Anda di halaman 1dari 10

Infeksi Cacing Akibat Memakan Daging Sapi Kurang Matang

Diane Kunalindra 102018056

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No. 06 Jakarta 11510. Telepon: (021)5694-2051. Email:
diane.2018fk056@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Taeniasis adalah penyakit parasiter yang disebabkan oleh cacing pita dari genus Taenia dan infeksi
oleh larvanya disebut Sistiserkosis. Terdapat 2 jenis infeksi cacing pita yaitu Taeniasis solium (akibat
cacing pita babi) dan Taeniasis saginata (akibat cacing pita sapi). Penyakit Taeniasis ini berhubungan
dengan kebiasaan hidup seperti cara pengolahan makanan pada daging, memperhatikan
pembuangan tinja, dan pemeliharaan lingkungan hewan ternak. Beberapa spesies Taenia bersifat
zoonosis dan manusia sebagai hospes definitifnya, sedangkan hospes perantaranya adalah hewan
ternak (sapi, babi). Cacing dewasa pada Tenia sp. memilik kepala (scolex), bagian leher tanpa ruas,
dan proglotid. Telur pada Taenia saginata dan Taenia solium tidak dapat dibedakan. Sebagian besar
karier pada taeniasis ini bersifat asimtomatik. Oleh karena itu, pentingnya pengetahuan mengenai
cara pengendalian Taenia sp agar bisa mengurangi taraf kasus pada taeniasis ini.

Kata kunci: Taeniasis, Zoonosis, Taenia saginata, Hospes, Cacing.

Abstract

Taeniasis is a parasitic disease caused by tapeworms from the genus Taenia, and infection with the
larvae form of Taenia is called Cysticercosis . There are 2 types of tapeworm infections, namely
Taeniasis solium (due to pig tapeworms) and Taeniasis saginata (due to cow tapeworms). Taeniasis
is related to living habits such as how to process food on meat, pay attention to the disposal of feces,
and environmental care for livestock. Some species of Taenia are zoonotic, and humans serve as the
definitive host , while the intermediate host is livestock (cattle, pigs). Adult worms in Tenia sp. having
a head (scolex), neck section without segments, and proglotid. The eggs in Taenia saginata and
Taenia solium are indistinguishable. Most careers in taeniasis are asymptomatic. Therefore, the
importance of knowledge about how to control Taenia sp in order to reduce the level of cases in this
taeniasis.

Keywords: Taeniasis, Zoonotic, Taenia saginata, Hospes, Worms.


Pendahuluan
Daging sapi merupakan salah satu daging yang sangat digemari oleh masyarakat luas.
Banyak sekali makanan yang bisa diolah dari daging sapi. Di setiap daerah mempunyai resep
dan bahan yang berbeda-beda untuk dapat mengolah daging sapi menjadi makanan yang
enak. Layaknya jenis daging yang lain, jika ingin mengkonsumsi daging ini secara aman,
maka harus dimasak sampai matang. Jika daging tidak matang atau kurang matang, maka ada
risiko terkena sakit perut. Hal tersebut bisa terjadi karena terdapat cacing yang hidup di
otot/daging dari sapi yang dimakan. Pada makalah ini akan membahas mengenai pendekatan
klinis serta tatalaksana dari penyakit yang dikarenakan memakan daging sapi yang kurang
matang.

Berdasarkan skenario, yaitu Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke RS Ukrida


dengan keluhan nyeri pada daerah perut disertai mual sejak 3 hari yang lalu. Pasien gemar
makan daging sapi yang dimasak setengah matang..Pemeriksaan tinja : ditemukan telur
cacing berdinding tebal dengan struktur radier yang berisi embrio heksakan. Selain itu
ditemukan potongan proglotid ukuran 16×6 mm dengan uterus yang bercabang 20 buah.

Untuk dapat mendiagnosis sesuai dengan skenario, maka terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan, yaitu anamnesis yang baik, dimana anamnesis akan memberikan data-
data yang diperlukan mengenai penyakit tersebut. Kemudian dari hasil anamnesis tersebut
kita dapat memperkirakan penyakit yang diderita pasien. Informasi yang dapat diambil tidak
hanya dari pembicaraan secara verbal saja, namun dapat pula diambil dari aspek nonverbal,
seperti gaya bicara pasien, mimik wajah, dan sebagainya. Kemudian akan dilakukan berbagai
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang apabila perlu yang akan membantu
memastikan diagnosis penyakit yang diderita tersebut. Oleh karena itu, akan dibahas lebih
dalam lagi mengenai berbagai langkah-langkah diagnosis penyakit sesuai dengan skenario
dan berbagai hal terkait

Anamnesis

Anamnesis dapat didefinisikan sebagai sesi wawancara yang seksama terhadap


pasiennya atau keluarga dekatnya mengenai masalah yang menyebabkan pasien mendatangi
pusat pelayanan kesehatan. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-
anamnesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien
tidak memungkinkan untuk diwawancarai.
Hasil anamnesis didapatkan seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke RS Ukrida
dengan keluhan nyeri pada daerah perut disertai mual sejak 3 hari yang lalu. Pasien gemar
makan daging sapi yang dimasak setengah matang.
Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis, dapat dilakukan pemeriksaan fisik pada abdomen
untuk lebih meyakinkan suatu diagnosis. Selain memeriksa abdomen, mata, mulut, anus,
harus diperiksa juga untuk melihat apakah ada manifestasi dari cacing tersebut. Pada pasien
yang asimptomatik, hasil pemeriksaan fisik tidak ada yang khas. Pada pasien yang
menunjukkan gejala, pemeriksaan fisik dapat menunjukkan adanya proglotid yang keluar dari
anus atau gambaran anus yang mengalami iritasi (misalnya kemerahan dan terdapat bekas
garukan). Gejala saluran pencernaan yang terjadi jarang mencapai kondisi yang berat,
sehingga jarang ditemukan tanda-tanda dehidrasi.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan tes pemeriksaan tinja. Selain untuk membantu
menegakkan diagnosis, pemeriksaan tinja dilakukan untuk mendeteksi adanya
mikroorganisme parasit, selain itu membantu melihat jenis parasit apa yang kira-kira terdapat
dalam tinja dengan menemukan telur pada tinja. Penentuan spesies berdasarkan pemeriksaan
telur sulit diidentifikasi karena telur T. solium dan T. saginata cukup identik.
Untuk membedakan T. saginata dan T. solium paling baik dilakukan dengan
pemeriksaan proglottid dewasa. Taenia saginata memiliki 12-30 cabang uterine lateral
primer, sedangkan T. solium memiliki 7-13 cabang uterine lateral primer. Visualisasi cabang
dapat diidentifikasi dengan merendam proglottid dalam laktofenol diikuti oleh injeksi tinta
India ke dalam pori genital lateral.
Memeriksa skoleks membantu membedakan spesies karena skoleks T. solium
memiliki 4 batil isap dan rostellum pengait tetapi scolex T. saginata tidak memiliki rostellum
dan pengait. T. asiatica memiliki rostellum tanpa kail.
Menurut skenario, pada tinja pasien ditemukan telur cacing berdinding tebal dengan
struktur radier yang berisi embrio heksakan. Selain itu, ditemukan potongan proglotid ukuran
16x6 mm dengan uterus yang bercabang 20 buah.
Working Diagnosis
Taeniasis Saginata
Taeniasis saginata adalah infeksi akibat spesies cacing pita dewasa di usus yaitu
Taenia saginata. Manusia memperoleh taeniasis saginata dari konsumsi daging sapi yang
kurang matang yang mengandung sistiserkus. Cacing ini memiliki hospes definitif yaitu
manusia dan hospes perantaranya adalah sapi (daging sapi). Apabila seekor sapi memakan
proglotid gravid dari cacing Taenia saginata, maka dapat dipastikan bahwa dagingnya akan
ditemukan cacing Taenia saginata.
Diagnosis didukung dengan hasil anamnesis yaitu pasien gemar memakan daging sapi
yang kurang matang dan mengeluh nyeri perut. Tanda-tanda seperti itu sama dengan
penyebab taeniasis saginata yaitu memakan daging sapi yang kurang matang serta nyeri perut
diakibatkan oleh adanya cacing taenia saginata di dalam usus.
Diagnosis juga didukung dengan hasil pemeriksaan penunjang yang mana hasilnya
berupa pada tinja pasien ditemukan telur cacing berdinding tebal dengan struktur radier yang
berisi embrio heksakan. Selain itu, ditemukan potongan proglotid ukuran 16x6 mm dengan
uterus yang bercabang 20 buah. Karakteristik morfologi dari telur dan proglottid yang
ditemukan pada pasien adalah morfologi dari cacing Taenia saginata. Morfologi yang
dimiliki Taenia saginata berbeda dengan morfologi yang dimiliki oleh cacing Taenia solium
dan Taenia asiatica.
Differential Diagnosis
Taeniasis Solium
Taenia solium adalah salah satu jenis cacing pita yang terdapat pada daging babi.
Cacing pita ini memiliki hospes definitif yaitu manusia dan hospes perantaranya adalah babi.
Sesuai dengan hospesnya, cacing ini banyak ditemukan disekitar pertenakan babi serta di
tempat daging babi yang menjadi santapan utamanya. Penyakit yang ditimbulkan disebut
taeniasis solium.
Cacing ini memiliki panjang 2-4 meter dan terkadang bisa mencapai panjang 8 meter.
Cacing ini terdiri dari skoleks, leher dan strobila, serta terdiri dari 800 sampai 1000 proglotid.
Pada skoleks terdiri dari 4 buah batil isap dengan rostelum yang mempunyai 2 baris kait-kait.
Jumlah cabang uterus pada proglotid gravid (mengandung telur) adalah 7-12 buah. Larva dari
jenis cacing pita ini akan menimbulkan gejala klinis yang lebih berat pada pasien, yaitu
neurosistiserkosis

Hal yang membuat cacing pita jenis ini tidak menjadi diagnosis utama adalah cacing
pita ini memiliki hospes perantaranya adalah babi,memiliki uterus yang bercabang sebanyak
7-12 buah, dan pada skoleks terdiri dari 4 buah batil isap dengan rostelum. Sedangkan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan penunjang, pasien gemar makan daging sapi yang
dimasak setengah matang serta pada proglottid terdapat uterus yang bercabang 20 buah.
Gambar

Taeniasis Asiatica
Taenia asiatica adalah salah satu jenis cacing pita yang biasanya terdapat pada organ
babi, misalnya hati atau paru-paru. Cacing pita ini memiliki hospes definitif yaitu manusia
dan hospes perantaranya adalah babi. Sesuai dengan hospesnya, cacing ini banyak ditemukan
disekitar pertenakan babi serta di tempat daging babi yang menjadi santapan utamanya.
Cacing ini berwarna putih kekuningan dan memiliki panjang sekitar 3,5 meter. Cacing ini
terdiri dari skoleks, leher dan strobilla yang berisi kurang lebih 700 proglotid. Pada skoleks
terdiri dari 4 buah batil isap dengan rostelum yang lebih datar atau rata dibandingkan dengan
Taenia saginata. Jumlah cabang uterus pada proglotid gravid (mengandung telur) adalah 13
buah.
Hal yang membuat cacing pita jenis ini tidak menjadi diagnosis utama adalah cacing
pita ini memiliki hospes perantaranya adalah babi dan memiliki uterus yang bercabang
sebanyak 13 buah. Sedangkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan penunjang, pasien
gemar makan daging sapi yang dimasak setengah matang serta terdapat uterus yang
bercabang 20 buah.

Gambar
Morfologi Taenia Saginata
Telur

Gambar Gambar
Telur berkembang dalam kapsul hialin dan dikeluarkan setelah meninggalkan proglottid.
Telur Taenia saginata mengandung membran luar dan berdiameter sekitar 31-34 mikron. Di
dalam telur mengandung onkosfer
Cacing Taenia Saginata Dewasa
Cacing Taenia saginata termasuk dalam cacing pita yang memiliki ukuran tubuh
panjang dan besar yaitu 4-12 meter bahkan bisa mencapai total panjang 25 meter. Cacing ini
terdiri dari kepala (skoleks), leher dan strobila.

Gambar Gambar

Skoleks

Ciri-ciri yang Skoleks pada cacing ini adalah memiliki ukuran cukup kecil yaitu sekitar 1-2
mm, terdapat 4 batil hisap dengan otot-otot yang kuat, tidak memiliki rosteolum dan kait.
Bentuk lehernya lebih sempit dibandingkan dengan kepalanya, tidak terdapat struktur
tertentu.
Gambar

Gambar

Proglottid

Strobila pada cacing ini merupakan sebuah rangkaian ruas-ruas proglotid, sebanyak
1000-2000 buah. Pada strobila terdiri dari rangkaian prolotid yang belum matang (belum
terlihat struktur alat kelamin dengan jelas), sudah matang (terlihat struktur alat kelamin yang
jelas) dan juga yang mengandung telur atau disebut juga dengan gravid.

Pada proglotid yang matang memiliki struktur alat kelamin yaitu berbentuk seperti
folikel testis yang berjumlah kira-kira 300 hingga 400 buah, biasanya terletak tersebar di
bidang dorsal. Terdapat rongga kelamin yang disebut dengan genital atrium, rongga itu akan
berakhir pada lubang kelamin yang disebut dengan genital pore. Ovarium dari cacing pita ini
terletah di sepertiga bagian posterior proglotid dan terdiri dari 2 lobus berbentuk seperti kipas
serta memiliki ukuran besar yang hampir sama antar keduanya.
Gambar Gambar

Daur Hidup Taenia Saginata

Gambar

Taeniasis adalah infeksi pada manusia dengan cacing pita dewasa dari Taenia
saginata, T. solium atau T. asiatica. Manusia adalah satu-satunya hospes definitif untuk ketiga
spesies ini. Telur atau proglottid gravid keluar bersama feses. Telur dapat bertahan hidup
selama berhari-hari hingga berbulan-bulan di lingkungan. Sapi (T. saginata) dan babi (T.
solium dan T. asiatica) menjadi terinfeksi dengan menelan vegetasi yang terkontaminasi
dengan telur atau gravid proglottids. Pada usus binatang, oncosphere yang berada di dalam
telur menembus dinding usus, dan bermigrasi ke otot lurik, di mana mereka berkembang
menjadi sistiserkus. sistiserkus dapat bertahan hidup selama beberapa tahun pada hewan.
Manusia menjadi terinfeksi dengan menelan daging yang terinfeksi mentah atau
kurang matang. Dalam usus manusia, sistiserkus berkembang lebih dari 2 bulan menjadi
cacing pita dewasa, yang dapat bertahan selama bertahun-tahun. Cacing pita dewasa
menempel pada usus kecil dengan skoleksnya dan berada di usus kecil. Panjang cacing T.
saginata dewasa kurang lebih 5 meter (namun dapat mencapai 25 m). Cacing dewasa
menghasilkan proglottid yang matang, menjadi gravid, lepas dari cacing pita, dan bermigrasi
ke anus atau dilewatkan dalam tinja (sekitar 6 per hari). Cacing dewasa T. saginata biasanya
memiliki 1.000 hingga 2.000 proglottid. Telur yang terkandung dalam proglottid gravid
dilepaskan setelah proglottid dilewatkan bersama feses. T. saginata dapat menghasilkan
hingga 100.000 telur per proglottid.
Epidemiologi Taeniasis Saginata
Penyebaran dari cacing ini umumnya berupa kosmopolit, yaitu cacing ini berada di
seluruh dunia. Di Indonesia terdapat di daerah endemis seperti: Sumatra Utara (Pulau
Samosir), Lampung, Jakarta, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Bali,
NTT, Irian Jaya.
Gejala Klinis Taeniasis Saginata
Ketika dicerna oleh host definitif (manusia), T. saginata akan cenderung tinggal di
saluran pencernaan. Manusia yang terinfeksi oleh cacing pita daging sapi cenderung tidak
menunjukkan gejala atau memiliki sedikit komplikasi. Beberapa gejala adalah sebagai
berikut: gangguan usus, penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan, mual, rasa lapar,
diare, sembelit, atau gangguan pencernaan kronis. Gejala utama yang biasanya selalu
diperhatikan pertama kali, adalah potongan-potongan proglottid yang ditemukan dalam
kotoran manusia yang terinfeksi.. Komplikasi serius yang paling umum dari infeksi cacing
pita dewasa adalah radang usus buntu atau appendicitis.
Tatalaksana Taeniasis Saginata
Untuk pengobatan biasanya diberikan Prazikuantel dosis 5–10 mg/kgBB perkali
selama 15 hari dan juga Albendazole dosis 15 mg/kgBB dibagi 2 x perhari selama 8 hari.
Pencegahan agar tidak terkena penyakit ini adalah dengan mencuci tangan sebelum makan,
mendinginkan daging di suhu -10°C serta memasak daging hingga matang.

Prognosis
Prognosis umumnya memiliki hasil yang baik setelah meminum obat yang diberikan.

Kesimpulan

Setelah dilakukannya anamnesis terhadap pasien maka telah didapatkan hasil bahwa
pasien tersebut menderita taeniasis saginata. Taeniasis saginata adalah infeksi akibat spesies
cacing pita dewasa di usus yaitu Taenia saginata. Pasien menderita taeniasis saginata akibat
memakan daging sapi yang mengandung sistiserkus akibat dimasak kurang matang.
Sistiserkus masuk ke dalam usus manusia dan berkembang menjadi cacing dewasa yang
mengakibatkan pasien tersebut mengeluh nyeri perut. Selain terapi menggunakan obat, perlu
pencegahan juga yaitu memakan daging yang sudah dimasak dengan tangan serta mencuci
tangan sebelum makan.

Daftar Pustaka
1.

Anda mungkin juga menyukai