Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN

EMPIEMA

DISUSUN
OLEH
NAMA : MARTINA WISDAYANTI
NIM : 161211185

S1 KEPERAWATAN
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
TA 2020
BAB I

KONSEP DASAR

A. DEFENISI
Empiema adalah terkumpulnya cairan purulen (pus) didalam rongga
pleura. Pada awalnya cairan pleura encer dengan jumlah leukosit rendah,tetapi
sering kali menjadi stadium fibropurulen dan akhirnya sampai pada keadaan
dimana paru-paru tertutup oleh membran eksudat yang kental.Meskipun empiema
sering kali disebabkan oleh komplikasi dari infeksi pulmonal, namun tidak jarang
penyakit ini terjadi karena pengobatan yang terlambat (Somantri, 2008).

B. ETIOLOGI
1. Infeksi yang berasal dari dalam paru :
a. Pneumonia
b. Abses paru
c. Bronkiektasis
d. TBC paru
e. Aktinomikosis paru
f. Fistel Bronko-Pleura
2. Infeksi yang berasal dari luar paru :
a. Trauma Thoraks
b. Pembedahan thorak
c. Torasentesi pada pleura
d. Sufrenik abses
e. Amoebic liver abses
3. Penyebab lain dari empiema adalah :
a. Staphylococcus
Staphylococcus adalah kelompok dari bakteri-bakteri,
secara akrab dikenal sebagai Staph, yang dapat menyebabkan
banyak penyakit-penyakit sebagai akibat dari infeksi beragam
jaringan-jaringan tubuh. Bakteri-bakteri Staph dapat
menyebabkan penyakit tidak hanya secara langsung oleh
infeksi (seperti pada kulit), namun juga secara tidak langsung
dengan menghasilkan racun-racun yang bertanggung jawab
untuk keracunan makanan dan toxic shock syndrome. Penyakit
yang berhubungan dengan Staph dapat mencakup dari ringan
dan tidak memerlukan perawatan sampai berat/parah dan
berpotensi fatal.
b. Pnemococcus
Pneumococcus adalah salah satu jenis bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi serius seperti radang paru-paru
(pneumonia),meningitis (radang selaput otak) dan infeksi darah
(sepsis).Sebenarnya ada sekitar 90 jenis kuman pneumokokus,
tetapi hanya sedikit yang bisa menyebabkan penyakit gawat.
Bentuk kumannya bulat-bulat dan memiliki bungkus atau
kapsul. Bungkus inilah yang menentukan apakah si kuman
akan berbahaya atau tidak.

C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis empiema hampir sama dengan penderita pneumonia
bakteria, gejalanya antara lain adalah panas akut, nyeri dada (pleuritic chest pain),
batuk, sesak, dan dapat juga sianosis. Inflamasi pada ruang pleura dapat
menyebabkan nyeri abdomen dan muntah. Gejala dapat terlihat tidak jelas dan
panas mungkin tidak dialami penderita dengan sistem imun yang tertekan. Juga
terdapat batuk pekak pada perkusi dada, dispneu, menurunnya suara pernapasan,
demam pleural rub (pada fase awal)ortopneu, menurunnya vokal fremitus, nyeri
dada.
D. FATOFISIOLOGI
Akibat invasi basil piogeneik ke pleura, maka akan timbulah peradangan
akut yang diikuti dengan pembentukan eksudat serous. Dengan sel
polimorphonucleus (PMN) baik yang hidup maupun yang mati dan meningkatnya
kadar protein, maka cairan menjadi keruh dan kental. Adanya endapan – endapan
fibrin akan membentuk kantung – kantung yang melokalisasi nanah
tersebut.Sekresi cairan menuju celah pleura normalnya membentuk
keseimbangandengan drainase oleh limfatik subpleura. Sistem limfatik pleura
dapatmendrainase hampir 500 ml/hari. Bila volume cairan pleura melebihi
kemampuanlimfatik untuk mengalirkannya maka, efusi akan terbentuk.
Efusi parapnemonia merupakan sebab umum empiema.
Pneumoniamencetuskan respon inflamasi. Inflamasi yang terjadi dekat dengan
pleura dapat meningkatkan permeabilitas sel mesotelial, yang merupakan lapisan
sel terluardari pleura. Sel mesotelial yang terkena meningkat permeabilitasnya
terhadap albumin dan protein lainnya. Hal ini mengapa suatu efusi pleura karena
infeksi kaya akan protein. Mediator kimia dari proses inflamasi menstimulasi
mesotelial untuk melepas kemokin, yang merekrut sel inflamasi lain. Sel
mesotelial memegang peranan penting untuk menarik neutrofil ke celah pleura.
Pada kondisi normal, neutrofil tidak ditemukan pada cairan pleura. Neutrofil
ditemukan pada cairan pleura hanya jika direkrut sebagai bagian dari suau proses
inflamasi. Netrofil, fagosit, mononuklear, dan limfosit meningkatkan respon
inflamasi dan mengeleluarkanmediator untuk menarik sel-sel inflamator lainya ke
dalam pleura.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi
a. Foto thoraks PA dan lateral didapatkan gambaran opacity yang
menunjukan adanya cairan dengan atau tanpa kelaina paru. Bila
terjadi fibrothoraks, trakhea di mediastinum tertarik ke sisi yang
sakit dan juga tampak adanya penebalan.Cairan pleura bebas
dapat terlihat sebagai gambaran tumpul di sudut kostofrenikus
pada posisi posteroanterior atau lateral.
b. Pemeriksaan pus
Aspirasi pleura akan menunjukan adanya pus  di dalam rongga 
dada(pleura). Pus dipakai sebagai bahan pemeriksaan sitologi ,
bakteriologi, jamur dan amoeba. Untuk selanjutnya, dilakukan
jkultur (pembiakan) terhadap kepekaan antobiotik.
c. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan dapat menunjukkan adanya septa atau sekat pada
suatu empiema yang terlokalisir.Pemeriksaan ini juga dapat
membantu untuk menentukan letak empiema yang perlu
dilakukan aspirasi atau pemasangan pipa drain.
d. Pemeriksaan CT scan
Pemeriksaan CT scan dapat menunjukkan adanya suatu
penebalan dari pleura.Kadang dijumpai limfadenopati
inflamatori intratoraks pada CT scan.
e. Sinar x
Mengidentifikasi distribusi stuktural,menyatakan
absesluas/infiltrate,empiema (strafilokokus), infiltrat menyebar
atau terlokalisasi(bacterial).
f. GDA /nadi oksimetri
Tidak normal mungkin terjadi,tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada.
g. Tes fungsi paru
Dilakukan untuk menentukan penyebab dipsnea, untuk
menentukan apakah fungsi abnormal adalah obstruksi atau
restriksi,untuk memperkirakan derajat disfungsi.
h. Pemeriksaan Gram/kultur sputum dan darah
Dapat diambil dengan biopsy jarum,aspirasi
transtrakeal,bronkoskopi fiberoptik atau biopsy pembukaan paru
untuk mengatasi organisme penyebab.Lebih dari satu tipe
organisme ada: bakteri yang umum meliputi diplokokus
pneumonia,strafilokokusaureus,A-hemolitik
streptokokus,haemophilus influenza:CMV.Catatan: kultur
sputum tidak dapat mengidentifikasi semua organisme yang
ada,kultur darah dapat menunjukkan bakterimia sementara.
i. EKG latihan,tes stress
Membantu dalam mengkaji derajat disfungsi paru
perencanaan/evaluasi program latihan.

F. KOMPLIKASI
Kemungkinan komplikasi yang terjadi adalah pengentalan pada pleura. Jika
inflamasi telah berlangsung lama, eksudat dapat terjadi di atas paru yang
menganggu ekspansi normal paru. Dalam keadaan ini diperlukan pembuangan
eksudat melalui tindakan bedah (dekortasi). Selang drainase dibiarkan
ditempatnya sampai pus yang mengisi ruang pleural dipantau melalui rontgen
dada dan pasien harus diberitahu bahwa pengobatan ini dapat membutuhkan
waktu lama.

G. PENATALAKSANAAN
Sasaran penetalaksanaan adalah mengalirkan cavitas pleura hingga
mencapai ekspansi paru yang optimal. Dicapai dengan drainase yang adekuat,
antibiotika (dosis besar ) dan atau streptokinase. Drainase cairan pleura atau pus
tergantung pada tahapan penyakit dengan :
a. spirasi jarum ( Thorasintesis ),jika cairan tidak terlalu kental
b. Drainase tertutup dengan WSD, indikasi bila nanah sangat kental,
pnemothoraks
c. Drainase dada terbuka untuk mengeluarkan pus pleural yang
mengental dan debris serta mesekresi jaringan pulmonal yang
mendasari penyakit.
d.   Dekortikasi, jika inflamasi telah bertahan lama.
H. WOC

Penghambatan Tekanan
Infeksi
drainase limpatik osmotik plasma

Peradangan permukaan Tekanan kapiler paru Transudasi cairan


pleura meningkat intravaskuler

Efusi Pleura

Penumpukan cairan

Terjadi invasi ke pleura

Timbul perdangan akut

Terjadi pembentukkan
eksudat

EMPIEMA

Sesak Nafas
(Ketidakefektifan pola
Gangguan Ekspansi paru
napas)
sirkulasi menurun

Gangguan pertukaran Nyeri dada


gas

Intolernasi aktivitas
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang : panas tinggi dan nyeri pada dada
pleuritik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya tanda-tanda
cairan dalam rongga pleura. Bila stadium ini dibiarkan sampai
beberapa minggu maka akan timbul toksemia, anemia dan
clubbing finger.
b. Riwayat kesehatan masa lalu : pernah mengalami radang paru-
paru (pneumonia), meningitis (radang selaput otak) dan infeksi
darah (sepsis).
c. Riwayat kesehatan keluarga : pernah terinfeksi bakteri
Staphylococcus atau Pneumococcus
2. Pemeriksaan fisik: data fokus
a.    Pola aktivitas/istirahat
Data  : Keletihan, ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari karena sulit bernapas,
ketidakmampuan untuk tidur.
Tanda : Keletihan, gelisah, insomnia, lemah.
b.    Sirkulasi
Data : Tampak lemah, jantung berdebar-debar.
Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi
jantung, pucat.
c.    Pola hygiene
Data : Penurunan kemampuan/peningkatan aktivitas sehari-
hari.
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
d.    Pola nutrisi
Data : Mual, muntah, nafsu makan buruk, penurunan berat
badan.
Tanda : Turgor kulit buruk, edema, berkeringat.
e. Rasa nyaman
Data : Nyeri, sesak.
Tanda : Gelisah, meringis.
f.    Keadaan fisik
Data : Badan terasa panas, pusing.
Tanda : Suhu, nadi, nafas, dan tekanan darah meningkat,
hipertermia.
g. Data fokus
Pada pemeriksaan pernapasan yang harus dinilai : keadaan
umum, laju pernapasan, warna, pernapasan cuping hidung,
suara pernapasan yang terdengar, dan usaha bernapas.
Pernapasan didominasi oleh gerak diafragma dengan sedikit
bantuan dari otot otot dada. Selain melihat gerak pernapasan,
juga penting untuk menilai adakah retraksi ( chest indrawing )
yang merupakan indikator adanya penyakit paru
1)   Inspeksi
Respirasi cepat, batuk, dada tampak lebih cembung, tampak
meringis dan sesak, barrel chest.Pada klien dengan
empiema, jika akumulasi pus lebih dari 300ml, perlu
diusahakan peningkatan upaya dan frekuensi pernafasan,
serta penggunaaan otot bantu pernafasan. Gerakan
pernafasan ekspansi dada yang asimetris( pergerakan dada
tertinggal pada sisi yang sakit), iga melebar, rongga dada
asimetris (cembung pada sisi yang  sakit). Pengkajian batuk
yang produktif dengan sputum purulen. Trakea dan jantung
terdorong ke sisi yang sehat.
2)   Palpasi
Pengurangan pengembangan dada, taktil fremitus menurun
pada sisi yang sakit. Di samping itu pada palpasi juga
ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada
dada yang sakit. Pada sisi yang sakit ruang antar iga dapat
kembali normal atau melebar.
3)   Perkusi
Diafragma bergerak hanya sedikit, terdengar suara ketok
pada sisi sakit redup (dullness) sampai pekak sesuai
banyaknya akumulasi pus di   rongga pleura.  Batas jantung
terdorong ke arah torak yang sehat. Hal ini terjadi apabila
tekanan intrapleura tinggi.
4)   Auskultasi
Suara pernapasan menunjukkan intensitas yang rendah,
biasanya ekspirasi memanjang, vocal fremitus menurun,
suara pernapasan tambahan kadang-kadang terdengar sonor
atau ronchi, rale halus pada akhir inspirasi.Kualitas suara
pernafasan yang dapat ditemukan adalah suara pernapasan
bronkial, normalnya didengar di trakea, yang pada
auskultasi inspirasi dan ekspirasi jelas terdengar. Suara
pernafasan perifer lainnya yang dapat terdengar adalah
suara pernapasan vesikular, yakni rasio inspirasi yang
terdengar lebih panjang dari ekspirasi. Suara pernapasan
bronkial yang terdengar pada paru perifer diperkirakan
terjadi konsolidasi atau adanya efusi pleura. Menurunnya
suara pernafasan saat usaha bernapas merupakan alasan
yang cukup untuk mencurigai adanya atelektasis,
konsolidasi lobaris (pneumonia) atau efusi pleura
3. Pemeriksaan penunjang
a.  Pemeriksaan Radiologi
1). Foto thoraks PA dan lateral didapatkan gambaran opacity
yang menunjukan adanya cairan dengan atau tanpa kelaina
paru. Bila terjadi fibrothoraks, trakhea di mediastinum
tertarik ke sisi yang sakit dan juga tampak adanya penebalan.
Cairan pleura bebas dapat terlihat sebagai gambaran tumpul
di sudut kostofrenikus pada posisi posteroanterior atau
lateral.
2). Pemeriksaan pus
Aspirasi pleura akan menunjukan adanya pus  di dalam
rongga  dada (pleura). Pus dipakai sebagai bahan
pemeriksaan sitologi , bakteriologi, jamur dan amoeba. Untuk
selanjutnya, dilakukan jkultur (pembiakan) terhadap
kepekaan antobiotik.
3). Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan dapat menunjukkan adanya septa atau sekat
pada suatu empiema yang terlokalisir. Pemeriksaan ini juga
dapat membantu untuk menentukan letak empiema yang
perlu dilakukan aspirasi atau pemasangan pipa drain.
4). Pemeriksaan CT scan
Pemeriksaan CT scan dapat menunjukkan adanya suatu
penebalan dari pleura. Kadang dijumpai limfadenopati
inflamatori intratoraks pada CT scan
5). Sinar x
Mengidentifikasi distribusi stuktural, menyatakan
absesluas/infiltrate, empiema (strafilokokus), infiltrat
menyebar atau terlokalisasi(bacterial).
6). GDA /nadi oksimetri
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru
yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
7). Tes fungsi paru
Dilakukan untuk menentukan penyebab dipsnea, untuk
menentukan apakah fungsi abnormal adalah obstruksi atau
restriksi,untuk memperkirakan derajat disfungsi.
8). Pemeriksaan Gram/kultur sputum dan darah
Dapat diambil dengan biopsy jarum,aspirasi
transtrakeal,bronkoskopi fiberoptik atau biopsy pembukaan
paru untuk mengatasi organisme penyebab.Lebih dari satu
tipe organisme ada: bakteri yang umum meliputi diplokokus
pneumonia, strafilokokus aureus,A-hemolitik streptokokus,
haemophilus influenza: CMV. Catatan: kultur sputum tidak
dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada, kultur
darah dapat menunjukkan bakterimia sementara.
9). EKG latihan,tes stress
Membantu dalam mengkaji derajat disfungsi paru
perencanaan/evaluasi program latihan.

B. DIANGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas b.d peruahan membran alveolar
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan otot pernafasan
3. Intoleran aktivitas b.d perubahan respon pernapasan b.d ketidak
seimbangan kebuthan oksigen.
Daftar pustaka
Huda dan Kusuma. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis. Jogjakarta:
MediAction.
Somantri, Irman.2008.Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Pernafasan.Jakarta:Salemba Medika.
Wilkinson J.M & Ahern N.R. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9.
Jakarta: EGC.
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35526-Kep%20Respirasi-
Askep%20 Empiema.html#popup.

Anda mungkin juga menyukai