Anda di halaman 1dari 5

Disentri amoeba

 Definisi
Disentri amoeba adalah infeksi usus yang disebabkan oleh amoeba dengan
nama Entamoeba histolytica. Kuman penyebab disentri amoeba dapat ditemukan
dalam makanan dan minuman yang terkontaminasi.

 Epidemiologi
 Penyakit ini ditularkan secara fekal oral baik secara langsung (melalui tangan)
maupun tidak langsung (melalui air minum atau makanan yang tercemar)
 Sebagai sumber penularan adalah tinja yang mengandung kista amuba yang berasal
dari carrier (cyst passer).
 Di negara beriklim tropis lebih banyak didapatkan strain patogen dibandingkan di
negara maju yang beriklim sedang.
 Kemungkinan faktor diet rendah protein, di samping perbedaan strain ameba,
memegang peran.
 Di negara yang sudah maju misalnya Amerika Serikat prevalensi amebiasis berkisar
antara 1-5%.
 Di indonesia, laporan mengenai insidens amebasis sampai saat ini masih belum ada.
 penularan dapat terjadi lewat beberapa cara, misalnya pencemaran air minum, pupuk
kotoran manusia, juru masak (food handlers)
 Vektor lalat dan kecoak, serta secara langsung seksual oral-anal pada homoseksual.
 Sekitar 10% populasi hidup terinfeksi entamuba kebanyakan oleh entamoeba dispar
(E.Dispar) yang infeksius.

*Soewondo ES, Amebiasis, dalam Buku ajar Ilmu penyakit Dalam, Jilid III.Ed.V,2009.

 Etiologi
 E. Histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai mikroorganisme
komensal (apatogen) di usus besar manusia.
 Apabila kondisi mengijinkan dapat berubah menjadi patogen dengan cara membentuk
koloni di dinding usus dan menembus dinding usus sehingga menimbulkan ulserasi.
 Siklus hidup ameba ada 2 macam bentuk, yaitu bentuk trofozoit yang dapat bergerak
dan bentuk kista
 Bentuk trofozoit ada 2 macam, trofozoit komensal (<10 mm) dan trofozoit patogen
(>10 mm)
 Bentuk kista ada 2 macam yaitu kista muda dan kista dewasa.
 Kista hanya terbentuk dan dijumpai di dalam lumen usus, tidak dapat terbentuk diluar
tubuh dan tidak dapat dijumpai didalam dinding usus atau dijaringan tubuh di luar
usus.
 Bentuk kista bertanggung jawab terhadap penularan penyakit dapat hidup lama di luar
tubuh manusia, tahan terhadap asam lambung, dan kadar klor standard didalam sistem
air minum.
 Diduga faktor kekeringan akibat penyerapan air sepanjang usus besar, menyebabkan
trofozoit berubah menjadi kista.
 E. histolytica oleh beberapa penulis sibagi menjadi dua ras yaitu ras besar dan ras
kecil, bergantung pada apakah dapat membentuk kista berdiameter lebih besar atau
lebih kecil dari 10 mm.
 Berdasar penyelidikan pada binatang dan manusia dapat dibuktikan bahwa E.
histolytica dapat merangsang terbentuk imunitas humoral dan selular.

*Soewondo ES, Amebiasis, dalam Buku ajar Ilmu penyakit Dalam, Jilid III.Ed.V,2009

 Patofisiologi
 Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal di dalam lumen usus besar, dapat
berubah menjadi patogen, menembus mukosa usus dan menimbulkan ulkus.
 Diduga baik faktor kerentanan tubuh pasien, sifat keganasan (virulensi) ameba,
maupun lingkungannya mempunyai peran
 Fakor-faktor yang dapat menurunkan kerentanan tubuh misalnya kehamilan, kurang
gizi, penyakt keganasan, obat-obat imunosupresif, dan kortikosteroid.
 Sifat keganasan ameba ditentukan oleh strainnya. Strain ameba di daerah tropis
ternyata lebih ganas daripada strain di daerah sedang.
 Beberapa faktor lingkungan yang diduga berpengaruh , misalnya suasana anaerob dan
asam (pH 0,6-6,5) adanya bakteri, virus dan diet tinggi kalesterol, tinggi karbohidrat,
dan rendah protein.
 Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang
dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus.
*Soewondo ES, Amebiasis, dalam Buku ajar Ilmu penyakit Dalam, Jilid III.Ed.V,2009

 Manifestasi klinis
a. Carrier (cyst passer)
 Pasien tidak menunjukan gejala sama sekali.
 Hal ini disebabkan karena ameba yang berada di dalam lumen usus besar,
tidak mengadakan invasi ke dinding usus.
b. Amebiasis intestinal ringan (disentri ameba ringan)
 Timbulnya penyakit (onset penyakit) perlahan-lahan penderita biasanya
mengeluh perut kembung, kadang-kadang nyeri perut ringan yang bersifat
kejang. Dapat timbul diare ringan, 4-5 kali sehari, dengan tinja berbau
busuk.
 Kadang-kadang tinja bercampur darah dan lendir sedikit. Sedikit nyeri
tekan di daerah sigmoid.
 Jarang nyeri di daerah episgastrium yang mirip ulkus peptik.
 Keadaan .. Pasien biasanya baik, tanpa atau disertai demam ringan
(subfebril)
 Kadang-kadang terdapat hepatomegali yang tidak atau sedikit nyeri tekan.
c. Amebiasis intestinal sedang (disentri ameba sedang)
 Keluhan pasien dan gejala klinis lebih berat dibandingkan disentri
ringan, tetapi pasien masih mampu melakukan ativitas sehari-hari,
tinja disertai darah dan lendir. Pasien mengeluh perut kram, demam
dan lemah badan, di sertai hepatomegali yang nyeri ringan.
d. Disentri ameba berat
 Keluhan dan gejala klinis lebih hebat lagi. Penderita mengalami
diare disertai darah yang banyak, lebih dari 15 kali sehari. Demam
tinggi (40ºC-40,5ºC), disertai mual dan anemia
 Pada saat ini tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan
sigmoidoskopi karena dapat mengakibatkan porforasi usus
e. Disentri ameba kronik
 Gejalanya menyerupai disentri ringan, serangan-serangan diare diselingi
dengan periode normal atau tampa gejala. Keadaan ini dapat berjalan
berbulan-bulan sampai bertahun-tahun
 Pasien biasanya menunjukan gejala neurastenia.
 Serangan diare biasanya terjadi karena kelelahan, demam atau makanan
yang sukar dicerna

*Soewondo ES, Amebiasis, dalam Buku ajar Ilmu penyakit Dalam, Jilid
III.Ed.V,2009

 Diagnosis
 Amebiasis intestinal kadang-kadang sukar dibedakan dari irritable bowel
syndrome (IBS), divertikulitis, enteritis regional, dan hemoroid interna.
 Sedang disentri ameba sukar dibedakan dengan disentri basilar (shigellosis) atau
salmonelosis, kolitis ulserosa, dan skistosomiasis (terumata di daerah endemis)
 Pemeriksaan tinja sangat penting
 Diagnosis pasti baru dapat ditegakkan apabila ditemukan ameba (trofozoit)
 Endoskopi, foto kolon dengan barium enema, atau biakan tinja.
 Ultrasonografi dapat membedakannya dengan neoplasma

 Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan tinja merupakan pemeriksaan laboratorium yang sangat penting
 Pada disentri ameba biasanya tinja berbau busuk, bercampur darah dan lendir.
 Untuk pemeriksaan mikroskopik, perlu tinja yang masih basah (Segar).
 Kadang-kadang diperlukan pemeriksaan berulang ulang, minimal 3 kali
seminggu, dan sebaiknya di ulang sebelum pasien mendapat pengobatan
 Pabila direncanakan akan dibuat foto kolon dengan barium enema,
pemeriksaan tinja harus dikerjakan sebelumnya minimal 3 hari sesudahnya.
 Didalam tinja pasien akan ditemukan bentuk trofozoit. Untuk itu diperlukan
tinja yang masih segar.
 Pemeriksaan protoskopi, sigmoidoskopi, dan kolonoskopi berguna untuk
membantu diagnosis penderita dengan gejala disentri, terutama apabila pada
pemeriksaan tinja tidak ditemukan ameba.
 Pemeriksaan ini tidak berguna untuk carrier.
 Pemeriksaan uji serologi banyak digunakan sebagai uji bantu diagnosis abses
hati amebik dan epidemiologis.
 Uji serologi positif apabila ameba menembus jaringan (invasif). Oleh karena
itu di uji akan positif pada pasien abses hati dan disentri ameba, dan negatif
pada eraner.
 Hasil uji serologi positif belum tentu menderita amebiasis aktif, tetapi bila
negatif pasti bukan amebiasis
 Indirect fluores-cent antibody (IFA) dan enzyme linked immunosorbant assay
(ELISA) merupakan uji yang paling sensitif.
 Sedang uji serologi yang cepat hasilnya adalah lattex aglutination test dan
cellulosa acetate diffusion.

*Soewondo ES, Amebiasis, dalam Buku ajar Ilmu penyakit Dalam, Jilid III.Ed.V,2009

 Tatalaksana

 Komplikasi
 Sering terjadi pada penyulit ekstra intestinal, yanng disebut amebiasis ekstra
intestinal
 Berdasarkan lokasinya, penyulit ttersebut dapat dibagi:
Komplikasi intestinal
 Perdarahan usus. Terjadi apabila ameba mengadakan invasi ke dinding usus
besar dan merusak pembuluh darah. Bila perdarahan hebat dapat berakibat
fatal
 Perforasi usus. Lendir apabila abses menembus lapisan muskular dinding usus
besar. Sering mengakibatkan peritonitis yang mortalitasnya tinggi.
 Peritonitis juga dapat terjadi akibat pecahnya abses hati ameba
 Ameboma.Terjadi kibat infeksi kronik yang mengakibatkan reaksi
terbentuknya massa jaringan granulasi.
 Biasanya terjadi di daerah sekum an rektosigmoid, sukar dibedakan dengan
karsinoma usus besar
 Sering mengakibatkan ileus obstruktif atau penyempitan usus.
 Intususepsi. Sering terjadi di darah sekum (caeca-colic) yang memerlukan
tindakan operasi segera.
 Penyempitan usus (striktura). Dapat terjadi pada disentri kronik, akibat
terbentuknya jaringan ikat atau akibat ameboma
Komplikasi ekstra intestinal
 Amebiasis hati.
 Abses hati ameba merupakan penyulit ekstra intestinal yang paling sering
terjadi. Di daerah tropis, terutama di Asia Tenggara, insidensnya berkisar
5-40%
 Amebiasis pleuropulmonal. Dapat terjadi akibat ekspansi langsung abses
hati. Kira-kira 10-20% abses hati ameba dapat mengakibatkan penyulit ini
 Abses otak, limpa, dan organ lain. Abses otak limpa dan organ lain dapat
terjadi akibat embolisasi ameba langsung dan dinding usus besar maupun
dari abses hati walaupun sangat jarang terjadi
 Amebiasis kulit. Terjadi akibat invasi ameba langsung dan organ dinding
usus besar, dengan membentuk hilirn (fisik). Sering terjadi di daerah
perianai atau di dinding perut, dapat pula terjadi di daerah vulvovaginal
akibat invasi ameba yang berasal dari anus.
*Soewondo ES, Amebiasis, dalam Buku ajar Ilmu penyakit Dalam, Jilid
III.Ed.V,2009

 Prognosis
 Prognosis ditentukan oleh berat-rngannya penyakit, diagnosis da pengobatan
dini yang tepat, serta kepekaan ameba terhadap obat yang diberikan
 Pada umumnya prognosis amebiasis adalah baik terutama yang tanpa
komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai