Anda di halaman 1dari 35

Eldaa Putik

G99162011
• Diare masih merupakan masalah di Indonesia, dilaporkan 60
juta pasien pertahun 70-80% mengenai anak berusia dibawah
5 tahun
• WHO membagi diare menjadi tiga kelompok yaitu diare cair
akut, diare berdarah (disentri) dan diare persisten
• Diare berdarah dapat disebabkan disentri basiler (Shigella)
dan amuba, enterokolitis (misalnya cows milk allergy),
trichuriasis, EIEC, dan virus. Penyebab yang paling sering
mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian
adalah disentri basiler
• Shigellosis endemik di seluruh dunia di mana penyakit ini
bertanggung jawab tehadap 120 juta kasus disentri yang
parah dengan temuan klinis berupa darah dan lendir dalam
tinja, mayoritas terjadi di negara berkembang dan melibatkan
anak-anak usia dibawah lima tahun
• Di Indonesia, Shigella spp merupakan penyebab tersering
kedua dari diare yang dirawat di rumah sakit, yakni sebesar
27,3%
• Dari keseluruhan Shigella spp tersebut, 82,8% merupakan S.
flexneri; 15% adalah S. sonnei; dan 2,2% merupakan S.
dysenteriae
• Infeksi S. sonnei adalah yang teringan. Paling sering terjadi di
negara-negara industri.
• Infeksi S. flexneri akan menimbulkan gejala disentri dan diare
persisten, paling sering terjadi di negara berkembang.
• S. dysenteriae. Tipe 1 menghasilkan toksin Shiga sehingga
dapat menimbulkan epidemi diare berdarah dengan case
fatality rate yang tinggi dia Asia, Afrika dan Amerika Tengah
• Disentri basiler atau shigellosis adalah suatu infeksi akut pada
kolon yang disebabkan kuman genus Shigella famili
Enterobacteriaceae
• Shigella adalah basil tidak bergerak (non motil), tidak
berkapsul, gram negatif, dan lebih tahan asam dibanding
enteropatogen lain, bersifat fakultatif anaerob dengan
beberapa kekecualian tidak meragka laktosa tetapi meragikan
karbohidra lainnya
• Terdapat 4 spesies shigella yaitu S. dysenteriae (serogroup A),
S. flexneri (serogroup B), S. boydii (serogroup C), dan S. sonnei
(serogroup D). Pada umumnya S. flexneri, S.Boydii dan S.
dysentriae paling banyak ditemukan di negara berkembang
seperti Indonesia
• Habitat alamiah kuman disentri adalah usus besar manusia,
dimana kuman tersebut dapat menyebabkan disentri basiler.
Infeksi Shigella praktis selalu terbatas pada saluran
pencernaan, invasi dalam darah sangat jarang. Shigella
menimbulkan penyakit yang sangat menular
• Bakteri ini membentuk enterotoksin dan eksotoksin,
menyebabkan infeksi lokal pada dinding usus, terutama daerah
kolon dan sebagian ileum.
• Terjadi invasi sel epitel kolon,
yang diawali dengan melekatnya
bakteri, masuk sel dengan cara
endositosis dan berada di
sitoplasma. Multiplikasi
intraseluler menyebabkan
kerusakan dan kematian sel yang
akan berakibat ulserasi mukosa
serta inflamasi mukosa. Dari
bagian yang mengalami
inflamasi tersebut shigella
menghasilkan eksotoksin yang
berdasarkan cara kerja toksin
dikelompokkan menjadi
neurotoksik, enterotoksik dan
sitotoksik. Toksin inilah yang
berperan atas berbagai gejala
shigellosis seperti demam,
malaise, dan nyeri otot
• Pada shigellosis permukaan epitel mengalami ulserasi yang
ekstensif. Dengan eksudat terdiri dari sel kolon yang terkelupas,
leukosit PMN, eritrosit. Lamina propria mengalami edema dan
hemoragik, serta mengalami infiltrasi neutrofil dan sel plasma.
Ulserasi pada tempat tertentu menyerupai pseudomembran.
Penyerapan cairan yang merupakan fungsi utama usus besar
akhirnya menurun sehingga terjadi diare. Iritasi dan
peradangan menyebabkan peningkatan motilitas usus,
peningkatan frekuensi defekasi, tinja lendir dan darah serta
seringkali dengan gejala klinis demam, nyeri perut dan
tenesmus
• Masa tunas dari beberapa jam hingga 3 hari, jarang lebih dari
3 hari. Mulai gejala awal sampai timbulnya gejala khas
biasanya cepat. Gejala yang khas adalah defekasi sedikit-
sedikit, terus menerus, sakit perut kolik, tenesmus, muntah-
muntah. Suhu badan tinggi, sakit kepala, nadi cepat. Sakit
perut dirasakan di sebelah kiri. Tinja biasanya encer, berlendir,
warna kemerah-merahan atau lendir bening, dan berdarah.
• Pada pemeriksaan mikroskopis tinja dijumpai sel darah putih,
sel darah merah, sel makrofag, sel-sel pus, kadang-kadang
dijumpai Entamoeba coli
• Pemeriksaan fisik pada saat ini menunjukkan kembung perut
dan nyeri, suara usus hiperaktif, dan nyeri rektum pada
pemeriksaan
• Pada lebih dari setengah kasus pada orang dewasa, demam
dan diare menghilang spontan dalam 2-5 hari. Namun, pada
anak-anak dan lanjut usia, kehilangan air dan elektrolit dapat
menimbulkan dehidrasi, asidosis dan bahkan kematian.
Penyakit yang disebabkan oleh S. dysenteriae kadang-kadang
dapat sangat parah, berjangkitnya cepat, berak-berak seperti
air, muntah-muntah, suhu badan abnormal, cepat terjadi
dehidrasi, renjatan septik dan dapat meninggal bila tidak
segera ditolong
• Pemeriksaan tinja secara langsung terhadap kuman penyebab
• Biakan apusan (rectal swab)
• PCR yang spesifik dan sensitif, tetapi belum dapat dipakai
secara luas.
• enzim immunoassay dapat mendeteksi toksin di tinja.
• pengerokan daerah sigmoid untuk pemeriksaan sitologi.
• Aglutinasi karena aglutinin terbentuk pada hari kedua,
maksimum pada hari keenam. Pada S. dysentriae aglutinasi
positif pada pengenceran 1/50 dan pada S. flexneri aglutinasi
antibodi sangat kompleks dan oleh karena itu adanya banyak
strain maka jarang dipakai
• Fluorokuinolon (Norfloxacin, Ofloxacin, Ciprofloxacin) : daya
anti bakteri yang sangat kuat terhadap E.coli, Klebsiella,
Enterobacter, Proteus, H. Influenzae, Providencia, Serratia,
Salmonella, N. Gonorrheae
• Asam nalidiksat : prototip golongan kuinolon lama yang
mempunyai daya antibakteri yang baik terhadap kuman gram
negative, tetapi eliminasinya melalui urin berlangsung terlalu
cepat sehingga sulit dicapai kadar terapeutik dalam darah
• Trimetropim-sulfametoksazole : Trimetropim-sulfametoksazol
tidak lagi merupakan obat pilihan pertama bagi disentri
basiler karena terdapat banyak laporan mengenai resistensi
obat ini
• Nama : Tn. B
• Umur : 24 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Alamat : Surakarta
• Agama : Islam
• Suku : Jawa
• Status perkawinan : Belum Menikah
• Pekerjaan : Karyawan
• Tanggal Pemeriksaan : 12 Desember 2015
• No. RM : 01xxxx
• BAB berdarah dan berlendir
• Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan buang air besar
disertai darah dan lender yang sudah dirasakan sejak 1 hari
ini. Pasien mengaku mencret sekitar 5-7 kali sebelum ke rumah
sakit, sebanyak ± satu gelas belimbing per BAB. Tinja pasien
berupa ampas berwarna kuning kecoklatan, encer, terdapat
lendir dan darah serta berbau busuk. Pasien merasakan nyeri
setiap buang air besar, dan juga sakit perut melilit pada
bagian kiri. Saat ini pasien merasa demam, mual dan muntah,
lemas serta sering merasa haus.
• Sebelumnya pasien makan di warung tenda di dekat rumahnya.
Pasien belum meminum obat untuk mengurangi keluhan yang
dirasakan. BAK lancar tidak ada gangguan
• Riwayat penyakit serupa :(-)
• Riwayat asma :(-)
• Rawayat alergi obat, makanan, udara dingin :(-)
• Riwayat sakit darah tinggi :(-)
• Riwayat sakit ginjal sebelumnya :(-)
• Riwayat sakit gula :(-)
• Riwayat trauma :(-)
• Riwayat penyakit serupa :(-)
• Riwayat asma :(-)
• Riwayat alergi :(-)
• Riwayat sakit darah tinggi :(-)
• Riwayat sakit gula :(-)
• Riwayat merokok :(-)
• Riwayat minuman keras :(-)
• Riwayat olah raga : jarang
berolahraga
• Sebelum sakit penderita makan teratur 2-3 kali sehari
sebanyak 1 porsi biasa, dengan sayur, lauk pauk tahu, tempe,
kadang-kadang memakai telur dan daging. Dalam sehari
penderita minum kurang lebih 8 gelas. Pasien sehari-hari makan
dan minum di warung-warung pinggir jalan dekat dengan
kantor dan rumahnya. Semenjak sakit, nafsu makan penderita
berkurang karena penderita merasa mual dan ingin muntah
apabila makan. Pasien merasa sering haus semenjak sakit.
• Penderita adalah seorang karyawan, lajang, tinggal di kos-
kosan. Pasien berobat menggunakan fasilitas BPJS.
• Keadaan Umum : Tampak sakit sedang, compos mentis, GCS E4/V5/M6, kesan
gizi cukup
• Tanda Vital : dbn, suhu 38,6 derajat celcius
• Status Gizi : dbn
• Kulit : dbn
• Kepala : dbn
• Mata : mata cekung +/+
• Telinga : dbn
• Hidung : dbn
• Mulut : bibir kering +
• Leher : dbn
• Thorax : dbn
• Jantung-paru : dbn
• Abdomen : bising usus meningkat, nyeri tekan perut sebelah kiri +
• Ekstremitas : dbn
• Diagnosis Banding : Disentri Basiler, Disentri Amoeba
• Diagnosis : Disentri Basiler
Medikamentosa
• Ciprofloksasin 500 mg
• Attapulgite (Pularex tablet)
• Oralit
• Metoclopramide 10 mg
• Parasetamol 500 mg

Non medikamentosa
• Golongan fluorokuinolon menghambat kerja enzim enzim
topoisomerase II (DNA girase) dan IV pada kuman dan bersifat
bakterisidal. Enzim topoisomerase II berfungsi menimbulkan relaksasi
pada DNA yang mengalami positive supercoiling (pilihan positif yang
berlebihan) pada waktu transkripsi dalam proses replikasi DNA.
Enzim topoisomerase IV berfungsi dalam pemisahan DNA baru yang
terbentuk setelah proses replikasi DNA kuman selesai
• Golongan fluorokuinolon aktif sekali terhadap enterobacteriaceae
termasuk Shigella. Berbagai kuman yang telah resisten terhadap
aminoglikosida dan betalaktam ternyata masih peka terhadap
fluorokuinolon.
• Untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh kuman patogen
yang peka terhadap siprofloksasin pada saluran kemih kecuali
prostatitis; uretritis dan servisitis gonore; saluran pernafasan kecuali
pneumonia oleh streptokokus; kulit dan jaringan lunak; tulang dan
sendi; saluran pencemaan termasuk demam tifoid dan paratifoid
• Untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh kuman
patogen yang peka terhadap siprofloksasin pada saluran
kemih kecuali prostatitis; uretritis dan servisitis gonore; saluran
pernafasan kecuali pneumonia oleh streptokokus; kulit dan
jaringan lunak; tulang dan sendi; saluran pencemaan termasuk
demam tifoid dan paratifoid
• Infeksi saluran kemih : ringan, sehari 2 kali 250 mg; berat,
sehari 2 kali 500 mg.
• Infeksi saluran nafas, tulang, sendi, kulit dan jaringan
lunak: ringan, sehari 2 kali 500 mg; berat, 2 kali sehari 750
mg.
• Infeksi saluran cerna: sehari 2 kali 500 mg.Gonore akut: sehari
250 mg, dosis tunggal
• Attapulgite mempunyai daya absorbsi untuk menyerap racun, bakteri
dan enterovirus yang menyebabkan diare. Dapat melapisi selaput
lendir dan menyerap cairan radang di usus sehingga membantu
memperbaiki konsistensi feses serta mengurangi frekuensi buang air
besar.
• untuk pengobatan diare yang tidak diketahui penyebabnya,
mengurangi frekuensi buang air besar, dan memperbaiki konsistensi
feces yang encer
• Dewasa dan anak-anak diatas 12 tahun : 2 tablet setelah buang air
besar, maksimum penggunaan 12 tablet dalam waktu 24 jam.
• Anak-anak 6 – 12 tahun : 1 tablet setelah buang air besar.
Maksimum penggunaan 6 tablet dalam waktu 24 jam
• Parasetamol merupakan penghambat COX-1 dan COX-2 yang
lemah di jaringan perifer dan hampir tidak memiliki efek anti-
inflamasi/anti-radang. Hambatan biosintesis Prostaglandin (PG)
hanya terjadi bila lingkungan yang rendah kadar peroksid seperti di
hipotalamus sedangkan lokasi inflamasi biasanya mengandung
banyak peroksid yang dihasilkan leukosit, hal ini lah yang
menjelaskan efek antiinflamasi parasetamol tidak ada. Studi terbaru
menduga parasetamol juga menghambat COX-3 di Susunan Saraf
Pusat yang menjelaskan cara kerjanya sebagai anti piretik
• Dosis paracetamol untuk dewasa 300 mg-1 g perkali, dengan
maksimum 4 gram per hari. Untuk anak 6-12 tahun: 150-300
mg/kali, dengan maksimum 1,2 g/hari. Untuk anak 1-6 tahun: 60-
120 mg/kali dan bayi di bawah 1 tahun: 60 mg/kali; pada
keduanya diberikan maksimum 6 kali sehari
• Efek dari metoklopramid pada motilitas usus tidak tergantung
pada persyarafan nervus vagus. Tetapi dihambat oleh obat-
obat kolinergik. Metoklopramid mempengaruhi Chemoreceptor
Trigger Zone medulla yaitu dengan menghambat reseptor
dopamin padat CTZ. Mekanisme kerja dengan cara
meningkatkan ambang rangsang CTZ dan menurunkan
sensitivitas saraf visceral yang membawa impuls saraf aferen
dari gastrointestinal ke pusat muntah pada formatio reticularis
lateralis
• Dewasa : ½-1 tablet sehari 3 kali, sebelum makan dan sebelum
tidur atau menurut petunjuk dokter
• Dewasa: 1 ampul (10 mg) secara i.m/i.v mendekati akhir
operasi, bila perlu dosis diberikan sampai 20 mg
• Oralit mengandung alkalinising agent untuk mengantisipasi
asidosis; sedikit hypo-osmolar (kira-kira 250 mmol/liter) untuk
mencegah kemungkinan induksi diare osmotik. Komposisi larutan
rehidrasi oral (oralit) yang rasional adalah bahwa absorpsi
glukose tergabung pada transport aktif elektrolit, absorpsi
tersebut secara teori meningkatkan efisiensi ketika rasio
karbohidrat : natrium mendekati 1:1
• Natrium klorida dan kalium klorida diabsorpsi dengan baik di
saluran pencernaan, mengganti kehilangan elektrolit,
mengoreksi gangguan keseimbangan elektrolit. Kelebihan
natrium sebagian besar diekskresi melalui ginjal, dan sejumlah
kecil melalui feses dan keringat
• Di bawah 1 tahun : 1 ½ gelas pada 3 jam pertama,
selanjutnya ½ gelas setiap mencret
• Anak umur 1-<5 tahun: 3 gelas pada 3 jam pertama,
selanjutnya 1 gelas setiap mencret
• Anak umur 5-12 tahun: 6 gelas pada 3 jam pertama,
selanjutnya 1½ gelas setiap mencret
• Diatas 12 tahun: 12 gelas pada 3 jam pertama, selanjutnya 2
gelas setiap mencret
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai