Anda di halaman 1dari 20

Amebiasis Usus Pada Pria

Dewasa
Victor Immanuel Parrangan
102019159
Skenario 12
• Seorang laki-laki usia 45 tahun datang ke RS Ukrida dengan keluhan
diare sejak 2 minggu yang lalu.
Identifikasi Istilah Rumusan Masalah
• Tidak ada • Seorang laki-laki 58 tahun
datang dengan keluhan perut
membesar disertai sesak sejak 1
minggu sebelum masuk rumah
sakit.
Mind Map Prognosis
Anamnesis

PF, PP

Komplikasi WD/DD

RM
Pencegahan Etiologi

Tatalaksana Patogenesis

Epidemiologi
Anamnesis
•Keluhan utama : diare
•Demam : +
•Tidak ada keluhan lemas
•Tidak pernah jajan
•Pasien blm pernah sakit seperti ini
•Lingkungan : -
•Volume satu cangkir aqua
•Diare disertai : darah dan lender
•Frekuensi BAB: cukup sering
•BAB disertai ampas
Pemeriksaan fisik
Ttv : batas normal
Pemeriksaan Umum : batas normal
Pemeriksaan penunjang
• Kultur/biakan
• Sigmoidoskopi dan biopsi : infeksi ringan tidak terdeteksi, namun pada
infeksi berat dapat terdeteksi
• Serologi : sebagai uji bantu diagnosis abses hati amebik dan epidemiologis.
Uji serologi positif apabila ameba menembus jaringan (invasif). Oleh karena
itu, uji ini akan positif pada pasien abses hati dan disentri ameba, dan
negatif pada earne Indirect fluores-cent antibody (IFA) dan Enzyme Linked
Immunosorbant Assay (ELISA) merupakan uji serologi yang paling sensitif.
• Hasil : Ditemukan stadium trofozoit dengan 1 inti entamoeba, pseudopodia
dan sel darah merah di dalam endoplasmanya.
Diagnosis banding
• 1. disentri basiler / shigellosis : infeksi akut usus yang disebabkan oleh
shigella sp. termasuk bakteri gram negatif.
• habitat : terbatas, pencernaan manusia dan primata lainnya.
• Penyebaran : berhubungan dengan kebersihan perorangan dan
kebersihan komunitas.
• Di negara berkembang, shigellosis lebih banyak pada anak-anak.
• Di negara dengan kondisi infrastruktur sanitasi tidak bagus, dengan
kondisi pemukiman padat.
• Manifestasi klinis : tergantung pada spesies yang menginfeksi, usia,
status nutrisi, dan status imunologi penjamu.
• Shigella ada 4 fase perkembangannya : fase masa inkubasi, watery
diarrhea, dysentery, dan fase post infeksi .
• Gejala dimulai 24-72 jam setelah kuman tertelan disertai demam dan
malaise, diikuti dengan diare yang awalnya watery diare.
• Disentri ditandai dengan diare sedikit-sedikit dengan darah dan lendir
disertai tenesmus, kram perut dan nyeri saat defekasi.
Amebiasis
• Salah satu infeksi saluran cerna yang disebabkan oleh Entamoeba
histolytica.
• 80-90% infeksi yang menunjukkan gejala dan sembuh sendiri
• 10-20% menyebabkan infeksi berat
• Hospes manusia , atau primata lainnya
• 3 stadium pada entamoeba : histolytica yaitu trofozoit , minuta, dan
kista
Epidemiologi

• Di temukan diseluruh dunia


• Bersifat kosmopolit dengan insiden bervariasi 3-10%
• Umumnya terdapat di wilayah tropis dan sub-tropis dengan tingkat sosio-ekonomi rendah dan
hygiene-sanitasi yang buruk.
• WHO menyatakan bahwa sekitar 500 juta orang di seluruh dunia terinfeksi protozoa Entamoeba
histolytica per tahun, namun hanya 50 juta orang yang menunjukkan gejala dan menyebabkan
sekitar 100.000 kematian.
• Insiden ameobiasis di Indonesia Cukup tinggi, data tahun 2011 menyebutkan bahwa angkanya
berada pada kisaran 10-18%, Amebiasis invasif: 50 juta orang dengan 50.000 kematian / tahun di
Asia, Afrika dan Amerika Latin.
• Jarang terjadi dibawah umur 5 tahun , terumata di bawah 2 tahun.
• Di negara industri, amebiasis terutama ditemukan pada kelompok homoseksual, imigran, turis
yang bepergian ke daerah endemis, orang yang tinggal di asrama dan penderita positif HIV
Etiologi
• Amebiasis adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh
organisme protozoa E histolytica, yang dapat menyebabkan
penyakit usus (misalnya kolitis). E.histolytica merupakan
protozoa usus, sering hidup sebagai mikroorganisme komensal
(apatogen) di usus besar manusia. Apabila kondisi mengizinkan
dapat berubah menjadi patogen dengan cara membentuk
koloni di dinding usus dan menembus dinding usus sehingga
menimbulkan ulserasi.
Patogenesis
Patogenesis E. histolytica terdiri dari 3 tahapan, yaitu
kematian sel pejamu, inflamasi, dan proses invasi. Pada
tahapan pertama, parasit akan melakukan penempelan
dengan sel pejamu. Penempelan atau adherens ini
dimediasi melalui molekul lektin Gal/GalNAc yang
merupakan salah satu faktor virulensi dari protozoa. Sel
pertama yang diserang adalah sel epitel intestinal.
Trofozoit yang berhasil menempel dengan sel, dapat
membunuh sel pejamu melalui berbagai mekanisme
seperti menginduksi apoptosis, fagositosis, maupun
trogositosis
Gejala klinis
Gejala yang muncul saat seseorang mengalami amebiasis akan muncul  dalam 7–28 hari setelah terinfeksi parasit.
Kebanyakan penderita hanya akan mengalami gejala di bawah ini:

 Diare
 Kram perut
 Buang angin berlebihan
 Sangat Lelah

• Jika dibiarkan, parasit dapat menembus dinding usus dan menyebabkan luka. Parasit ini juga bisa menyebar ke
organ hati melalui pembuluh darah dan menyebabkan abses hati (kumpulan nanah).
• Jika kondisinya sudah parah, penderita bisa merasakan gejala-gejala berikut:

 Nyeri perut bagian atas yang parah


 Disentri atau diare dengan tinja yang bercampur lendir dan darah
 Demam tinggi
 Muntah-muntah
 Perut bengkak
• Sakit kuning (jaundice).
Komplikasi
Amebiasis yang tidak ditangani dapat menyebabkan sejumlah komplikasi, seperti:
 Anemia akibat perdarahan usus, khususnya pada penderita yang mengalami
radang usus (amebic colitis)
 Sumbatan atau obstruksi pada usus akibat gumpalan jaringan pada usus
(amoeboma)
 Penyakit liver, misalnya abses hati amebic, yaitu pembentukan abses di jaringan
hati
 Sepsis, yaitu penyebaran infeksi parasit ke seluruh tubuh, termasuk otak
Tatalaksana
`Obat-obatan untuk menangani amebiasis antara lain:

 Obatantibiotik
Antibiotik, seperti metronidazole atau tinidazole, digunakan untuk membunuh parasit di dalam tubuh. Obat
ini biasa diberikan bersama antiparasit, seperti diloxanide furoate.
 Obat antimual
Obat antimual diberikan untuk meredakan mual yang sering terjadi pada penderita amebiasis.

Penggantian cairan tubuh


• Penderita amebiasis disarankan untuk mengonsumsi banyak air putih dan oralit untuk mengganti cairan yang
hilang akibat diare. Jika kondisi dehidrasi yang dialami cukup parah, maka pasien perlu mendapatkan
perawatan di rumah sakit.

Operasi
• Jika amebiasis menimbulkan perforasi usus (pecahnya usus) atau kolitis parah (fulminant colitis), dokter akan
melakukan operasi untuk mengangkat usus yang bermasalah. Selain itu, operasi juga bisa dilakukan untuk
mengatasi abses hati yang tidak membaik setelah pemberian antibiotik.
Pencegahan dan edukasi
Amebiasis bisa dicegah dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Beberapa
langkah yang dapat dilakukan adalah:
 Terapkan kebiasaan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Lakukan terutama
setelah buang air kecil atau buang air besar, sebelum dan sesudah makan atau
mengolah makanan, serta sesudah mengganti popok bayi.
 Cuci sayur atau buah sampai bersih dan kupas sebelum dikonsumsi.
 Cuci peralatan masak sampai bersih sebelum digunakan.
 Rebus air hingga mendidih sebelum diminum.
• Konsumsi susu dan produk susu yang sudah melalui proses pasteurisasi
• Jangan berbagi penggunaan alat mandi, seperti handuk, sabun, atau sikat gigi, dengan
orang lain.
• Amebiasis dapat dicegah dengan cara meningkatkan sanitasi.
Penularan melalui makanan yang terkontaminasi dapat dicegah
dengan memasak makanan sampai matang dan menghindari
konsumsi makanan mentah yang tidak dicuci bersih, sedangkan
penularan melalui air yang terkontaminasi dapat dicegah dengan
meminum air dalam kemasan, memasak air yang akan dikonsumsi,
atau menambahkan iodin pada air minum
Prognosis
• Secara umum, amebiasis, dikenal juga sebagai amubiasis, amoebiasis,
atau disentri ameba, memiliki prognosis yang baik. Kunci prognosis
yang baik ini adalah tata laksana yang tepat. Amebiasis yang tidak
ditatalaksana dengan baik akan berpotensi menyebabkan komplikasi
seperti striktur intestinal dan peritonitis
Kesimpulan
Amebiasis merupakan suatu infeksi hati dan usus besar yang
disebabkan oleh Entamoeba histlytica. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan hasil anamnesis pasien serta hasil pemeriksaan
tinja pasien. Pengenalan gejala klinis yang tepat dapat dengan
tepat menentukan tindakan pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai