Anda di halaman 1dari 4

Nama : Aurellia Fadia F PJP : Prof. Dr. Aris Tri Wahyudi, M.

Si
NIM : G8401211065 Nama Asisten :
Kelompok : ST19.1 1. Seplina Nurfaiqah C24190049
Hari / Tanggal : Rabu, 23 Feb 2022 2. Tiffany Safitri G34190040
3. Hana Hamida N G34190080
4. Ditharia Ayu G34190109

PERUBAHAN ENERGI CAHAYA MENJADI ENERGI KIMIA: HASIL


FOTOSINTESIS

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Fotosintesis adalah proses sintesis karbohidrat dari bahan-bahan anorganik (CO2dan
H2O) pada tumbuhan berpigmen dengan bantuan energi cahaya matahari. Fotosintesis terdiri
atas 2 fase, yaitu fase Iyangberlangsung pada grana dan menghasilkan ATP dan NADPH 2 serta
fase II yang berlangsung pada stroma dan menghasilkan karbohidrat. (Song Ai. 2012).
Dengan reaksi
6 CO2 + 6 H2O → C6H12O6 + 6 O2

Berdasarkan reaksi fotosintesis di atas, CO2 dan H2O merupakan substrat dalam reaksi
fotosintesis, dengan adanya bantuan cahaya matahari dan pigmen klorofil dihasilkan karbohidrat
berupa glukosa (C6H12O6) dan melepaskan oksigen (Ai 2012). Faktor-faktor yang dapat
memengaruhi fotosintesis terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi
enzim, hormon, kandungan klorofil, serta umur, gen, dan hereditas yang dimiliki suatu tumbuhan
(anatomi, bentuk, dan struktur daun). Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan, seperti
konsentrasi CO2, cahaya matahari (intensitas cahaya, kualitas cahaya atau panjang gelombang,
dan lamanya penyinaran atau panjang hari), ketersediaan air, temperatur, dan unsur hara
(Yustiningsih 2019; Ai 2012).

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan mengamati pengaruh cahaya terhadap laju fotosintesis dengan
mengukur banyaknya O2 yang dikeluarkan.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam pecobaan ini, yaitu tabung reaksi, lampu, termometer, pipa kapiler,
dan spuit. Sedangkan untuk bahannya, yaitu tanaman hydrilla, serta larutan NaHCO3 250 ml.
Metode
Percobaan 1: Setelah Hydrilla terpasang dan lampu LED dipasang pada jarak 120 cm. Setelah
dibiarkan teradaptasi pada lingkungan selama lebih kurang 5 menit, maka pengamatan dimulai
dengan menunggu jumlah gas yang terkumpul setiap 5 menit di dalam buret mikro sebagaimana
terdapat pada tabel di bawah.

Percobaan 2: Percobaan No.1 diulangi dengan merubah jarak lampu menjadi 90 cm. Setelah
dibiarkan teradaptasi pada lingkungan selama lebih kurang 5 menit, maka pengamatan dimulai
dengan menunggu jumlah gas yang terkumpul setiap 5 menit di dalam buret mikro sebagaimana
terdapat pada tabel di bawah.

Percobaan 3: Percobaan No.1 diulangi dengan merubah jarak lampu menjadi 60 cm. Setelah
dibiarkan teradaptasi pada lingkungan selama lebih kurang 5 menit, maka pengamatan dimulai
dengan menunggu jumlah gas yang terkumpul setiap 5 menit di dalam buret mikro sebagaimana
terdapat pada tabel di bawah.

Percobaan 4: Percobaan No.1 diulangi dengan merubah jarak lampu menjadi 30 cm. Setelah
dibiarkan teradaptasi pada lingkungan selama lebih kurang 5 menit, maka pengamatan dimulai
dengan menunggu jumlah gas yang terkumpul setiap 5 menit di dalam buret mikro sebagaimana
terdapat pada table di bawah.

Percobaan 5: Percobaan No.1 diulangi dengan merubah jarak lampu menjadi 15 cm. Setelah
dibiarkan teradaptasi pada lingkungan selama lebih kurang 5 menit, maka pengamatan dimulai
dengan menunggu jumlah gas yang terkumpul setiap 5 menit di dalam buret mikro sebagaimana
terdapat pada tabel di bawah.

Percobaan 6: Percobaan No.1 diulangi dengan merubah jarak lampu menjadi 5 cm. Setelah
dibiarkan teradaptasi pada lingkungan selama lebih kurang 5 menit, maka pengamatan dimulai
dengan menunggu jumlah gas yang terkumpul setiap 5 menit di dalam buret mikros

Hasil dan Pembahasan


4.1 Hasil
Tabel 1. Rata-Rata Gelembung Udara tiap kkelompok pada berbagai percobaan

perc 1 perc 2 perc 3 perc 4 perc 5 perc 6

kel 1 1.2 3.82 5.68 6.28 6.5 6.64

kel 2 1.2 5.68 6.34 1.38 6.32 7.38

kel 3 1.22 5.24 6.32 2.44 7.52 8.82

kel 4 1 4.38 5.22 2.3 6.52 8.1


kel 5 2.38 3.04 1.82 6.1 7.22 1.12

Hubungan antara jarak cahaya dengan volume


gelembung udara
10

0
kel 1 kel 2 kel 3 kel 4 kel 5

percobaan 1 percobaan 2 percobaan 3 percobaan 4 percobaan 5 percobaan 6

Gambar 1. Grafik Batang Percobaan 1 Hubungan antara jarak cahaya dengan volume gelembung
udara

4.2 Pembahasan
Praktikum ini dilakukan 6 percobaan dengan berbagai macam perlakuan pada 5 kelompok.
Pada 6 percobaan perbedaan perlakuan yang dilakukan ada pada letak jauh dekatnya cahaya
dengan tumbuhan hydrilla dan konsentrasi NaHCO3. Jarak tumbuhan hydrilla dengan lampu
pada percobaan 1 (120 cm), percobaan 2 (90 cm), percobaan 3 (60 cm), percobaan 4 (30 cm),
percobaan 5 (15 cm), dan percobaan 6 (5 cm). Sedangkan tiap kelompok dibedakan pada jenis
tanaman hydrilla yang digunakan. Dapat dilihat pada grafik batang yang telah dibuat, sebagian
besar tanaman hydrilla yang terkena cahaya lebih dekat dan massa NaHCO3 lebih banyak
cenderung lebih banyak menghasilkan gelembung udara. Pada kelompok 1 grafik yang terbentuk
beraturan, yaitu selalu meningkat, pada kelompok 2 grafik tidak beraturan dan terdapat
perbedaan yang cukup signifikan pada percobaan 4 antara kelompok 1 dan 2, pada kelompok 3
dan 4 grafik cukup beraturan namun terdapat perbedaan pula pada percobaan 4 dengan kelompok
1 tetapi sama dengan kelompok 2, dan pada kelompok 5 grafik cukup beraturan namun pada
percobaan 6 terdapat perbedaan yang signifikan dengan kelompok lainnya.

Cahaya matahari dan CO2 berperan penting dalam berlangsungnya proses fotosintesis.
Karena Cahaya menjadi sumber energi yang dibutuhkan mikroalga laut, yaitu berupa sinar
matahari langsung yang masuk ke perairan (Bernardi et al., 2014) dan NaHCO3 merupakan
katalisator yang baik. NaHCO3 juga menambah persediaan CO2 dalam air sehingga dapat
mempercepat laju fotosintesis (Poschenrieder et al. 2018). Hal ini dibuktikan pada percobaan
dimana tanaman hydrilla yang memiliki jarak paling dekat dengan cahaya dan konsentrasi
NaHCO3 tinggi mempunyai gelembung udara yang lebih banyak dibandingkan dengan jarak
yang jauh dan konsentrasi NaHCO3 yang sedikit

Selain cahaya matahari dan CO2 Fotosintesis dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik meliputi perbedaan antara spesies, kandungan
klorofil tahap pertumbuhan, dan kadar fotosintat. Pembentukan klorofil dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor genetik tanaman, intensitas cahaya, oksigen, karbohidrat, unsur hara,
air, dan temperature (Dwijoseputro 1992). Sehingga jenis tanaman juga dapat mempengaruhi
fotosintesis serta oksigen yang dihasilkan pada percobaanSimpulan

Cahaya sangat berpengaruh dalam proses fotosintesis. Tanaman hydrilla yang terkena
cahaya cenderung lebih banyak menghasilkan gelembung udara di bandingkan dengan cahaya
yang jauh dari cahaya. Selain itu konsentrasi NaHCO3 juga mempengaruhi semakin banyak
konsentrasi semakin banyak pula gelembung yang ada.

Daftar Pustaka

Dwidjoseputro D. 1992. Pengantar Fisiologi Tumbuhan Cetakan Keenam. Jakarta


(ID): PT Gramedia.

Bernardi, A., G. Perin, E. Sforza, F. Galvanin, T. Morosinotto, and F. Bezzo. 2014.


An identifiable state model to describe light intensity influence on microalgae
growth. American Chemical Society Publication, Ind. Eng. Chem. Res.,
53:6738−6749. dx.doi.org/10.1021/ie500523z

Poschenrieder C, Fernandez JA, Rubio L, Perez L, Teres J, Barcelo J. 2018.


Transport and use of bicarbonate in plant: Current knowledge and challenges
ahead. Int J Mol Sci. 19(5): 1352. DOI:10.3390/ijms19051352.

Ai NS. 2012. Evolusi fotosintesis pada tumbuhan. Jurnal Ilmiah Sains. [diakses 2022
Feb 28]; 12(1): 1-7-
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JIS/article/view/398/320

Yustiningsih M. 2019. Intensitas cahaya dan efisiensi fotosintesis pada tanaman naungan dan
tanaman terpapar cahaya langsung. Jurnal Bio-Edu. 4(2): 43-48.
doi:10.32938/jbe.v4i2.385.

Anda mungkin juga menyukai