوج‬
ُُ َُْ ً َ ُ ََ ً َ ْ َ َ ُ ُْ َ ْ
‫اللَّهُ لِيَ ْج َع َل َعلَْي ُك ْم ِم ْن َح َر ٍج َو ٰلَ ِك ْن يُ ِري ُد لِيُطَ ِّه َر ُك ْم َولِيُتِ َّم نِ ْع َمتَهُ َعلَْي ُك ْم ل ََعلَّ ُك ْم تَ ْش ُك ُرو َن‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan


shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu
junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali
dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu,
tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagimu, supaya kamu bersyukur.”

c. An-Nisa ayat 43
‫َّى‬ ٍ ِ‫َّى َت ْعلَ ُموا َما َت ُقولُو َن َواَل ُجنُبًا إِاَّل َعابِ ِري َسب‬
ٰ ‫يل َحت‬ ٰ ‫الصاَل ةَ َوأَْنتُ ْم ُس َك َار ٰى َحت‬
َّ ‫آمنُوا اَل َت ْق َربُوا‬ ِ َّ
َ ‫ين‬
َ ‫يَا أ َُّي َها الذ‬
ِ ِِ ِ ِ ‫ض ٰى أَو علَ ٰى س َف ٍر أَو جاء أ‬ ِ
‫اء‬
ً ‫اء َفلَ ْم تَج ُدوا َم‬
َ ‫ِّس‬ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ‫َت ْغتَسلُوا ۚ َوإِ ْن ُك ْنتُ ْم َم ْر‬
َ ‫َح ٌد م ْن ُك ْم م َن الْغَائط أ َْو اَل َم ْستُ ُم الن‬
ِ ِ ِ ِ ‫َفَتي َّمموا‬
ً ‫صعي ًدا طَيِّبًا فَ ْام َس ُحوا ب ُو ُجوه ُك ْم َوأَيْدي ُك ْم ۗ إِ َّن اللَّهَ َكا َن َع ُف ًّوا غَ ُف‬
‫ورا‬ َ ُ َ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu
dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan
pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar
berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir
atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan,
kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah
yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha
Pemaaf lagi Maha Pengampun.”

Hadist Thaharah
a. Hadist 1

ِ ِ ِ ُ ‫ال رس‬ ِ ‫َعن أَبِي ُهر ْيرةَ ر‬


ُ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َمفي الْبَ ْح ِر ُه َو الطَّ ُه‬
ُ‫ور َما ُؤه‬ َ ‫ول اللَّه‬ َ َ‫ض َي اللَّهُ َع ْنهُ ق‬
ُ َ َ َ‫ ق‬: ‫ال‬ َ َ َ ْ

‫ك‬ ُّ ‫ص َّح َحهُ ابْ ُن ُخ َزيْ َمةَ َوالت ِّْرِم ِذ‬


ٌ ِ‫ي َو َر َواهُ َمال‬ ِ ‫ال‬
ُ ‫ َواللَّ ْف‬ َ‫ْح ُّل َم ْيتَُت ُهأَ ْخ َر َجهُ اأْل َْر َب َعةُ َوابْ ُن أَبِي َش ْيبَة‬
َ ‫ظ لَهُ َو‬

‫َح َم ُد‬ ِ ِ َّ ‫و‬


ْ ‫الشافع ُّي َوأ‬ َ

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu


‘alaihi wa Sallam bersabda tentang (air) laut. “Laut itu airnya suci dan
mensucikan, bangkainya pun halal.”
Dikeluarkan oleh Imam Empat dan Ibnu Syaibah. Lafadh hadits menurut
riwayat Ibnu Syaibah dan dianggap shohih oleh Ibnu Khuzaimah dan
Tirmidzi. Malik, Syafi’i dan Ahmad juga meriwayatkannya.

b. Hadist 2

َّ  ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ُ ‫ال رس‬ ِ ‫اهلِ ِّي ر‬


ِ ‫و َعن أَبِي أُمامةَ الْب‬
‫اء اَل‬
َ ‫إن ال َْم‬ َ ‫ول اللَّه‬ َ َ‫ض َي اللَّهُ َع ْنهُ ق‬
ُ َ َ َ‫ ق‬: ‫ال‬ َ َ ََ ْ َ
ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ
ُ‫ َوللَْب ْي َهقيِّال َْماء‬ ‫ضعَّ َفهُ أَبُو َحات ٍم‬ َ َ‫سهُ َش ْيءٌ إاَّل َما غَل‬
َ ‫ أَ ْخ َر َجهُ ابْ ُن َم‬ ‫ب َعلَى ِريحه َوطَ ْعمه َول َْونه‬
َ ‫اج ْه َو‬ ُ ‫ُينَ ِّج‬
‫ث فِيه‬
ُ ‫اس ٍة تَ ْح ُد‬
َ ‫يحهُ أ َْو طَ ْع ُمهُ أ َْو ل َْونُهُ بِنَ َج‬
ُ ‫ور إاَّل إ ْن َتغََّي َر ِر‬
ٌ ‫طَ ُه‬

Dari Abu Umamah al-Bahily Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah


Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya air itu tidak ada
sesuatu pun yang dapat menajiskannya kecuali oleh sesuatu yang dapat
merubah bau, rasa atau warnanya.”

Dikeluarkan oleh Ibnu Majah dan dianggap lemah oleh Ibnu


Hatim. Dalam riwayat Al Baihaqi, “Air ituthohur (suci dan mensucikan)
kecuali jika air tersebut berubah bau, rasa, atau warna oleh najis yang
terkena padanya.”

c. Hadist 3

ْ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم أَ ْن َت ْغتَ ِس َل ال َْم ْرأَةُ بَِف‬


‫ض ِل‬ ِ ُ ‫ َنهى رس‬ : ‫ال‬
َ ‫ول اللَّه‬
ِ
ُ َ َ َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم ق‬ َ ‫ب النَّبِ َّي‬
ِ ‫و َعن رج ٍل‬
َ ‫صح‬
َ َُ ْ َ
ِ ُ‫اده‬ ِ ‫أَ ْخرجهُ أَبو َداود والن‬ ‫ض ِل الْمرأ َِة ولْيغْتَ ِرفَا ج ِميعا‬
‫يح‬
ٌ ‫صح‬ َ ُ َ‫َّسائ ُّي َوإِ ْسن‬
َ َ ُ ُ ََ ً َ َ َ ْ َ ْ ‫الر ُج ُل بَِف‬ َّ ‫الر ُج ِل أ َْو‬
َّ
Seorang laki-laki yang bersahabat dengan Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa
Sallam berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam melarang
perempuan mandi dari sisa air laki-laki atau laki-laki dari sisa air
perempuan, namun hendaklah keduanya menyiduk (mengambil) air
bersama-sama.” Dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Nasa’i, dan sanadnya
benar

5. Apakah Thaharah menurut medis dapat menghindarkan seseorang dari penyakit atau
hanya untuk beribadah saja?
Jawaban :
Thaharah menurut medis adalah bebas dari kotoran, tidak bernoda, tidak tercampur
dengan unsur zat kimia lain. Thaharah atau bersuci dalam hal ini adalah berwudhu
dan mandi dapat membersihkan kulit. Kulit merupakan organ yang terbesar tubuh kita
yang fungsi utamanya membungkus tubuh serta melindungi tubuh dari berbagai
ancaman dari luar seperti kuman dan penyakit. Begitu besar fungsi kulit maka
kestabilannya ditentukan oleh pH (derajat keasaman) dan kelembaban. Bersuci
merupakan salah satu metode menjaga kestabilan tersebut khususnya kelembaban
kulit. Kulit juga merupakan tempat berkembangnya mikroorganisme dan flora
normal, begitu juga dengan rongga hidung. Mikroorganisme dapat menginfeksi jika
tubuh kita tidak dijaga kebersihannya. Jika kulit sering kering akan sangat berbahaya
bagi kesehatan kulit terutama mudah terinfeksi kuman. Dengan bersuci berarti
terjadinya proses peremajaan dan pencucian kulit, selaput lendir, dan juga lubang-
lubang tubuh yang berhubungan dengan dunia luar. Kesimpulannya Thaharah selain
untuk beribadah, tubuh juga akan terhindar dari penyakit.

Anda mungkin juga menyukai