Nah, diantara banyaknya protozoa yang hidup di muka bumi ini, ada beberapa
diare jika menginfeksi manusia, yaitu:
Organisme
Klasifikasi
Penyakit
Hospes
Stadium
Infektif
Entamoeba
Rhizopoda
Amoebiasis
Manusia
Kista
histolytica
Giardia
Flagelata
Giardiasis
Manusia
Kista
lamblia
Balantidium
coli
Ciliata
Isospora belli
Blastocystis
hominis
Cryptosporidi
um parvum
Sporozoa
Sporozoa
Cyclospora
cayetanensis
Sporozoa
Microsporidia
Sporozoa
Balantidiasis
Babi;
atau
Disentri Manusia
Balantidium
(kadang2)
Isosporiasis
Blastositosis
Kista
Kriptosporidiosis Mamalia,
burung,
reptil
Siklosporidiosis Manusia;
Hewan (?)
Ookista
Ookista
Tertelan
ookista
matang.
Tertelan
ookista
matang
Sekarang kita bahas organismenya satu per satu secara mendalam, ya.
1. ENTAMOEBA HYSTOLITICA
Hospes definitif: MANUSIA.
Penyakit yang ditimbulkan: amebiasis, disentri ameba, amebiasis kolon, hepatitis ameba. (Entamoeba ini bisa
menginfeksi usus dan hepar).
Penyebaran: Kosmopolit 0,2% - 50% di seluruh dunia, terutama di daerah tropik dan subtropik.
MORFOLOGI:
Trofozoit
Bentuk histolitika
Bentuk minuta
Kista
Bentuk kista
(Notes: Trofozoit adalah bentuk aktif, sedangkan kista merupakan bentuk dorman.)
Penjelasan:
Bentuk Histolitika
Ukuran: 15-30 mikron
Ektoplasma: lebar, bening, 1/3 bagian parasit, pesudopodium seperti jari,dibentuk cepat Jadi dia merupakan
amuba berbadan lunak mempunyai kaki semu untuk bergerak yaitu ektoplasmanya, danektoplasmanya ini
terbentuk secara cepat.
Endoplsma: Bergranula halus, mengandung eritrosit, inti entameba.
Bentuk Minuta
Ukuran: 10-20 mikron
Ektoplasma: tampak bila dibentuk pseudopodium, psudopodium dibentuk perlahan-lahan, pergerakan tidak
progresif ektoplasmanya dibentuk secara perlahan jadi pergerakannya tidak terlalu cepat dan ektoplasmanya
terlihat saat pseudopodiumnya telah terbentuk
Endoplasma: bervakuol, bakteri dan sisa makanan, inti entamuba
Bentuk Kista
Ukuran: 10-20 mikron berbentuk Bulat atau oval, dinding tipis (0,5 mikron)tidak ambil warna.
Sitoplasma: vakuola glikogen, benda kromatoid
Inti entamuba: 1-(2)-4
Penjelasan merupakan bentuk dorman dan tahan terhadap air yang terklorinasi.
Ket:
A: Bentuk Histolitika
B: Bentuk Minuta
C,D,E: Bentuk Kista
Patogenesis: Kista tertelan masuk ke dalam tubuh berubah bentuk menjadi bentuk minuta. Saat sistem imun
kita turun bentuk minutanya berubah jadi bentuk histolitika menyebabkan reaksi disentri, histo
jaringan; litik rusak, si trofozoit (bentuk histolitika) menghancurkan jaringan kolon sehingga BAB berdarah
dan berlendir.
Penyebaran infeksi: SSP, hepar.
Jalur: Per-hematogen lewat pembuluh darah.
Per-kontinuitatum penyebaran terdekat ke organ terdekat.
Patologi
Lesi primer: Intestinal (kolon) sekum,
sigmoid, rectum.
Lesi sekunder: Ekstra intestinal organ tubuh
terutama hepar.
Amoebiasis
Patogenesis: si trofozoit (bentuk histolitika) mempengaruhi galactose/N-acetyl galactosamine specific lectin
menempel pada epitel usus menginvasi mukosa sampai ke submukosa usus ulkus
Komplikasi:
Perforasi Dinding Usus, Granuloma, Hemoragi, Srtiktur, Apendisitis
Patologi Amebiasis Hati
Penyebaran: Hematogen dari amebiasis intestinal akut atau menahun (laten) Perkontinuitatum
Abses: Satu, multiple. Berisi massa merah-cokelat (sel hati, eritrosit, empedu, lemak, jaringan nekrotik), Lobus
kanan
Penjelasan: Jika ada pembesaran hepar, permukaan benjol-benjol, nyeri tekan, demam anamnesis
harus diperdalam ada tidak kontak dengan Entamoeba histolityca ini kira-kira. Patologi Amebiasis
Ekstraintestinal
Abses: Hati, Paru, Otak, Organ Lain
Ulkus: Kulit, Vagina, Penis
Gejala Klinis
Amebiasis Intestinal Akut:
Masa inkubasi 1-14 minggu
Sindrom disentri
Demam 38o-39o C
Bentuk histolitika dalam tinja
Amebiasis Kolon Menahun:
Gejala tidak nyata
Bentuk histolitika biasanyasulit ditemukan dalam tinjaAmebiasis Hati:
Hati membesar
Nyeri perut kanan atas menjalar ke pundak kanan
Demam, Menggigil
Leusitosis (10.000-16.000/MM)
Diafragma kanan tinggi
Diagnosis
Amebiasis kolon akut: Menemukan bentuk histolitika dalam tinja segar
Amebiasis kolon menahun: Menemukan bentuk histolitika dalam tinja segar, reaksi imunologi.
Abses Ameba:
Nanah abses berwarna merah cokelat
Menemukan bentuk histolitika dalam Biopsi dinding abses dan aspirasi nanah abses dekat dinding
abses
IHA, ELISA
Pengobatan
Metronidazole: terhadap bentuk histolitika (Yang paling penting)
Dosis :
3x750 mg sehari selama 5-10 hari
1x2 gr sehari selama 3 hari
Dehidroemetin: terhadap bentuk histolitika dan kista
Emetin (IM): terhadapa bentuk histolitika
Dosis: 1mg/kg BB/hari (max 65mg)
Paromomisisn: 25-30 mg/kg BB/hari selama 5-10 hari
Klorokuin fosfat, Dosis:1 gr/hari selama 2 hari pertama, 500 mg/hari selama 2-3 minggu
2. BLASTOCYSTIS HOMINIS
Hospes: manusia, monyet, kera, babi, marmot, tikus, reptilian, kecoa, dll.
Penyakit: Blastokistosis
Penyebaran: Daerah tropik
Morfologi: terdapat 4 bentuk yaitu:
Vakuolar
Granular
Ameboid
Kista
Penjelasan:
1. Bentuk Vakuolar
3. Bentuk Ameboid
Paling sering dalam tinja
Sering dalam tinja
Struktur mirip vakuol: benda sentral
Bentuk tidak teratur
Sitoplasma perifer: 1-4 nukleus
4. Bentuk Kista
2. Bentuk Granular
Oval/bulat : 6,65 mikron
Sel berisi granular
Mengandung inti
Fungsi dalam daur hidup belum diketahui
Bentuk paling resisten
Daur Hidup
Cara berkembangbiak:
Aseksual
4 macam pembelahan
Belah pasang (manusia)
Plasmotomi
Skizogoni
Endodiogeni
Cara infeksi: melalui makanan/minuman tercemar B. Hominis
Patologi dan Gejala Klinis
Kolitis ulserosa
Ileitis terminal
Enteritis
Diare, kembung
Muntah, Obstipasi
Anoreksia, BB menurun
Pada Penderita imunokopromais: infeksi oportunistik
Gejala klinisnya tergantung: beratnya infeksi dan virulensi strain
Diagnosis: Menemukan B. Hominis dalam tinja.
Pengobatan
Obat Pilihan : Metronidazole3x75 mg/Hari, 10 Hari
Obat Lain :
Iodokuinol 3x650 mg/Hari, 20 Hari
Furazolidon 4x100 mg/Hari, 7Hari
Epidemiologi
Terutama di daerah tropik
Prevalensi di Jakarta 15% (1983-1990)
Sumber infeksi: makanan/minuman tercemar tinja.
Diagnosis
Trofozoit pada feses diare, kista dalam feses
Lakukan 3 tes untuk mendiagnosis
ELISA tests untuk mendeteksi antigen terlarut
Penanganan
Metronidazol (flagyl) 25 mg/kg 5-7 hari
Fenbendazole (pancur) 4 mg/kg selama 5 hari
Quiracrine 100 mg, 5-6 hari
Giardia berkembang biak pada manusia mudah untuk ditatalaksana,
terjadinya reinfeksi.
tetapi sulit
untuk
menjaga
4. BALANTIDIUM COLI
Hospes: Babi, kadang-kadang pada manusia.
Penyakit: Balantidiosis atau disentri balantidium.
Tempat hidup: Selaput lender usus besar (terutama di daerah sekum).
Bentuk infektif: Kista
Cara Infeksi: Menelan kista
Bentuk kista :
Kira-kira 60 mikron
Berbentuk lonjong
Hanya makronukleus
Tidak berkembang biak
Bentuk vegetatif :
60-70 mikron
Bulu getar pada seluruh permukaan badan
Dalam sitoplasma ada 1 makronukleus dan 1 mikronukleus
Berkembang biak secara belah pasang transversal
Konjugasi
Patologi dan klinis :
Penyakit hampir sama dengan penyakit yang ditimbulkan oleh entamoeba histolytica
Di selaput lendir usus besar, bentuk vegetatifabses-abses kecilulkus menggaung
Patologi dan klinis :
Akut :
Ulkus yang merata pada
Selaput lendir usus besar
Kasus berat : ulkusgangrenfatal
Biasanya disertai sindrom disentri
Menahun :
Diare diselingi konstipasi
Sakit perut, kakeksia
Tanpa gejala
Kadang-kadang infeksi ekstraintestinal
Peritonitis
Uretritis
Diagnosis :
Menemukan bentuk :
Vegetatif dalam tinja encer
Kista dalam tinja padat
Pengobatan :
Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari, 10 hari
Iodokuinol 3 x 650 mg/hari, 20 hari
Metronidazol 3 x 750 mg/hari
Prognosis :
Infeksi ringan dan menahunsembuh dengan pengobatan
Penderita lemahfatal
Epidemiologi
B.coli banyak pada babi yang dipelihara (60 - 90%)
Penularan : Babibabi : mudah
Kadang-kadang menularmanusia (zoonosis)
Epidemiologi
Penularan pada manusia :
Tangan ke mulut
Makanan yang terkontaminasi
Penularan dipengaruhi :
Kebersihan perorangan
Sanitasi lingkungan
5. CRYPTOSPORIDIUM
Protozoa usus : diare pada hewan
1976 : diare pada manusia
penderita imunokompromais : diare berat
Hospes
mamalia : manusia, sapi, domba, babi, anjing, kucing, monyet, kelinci, mencit
burung
reptilia ( ular )
Penyakit
: kriptosporidiosis
Penyebaran : kosmopolit
Morfologi dan daur hidup
Spesies pada manusia: cryptosporidium parvum
(coccidia, mirip isospora dan toxoplasma)
Cara infeksi: tertelan ookista matang
Ekskistasi di usus kecil
Sporozoit : masuk sel epitel usus, di luar sitoplasma : disebut meront
Merogoni
Gametogoni
Sporogoni
Morfologi dan daur hidup
Meront : 4 - 5 mikron
Ookista
: 4 - 5 mikron
Ookista 2 macam :
dinding tipis : autoinfeksi
dinding tebal : keluar dengan tinja
Masa prapaten : 5 - 21 hari
Pengeluaran ookista :
Imunokompeten
: sebulan
Imunokompromais : sebulan
Patologi
Habitat :
Seluruh traktus digestivus, terutama yeyunum
Kandung empedu
Saluran pankreas
pemeriksaan histologik
atrofi vilus
kripta
Lamina propria : infiltrasi sel mononuklear
Parasit pada permukaan sel epitel
Gejala klinis
Hewan :
Diare akut
Anoreksia
Berat badan turun
Sembuh sendiri atau mati
Manusia : tergantung status imun
Imunokompeten :
Asimtomatik
self limited (diare 1 bulan )
Imunokompromais :
diare menahun mati
Diare : tinja cair, eri negatif ( 4 bulan - 3 tahun )
Kehilangan cairan 3 - 17 liter (dehidrasi )
Nyeri ulu hati, mual, muntah, anoreksia
Demam ringan
Mati karena diare / malnutrisi
Diagnosis
Menemukan ookista dalam tinja
Cara langsung : ookista kecil (4-5 mikron); mirip sel ragi
Pulasan ziehl neelsen: ookista bulat merah ; sel ragi lonjong biru
Cara konsentrasi ( flotasi )
Serologi : elisa, ifa
Pengobatan
Antibiotika / kemoterapeutika : tidak menolong
Hentikan terapi imunosupresif
Spiramisin 3 x 1 gram / sehari, 2 mg, dapat menolong
Epidemiologi
Penyebaran kosmopolit
Prevalensi :
Idaho
: anak sapi 44,4 %
Australia : pasien diare 4,1%
Jakarta : anak diare 1,3% ; dewasa diare 0,65%
Sumber infeksi : hewan / manusia
travellers diarrhea
day care centres
Epidemi melalui air minum
Ookista mati pada 65 c
6. CYCLOSPORA CAYETANENSIS
Hospes: manusia; hewan (?)
Penyebaran: kosmopolit ; banyak di negeri sedang berkembang
Morfologi dan daur hidup
Spesies coccidia
Parasit intrasitoplasmik dalam yeyenum
Ookista imatur dalam tinja
Sporulasi : 1 - beberapa minggu
Ookista matang : 2 sporokista ; masing-masing 2 sporozoit
Ookista : 8-10 mikron
Cara infeksi : tertelan ookista matang
Patologi dan gejala klinis
Masa inkubasi 1 minggu
Diare dengan tinja cair
Anoreksia, bb turun, kembung, nyeri ulu hati, muntah, nyeri otot, demam ringan, rasa capel
Tanpa pengobatan : beberapa hari sampai sebulan atau >, sering kambuh
Kadang-kadang asimtomatik
Diagnosis
Menemukan ookista dalam tinja
Cara langsung
Cara konsentrasi
Mikroskop fluoresen ultraviolet
Pulasan tahan asam : ookista merah muda-tua
Pengobatan :
Dewasa: trimetoprim 160 mg + sulfametoksazol 800 mg 2x sehari, 7 hari
Anak : trimetoprim 5 mg/kg bb + sulfametoksazol 25 mg/kg bb 2x sehari, 7 hari
Aids
: dosis > tinggi ; pengobatan maintenance
Epidemiologi
travellers diarrhea
Infeksi pada :
Semua umur
Imunokompeten
Imunokompromais
1979 : kasus pertama
minum air tidak dimasak
Epidemiologi
Amerika/canada
1996: diare pada 150 orang
Sumber infeksi diduga strawberry
1996: diare pada 1000 orang
sumber infeksi diduga raspberry
1997: 7 epidemi di california florida, new york, texas, nevada
HELMINTHS
Helminthes
Nematohelminthes
(cacing gilik)
Platyhelminthes
(cacing pipih simetris)
Trematoda
(daun)
Nematoda
STL
Tumbuhan dan
hewan air
Cestoda
(pita)
Daging
Semua plathyhelminthes merupakan hermaprodit; memiliki testis dan uterus di dalam satu tubuh.
Pada cestoda, apabila yang termakan oleh manusia adalah telurnya, maka yang akan terjadi adalah
kista jaringan.
2. FASCIOLOPSIS BUSKI (oral - intestinal fluks, trematode usus, trematode raksasa) - Trematoda
a. Berbentuk seperti daun. Simetris bilateral: bagian kiri dan kanan sama. Telurnya berlapis tipis
dengan inti didalamnya. Hanya dapat berkembang bila ada air.
b. Epidemiologi: Di daerah pedesaan dimana tanaman air (water chestnut, T. bicornis, water caltrop,
bambu air) dimakan mentah. Keong air Segmentina hemisphaerul dan S. trochoides penting untuk
transmisi. Orang-orang yang buang air besar di sungai.
c. Hospes definitive: manusia dan babi
d. HP: utama=keong air; lain=tanaman air (Trapa bicornis)
e. Stadium infektif: metaserkaria (tidak ada ekor-tidak aktif) masuk ke host berkembang di
duodenum hingga dewasa bertelur dalam 3 bulan di air telur dapat bertahan 3-7 minggu
mirasidium masuk ke siput berkembang menjadi sporokista redia serkaria berenang
ke tumbuhan air metaserkaria
f. Lokasi: tanaman air, T. bicornis
g. Cara infeksi: Menelan metaserkaria dari tanaman air (Trapa bicornis HP II)
h. Habitat: Cacing dewasa hidup di dalam rongga usus halus
i. Pathogenesis: Cacing dewasa melekat pada usus halus karena ada batil isap perut dan kepala. Di
tempat pelekatan tersebut menyebabkan ulserasi peradangan dan sekresi/ekresi cacing
menginduksi reksi racun/toksik dan sensitisasi untuk hospes. Jika serkaria masuk kedalam
tubuh melalui oral, maka tidak dapat berkembang, karena serkaria tidak memiliki bungkus seperti
metaserkasia sehingga tidak dapat melewati asam lambung.
j. Gejala klinis: Mual, muntah, tidak nafsu makan, sakit perut dan diare. Eosinofil meningkat dan IgA
juga meningkat
k. Diagnosis: Pemeriksaan mikroskop; menemukan telur dalam tinja. Menemukan cacing dewasa di
dalam tinja
l. Pengobatan: Prazikuantel (60 mg/kgBB dosis terbagi) atau Nitazoxanida
m. Pencegahan: BAB di jamban, tidak makan umbi tumbuhan air yang mentah (Trapa bicornis)
Cacing dewasa
Telur
serkaria
Cacing dewasa
Telur di dalam tinja
g. Cara infeksi: Makan daging sapi yang kurang matang mengandung larva /kista sistiserkus
h. Habitat: Cacing dewasa hidup di dalam usus halus manusia, larva sistiserkus di dalam otos sapi
i. Pathogenesis: Larva sistiserkus (Cysticercus bovis) mengalami evaginasi di usus halus, penetrasi ke
dalam vili usus halus dan tumbuh menjadi cacing dewasa (proglotid immature, mature dan gravid)
dan mengambil nutrisi dari manusia. Skoleks cacing dewasa melekat pada dinding usus halus.
j. Gejala klinis: Sakit ulu hati, mual muntah, tidak nafsu makan dan diare
k. Diagnosis: Menemukan telur dalam tinja dengan mikroskop. ELISA Copro-antigen; deteksi
antigen di dalam tinja. Menemukan potongan proglotid gravid di dalam tinja.
l. Pengobatan: prazikuantel (10mg/kgBB single dose); albendazol
m. Pencegahan: BAB di jamban, tidak makan daging sapi setengah matang
Proglotid gravid
Cacing dewasa
Hydatid cyst
Telur
Tambahan:
Semua darah akan menuju ke hati, lalu dihantarkan ke seluruh tubuh. Oleh karena itu lebih banyak
ditemukan kista di hati dari pada di otak atau organ lain.
Trichuris trichiura harus diperhatikan apakah masih ada atau tidak. Dianjurkan pemberian obat cacing
berulang. Karena pada anak, dikhawatirkan terjadi prolapsus rectum.
Bila ada pendarahan, dihentikan pendarahan terlebih dahulu, lalu diberikan obat cacing dan Fe (boleh
diberikan bersamaan). Fe diberikan untuk meningkatkan Hb nya.
Serkaria pada schistosoma japanicum cenderung mencari manusia sebagai kebutuhan untuk melanjutkan
hidupnya. Sedangkan serkaria pada fasciolopsis buski tidak memiliki kecenderungan seperti itu.