Source : https://id.wikipedia.org/wiki/Amebiasis
AMEBIASIS
Amebiasis adalah infeksi usus besar dan terkadang infeksi hati. Parasit yang
menyebabkan Amebiasis adalah Entamoeba histolytica. Tubuh kita memiliki 8 jenis amoeba,
hanya Entamoeba histolytica yang menyebabkan Amebiasis.
Berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 10% penduduk di dunia terjangkit
Amebiasis. Selain itu, Amebiasis biasanya terjadi di daerah tropis, terlebih daerah tempat
tinggal yang tidak bersih. Amebiasis terjadi pada wanita dan pria di segala umur. Selalu
konsultasi dengan dokter Anda untuk informasi lebih lanjut.
Amebiasis disebabkan oleh parasit yang disebut Entamoeba histolytica. Parasit ini
adalah penyebab utama diare, kerusakan pada perut dan saluran pencernaan. Parasit
menginfeksi tubuh saat Anda minum air yang tidak higienis, atau makan makanan yang
terkontaminasi.
Lalat, nyamuk, dan serangga lain juga berisiko menjadi penyalur parasit. Amebiasis dapat
menyebar dari hubungan anal dengan orang yang terinfeksi.
Carrier (Cyst Passer)
Pasien tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali. Hal ini disebabkan karena
ameba yang berada pada lumen usus besar tidak mengadakan invasi ke dinding usus
(Soewondo, 2007).
Disentri amoeba ringan
Timbulnya penyakit (onset penyakit) perlahan-lahan. Penderita biasanyamengeluh perut
kembung, kadang nyeri perut ringan yang bersifat kejang. Dapattimbul diare ringan, 4-5 kali
sehari, dengan tinja berbau busuk. Kadang juga tinja bercampur darah dan lendir. Terdapat
sedikit nyeri tekan di daerah sigmoid, jarang nyeri di daerah epigastrium. Keadaan tersebut
bergantung pada lokasiulkusnya. Keadaan umum pasien biasanya baik, tanpa atau sedikit
demam ringan(subfebris). Kadang dijumpai hepatomegali yang tidak atau sedikit nyeri tekan.
Disentri amoeba sedang
Keluhan pasien dan gejala klinis lebih berta dibanding disentri ringan,tetapi pasien masih
mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Tinja biasanyadisertai lendir dan darah. Pasien
mengeluh perut kram, demam dan lemah badan disertai hepatomegali yang nyeri ringan.
AMEBIASIS INTESTINAL
a. Amebiasis Kolon Akut
Berlangsung kurang dari 1 bulan. Diagnosis klinis ditetapkan bila terdapat sindrom
disentri yang merupakan kumpulan gejala terdiri atas diare (bercak-bercak encer) dengan
tinja yang berlendir dan berdarah serta tenesmus anus (nyeri apda anus saat BAB) dan
terdapat rasa tidak enak di perut dan mules. Biasanya gejala diare berlangsung tidak lebih
dari 10x/hari. Gejala tersebut dapat dibedakan dari gejala penyakit disentri basilaris. Pada
disentri basilaris terdapat sindrom disentri dengan diare yang lebih sering, kadang-kadang
sampai lebih dari 10x/hari, terdapat juga demam dan leukositosis. Amebiasis ini ditegakkan
dengan menemukan E.histolytica bentuk trofozoit dalam tinja (Staf Pengajar Bagian
Parasitologi, 2006).
b. Amebiasis Kolon Menahun
Biasanya sudah beralngasung lebih dari 1 bulan atau bila terjadi gejala ringan,
yaiturasa tidak enak di perut, diare yang diselingi obstipasi, dapat juga terjadi suatu
eksaserbasi akut dengan sindrom disentri. Di sekitar ulkus disertai peradangan, dapat terjadi
penebalan dinding usus. Penebalan ini merupakan suatu granuloma, disebut juga ameboma.
Diagnosisnya dengan menemukan bentuk trofozoit dalam tinja (sulit). Bila tidak ditemukan
perlu diulangi 3 hari berturut-turut (Staf Pengajar Bagian Parasitologi, 2006).
AMEBIASIS EKSTRAINTESTINAL
a. Amebiasis Hati
Secara klinis dapat dibuat diagnosis bila terdapat gejala berat badan menurun, badan
terasa lemah, demam, tidak nafsu makan disertai pembesaran hati yang nyeri tekan. Pada
pemeriksaan radiologi biasanya didsapatkan peninggian diafragma. Pemeriksaan darah
menunjukkan adanya leukositosis. Diagnosis lab ditegakkan dengan menemukan bentuk
trofozoit dalam biopsi dinding abses atau dalam aspirasi nanah anses(Staf Pengajar Bagian
Parasitologi, 2006).
b. Amebiasis Kulit
Terjadi akibat invasi ameba langsung dari dinding usus besar, dengan membentuk
hiliran (fistel0. sering terjadi di daerah perianal atau di dinding perut. Dapat pula terjadi di
daerah vulvovaginal akibat invasi ameba yang berasal dari anus (Soewando, 2007).
DIAGNOSA
Diagnosa dibuat dengan ditemukannya trofosoit atau kista pada spesimen tinja segar, atau
preparat apus dari aspirat atau kerokan jaringan yang didapat dari proctoscopy atau
aspirat dari abses atau dari potongan jaringan. Adanya trofosoit yang mengandung
eritrosit mengindikasikan adanya invasive amoebiasis.
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada spesimen segar oleh seorang yang terlatih karena
organisme ini harus di bedakan dari amoeba non patogen dan makrofag. Tes deteksi
antigen pada tinja saat ini telah tersedia; tetapi tes ini tidak dapat membedakan organisme
patogen dari organisme non-patogen. Diharapkan kelak dikemudian hari, pengujian
spesifik terhadap Entamoeba histolityca telah tersedia. Diperlukan adanya laboratorium
rujukan. Banyak tes serologis yang tersedia sebagai tes tambahan untuk mendiagnosa
amoebiasis ekstraintestinal, seperti abses hati dimana pemeriksaan tinja kadang-kadang
hasilnya negatif. Tes serologis terutama imunodifusi HIA dan ELISA, sangat bermanfaat
untuk mendiagnosa penyakit invasif.Scintillography, USG dan pemindaian CAT sangat
membantu menemukan dan menentukan lokasi dari abses hati amoeba dan sebagai
penegakan diagnosa apabila disertai d engan ditemukannya antibodi spesifik
terhadap Entamoeba histolityca.
PENCEGAHAN
Tindakan pencegahan.
3) Melindungi sumber air umum dari kontaminasi tinja. Saringan air dari pasir
menghilangkan hampir semua kista dan filter tanah diatomaceous menghilangkan semua
kista. Klorinasi air yang biasanya dilakukan pada pengolahan air untuk umum tidak selalu
membunuh kista; air dalam jumlah sedikit seperti di kantin atau kantong Lyster sangat baik
bila di olah dengan yodium dalam kadar tertentu, apakah itu dalam bentuk cairan (8 tetes
larutan yodium tincture 2% per quart air atau 12,5 ml/ltr larutan jenuh kristal yodium) atau
sebagai tablet pemurni air (satu tablet tetraglycin hydroperiodide, Globaline ®, per quart air).
Biarkan lebih kurang selama 10 menit (30 menit jika dingin) sebelum air bisa diminum. Filter
yang mudah dibawa dengan ukuran pori kurang dari 1,0 µm efektif untuk digunakan. Air
yang kualitasnya diragukan dapat digunakan dengan aman bila di rebus selama 1 menit.
4) Mengobati orang yang diketahui sebagai “carriers”; perlu ditekankan pentingnya mencuci
tangan dengan baik sesudah buang air besar untuk menghindari infeksi ulang dari tetangga
atau anggota keluarga yang terinfeksi.
5) Memberi penyuluhan kepada orang dengan risiko tinggi untuk menghindari hubungan
seksual oral yang dapat menyebabkan penularan fekal-oral.
6) Instansi kesehatan sebaiknya membudayakan perilaku bersih dan sehat bagi orang-orang
yang menyiapkan dan mengolah makanan untuk umum dan menjaga kebersihan dapur dan
tempat-tempat makan umum. Pemeriksaan rutin bagi penjamah makanan sebagai tindakan
pencegahan sangat tidak praktis. Supervisi yang ketat perlu dilakukan terhadap pembudayaan
perilaku hidup bersih dan sehat ini.
7) Disinfeksi dengan cara merendam buah dan sayuran dengan disinfektan adalah cara yang
belum terbukti dapat mencegah penularan E. histolytica. Mencuci tangan dengan baik dengan
air bersih dan menjaga sayuran dan buah tetap kering bisa membantu upaya pencegahan;
kista akan terbunuh dengan pengawetan, yaitu dengan suhu diatas 50oC dan dengan iradiasi.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan ditemukannya amuba pada contoh tinja penderita.
Amuba penyebab amebiasis tidak selalu ditemukan pada setiap contoh tinja, karena itu
biasanya diperlukan pemeriksaan tinja sebanyak 3-6 kali.
Suatu protoskop bisa digunakan untuk melihat bagian dalam rektum dan untuk mengambil
contoh jaringan ulkus (luka terbuka) yang ditemukan disana.
Pada abses hati, kadar antibodi terhadap parasit hampir selalu tinggi.
Antibodi ini bisa tetap berada dalam darah selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun,
karena itu kadar antibodi yang tinggi tidak selalu menunjukkan adanya abses pada saat ini.
Jika diduga telah terbentuk abses hati, diberikan obat pemusnah amuba.
Entamoeba histolytica memiliki siklus hidup dengan dua tahap, yaitu tahap trofozoit dan
kista. Pada tahap trofozoit, amuba tidak bisa bertahan hidup mandiri, sedangkan pada
tahap kista amuba bersifat sangat menular dan kuat, hidup di Lingkungan yang
ekstrim.Entamoeba histolytica ditularkan melalui rute fecal–oral. Periode inkubasi
terjadi mulai dari hitungan hari sampai tahun (durasi rata-rata 2-4 minggu). Mayoritas
mereka terinfeksi 90% adalah pembawa simtomatik, dan Entamoeba histolytica berada
dalam saluran usus dalam simbiosis dengan host (Berger, 2006).
Infeksi dimulai dari tertelannya kista dalam makanan dan minuman yang terkontaminasi
tinja. Kista yang tertelan mengeluarkan trofozoit dalam usus besar dan memasuki
submukosa. Bentuk kista biasanya sferis, berukuran 10-18 mm. Kista yang matang berisi
2 inti yang akan membelah menjadi 4 inti yang kecil. Selama proses pematangan vakuola
glikogen akan dikeluarkan dan benda kromatoid menjadi makin kabur dan akhirnya
menghilang. Kista sangat tahan terhadap bahan kimia tertentu. Kista bisa tetap hidup
dan infektif dalam kondisi lembab sedangkan dalam feses yang mengering dapat
bertahan sampai 12 hari dan dalam air selama 30 hari (Umar, 2004).
Kista tahan terhadap kadar klorin biasanya digunakan untuk pemurnian air. Kista
resisten terhadap keadaan lingkungan seperti suhu rendah dan kadar klorin yang biasa
digunakan pada pemurniaan air, parasit dapat dibunuh dengan pemanasan 55 °C (Umar,
2004). Bila air minum atau makanan terkontaminasi oleh kista Entamoeba histolytica,
kista akan masuk melalui saluran pencernaan menuju ileum dan terjadi excystasi,
dinding kista robek dan keluar amoeba “multinucleus metacystic” yang langsung
membelah diri menjadi 8 uninucleat trofozoit muda yang disebut “amoebulae”.
Amoebulae bergerak ke usus besar, makan dan tumbuh dan membelah diri asexual
(Berger, 2006).
Multiplikasi (perbanyakan diri) dari spesies ini terjadi dua kali dalam masa hidupnya
yaitu: membelah diri dengan “binary fission” dalam usus pada fase trofozoit dan
pembelahan nukleus yang diikuti dengan cytokinesis dalam kista pada fase
metacystic.Pada fase trofozoit Entamoeba histolityca mempunyai diameter rata-rata 20
mm; sitoplasmanya terdiri atas zona luar yang jernih dan endoplasma dalam yang
granuler padat, mengandung inti yang berbentuk sferis yang mempunyai kariosom
sentral yang kecil dan bahan kromatin granuler yang halus. Endoplasma juga berisi
vakuola, dimana eritrosit dapat ditemukan pada kasus amoebiasis invasif.menyusup
masuk kedalam mukosa usus besar diantara sel epithel sambil mensekresi
enzim proteolytik (Aghata, 2009).
Didalam dinding usus trofozoit terbawa aliran darah menuju hati, paru, otak dan organ
lain. Hati adalah organ yang paling sering diserang selain usus. Di dalam hati trofozoit
memakan sel parenchym hati sehingga menyebabkan kerusakan hati (Avelina, 2004).
Trofozoit dalam intestinal akan berubah bentuk menjadi precystic. Bentuknya akan
mengecil dan bebentuk spheric dengan ukuran 3,5-20 mm. Bentuk kista yang matang
mengandung chromatoid untuk menyimpan unsur nutrisi glycogen yang digunakan
sebagai sumber energi. Kista ini adalah bentuk inaktif yang akan keluar melalui feses.
Para trofozoit metacystic dari progeni mereka mencapai sektum dan mereka yang
datang dalam kontak dengan mukosa oral menembus atau menyerang epitel oleh
pencernaan litik (Caroline, 2002).
Liang trofozoit lebih dalam dengan kecenderungan untuk menyebar lateral atau
meneruskan kematian sel sampai mereka mencapai sub-mukosa borok membentuk-
bentuk flash. Ada beberapa titik penetrasi dari situs utama invasi, lesi sekunder mungkin
dihasilkan pada tingkat yang lebih rendah dari usus besar. Progeni dari koloni awal yang
diperas keluar ke bagian bawah usus dan dengan demikian, memiliki kesempatan untuk
menyerang dan menghasilkan bisul (borok) tambahan. Akhirnya, seluruh usus besar
terlibat (Peter, 2003).
Trofozoit yang mencapai muskularis sering mukosa mengikis limfatik atau dinding venula
mesenterika di lantai borok, dan dibawa ke vena portal intrahepatik. Jika trombi terjadi
di cabang-cabang kecil dari vena portal, yang trofozoit dalam nekrosis menyebabkan
trombi litik di dinding kapal dan mencerna jalur ke lobules (Peter, 2003). Peningkatan
koloni dalam ukuran dan berkembang menjadi abses. Suatu abses hati khas
mengembangkan dan terdiri dari: Central zona nekrosis, zona Median hanya stoma,
Sebuah zona luar dari jaringan normal yang baru saja diserang oleh amoeba (Fred,
1998).
Enkistasi; Secara alami perubahan tropozoit menjadi bentuk kista tidak terjadi di dalam
jaringan. Tropozoit yang ada di dalam lumen kolon akan berkondensasi menjadi benda
berbentuk sferis, yakni prekista yang kemudian dindingnya relatif tipis dan halus
dilepaskan sehingga terjadilah kista muda. Pada stadium ini terdapat dua macam inklusi
pada kista muda dan kista matang, yaitu inklusi glikogen dengan tepi yang samar-samar
dan bahan yang refraktil, disebut kromatoid, yaitu benda yang dapat berbentuk batang
panjang atau dapat juga pendek, biasanya dengan ujung bundar (Fred, 1998).
Ekskistasi; Proses ini tidak dapat terjadi secara in-vitro, kecuali bila dalam suasana yang
hampir mendekati keadaan dalam saluran cerna. Begitu kista masuk dalam mulut, akan
terus masuk ke dalam lambung lalu usus kecil. Dalam lingkungan asam, kista tidak akan
berubah tetapi bila lingkungan menjadi netral atau basa, amuba akan menjadi aktif. Juga
karena pengaruh cairan lambung maka dinding kista menjadi lemah dan amuba dengan
banyak intinya menjadi pusat metakista tropozoit (Naval, 2008).
Dalam lingkungan yang tidak cocok untuk ekskistasi yaitu keluar di dalam usus kecil,
kista akan dibawa ke usus besar dan kemudian dikeluarkan bersama tinja tanpa
mengalami ekskistasi. Metakista tropozoit tidak akan berkembang biak dan menempel
pada mukosa usus atau tersangkut di dalam kelenjar yang terdapat di dalam kripta usus.
Bila amuba muda mulai tumbuh, mereka akan menjadi tropozoit yang normal dan
lengkaplah siklus perkembangannya (Lorrington, 1998).
KEMOTERAPI
Berdasarkan tempat kerjanya, antiamuba yang sering ditemukan adalah antiamuba yang
bekerja pada lumen usus dan jaringan yaitu metronidazol dan turunannya.
Antelmintik atau obat cacing ialah obat yang digunakan untuk memberantas atau
mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh. Kebanyakan obat cacing
efektif terhadap satu macam kelompok cacing, sehingga diperlukan diagnosis dengan
enemukan cacing, telur cacing dan larva dalam tinja, urin, sputum, darah atau jaringan
lain penderita.
Secara klinis ada tiga macam penyakit malaria. Malaria tropika yang disebabkan
olehPlasmodium falciparum yang cenderung menjadi akut, tetapi bila cepat diobati, hasil
pengobatannya memuaskan. Malaria tersiana yang disebabkan oleh Plasmodium
vivaxyang cenderung menjadi kronis. Dan malaria kuartana yang disebabkan
olehPlasmodium malaria dan terdapat banyak di Afrika.
PENGOBATAN
PENGOBATAN
Disentri basiler Prinsip dalam melakukan tindakan pengobatan adalah istirahat,mencegah
atau memperbaiki dehidrasi dan pada kasus yang berat diberikan antibiotika. Cairan dan
elektrolit Dehidrasi ringan sampai sedang dapat dikoreksi dengan cairan rehidrasi oral. Jika
frekuensi buang air besar terlalu sering, dehidrasi akan terjadi dan berat badan penderita
turun. Dalam keadaan ini perlu diberikancairan melalui infus untuk menggantikan cairan
yang hilang. Akan tetapi jika penderita tidak muntah, cairan dapat diberikan melalui
minuman atau pemberian air kaldu atau oralit. Bila penderita berangsur sembuh, susu tanpa
gula mulai dapat diberikan. Diet Diberikan makanan lunak sampai frekuensi berak kurang
dari 5kali/hari, kemudian diberikan makanan ringan biasa bila ada kemajuan.
Pengobatan spesifik Menurut pedoman WHO, bila telah terdiagnosis shigelosis pasien
diobati dengan antibiotika. Jika setelah 2 hari pengobatan menunjukkan perbaikan, terapi
diteruskan selama 5 hari. Bila tidak ada perbaikan,antibiotika diganti dengan jenis yang lain.
Resistensi terhadap sulfonamid, streptomisin, kloramfenikol dantetrasiklin hampir universal
terjadi. Kuman Shigella biasanya resisten terhadap ampisilin, namun apabila ternyata dalam
uji resistensi kuman Terhadap ampisilin masih peka, maka masih dapat digunakan dengan
dosis4 x 500 mg/hari selama 5 hari. Begitu pula dengan trimetoprim-sulfametoksazol, dosis
yang diberikan 2 x 960 mg/hari selama 3-5 hari. Amoksisilin tidak dianjurkan dalam
pengobatan disentri basiler karenatidak efektif. Pemakaian jangka pendek dengan dosis
tunggal fluorokuinolon seperti siprofloksasin atau makrolide azithromisin ternyata berhasil
baik untuk pengobatan disentri basiler. Dosis siprofloksasin yang dipakai adalah 2 x 500
mg/hari selama 3 hari sedangkan azithromisin diberikan 1gram dosis tunggal dan sefiksim
400 mg/hari selama 5 hari. Pemberian Ciprofloksasin merupakan kontraindikasi terhadap
anak-anak dan wanita hamil. Di negara-negara berkembang di mana terdapat kuman
S.dysentriae tipe 1 yang multiresisten terhadap obat-obat, diberikan asam nalidiksik dengan
dosis 3 x 1 gram/hari selama 5 hari. Tidak ada antibiotika yang dianjurkan dalam pengobatan
stadium carrier disentri basiler.
Source
https://id.wikipedia.org/wiki/Amebiasis
https://hellosehat.com/penyakit/amebiasis/
http://dokterolifvia.blogspot.co.id/2011/05/amebiasis.html
https://www.google.co.id/url?
sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwj1kqO8zaPTAhVMq48K
HZmzDWwQjB0IBg&url=https%3A%2F%2Fpt.slideshare.net%2Forbitech%2Fgambargambar-
praktik&bvm=bv.152479541,d.dGc&psig=AFQjCNEifNvetJrkq6OQiOljgv-
FLj8y5g&ust=1492247132810014
http://tiwiaditia.blogspot.co.id/2012/05/penyakit-disentri.html
https://yumechantiq.wordpress.com/2011/06/20/amoebiasis/
http://makalahilmusainsdansosial.blogspot.co.id/2015/01/paper-farmakologi-ii-obat-anti-
protozoa.html