1. Entamoeba histolytica 2. Entamoeba dispar 3. Entamoeba coli 4. Entamoeba hartmani 5. Jodamoeba butschlii 6. Dientamoeba fragilis 7. Endolimax nana 8. Entamoeba gingivalis -------------- hdp dlm mulut. Semua ameba tdk patogen dan hidup sbg komensal pada manusia, kecuali Entamoeba histolytica. Entamoeba histolytica Sejarah : Amebiasis sbg penyakit disentri yang dpt menyebabkan kematian dikenal sejak 460 thn SM, oleh Hipokrates. Losch (1875) menemukan E. histolytica dari tinja disentri seorang penderita di Leningrad – Rusia. Pada autopsi Losch menemukan E. histolytica st. tropozoit dlm ulkus usus besar. Quinche dan Roos (1893), menemukan E. histolytica st. kista Schaudin ( 1903), memberi nama spesies Entamoeba histolytica dan membedakan dg Entamoeba coli. Walker dan Sellards (1913), membuktikan eksperimen bhw E. histolytica penyebab kolitis amebik, dan E.coli merupakan parasit komensal dlm usus besar. Brumpt (1979), menyatakan bhw walaupun E.histolytica dan E.dispar tdk dpt dibedakan secara morfologi, hanya E.histolytica yg bersifat patogen, kedua spesies ini berbeda dlm hal isoenzim, sifat antigen, dan genetika. Morfologi dan daur hidup Mempunyai 2 stadium, tropozoit dan kista, bila kista matang tertelan , kista tiba di lambung msh dlm keadaan utuh, krn dinding kista thn terhdp asam lambung. Dirongga terminal usus, dinding kista dicernakan terjadi ekskistasi dan keluarlah st. tropozoit dan masuk ke rongga usus besar. Dari 1 kista yang mengandung 4 buah inti, akan terbentuk 8 buah tropozoit. St tropozoit berukuran 10 – 60 u Mempunyai inti entameba yg terdpt di endoplasma Ektoplasma bening homogen terdpt dibagian tepi sel Pseudopodium yang dibentuk besar, dan lebar sepertu daun, dan dibentuk secara mendadak, pergerakan cepat dan menuju suatu arah (linear) Endoplasma berbutir halus, mengandung bakteri atau sisa makanan, bila ditemukan eritrosit disebut erythrophagocytosis yg merupakan tanda infeksi E. histolytica Sambungan……. St. tropozoit dpt bersifat patogen dan menginvasi jaringan usus besar, dg aliran darah akan menyebar ke jaringan hati, paru, otak , kulit dan vagina. St. tropozoit berkembang biak secara belah pasang Perbedaan morfologi antara E.histolytica dan E.dispar terletak pd ditemukannya sel eritrosit pd endoplasma St.kista dibentuk dari st. tropozoit yg berada di rongga usus besar. Dimana st. tropozoit dpt berubah menjadi st. precyst yang berinti satu (enkistasi),kemudian membelah menjadi berinti 2, dan akhirnya berinti 4 yang dikeluarkan bersama tinja. Ukuran kista 10 – 20 u, berbentuk bulat atau lonjong, mempunyai dinding kista dan terdpt inti entamoeba Dlm tinja stadium ini biasanya berinti 1 atau 4, kdg2 berinti 2 Di endoplasma terdpt benda kromatoid yg besar dan menyerupai lisong, terdpt vakuol glikogen sbg makanan cadangan, krn itu terdpt kista muda. Pd kista matang benda kromatoid dan vakuol glikogen tdk ada lg Infeksi terjadi dg menelan kista matang. AMOEBA IDENTIFIKASI BERDASARKAN GENUS STRUKTUR INTI
Entamoeba
Selaput intinya dibatasi oleh butir-butir kromatin, sedangkan kariosum (endosome) tampak padat dan terletak di tengah atau di tepi inti
Endolimax Kariosum (endosome) bentuknya tidak teratur
dan terletak di tepi inti
Iodamoeba Kariosum (endosome) bentuknya khas karena
berukuran besar dan dikelilingi oleh bulatan – bulatan Dientamoeba (di = dua), memiliki 2 buah inti dengan kariosom (endosome) yang terdiri atas 6 butir PATOLOGI & GEJALA KLINIK Bentuk klinis yang dikenal adalah : 1. Amebiasis intestinalis (amebiasis usus, amebiasis kolon) 2. Amebiasis ekstra intestinal Ad. 1. Amebiasis intestinal ( amebiasis usus , amebiasis kolon) a. Amebiasis kolon akut Gejala klinis : - Nyeri perut - Diare, tinja berlendir atau berdarah, pd st.akut dijumpai sedikit lekosit - Frekwensi diare dpt 10x/hari - Demam ( kdg- kdg ) - Tidak nafsu makan - Bb menurun b. Amebiasis kolon menahun Gejala klinis : - Rasa tidak enak diperut - Diare yang diselingi dg obstipasi ( sembelit) - Dasar penyakit adalah radang usus besar dg ulkus yang menggaung ( kolitis ulserosa amebik ) - Pd pemeriksaan tinja segar tdk ditemukan st. tropozoit E. histolytica - Pd biopsi kolon dpt ditemukan penebalan mukosa yang non spesifik tanpa atau dg ulkus - Komplikasi amebiasis dpt berupa acute necotizing colitis, toxic megacolon, ameboma, amebiasis cutis dan ulkus perianal - Amebiasis kolon bila tdk diobati akan menyebabkan amebiasis ekstra intestinal yang terjadi secara : a. Hematogen ( melalui aliran darah) b. Perkontinuitatum ( secara lsg) 2. Amebiasis ekstra intestinalis Abses hati merupakan manifestasi ekstra intestinalis yang paling srg ditemukan. Penderita memperlihatkan gejala dalam waktu singkat (2-4 minggu), dengan gejala : - Demam - Batuk - Nyeri perut kanan atas - Jika permukaan diafragma hati yang terinfeksi dapat terjadi nyeripleura kanan, atau nyeri yg menjalar sampai bahu kanan - Gangguan gastrointestinalis berupa a. Mual b. Muntah c. kejang otot perut d. Perut kembung e. Diare f. Konstipasi g. Pada pemeriksaan fisik ditemukan hepatomegali Pada pemeriksaan tinja, E. histolytica hanya ditemukan pd sebagian kecil abses hati, ditemukan lekositosis, dan peningkatan serum alkali posfatase pd pem. Darah. Komplikasi abses hati dapat berupa : - Penjalaran scr lsg ke pleura dan atau perikardium - Abses otak - Amebiasis urogenitalis - Cara perkontinuinatum terjadi bila abseshati tdk diobati sehingga abses pecah. - Ameba yang keluar dpt menembus diafragma, masuk ke rongga pleura dan paru, menimbulkan abses paru - Abses hati dpt juga pecah ke dalam rongga perut dan menyebabkan peritonitis atau pecah ke dalam dinding perut, menembus dinding perut dan sampai ke kulit dan menimbulkan amebiasis kulit dinding perut - Amebisis rektum bila tdk diobati dpt menyebar ke kulit disekitar anus, menyebabkan amebiasis perianal, dpt jg menyebar ke perineum, menyebabkan amebiasis perineal, atau ke vagina menyebabkan amebiasis vagina - Dikulit dan vagina ameba ini menimbulkan ulkus Diagnosa lab. 1. Pemeriksaan mikroskopis - Dilakukan paling sedikit 3x seminggu - Adanya sel darah merah dlm sitoplasma E. histolytica st. tropozoit merupakan indikasi terjadinya invasif amebiasis - Tinja harus segera diperiksa, jika tdk harus diberi pengawet Polyvinil alkohol (pva) atau pd suhu 4ºC (st tropozoit terlht aktif sampai 4 jam) - Hal yg dpt mempengaruhi hasil mikroskopis adalah : a. Keterlambatan waktu pemeriksaan b. Jumlah tinja yg tdk mencukupi c. Wadah tinja yang terkontaminasi urine atau air d. Penggunaan antibiotik e. Frekwensi pemeriksaan tinja f. Tinja tdk diberi pengawet. 2. Pemeriksaan serologi untuk mendeteksi antibodi a. IHA ( Imuno hemaaglutinasi) b. Lateks aglutinasi c. Counter immunoelectrophoresis d. Gel difusion test e. Uji komplemen f. ELISA Ig G terhdp antigen lektin dpt dideteksi dlm waktu 1 minggu setelah timbul gejala klinis, baik pd penderita kolitis maupun abses hati ameba. IgM anti lektin dpt dideteksi pd minggu pertama sampai ketiga pd seorang penderita kolitis ameba. Antibodi yang terbentuk krn infeksi E. histolytica dpt bertahan sampai 6 bulan, bahkan sampai 4 thn. 3. Deteksi antigen Antigen ameba yaitu Gal/Gal-Nac lectin dpt dideteksi dlm tinja, serum, cairan abses dan air liur penderita, dengan menggunakan teknik : ELISA. syarat melakukan teknik ELISA adalah tinja segar atau disimpan dlm lemari pendingin. Jika tinja yang digunakan tidak segar atau yang diberi pengawet akan menyebabkan denaturase antigen, sehingga memberikan hasil yang false negatif. Pada penderita abses hati ameba, deteksi antigen dapat dilakukan pada pus abses atau serumnya. 4. Polymerase chain Reaction ( PCR) Metode ini mempunyai sensitivitas dan spesifitas yg sebanding dg deteksi antigen pd tinja. Kekurangannya waktu yang diperlukan lebih lama, tekniknya lebih sulit, dan lebih mahal. Hasil dipengaruhi oleh berbagai kontaminan pd tinja. Sampai saat ini diagnose amebiasis yg invasif ditetapkan dengan kombinasi pemeriksaan mikroskopis tinja dan uji serologi. Bila ada indikasi dpt dilakukan kolonoskopi dan biopsi pd lesi intestinalis atau pd cairan abses. Parasit ditemukan pd dsr dinding abses. EPIDEMIOLOGI Amebiasis terdpt diseluruh dunia, terutama di daerah tropik dan subtropik, khususnya di negara yang keadaan sanitasi lingkungan dan keadaan sosial ekonominya buruk. Frekwensi infeksi E. histolytica diukur dg jumlah pengandung kista. Perbandingan berbagai macam amebiasis di Indonesia adalah sbb : 1. Amebiasis kolon banyak ditemukan 2. Amebiasis hati kadang- kadang ditemukan 3. Amebiasis paru, kulit dan vagina jarang ditemukan 4. Amebiasis otak lebih jarang lg ditemukan • Amebiasis ditularkan oleh pengandung kista. Pengandung kista biasanya sehat, ttp mereka memegang peranan penting untuk penyebaran penyakit, krn tinjanya merupakan sumber infeksi. Stadium kista matang adalah bentuk infektif. Seorang pengandung kista yang menyajikan makanan (food handler), bila hygiene perorangan kurang baik, dpt merupakan sumber onfeksi. Pencegahan - Kebersihan perorangan (personal hygiene) - Kebersihan lingkungan Pengobatan : a. Obat yang bekerja pd lumen usus 1. Paromomisin ( humatin) 2. Diloksanid furoat ( furamid, entamizol ) b. Obat yang bekerja pada jaringan 3. Emetin hidroklorida 4. Metronidazole ( golongan nitroimidazole) 5. Klorokuin.