Anda di halaman 1dari 8

Delirium

Kondisi akut penurunan perhatian dan


disfungsi kognitif, merupakan sindrom klinis
yang umum, mengancam hidup, dan dapat
dicegah; umumnya terjadi pada individu
berusia 65 tahun atau lebih
Epidemiologi
Delirium timbul pada 15-
53% pasien geriatri
pascaoperasi dan 70-87%
pasien yang dirawat di
ruang rawat intensif.
Prevalensi meningkat
seiring bertambahnya
umur, hingga 14%
pada pasien berusia
85 tahun atau lebih
Patofisiologi
Diagnosis
Delirium Hipoaktif (25%)
Pasien bersikap tenang dan
menarik diri, dengan
tampilan klinis letargi dan
sedasi, berespons lambat
terhadap rangsangan, dan
pergerakan spontan
minimal. Delirium Hiperaktif (30%)
Pasien memiliki gambaran
agitasi, hipervigilansi, dan
sering disertai halusinasi
dan delusi
Delirium Campuran (Mixed)
(45%).
Pasien menunjukkan
gambaran klinis baik
hiperaktif maupun hipoaktif
Diagnosis delirium memerlukan 5 kriteria (A-E) dari DSM V, yaitu :
• Gangguan kesadaran (berupa penurunan kejernihan kesadaran
terhadap lingkungan) dengan penurunan kemampuan fokus,
mempertahankan atau mengubah perhatian.
• Gangguan berkembang dalam periode singkat (biasanya beberapa
jam hingga hari) dan cenderung berfluktuasi dalam perjalanannya.
• Perubahan kognitif (seperti defisit memori, disorientasi, gangguan
bahasa) atau perkembangan gangguan persepsi yang tidak dapat
dimasukkan ke dalam kondisi demensia.
• Gangguan pada kriteria (a) dan (c) tidak disebabkan oleh gangguan
neurokognitif lain yang telah ada, terbentuk ataupun sedang
berkembang dan tidak timbul pada kondisi penurunan tingkat
kesadaran berat, seperti koma.
• Temuan bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau laboratorium
yang mengindikasikan gangguan terjadi akibat konsekuensi
fisiologik langsung suatu kondisi medik umum, intoksikasi atau
penghentian substansi (seperti penyalahgunaan obat atau
pengobatan), pemaparan terhadap toksin, atau karena etiologi
multipel.
Pencegahan
 Strategi paling efektif untuk mengurangi frekuensi dan
komplikasi. Obat-obatan seperti benzodiazepin atau
antikolinergik dan pencetus lain yang dikenal dapat
menyebabkan delirium secara umum hendaknya
dihindari.
 Reorientasi dan terapi untuk gangguan kognitif,
mobilisasi dini untuk mengatasi imobilisasi,
pendekatan nonfarmakologik untuk meminimalisir
penggunaan obat-obat psikoaktif, intervensi untuk
mencegah gangguan siklus tidur, metode komunikasi
dan perlengkapan adaptif (seperti kacamata dan alat
bantu dengar) untuk gangguan penglihatan dan
pendengaran, dan intervensi dini untuk kekurangan
cairan
Penanganan
Langkah utama adalah menilai semua
kemungkinan penyebab, menyediakan
dukungan suportif dan mencegah komplikasi,
dan mengatasi gejala
 Nonfarmakologis : reorientasi dan intervensi
tingkah laku
 Farmakologis : jarang dilakukan. Terapi
farmakologi biasanya diberikan pada pasien
delirium yang sesuai indikasi atau diperlukan
untuk mencegah pengobatan medis lanjutan
(pada delirium hiperaktif ).
Prognosis
Hampir setengah pasien delirium keluar dari
kondisi rawatan akut rumah sakit dengan
gejala persisten dan 20-40% di antaranya
masih mengalami delirium hingga 12 bulan

Anda mungkin juga menyukai