A
DEFENIS
I
• Empyema adalah suatu keadaan dimana nanah dan cairan dari
jaringan yang terinfeksi terkumpul di suatu rongga tubuh.
• Kata ini berasal dari bahasa Yunani “ empyein “ yang artinya
menghasilkan nanah (supurasi).
• Empyema paling sering digunakan sebagai pengumpulan nanah di
dalam rongga di sekitar paru-paru (rongga pleura). Tapi, kadang
juga digunakan sebagai pengumpulan nanah di kandung empedu
atau rongga pelvic.
• Empyema di rongga pleural biasanya dikenal dengan empyema
thoraks, untuk membedakan dengan empyema di rongga tubuh
lain.
ETIOLOG
I berasal dari paru
Infeksi Infeksi berasal dari luar
• pneumonia paru
• abses paru • trauma thoraks
• pembedahan thoraks
• bila timbul di perifer paru dan
berdekatan dengan plura visceralis, • torakosentesis
kadang-kadang dinding abses bias • masuknya jarum ke dinding dada untuk
pecah serta ikut pula merobek pleura mengalirkan cairan di rongga pleura, biasanya
jarang terjadi
visceralis yang pada akhirnya
menjadi empyema • abses subfrenik,missal abses hati karena amuba
• Penyebab tersering ialah kuman staphylococcus,
• fistel bronkopleura kadang-kadang pneumococcus dan streptococcus
jarang sekali, kuman-kuman gram negative seperti
• bronkiektasis hemophilus influenza.
• tuberculosis paru • Empyema pelvic pada wanita biasanya disebabkan
strain Bacteroides atau pseudomonas aeruginosa.
• aktinomikosis pau
• Pada empyema kandung empedu biasanya
disebabkan oleh E.coli, Klebsiella pneumonia,
Streptococus
EPIDEMIOLOG
I
• Hampir 90 % kasus empyema thoraks disebabkan oleh Stapylococus
aureus,
• Di Amerika terjadi, lebih dari satu juta kasus terjadi, penyebab infeksi
pluera, 70% kasus terjadi sebagai parapneumonic effusion murni, 5-
10% sebagai parapneumoic effusion sederhana dengan komplikasi,
sekitar 5% terjadi akibat trauma dada
• Di Indonesia, diantara 2.192 penderita yang dirawat, oleh karena
berbagai macam penyakit paru, terdapat 57 penderia pria (77%) dan
17 penderita wanita (23%) yang berarti ratio pria dan wanita adalah
3,4 : 1 (3,6)
• Secara internasional; Timbulnya infeksi rongga pleura atau empyema
tidak diketahui
KLASIFIKAS
I
Berdasarkan perjalanan penyakitnya empyema thoraks
dapat dibagi dua :
• Empyema akut
Terjadi sekunder akibat infeksi ditempat lain.
Terjadinya peradangan akut yang diikuti pembentukan
eksudat
• Empyema kronis
Batas tegas antara empyema akut dan kronis sukar
ditentukan. Empyema disebut kronis, bila prosesnya
berlangsung lebih dari 3 bulan
the American thoracis society membagi
empyema thoraks menjadi tiga :
Eksudat
Dimana cairan pleura yang steril di dalm rongga pleura merespons proses
inflamasi di pleura
Fibropurulen
Cairan pleura menjadi lebih kental dan fibrin tumbuh di perrmukaan pleura yang
bisa melokulasi pus dan secara perlahan-lahan membatasi gerak dari paru.
Organisasi
Kantong-kantong nanah yang terlokulasi akhirnya dapat mengembang menjadi
rongga abses berdinding tebal, atau sebagai eksudat yang berorganisasi, paru
dapat kolaps. Dan dikelilingi oleh bungkusan tebal, tidak elastic.
PATOGENESI
S empyema thoraks dapat melalui tiga jalan :
Terjadinya
• Sebagai komplikasi penyakit pneumonia atau bronchopneumonia dan abscessus pulmonum, oleh karena
kuman menjalar per continuitatum dan menembus pleura visceralis
• Secara hematogen , kuman dari focus lain sampai di pleura visceralis
• Infeksi dari luar dinding thorax yang menjalar ke dalam rongga pleura, misalnya pada trauma
thoracis, abses dinding thorax.
• Terjadinya empyema akibat invasi basil piogenik ke pleura, timbul peradangan akut yang diikuti dengan
pembentukan eksudat serous dengan banyak sel-sel PMN baik yang hidup ataupun mati dan
meningkatnya kadar protein, maka cairan menjadi keruh dan kental. Adanya endapan-endapan fibrin
akan membentuk kantong-kantong yang melokalisasi nanah tersebut. Apabila nanah menembus bronkus
timbul fistel bronko pleura, atau menembus dinding thoraks dan keluar melalui kulit disebut empyema
nasessitatis. Stadium
ini masih disebut empyema akut yang lama-lama akan menjadi kronis (batas tak jelas)
• Biasanya empyema merupakan suatu proses luas, yang terdiri atas serangkaian daerah berkotak-kotak
yang melibatkan sebagian besar dari satu atau kedua rongga pleura. Dapat pula terjadi perubahan
pleura parietal. Jika nanah yang tertimbun tersebut tidak disalurkan keluar, maka akan menembus
dinding dada ke dalam parenkim paru-paru dan menimbulkan fistula.
• Piopneumothoraks dapat pula menembus ke dalam rongga perut. Kantung-kantung nanah yang
terkotak- kotak akhirnya berkembang menjadi rongga-rongga abses berdinding tebal, atau dengan
terjadinya pengorganisasian eksudat maka paru-paru dapat menjadi kolaps serta dikelilingi oleh sampul
tebal yang tidak elastis .
MANIFESTASI
• KLINIK
Tanda-tanda gejala awal terutama pada empyema thoraks adalah tanda dan
gejala pneumonia bacteria.
• Penderita yang diobati dengan tidak memadai atau dengan antibiotik yang
tidak tepat dapat mempunyai interval beberapa hari antara fase pneumonia
klinik dan bukti adanya empyema.
• Kebanyakan penderita menderita demam. demamnya remitten. takikardi,
dyspneu, sianosis, batuk-batuk.
• Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda seperti pleural effusion
umumnya.
• Bentuk thoraks asimetrik, bagian yang sakit tampak lebih menonjol,
pergerakan nafas pada sisi yang sakit tertinggal, perkusi pekak, jantung dan
mediastinum terdorong kearah yang sehat, bila nanahnya cukup banyak sel
iga pada sisi yang sakit melebar, bising nafas pada bagian yang sakit melemah
sampai hilang.
• Pemeriksaan darah tepi menunjukkan leukositosis dan pergeseran ke kiri
seperti pada infeksi akut umumnya.
DIAGNOSI
S
• Selain berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik pada
pemeriksaan laboratorium didapat kadar LDH, total protein
dan WBC yang meningkat dari normal.
• Biopsy pleura dapat dilakukan bersamaan dengan pungsi.
Jaringan yang didapat dikirimkan untuk pemeriksaan
patologi anatomi dan mikroskopis.
• Pada pemeriksaan patologi anatomi didapatkan gambaran
endapan sentrifugasi padat dengan sel-sel radang yang
terdiri dari leukosit, PMN dan histiosit, kesan pleuritis
supuratif.
• diperlukan foto rontgen thorax (AP dan lateral) yang dibuat
baik dalam posisi tiduran atau tegak, yang menunjukkan
cairan dalam rongga pleura misalnya perselubungan yang
homogeny, penebalan pleura, sinus phrenicocostalis
menghilang, sela iga melebar.
• Pungsi pleura juga merupakan diagnostic penting dalam
menunjukkan keluarnya pus. Dengan cara menusuk
dari luar dengan suatu semprit steril 10/20 ml serta
menghisap sedikit cairan pleura untuk dilihat secara
fisik dan pemeriksaan biokimia : tes rivalta. Kolesterol
dan LDH (lactate dehydroginase). Akhir-akhir ini
diketahui pemeriksaan kolesterol dan LDH cairan
pleura akan sangat mempermudah untuk membedakan
antara eksudat dan transudat. Kolesterol > 45 mg/dl
dan LDH 200 IU disebut eksudat
• Untuk mengetahui kumam penyebabnya diperlukan
pemeriksaan sediaan laangsung dari pus secara
mikroskospik. Atau dengan pembiakan kuman (secara
tak langsung) dan uji resistensi.
DIAGNOSA
BANDING
Empyema thoraks harus dapat dibedakan dengan :
1. pleural effusion
• adalah adanya cairan patalogis dalam rongga pleura. biasanya
disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. biasanya pasien dating
dengan nyeri dada pada sisi yang sakit, bila sudah berlanjut, karena
nyeri ini pasien tak dapat miring lagi ke sisi yang sakit. pada
pemeriksaan radiologis tampak suatu kesuraman yang menutupi
gambaran paru normal yang dimulai dari diaphragma. hasil pemeriksaan
pleura akan dapat memberikan diagnosis pasti.
2. schwarte
• adalah gumpalan fibrin yang melekatkan pleura visceralis dan pleura
parietalis setempat. schwarte ini tentunya akan menurunkan
kemampuan nafas penderita karena gangguan retraksi, maka akan
timbul deformitas dan kemunduran faal paru akan lebih parah lagi.
KOMPLIKAS
I
Sebagai komplikasi dapat terjadi perluasan secara per
kontinuitatum, pada infeksi Stapiloccocus, sering
timbul fistula broncopleura dan piopneumothoraks.
Komplikasi lokal lainnya, meliputi perikarditis purulen,
abses paru, peritonitis akibat robekan melalui
diafragma, dan osteomielitis iga. Komplikasi sepsis
seperti meningitis, arthritis, dan osteomielitis dapat
juga terjadi secara hematogen. Pada empyema
Stapiloccocus, septikimia jarang terjadi; komplikasi ini
sering ditemukan pada infeksi H. influenza dan
Pneumococus.
PENATALAKSANAA
Prinsip penanggulanganN
empyema thoraks adalah :
A.Pengosongan rongga pleura
¬Prinsip
ini seperti yang dilakukan pada abses dengan tujuan mencegah efek toksik dengan cara
membersihkan rongga pleura dari nanah dan jaringan-jaringan yang mati.
¬Pengosongan pleura dilakukan dengan cara : (3,6)
¬Closed drainage = tube thoracostomy = water sealed drainage (WSD) dengan indikasi:
• Nanah sangat kental dan sukar diaspirasi
• Nanah terus terbentuk setelah 2 minggu
• Terjadinya piopneumothoraks
Pengeluaran nanah dengan cara WSD dapat dibantu dengan melakukan penghisapan bertekanan negative
sebesar 10-20 cm H2O jika penghisapan telah berjalan 3-4 minggu, tetaapi tidak menunjukkan
kemajuan, maka harus ditempuh dengan cara lain, seperti pada empyema thoraks kronis.
¬Open drainage
Karena drainase ini menggunakan kateter thoraks yang besar, maka diperlukan pemotongan tulang iga.
Drainase terbuka ini dikerjakan pada empyema menahun karena pengobatan yang diberikan terlambat,
pengobatan tidak adekuat atau mungkin sebab lain, yaitu drainase kurang bersih.
OPEN WI OPEN WIN
NDOW THORA DOW
C O S T O M Y: THORACOSTO
CLAGGETTE PRO MY : E LO E SS
CEDURE ER FLAP
Pemberian antibiotik yang sesuai
• Mengingat kematian utama empyema karena terjadinya sepsis, maka antibiotik
memegang peranan penting. Antibiotik harus segera diberikan begitu diagnosis
ditegakkan dan dosis harus adekuat. Pemilihan antibiotik didasarkan pada hasil
pengecatan Gram dari hapusan nanah. Pengobatan selanjutnya bergantung dari
hasil kultur dan uji kepekaan.(3,6)
• Empyema Stafiloccocus pada bayi paling baik diobati dengan cara paranteral atau
bila dapat diterapkan dengan penisilin G atau vankomisin. Infeksi Pneumoccocus
berespon terhadap penisilin, seftriakson atau sefotaksim, tetapi mungkin perlu
vankomisin jika terjadi resistensi terhadap penisilin. H. influenza berespon terhadap
sefotaksim, seftriakson, ampisilin atau klorampenicol.
• Akhir-akhir ini penggunaan obat-obatan fibrolitik seperti streptokinase , urokinase
secara intrapleural juga dapat digunakan.tetapi penggunaan fibrinolitik ini masih
dalam penelitian. fibrinolitik bekerja menghancurkan fibrin yang melekat di
permukaan pleura sehingga akan mempermudah drainase dari cairan pleura.
Nama Obat Penisilin G (pfizerpen)
Nama Obat Vankomisin (vankokin,vancoled,lyphocin)
Golongan Interferon
Dosis 1-4 mU/4-6j Golongan Dapat bekerja pada kuman gram positif dan spesies Enterococcus
Kontraindikasi Hipersensitifitas
Pada empyema menahun, seringkali rongga empyema tidak menutup karena penebalan dan kekakuan
pleura. Bila hal ini terjadi, maka dilakukan pembedahan, yaitu :
Dekortikasi
Tindakan ini termasuk operasi besar
yaitu : mengelupas jaringan pleura
pleura yang menebal. Indikasi
dekortikasi ialah :
⎫Drainase tidak berjalan baik,
karena kantung-kantung
yang berisi nanah.
⎫Letak empyema sukar dicapai
oleh drain
⎫Empyema totalis yang
mengalami organisasi pada
pleura visceralis (peel sangat
tebal
Rujuka
n
• Sarwono Waspadji : Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi Ketiga, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta, 1996.
• Amin M. Alsagaff H. Saleh T. Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press 1998.
• Soemantri I. Sistem Pernafasan. Buku KEPERAWATAN Medikal Bedah. Selemba Medika.
Jakarta, 2007.
• Tarigan SP : Pola Kuman Dan Uji Kepekaan Dari Empiema di RSUP H.Adam Malik
Medan. USU e-Repository. 2008