Anda di halaman 1dari 17

LEPROSTATIKA

Adisti Naratti Suci


Ayu Febrina Damayanti
Dhestya Pramesswary Dwi Putri
Sabrina Kalsum

IA - 2010
Lepra adalah penyakit
infeksi kronis yang merusak
terutama jaringan syaraf dan
kulit. Juga bagian mata dan
sistem pernafasan bagian
atas manusia.

Disebut juga penyakit


Hansen diambil dari nama
penemunya Dr. Hansen
(Norwegia, 1873-1912)
Seorang Jadi dia Tetap tanpa Tulangnya hancur
penderita tetap rasa sakit, dan menjadi cacat
kusta yang berjalan infeksinya bentuknya
kakinya terasa hingga semakin
melepuh terluka menyebar
namun tidak dan dan
terluka akhirnya menyerang
infeksi tulang
bercak pada kulit
Penebalan telinga penebalan saraf
1. Tipe I (reversal) menimbulkan exacerbasi mendadak
dari luka-luka kulit dan saraf yang meradang dan
membengkak, terutama dari bentuk borderline dari LT
dan LL. Penyebabnya reaksi imun seluler terhadap
antigen basil lepra. Diatasi dengan analgesik dan anti
radang.

2. Tipe II (erythema nodosum leprosum = ENL )


Hanya terjadi pada tipe LL sebagai reaksi imun humoral
terhadap antigen basil lepra. Gejalanya berupa demam
tinggi, noduli dengan ruam merah, dan radang saraf.
Diatasi dengan imunosupresiva seperti prednison dan
talidomida. Dosis klofazimin dinaikan menjadi 3 x 100
mg/ hari selama seminggu, bila reaksi berkurang dosis
klofazimin diturunkan menjadi 2 x 100 mg/hari sampai
reaksi hilang, dan dosis dikembalikan menjadi 50
mg/hari.
DAPSON
 Termasuk kelompok sulfon dengan rumus
bangun, aktivitas antimikroba dan mekanisme
kerja yang sama dengan sulfonamid. Khasiat 10x
lebih kuat dan juga lebih toksik. Penggunaan
monoterapi cepat menimbulkan resistensi.
 Mekanisme kerja persaingan substrat dengan
PABA.
 Farmakokinetik :
 Absorbsi dari usus hampir lengkap, dengan waktu
maksimal 1-3 jam
 t ½ rata-rata 28 jam.
 Mengalami siklus enterohepatik di hati dan
terasetilasi menjadi metabolit inaktif.
 Ekskresi 20% melalui kemih dan sebagian kecil
melalui tinja.
 Efek Samping : dosis biasa sakit kepala, mual,
muntah, sulit tidur, dan takikardi. Pada dosis
tinggi dapat terjadi kelainan darah seperti
hemolisis, dan methemoglobinemia.
RIFAMPISIN
 Khasiat leprosida berdasarkan perintangan spesifik terhadap enzim
RNA-polymerase, sehingga sintesis RNA terganggu.

 Farmakokinetik ;
 Reasorbsi di usus tinggi dan distribusi ke jaringan dan cairan tubuh
baik.
 Terjadi pewarnaan jingga/merah dari air seni, tinja, ludah, keringat,
dan air mata.
 T ½ 1,5-5 jam dan meningkat bila ada gangguan fungsi hati.
 Ekskresi melalui empedu

 Efek Samping : penyakit kuning (ikterus), mual, muntah, sakit ulu hati,
kejang perut, diare, gangguan SSP, dan hipersensitasi.

 Interaksi :
 mempercepat perombakan obat yang di metabolisme oleh enzim P450
seperti klaritomisin dan penghambat protease (obat AIDS).
 Antikoagulansia metabolisme dipercepat
 Pil anti hamil menjadi tidak berkhasiat.
 INH dan halotan meningkatkan resiko toksisitas hati.
 Pada minggu terakhir kehamilan dapat menyebabkan pendarahan
KLOFAZIMIN

Berkhasiat bakterisida
berdasarkan pengikatan DNA
sehingga fungsinya diblokir.
Berkhasiat anti radang dan
khusus digunakan untuk LL dab
ENL.

Efek Samping : pewarnaan


merah yang reversibel pada
kemih, keringat, air mata,
selaput mata, ludah, dan tinja.
Gangguan lambung usus setelah
6 bulan, pengendapan kristal
klofazimin pada dosis tinggi
pada ENL.

Anda mungkin juga menyukai