Anda di halaman 1dari 7

Nama : Aurellia Fadia F PJP: Prof. Dr. Aris Tri Wahyudi, M.

Si
NIM : G8401211065 Asisten Praktikum :
Kelas : ST19.1 1. Seplina Nurfaiqah C24190049
Hari, Tanggal : Rabu, 9 Maret 2022 2. Tiffany Safitri G34190040
3. Hana Hamida N G34190080
4. Ditharia Ayu G34190109

Pewarisan Sifat pada Tanaman


dan Penerapannya untuk Golongan Darah Sistem-ABO

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gregor Johann Mendel merupakan ilmuwan yang menemukan prinsip


pewarisan sifat mengikuti pola-pola tertentu, yang disebut pola hereditas.
percobaannya yang terkenal sampai sekarang ini adalah persilangan monohibrid
dan dihibrid. Persilangan monohibrid berkaitan dengan Hukum I Mendel
sedangkan persilangan dihibrid berkaitan dengan Hukum II Mendel. Pada Hukum
Mendel I, Mendel memulai percobaannya dengan melakukan persilangan dua
kacang ercis yang memiliki satu perbedaan sifat, dikenal dengan persilangan
monohibrid. Sedangkan pada Hukum Mendel II atau dikenal dengan principle of
independent assortment. Hukum Mendel II menyatakan bahwa pada pembentukan
gamet, alel dari gen yang berbeda terpisah secara independen (Artadana dan Savitri
2018).
Darah merupakan salah satu susunan penting dalam tubuh makhluk hidup.
darah terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu A, B, O, dan AB. Penggolongan darah
ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya reaksi transfuse. Secara konvensional,
mendeteksi golongan darah dengan cara meneteskan serum anti-A dan serum anti-
B ke darah yang akan dikenali. Sistem golongan darah ABO dipengaruhi oleh
aglutinogen A dan aglutinogen B. Aglutinogen A dan B diturunkan secara dominan
menurut Mendel dan manusia dibagi menjadi empat golongan darah utama atas
dasar ini. Golongan darah ABO diklasifikasikan menurut adanya aglutinogen A dan
aglutinogen B (Hariri dan Pamungkas 2018).

Tujuan
Praktikum ini bertujuan mempelajari konsep pewarisan sifat menurut hukum
Mendel pada tanaman dan penerapannya bagi golongan darah
Metode

How to grow sweet peas from seed


Disiapkan bahan dan alat yang dibutuhkan, yaitu benih, wadah plastik kecil, dan
tisu toilet. Kemudian tisu toilet diletakkan di atas wadah dan ditambahkan air.
Diletakkan benih pada wadah tersebut dan ditutup dengan cling film selama satu
malam. Disiapkan wadah yang dibasahi air lalu dimasukkan pupuk kompos dan
diletakkan masing-masing satu benih. Dipetik pucuk daun yang tumbuh pada
tanaman yang telah memiliki tinggi 10-15 cm. Tanaman dipindahkan ke tanah yang
telah diberi kompos. Kemudian, dibuat wigwam dengan empat tongkat berjarak 30
cm. Diletakkan 2 tanaman disetiap tongkat. Dan bunga pertama akan tumbuh pada
pekan ke-10.
Guide to how to cross sweet peas
Disiapkan bahan dan alat yang dibutuhkan, yaitu pinset dengan ujung runcing,
etanol, dan label. Dipilih bunga yang tertutup dan belum dewasa. Dilepas bagian
kelopak dan benang sari hingga terlihat putiknya. Dipilih bunga lain yang lebih
berkembang untuk disumbangkan putiknya. Dilakukan hal yang sama pada bunga
kedua diambil putik pada bunga kedua dan dijadikan seperti kuas. Putik bunga
kedua digoreskan pada butik bunga pertama untuk diserbuki. Diberi label dan tanda
pada bunga yang telah disilangkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Monohibrid dan Dihibrid dari Hasil Percobaan Bateson et al.


(1905)

Tabel 1 Uji khi-kuadrat dan analisis genetik dari fenotipe F2 untuk Sifat Warna
Bunga dari hasil persilangan pada Sweet pea (Lathyrus odoratus) (Bateson et al.
1905)
No. Ciri Fenotipe Observasi Hipotesis Harapan χ2-hitung
F2
1 Ungu 5221 ¾ 5214 0.009
2 Merah 1731 ¼ 1738 0.028
Jumlah: 6952 1 6952 0.037
χ2-tabel (db=1; α = 0.05) = 3.841
Hasil penghitungan ternyata χ2-hitung < χ2-tabel, maka diterima bahwa sebaran
pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan

Tabel 2 Uji khi-kuadrat dan analisis genetik dari fenotipe F2 untuk Sifat Bentuk
Polen dari hasil persilangan pada Sweet pea (Lathyrus odoratus) (Bateson et al.
1905)
N Ciri Fenotipe Observasi Hipotesis Harapan χ2-hitung
o. F2
1 Panjang 5224 ¾ 5214 0.019
2 Bulat 1728 ¼ 1738 0.058
Jumlah: 6952 1 6952 0.077
χ2-tabel (db=1; α = 0.05) = 3.841
Hasil penghitungan ternyata χ2-hitung < χ2-tabel, maka diterima bahwa sebaran
pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan

Determinisme genetik atau pengendalian dikendalikan oleh 1 gen dengan 2


alel dan berlaku kaidah dominan resesif, dimana untuk sifat warna, ungu bersifat
dominan terhadap merah. Dan untuk sifat bentuk panjang bersifat dominan terhadap
bulat. Sehingga alel dominan dimiliki oleh sifat yang bewarna ungu dan berbentuk
panjang. Sedangkan alel resesif dimiliki oleh sifat yang bewarna merah dan
berbentuk bulat.

Tetua
Tetua(P)
(P): : Ungu
Ungu xx Merah
Merah
(SS)
(UU) (ss)
(uu)
Gamet
Gamet(P)
(P): : SU su

Fillial-1 (F1) : Ungu


Fillial-1 (F1) : (Ss)
Ungu
(Uu)
F2 :
U u
F2 : U UU Uu
u U Uu u uu
U UU Uu
Genotipe: UU, Uu, Uu, uu
u Uu uu
Rasio Genotipe: 1:2:1
Fenotipe: ungu, ungu, ungu, merah
Genotipe: UU, Uu, Uu, uu
Rasio Fenotipe: 3:1
Rasio Genotipe: 1:2:1
Fenotipe: Ungu, Ungu, Ungu, Merah
Rasio Fenotipe: 3:1

Gambar 1 Diagram Persilangan dan Pewarisan Sifar Warna Bunga Sweet pea
(Lathyrus odoratus)
Tetua
Tetua(P)
(P): : Ungu
Panjang xx Merah
Bulat
(PP) (pp)

Gamet (P) :
P p

Fillial-1 (F1) : Panjang


(Pp)

F2 :
P p
P PP Pp
p Pp Pp

Genotipe: PP, Pp, Pp, pp


Rasio Genotipe: 1:2:1
Fenotipe: Panjang, Panjang, Panjang, Bulat
Rasio Fenotipe: 3:1

Gambar 2 Diagram Persilangan dan Pewarisan Sifar Bentuk Bunga Sweet pea
(Lathyrus odoratus)

Tabel 3 Uji khi-kuadrat dan analisis fenotipe F2 untuk menguji bahwa gen
pengendali Sifat Warna Bunga dan gen pengendali Sifat Bentuk Polen adalah
saling bebas.
No Ciri Fenotipe F2 Observas Hipotesis Harapan χ2-hitung
. i
1 Ungu-Panjang 4831 ¾ x ¾ = 9/16 3910.5 216.678
2 Ungu - Bulat 390 ¾ x ¼ = 3/16 1303.5 640.185
3 Merah- Panjang 393 ¼ x ¾ = 3/16 1303.5 635.988
4 Merah - Bulat 1338 ¼ x ¼ = 1/16 434.5 1878.74
Jumlah 6952 1 6952 3444.851
χ2-tabel (db=3; α = 0.05) = 7815
Hasil penghitungan ternyata χ2-hitung > χ2-tabel, maka sebaran pengamatan
berbeda dari sebaran harapan.

Gen pengendali Sifat Warna Bunga dan gen pengendali Sifat Bentuk Polen
berada pada kromosom yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan khi-
kuadrat. Selain itu, hal ini juga dapat dibuktikan melalui persilangan yang
melibatkan dua sifat berbeda, merupakan bunyi dari Hukum Mendel II dan Hukum
Mendel II hanya berlaku pada alel yang terletak pada kromosom yang berbeda.
Tetua
Tetua(P)
(P): : Ungu
Ungu Panjang x x Merah
Merah Bulat
(UUPP) (uupp)

Gamet (P) :
UP up

Fillial-1 (F1) : Ungu Panjang


(UuPp)

F2 :
UP Up uP up
UP UUPP UUPp UuPP UuPp
Up UUPp UUpp UuPp Uupp
uP UuPP UuPp uuPP uuPp
up UuPp Uupp uuPp uupp

Genotipe: UUPP : UUPp : UUpp : UuPP : UuPp : Uupp : uuPP : uuPp : uupp
Rasio Genotipe: 1:2:1:2:4:2:1:2:1
Fenotipe: Ungu-Panjang : Ungu-Bulat : Merah-Panjang : Merah-Bulat
Rasio Fenotipe: 9:3:3:1

Gambar 3 Diagram Persilangan dan Pewarisan Sifar Bentuk dan Warna Bunga
Sweet pea (Lathyrus odoratus)

Kombinasi fenotipe ciri-sifat yang baru muncul pada F2 terjadi kerena


mekanisme pindah silang. Pindah silang (crossover) adalah operator algoritma
genetika yang melibatkan dua induk dalam pembentukan kromosom baru
(Devilawanti et al 2019). Peristiwa pindah silang akan menghasilkan keturunan
dengan sifat yang baru. Hal ini disebabkan karena adanya rekombinasi gen, yaitu
penggabungan dari sebagian gen induk jantan dengan sebagian gen induk betina
pada saat proses fertilisasi (pembuahan), sehingga menghasilkan susunan pasangan
gen yang berbeda dari gen-gen induknya.

B. Pewarisan Sifat Golongan Darah Sistem-ABO

Tabel 4 Daftar Golongan Darah Keluarga


Nama Golongan Darah
Ayah A
Ibu A
Diri sendiri A
Kakak O
Ayah Ibu
IA IA atau IA IO IA IA atau IA IO

Kakak Diri Sendiri


IO IO IA IA atau IA IO

Gambar 4 Silsilah Pewarisan Sifat Golongan Darah Sistem ABO Pada Keluarga

Tetua (P) : Ayah x Ibu


(IA IO) (IA IO)

Gamet (P) :
IA IO IA IO

Fillial-1 (F1) : IA IO

F2 :
IA IO
A A A O
IA I I I I
IO IA IO IO IO

Genotipe: IA IA, IA IO, IA IO, IO IO


Rasio Genotipe: 1:2:1
Fenotipe: A:O
Rasio Fenotipe: 3:1

Gambar 5 Diagram Persilangan Pada Sistem- ABO Keluarga


Tabel 5 Data Golongan Darah dan Genotipe Keluarga
Nama Golongan Darah Genotip
Ayah A I I atau IA IO
A A

Ibu A IA IA atau IA IO
Kakak O IO IO
Diri Sendiri A I I atau IA IO
A A

Untuk menentukan golongan darah saya cukup untuk menggunakan data


golongan ayah dan ibu saja. Namun, akan lebih baik jika menggunakan data kakek
dan nenek untuk hasil yang lebih pasti.
Apabila saya menikah dengan orang yang bergolongan darah sama seperti
saya, yaitu A dimana A memiliki genotipe IA IA atau IA IO. Maka anak saya akan
memiliki golongan arah 75% A dan 25% O

SIMPULAN
Hukum mendel merupakan hukum tentang pewarisan sifat dalam genetika. Dari
hukum mendel kita bisa memprediksi sifat yang akan dimiliki dari hasil atas
perkawinan dua induk dengan jenis yang berbeda. Selain mengetahui sifat hukum
mendel juga dapat memprediksi golongan darah yang akan dimiliki oleh keturunan-
keturunan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Artadana IBM, Savitri WD. 2018. Dasar-Dasar Genetika Mendel dan


Pengembangannya. Yogyakarta: Graha Ilmu

Hariri FR, Pamungkas DP. 2018. Klasifikasi jenis golongan darah menggunakan
fuzzy c-means clustering (fcm) dan learning vector quantization (lvq).
Jurnal Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi. 10(1): 26-29. doi:
10.18860/mat.v10i1.5356

Devilawanti M, Sitorus SH, Ilhamsyah. 2019. Sistem seleksi calon pejabat tinggi
pratama dengan menggunakan algoritma genetika. Jurnal Komputer dan
Aplikasi. [diakses 2022 Mar 14]; 7(3): 75-84.
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jcskommipa/article/download/37167/756
6583741

Anda mungkin juga menyukai