Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara maritim yang dua per tiga wilayahnya terdiri dari laut dengan
luas kira-kira 5.800.000 km2, berada pada posisi silang antara Samudera Hindia dan
Samudera Pasifik. Dalam pengelolaannya, perairan Indonesia dibagi dalam sembilan
wilayah pengelolaan perikanan dan kelautan dengan penamaan tertentu, misalnya Laut
Banda, Laut Arafura, Laut Sulu, Laut Jawa dan seterusnya. Setiap area perairan tersebut
mempunyai karakter yang berbeda satu sama lainnya demikian pula perbedaan dengan laut
wilayah subtropis. Hal ini ditentukan oleh kondisi geografis masing-masing area perairan,
pola arus, perubahan temperatur dan salinitas, kedalaman air dan lain-lain. Kondisi
keberagaman tofografis, kedalaman terlebih lagi berada pada kawasan tropis
mengakibatkan melimpahnya sumberdaya yang beragam pula.

Potensi sumberdaya laut di Indonesia sangatlah besar yang mencakup potensi


sumberdaya hayati dan non-hayati.Sumberdaya laut tersebut sampai sekarang belum secara
maksimal dapat dieksplorasi dan dieksploitasi selain minyak dan gas bumi pada sektor
sumberdaya non hayati.Demikian pula pada sektor sumberdaya hayati laut, eksplorasi dan
eksploitasi terhadap ikan-ikan laut dan sejenisnya membutuhkan kearifan disamping
teknologi canggih namun tidak merusak lingkungannya.

Sehubungan dengan majunya teknologi, sudah saatnya kita menyesuaikan diri untuk
mengikuti perkembangannya.Teknologi juga mempengaruhi perikanan.Untuk menunjang
eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya laut, dapat digunakan teknologi akustik bawah air
(underwater acoustics). Teknologi ini dikenal luas denagn sebutan teknologi akustik yang
tidak lain adalah penggunaan gelombang suara yang dalam dunia navigasi disebut Sonar
atau Echosounder dan sejenisnya. Dengan pendekatan fungsi, Sonar atau Echo sounder pada
teknologi navigasi dapat disetarakan dengan penggunaan Radar untuk pendeteksian objek di
permukaan air.
1.2 Rumusan masalah

 Pengertian Akustik Kelautan


 Sejarah Penemuan Dan Perkembangan Teknologi Akustik
 Pengertian Hydro-acoustic
 Perangkat-perangkat Hydro-acoustic
 Peranan Hydro-acoustic Akustik Di Bidang Kelautan

1.3 Tujuan

 Untuk mengetahui apa itu Akustik Kelautan


 Untuk mengetahui Sejarah Penemuan Dan Perkembangan Teknologi Akustik
 Untuk mengetahui apa itu Hydro-acoustic
 Untuk mengetahui Perangkat-perangkat Hydro-acoustic
 Untuk mengetahui Peranan Hydro-acoustic Akustik Di Bidang Kelautan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1Pengertian Akustik Kelautan

Akustik kelautan merupakan ilmu yang mempelajari gelombang suara dan


perambatannya dalam suatu medium, dalam hal ini mediumnya adalah air laut (Allo, 2008).
Menurut Budiarto (2001), dalam akustik, proses pembentukan gelombang suara dan sifat-
sifat perambatannya serta proses-proses selanjutnya dibatasi oleh air. Untuk memperoleh
informasi tentang objek-objek bawah air digunakan suatu sistem sonar yang terdiri dari dua
sistem yaitu active sonar system yang digunakan untuk mendeteksi dan meneliti target-
target bawah air dan passive sonar system yang hanya digunakan untuk menerima suara-
suara yang dihasilkan oleh objek-objek bawah air.

Dalam perambatannya, akustik mengenal adanya transmission loss akibat adanya


absorpsi dari medium, adanya kehilangan akibat penyebaran (spreading) di dalam medium
air, impedansi akustik yang mempengaruhi nilai backscattering strength, ukuran butir dan
sifat-sifat sedimen terhadap sifat-sifat akustik. (Noorjayantie, 2009).Selain itu, gangguan
juga bisa terjadi dalam menjalankan metode akustik yang disebut dengan noise, yaitu sinyal
yang tidak diinginkan yang dapat terjadi karena faktor fisik, biologi, dan artifisial (Allo,
2008).

Akan tetapi pada dasarnya teknologi akustik bawah air merupakan metode yang sangat
efektif dan berguna untuk eksploitasi kelautan perikanan.Teknologi akustik ini terdiri dari
pengukuran, analisis, dan interpretasi karakteristik sigma refleksi atau scattering dari objek
yang dikenai (Manik, 2006). Arnaya (1990) dalam Hermawan (2002) mengatakan bahwa
metode akustik memiliki beberapa kelebihan, yaitu: berkecapatan tinggi, estimasi stok ikan
secara langsung, memungkinkan memperoleh dan memproses data secara real time, akurasi
ketepatan tinggi, tidak merusak karena frekuensi yang digunakan tidak membehayakan si
pemakai alat ataupun target.
2.2 Sejarah Penemuan Dan Perkembangan Teknologi Akustik
Akustik merupakan teori yang membahas tentang gelombang suara dan perambatannya
dalam suatu medium. Sedangkann akustik kelautan adalah teori yang membahas tentang
gelombang suara dan perambantannya dalam suatu medium air laut. Akustik kelautan
merupakan satu bidang kelautan yang umendeteksi target di kolom perairan dan dasar
perairan dengan menggunakan suara sebagai mediannya. Studi kelautan dengan
menggunakan akustik sangat m embantu peneliti untuk mengetahui objek yang berada di
kolom dan dasar perairan. Objek ini dapat berupa plankton, ikan, jenis subtrat maupun
kandungan minyak yang berada di bawah dasar perairan.

Sejarah perkembangan akustik kelautan dimulai sekitar tahun 1490 berasal dari catatan
harian Leonardo da vinci yang menuliskan : “Dengan menempatkan ujung pipa yang panjang
didalam laut dan ujung lainnya di telinga anda, dapat mendengarkan kapal-kapal laut dari
kejauhan”. Ini mengindikasikan bahwa suara dapat berpropagasi di dalam air. Ini yang
disebutkan dengan Sonar pasif ( passive Sonar) karena kita hanya mendengar suara yang ada.
Pada abad ke 19, Jacques and Pierre Currie menemukan piezoelectricity, sejenis kristal yang
dapat membangkitkan arus listrik jika kristal tersebut ditekan, atau jika sebaliknya jika kristal
tersebut dialiri arus listrik mak kristal akan mengalami tekanan yang akan menimbulkan
perubahan tekanan di permukaan kristal yang bersentuhan dengan air. Selanjutnya signal
suara akan berpropagansi didalam air. Ini yang selanjutnya disebut dengan Sonar Aktif(
Active Sonar).

Perkembangan akustik yang sangat pesat pada saat Perang Dunia pertama terutama
digunakan untuk pendeteksian kapal-kapal selam yang ada dibawah laut. Pendeteksian ini
menggunakan 12 hydrophone (yang setara dengan microphone untuk penggunaan didarat)
yang diletakan memanjang di bawah kapal laut untuk mendengarkan sinyal suara yang
berasal dari kapal selam. Setelah Perang Dunia I, perkembangan akustik kelautan cenderung
stgnan ini dikarenakan pada saat itu belum adanya perkembangan lebih lanjut dan
penggunakan akustik kelautan lebih difokuskan untuk keperluan militer. Pada saat Perang
Dunia di mulai penggunakaan akustik kembali berkembang dengan pesat. Penggunaan
torpedo yang menggunakan sinyal akustik untuk mencari kapal musuh adalah penemuan
yang hebat pada jaman itu.
Setelah selesainya Perang Dunia II, akustik tidak hanya digunakan untuk keperluan
militer saja, tetapi akustik banyak digunakan untuk keperluan non-militer diantaranya
mempelajari proses perambatan suara didalam medium air; penelitian sifat-sifat akustik dari
air dan benda-benda bawah air; pengamatan benda-benda dari echo yang mereka hasilkan;
pendeteksian sumber-sumber suara bawah air; komunikasi dan penetapan posisi dengan alat
akustik bawah air.

Pada dekade tahun tujuh puluhan barulah secara intensif diterapkan dalam pendeteksian
dan pendugaan stok ikan, yakni dengan dikembangkannya analog echo-integrator dan echo
counter. Perkembangan yang menyolok ini tidak hanya di Inggris tetapi juga di Norwegia,
Amerika, Jepang, Jerman dan sebagainya.

Kemudian setelah diketemukan digital echo integrator dual beam acoustic system, split
beam acoustic system, quasy ideal beam system dan aneka echo processor canggih lainnya,
barulah ketelitian dan ketepatan pendugaan stock ikan dapat ditingkatkan sehingga akhir-
akhir ini peralatan akustik menjadi peralatan standar dalam pendugaan stock ikan dan
manajemen sumberdaya perikanan.

Pemahaman fisik proses akustik maju cepat selama dan setelah Revolusi Ilmiah.
Terutama Galileo Galilei (1564-1642), tetapi juga Marin Mersenne (1588-1648) mandiri,
menemukan hukum lengkap bergetar string (menyelesaikan ilmu Pythagoras dan mulai 2000
tahun sebelumnya). Galileo menulis gelombang yang dihasilkan oleh getaran dari tubuh yang
nyaring, dan menyebar melalui udara, yang di bawa ke tympanum dari telinga stimulus yang
menafsirkan pikiran sebagai suara. Sebuah pernyataan yang luar biasa yang menunjuk awal
fisiologis dan psikologis akustik. Pengukuran eksperimental dari kecepatan suara di udara
telah dilakukan berhasil antara tahun 1630-1680 oleh sejumlah peneliti dan yang paling
menonjol Mersenne. Sementara itu Newton (1642-1727) meneliti yang hubungan untuk
kecepatan gelombang dalam zat padat landasan akustik fisik ( Principia, 1687).

Pada abad ke-18 melihat kemajuan besar dalam akustik para matematikawan menerapkan
teknik baru kalkulus untuk menguraikan teori-teori propagasi gelombang suara. Pada abad
ke-19 tokoh utama akustik matematika Helmholtz dari Jerman, mengkonsolidasi bidang
akustik fisiologis, dan Rayleigh dari Inggris, yang menggabungkan pengetahuan sebelumnya
dengan penelitianya sendiri ke lapangan dalam karya monumental-nya "Teori Sound ". Pada
abad ke-19 juga, Wheatstone, Ohm, dan Henry mengembangkan analogi antara listrik dan
akustik. Abad ke-20 melihat perkembangan aplikasi teknologi semakin tumbuh pesat.
Aplikasi tersebut pertama kali di aplikasikan melalui pekerjaan Sabine's ground breaking
dalam akustik arsitektur, diikuti Underwater akustik digunakan untuk mendeteksi kapal
selam pada Perang Dunia pertama. Rekaman suara dan telepon memainkan peranan penting
dalam transformasi global masyarakat.

Acoustic System mulai dikenal dan populer dengan istilah SONAR (sound navigation
and ranging). ASDIC‘Allied Submarine Detection Investigation Committee‘ pada masa
Perang Dunia I (PD I). Lalu Acoustic System mulai dikembangkan oleh Inggris pada masa
pra-Perang Dunia II (PD II) dengan membuat ASDIC (Anti Sub-marine Detection
Investigation Committee) yang terbukti sangat berguna bagi. Angkatan Laut Negara-negara
Sekutu pada PD II. Setelah PD II berakhir, penggunaan akustik semakin berkembang luas
untuk tujuan damai dan ilmiah, antara lain digunakan untuk; mempelajari proses perambatan
suara pada medium air, penelitian sifat-sifat akustik dan benda-benda yang terdapat pada
suatu perairan, komunikasi dan penentuan posisi di kolom perairan. Selanjutnya
perkembangan akustik semakin pesat pada awal dekade 70-an karena telah ditemukan Echo
Integrator yang dapat menghasilkan nilai absolut untuk pendugaan dan estimasi bawah air.

2.3 Pengertian Hydro-acoustic

Hydro-Acoustic merupakan suatu teknologi pendeteksian bawah air dengan


menggunakan perangkat akustik (acoustic instrument), antara lain; ECHOSOUNDER,
FISHFINDER, SONAR dan ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler). Teknologi ini
menggunakan suara atau bunyi untuk melakukan pendeteksian.

Pada awalnya Acoustic System dikembangkan oleh Inggris pada masa pra-Perang Dunia
II (PD II) dengan membuat ASDIC (Anti Sub-marine Detection Investigation Committee)
yang terbukti sangat berguna bagi Angkatan Laut Negara-negara Sekutu pada PD II.

Setelah PD II berakhir, penggunaan akustik semakin berkembang luas untuk tujuan


damai dan ilmiah, antara lain digunakan untuk; mempelajari proses perambatan suara pada
medium air, penelitian sifat-sifat akustik dan benda-benda yang terdapat pada suatu perairan,
komunikasi dan penentuan posisi di kolom perairan.Selanjutnya perkembangan akustik
semakin pesat pada awal dekade 70-an karena telah ditemukan Echo Integrator yang dapat
menghasilkan nilai absolut untuk pendugaan dan estimasi bawah air.

Metode hydro-acoustic merupakan suatu usaha untuk memperoleh informasi tentang


obyek di bawah air dengan cara pemancaran gelombang suara dan mempelajari echoyang
dipantulkan. Dalam pendeteksian ikan digunakan sistem hidroakustik yang memancarkan
sinyal akustik secara vertikal, biasa disebut echo sounder atau fish finder(Burczynski, 1986).

2.4 Perangkat-perangkat Hydro-acoustic

2.4.1 Echosounder

Echosounder merupakan salah satu alat yang penting untuk mengetahui kedalaman laut
dan dapat juga sebagai pengukur jarak dengan ultrasonic.Kedalaman dasar laut dapat
dihitung dari perbedaan waktu antara pengiriman dan penerimaan pulsa
suara. Echosounder memiliki beberapa pertimbangan sistem, diantaranya Side-Scan
Sonar, Sub-Bottom Profling, Single-Beam Echosounder, dan Multi-Beam Echosunder.

Side-Scan Sonar pada saat ini, pengukuran kedalaman dasar laut (bathymetry) dapat
dilaksanakan bersama-sama dengan pemetaan dasar laut (Sea Bed Mapping) dan
pengidentifikasian jenis-jenis lapisan sedimen dibawah dasar laut (subbottom
profilers). Sistem Side-Scan Sonar mengirimkan pulsa akustik pada suatu sisi dari receiver
dan merekam amplitude energi balikan dari pulsa yang dipancarkan oleh sensor.

Sub-Bottom Profling merupakan suatu sistem untuk mengidentifikasi dan mengukur


variasi dari lapisan-lapisan sedimen yang ada di bawah permukaan air. Sistem akustik yang
digunakan dalam penentuan sub-bottom profiling hampir sama dengan alat
pada echosounder. Sumber suara memancarkan sinyal secara vertikal ke bawah menelusuri
air dan reciever memonitor signal balikan yang telah dipantulkan dasar laut. Batasan antara
dua lapisan memiliki perbedaan ciri akustik (acoustic impedance = rintangan akustik).

Single-Beam Echosunder merupakan alat ukur kedalaman air yang menggunakan


pancaran tunggal sebagai pengirim dan penerima sinyal gelombang suara. Sistem batimetri
denan menggunakan single beam secara umum mempunyai
susunan transciever (tranducer/reciever) yang terpasang pada lambung kapal atau sisi
bantalan pada kapal. Sistem ini mengukur kedalaman air secara langsung dari kapal
penyelidikan. Transciever yang terpasang pada lambung kapal mengirimkan pulsa akustik
dengan frekuensi tinggi yang terkandung dalam beam (gelombang suara) secara langsung
menyusuri bawah kolom air.

Multi-Beam Echosunder merupakan alat untuk menentukan kedalaman air dengan


cakupan area dasar laut yang luas.Prinsip operasi alat ini secara umum adalah berdasar pada
pancaran pulsa yang dipancarkan secara langsung ke arah dasar laut dan setalah itu energi
akustik dipantulkan kembali dari dasar laut (sea bed), bebrapa pancaran suara (beam) secara
elektronis terbentuk menggunakan teknik pemrosesan sinyal sehingga diketahui sudut beam.

Fungsi Echosounder

Menurut Vires dan Nowacek (2011) echosounder telah digunakan untuk penelitian di
bidang perikanan lebih dari tujuh puluh tahun. Echosounder menggunakan gelombang
akustik aktif (mengirim dan menerima sinyal) dan dapat digunakan untuk mengetahui atau
mendeteksi jumlah biomassa ikan di laut. Raharjo (2002) juga mengungkapkan bahwa
metode akustik yang tercanggih dan terbaik hingga saat ini untuk kegunaan pendugaan
sebaran dan kelimpahan ikan pada suatu perairan adalah dengan sistem bim ganda (dua
belam) dan sistem akustik bim terbagi (split beam echosounder).

Fungsi yang paling mendasar dari echosounder adalah untuk mengukur jarak ke dasar
samudera dengan akurat (Firdaus, 2008).Pengukuran kedalaman dasar laut dapat dilakukan
dengan Conventional Depth Echosounder, dimana kedalaman dasar laut dapat dihitung dari
perbedaan waktu antara pengiriman dan penerimaan pulsa suara (Noorjayantie, 2009).

Untuk kepentingan perikanan, penggunaan echosounder sangat efisien.Hal ini karena


instrumen ini mampu mendeteksi ikan dan dasar laut secara bersamaan.Metode akustik yang
efektif dan menjajikan adalah scientifiec echosounder. Scientifiec echosounder mampu
mengukur dengan mudah sinyal pantulan (echoes) yang berasal dari ikan dan dasar laut.
Teori dari bottom scattering telah dikembangkan untuk melihat performance dari scientifiec
echosounder (Manik, 2006).
Fungsi Aplikasi Echosounder di Bidang Perikanan dan Kelautan

Pada dasarnya, fungsi echosounder di bidang perikanan dan kelautan adalah sebagai
pengidentifikasi jenis-jenis lapisan sedimen dasar laut (sub-bottom profile), pemetaan dasar
laut (seabed mapping), pencarian kapal-kapal karam di dalam laut, penentuan jalur pipa dan
kabel di bawah dasar laut dan analisa dampak lingkungan di dasar laut. Selain itu,
aplikasi echosounder juga berperan dalam penentuan stock ikan dan
lokasi shoaling atau schooling ikan. Menurut Raharjo (2002), metode akustik yang
tercanggih dan terbaik hingga saat ini dapat digunakan untuk menduga sebaran dan
kelimpahan ikan pada suatu perairan, yakni dengan dua belam system dan split beam system
echosounde.

Alat Scientific Echosounder SIMRAD EK-500 dapat digunakan untuk menentukan posisi
stasiun trawl sehingga jaring trawl bisa bekerja maksimal, mengetahui kondisi dasar, dan
mendeteksi keberadaan ikan di suatu perairan (Genisa, 2003). Sedangkan fungsi dasar
dari echosounder adalah mengukur jarak ke dasar samudera dengan cepat.Sehingga dalam
perkembangannya, bisa difungsikan untuk melihat kontur dasar perairan, serta kedalaman
stok ikan di laut.

Kautsar et al. (2013) mengungkapkan bahwa untuk perencanaan pembangunan di wilayah


perairan, maka dibutuhkan survei hidrografi.Salah satu alat yang digunakan untuk survei
hidrografi adalah echosounder yang menggunakan prinsip akustik untuk merekam
kedalaman dasar laut.Selain itu juga digunakan dalam memetakan bentuk dasar serta
menentukan substrat dasar.

2.4.2 Fish finder

Fish Finder bekerja berdasarkan pemantulan gelombang suara yang dipancarkan dari
permukaan perairan sampai dasar lautan. Ketika bunyi yang dipancarkan kedasar lautan
tersebut membentur suatu benda dan kembali ke penerima sonar, maka jaraknya yang
ditempuh oleh bunyi tersebut dapat diukur, maka dapat diketahui letak benda tersebut
dibawah permukaan laut.
Prinsip kerja dari fish finder yaitu gelombang suara berfrekuensi antara 15 kHz
sampai 455 kHz dipancarkan tranduser dipantulkan oleh dasar perairan kemudian
ditangkap kembali oleh transduser.Pengoperasikan fish finder, perlu mengetahui fungsi
dari berbagi tombol yang tersedia pada display unit.

Fishfinder digunakan untuk mendeteksi besarnya gerombolan ikan pada lokasi


yangditunjukkan pada peta zona potensi ikan.Dengan peralatan canggih berupa fish finder
dan perlengkapan Global Positioning System (GPS) dapat memudahkan nelayan mengetah
ui posisi ikan. Alat tersebut dimungkinkan dapat mengurangi beban nelayan akibat kenaika
nBahan Bakar Minyak (BBM).

Hasil kerja dari sebuah instrument Fish Finder sendiri juga dipengaruhi oleh
beberapafaktor eksternal, seperti diantaranya suhu air, kemurnian air dan kekentalan air. Fa
ktoreksternal tersebut dapat mengubah kecepatan suara yang akan dikirimkan ke objek.

2.4.3 Sonar

Sonar (sound navigation and ranging), yang berarti penjarakan dan navigasi suara,
adalah sebuah teknik yang menggunakan penjalaran suara dalam air untuk navigasi atau
mendeteksi kendaraan air lainnya.Sonar di definisikan sebagai suatu metode yang
memanfaatkan perambatan suara didalam air untuk mengetahui keberadaan obyek yang
berada dibawah permukaan kawasan perairan.Sehingga sonar merupakan salah satu
alat Hydro-acoustic yang merupakan suatu teknologi pendeteksian bawah air dengan
menggunakan perangkat akustik (acoustic instrument).

Suara yang dipancarkan tersebut akan mengenai obyek (target), kemudian suara
itu akan dipantulkan kembali oleh obyek (dalam bentuk echo) dan diterima kembali oleh
alat transducer. Echo tersebut diubah kembali menjadi energi listrik; lalu diteruskan ke
receiver dan oleh mekanisme yang cukup rumit hingga terjadi pemprosesan dengan
menggunakan echo signal processor dan echo integrator.

2.5 Peranan Hydro-acoustic Akustik Di Bidang Kelautan

Alat akustik merupakan salah satu alat yang dapat mendeteksi kedalaman dan
keberadaan suatu benda yang ada di bawah permukaan laut salah satunya adalah ikan dan
biota-biota lainnya. Alat ini merupakan peralatan pendukung untuk para nelayan yang
menangkap ikan di lautan. Teknologi ini merupakan metode yang sangat efektif dan
bermanfaat bagi eksplorasi di bidang kelautan dan perikanan. Metode ini dikenal dengan
Hidroakustik yang terdiri dari pengukuran, analisis, dan interpretasi dari signal yang
dipantulkan oleh objek atau scattering dari target yang dikenai gelombang akustik dari
tranduser atau alat hidroakustik, objek tersebut berupa ikan, plankton, dan substrat dasar
perairan. Secara garis besar pengunaan akustik bawah air dalam kelautan dan perikanan
dapat dikelompokkan menjadi 5 yakni:
1.Untuk survey

2.Budidaya perairan

3.Penelitian tingkah laku ikan

4.Mempelajari penampilan

5.Selektifitas alat-alat penangkapan ikan

 Manfaat Akustik Laut

Manfaat yang bisa didapatkan dari akustik laut meliputi aplikasi dalam survei
kelautan, budidaya perairan, penelitian tingkah laku ikan, aplikasi dalam studi
penampilan dan selektivitas alat tangkap, bioakustik, penelitian mengenai sifat fisis-
kimia-biologi laut. Aplikasi dalam survei kelautan untuk menduga spesies ikan, dengan
akustik kita dapat menduga spesies ikan yang ada di daerah tertentu dengan
menggunakan pantulan dari suara, semua spesies mempunyi target strengh yang berbeda-
beda.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan :

 Akustik kelautan merupakan ilmu yang mempelajari gelombang suara dan


perambatannya dalam suatu medium, dalam hal ini mediumnya adalah air laut (Allo,
2008). Menurut Budiarto (2001), dalam akustik, proses pembentukan gelombang suara
dan sifat-sifat perambatannya serta proses-proses selanjutnya dibatasi oleh air.
 Sejarah perkembangan akustik kelautan dimulai sekitar tahun 1490 berasal dari catatan
harian Leonardo da vinci yang menuliskan : “Dengan menempatkan ujung pipa yang
panjang didalam laut dan ujung lainnya di telinga anda, dapat mendengarkan kapal-kapal
laut dari kejauhan”. Ini mengindikasikan bahwa suara dapat berpropagasi di dalam air.
 Hydro-Acoustic merupakan suatu teknologi pendeteksian bawah air dengan
menggunakan perangkat akustik (acoustic instrument), antara lain; ECHOSOUNDER,
FISHFINDER, SONAR dan ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler). Teknologi ini
menggunakan suara atau bunyi untuk melakukan pendeteksian.
 Secara garis besar pengunaan akustik bawah air dalam kelautan dan perikanan dapat
dikelompokkan menjadi 5 yakni: Untuk survey, Budidaya perairan, Penelitian tingkah
laku ikan, Mempelajari penampilan, Selektifitas alat-alat penangkapan ikan
DAFTAR PUSTAKA

Allo, Obed Agtapura Taruk. 2008. Klasifikasi Habitat Dasar Perairan Dengan Menggunakan
Instrumen Hidroakustik Simrad Ey 60 Di Perairan Sumur, Pandeglang – Banten. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Arnaya, I.N. 1991. Dasar-dasar Akustik.Diktat Kuliah Program Studi Ilmu danTeknologi
Kelautan. Institut Pertanian Bogor

Budiarto, Aris. 2001. Aplikasi Split Beam Acoustic System Untuk Pendugaan Nilai Densitas Ikan
di Perairan Teluk Jakarta. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Burczynski, J. 1982. Introduction to The Use of SONAR Systems for estimating Fish Biomass.
FAO: Rome

Firdaus, Herli. 2008. Sistem Visualisasi Profil Dasar Laut dengan Menggunakan Echo Sounder.
Tugas Akhir. Universitas Indonesia. Depok

Burczynski, J. 1982. Introduction to The Use of SONAR Systems for estimating Fish Biomass.
FAO: Rome

MacLennan, D. N. and Simmonds, E..J. 2005. Fisheries Acoustics, Chapman & Hall,
London.ISBN 0-442-3147.

Arnaya, I.N. 1991. “Dasar-dasar Akustik. Diktat Kuliah Program Studi Ilmu dan Teknologi
Kelautan .Institut Pertanian Bogor.

Robert J. Urick. 1983. “Principle of Underwater Sound”, Peninsula Publishing, Los Altos,
California.

William S. Burdic 1991. “Underwater Acoustic System Analysis”, Prentice Hall, New Jersey.

Arnaya, I.N. 1991. Dasar-dasar Akustik.Diktat Kuliah Program Studi Ilmu danTeknologi
Kelautan. Institut Pertanian Bogor
KATA PENGENTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Hydro-acoustic”.

Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat saran, dorongan, bimbingan
serta keterangan-keterangan dari berbagai pihak yang merupakan pengalaman yang tidak dapat
diukur secara materi, namun dapat membukakan mata penulis bahwa sesungguhnya pengalaman
dan pengetahuan tersebut adalah guru yang terbaik bagi penulis. Oleh karena itu dengan segala
hormat dan kerendahan hati perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan
yang dibuat baik sengaja maupun tidak sengaja, dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan
wawasan serta pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu penulis mohon maaf atas segala
kekurangan tersebut tidak menutup diri terhadap segala saran dan kritik serta masukan yang
bersifat kontruktif bagi diri penulis.

Ambon, Januari 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................. i

DAFTAR ISI .............................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................

1.1 Latar Belakang ..............................................................


1.2 Tujuan ..............................................................

1.3 Manfaat ..............................................................

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................

2.1 Pengertian Akustik Kelautan ..............................................................

2.2 Sejarah Penemuan Dan Perkembangan Teknologi Akustik . ...................

2.3. Pengertian Hydro-acoustic .....................................................................

2.4 Perangkat-perangkat Hydro-acoustic ........................................................

2.5 Peranan Hydro-acoustic Akustik Di Bidang Kelautan .................................

BAB V PENUTUP ..............................................................

5.1 Kesimpulan ..............................................................

5. 2 Saran ..............................................................

DAFTAR PUSTAKA .... .............................................................


MAKALAH AKUSTIK

“HYDRO-ACOUSTIC”

Oleh

NAMA : Paskahline Eirene Berhitu


NIM : 2015-64-012

Program Studi Ilmu Kelautan


Jurusan Manajemen Sumber Daya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Pattimura
Ambon
2018

Anda mungkin juga menyukai