GRUP C/SESI E1
TINJAAN PUSTAKA
Identifikasi bakteri pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini
disebabkan karena banyak bakteri yang tidak mempunyai zat warna. Salah satu cara
untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk identifikasi ialah dengan
metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui
sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian
pengecatan. Atau pengecatan terhadap mikroba banyak dilakukan baik secara
langsung (bersama bahan yang ada) ataupun secara tidak langsung (melalui biakan
murni) (Putri, 2107).
2. Bentuk batang
Bakteri ini dapat dibedakan pada bentuk batang Panjang dan pendek. Bakteri
bentuk batang dapat membentuk formasi :
a) Sel tunggal (monobasil), contohnya Tscherichia coli
b) Bergandengan dua-dua (diplobasil), contohnya Diplococcus pneumonice
c) Rantai (sterptobasil), sebagai jaringan tiang (palisade), contohnya Bacillus
antharaxis
3. Bentuk lengkung
Bentuk lengkung pada pokoknya dapat dibagi menjadi :
(Putri, 2017)
II.1.10 Perbandingan Initial Stain, Mordant, Decolorizer, dan Counter Stain
Perbandingan initial stain, mordant, decolorizer, dan counter stain terdapat
dalam table berikut ini:
Tabel 2. Perbedaan Initial Stain, Mordant, Decolorizer, dan Counter Stain
No Perbandinga Initial Stain Mordant Decolorizer Counter
. n Stain
1. Warna Ungu Coklat Tidak Merah
berwarna
2. Fungsi Cat utama Pengintensi Melunturkan Mewarnai
f cat utama cat utama kembali sel
yang
kehilangan
warna cat
utamanya
3. Hasil Semua Pengikatan Bakteri Bakteri
mikroorganisme warna oleh gram positif gram
akan berwarna bakteri akan berwarna positif akan
ungu lebih baik ungu dan tetap
bakteri gram berwarna
negatif tidak ungu dan
berwarna bekteri
gram
negatif
berwarna
merah
II.1.11 Ketentuan dalam Pengecetan Jasad Renik
Teknik pewarnaan bukan pekerjaan yang sulit tetapi perlu ketelitian dan
kecermatan bekerja serta mengikuti aturan dasar yang berlaku sebagai berikut:
a. Mempersiapkan kaca objek. Kaca objek ini harus bersih dan bebas lemak,
untuk membuat apusan dari bakteri yang diwarnai. Mempersiapkan apusan,
apusan yang baik adalah yang tipis dan kering, terlihat seperti lapisan yang
tipis. Apusan ini berasal dari biakan cair atau padat. Biakan cair suspensi sel
sebanyak satu atau dua mata ose dan diletakkan ke kaca objek. Lalu diapuskan
pada kaca objek, biarkan mengering di udara atau diatas api kecil dengan
jarak 25 cm.
b. Biakan padat. Bakteri yang dikulturkan pada medium padat tidak dapat
langsung dibuat apusan seperti dari biakan cair, tetapi harus diencerkan
dahulu. Letakkan setetes air pada kaca objek, lalu dengan jarum inokulasi
ambil bakteri dari biakan padat, letakkan pada tetesan air dan apusan. Biarkan
mengering di udara. Fiksasi dengan pemanasan. Apusan bakteri pada kaca
objek dapat dilakukan diantaranya dengan cara memanaskan diatas api.
c. Struktur di dalam sel pada tempat-tempat yang dibentuk oleh spesies ini,
disebut endospora. Endospora dapat bertahan hidup dalam keadaan
kekurangan nutrien, tahan terhadap panas, kekeringan, radiasi UV serta
bahan-bahan kimia.
d. Ketahanan tersebut disebabkan oleh adanya selubung spora yang tebal dan
keras. Sifat-sifat ini menyebabkan dibutuhkannya perlakuan yang keras untuk
mewarnainya. Hanya bila diperlukan panas yang cukup, pewarna yang sesuai
dapat menembus endospora. Tetapa sekali pewarna memasuki endospora,
sukar untuk dihilangkan. Ukuran dan letak endospora di dalam sel merupakan
ciri-ciri yang digunakan untuk membedakan spesies-spesies bakteri yang
membentuknya.
(Putri, 2017)
Keterangan :
Keterangan gambar :
3=Budding
Perbesaran : 400x
Dari hasil pengamatan terlihat sel train S.cerevisiae dari PG-PS
Madukismo yang dibandingkan dengan kultur standarnya yaitu berbentuk
ellipsoidal sampai cylindrical. Bentuk sel ini sesuai dengan identitas
saccharomyces cerevisiae dalam pustaka acuan untuk identifikasi(Pitt
&Hocking,1997). Perbedaan warna yang terlihat pada kedua sel yang
dibandingkan kemungkinan disebabkan karena waktu pewarnaan yang terlalu
lama dan terlalu tebal.
2. Pengecatan Gram
Keterangan gambar :
B= Sel S.cerevisiae 3015 (kultur standar) berwarna biru ungu bersifat gram
positif
Perbesaran : 100x
3. Pengecatan Spora
Pengecatan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya spora pada
saccharomyces cerevisiae. Spora memiliki sifat tahan panas dan tahan
terhadap bahan-bahan kimia untuk mengatasi lingkungan yang tidak
menguntungkan. Spora dapat diwarnai dengan pengecatan spora melalui
pemanasan menggunakan api bunsen karena menyebabkan lapisan luar spora
mengembang sehingga zat warna Malachite green dapat masuk kedalam spora
dan warna hijau ini akan terperangkap di dalamnya spora setelah didinginkan.
Pencucian preparat dengan air tidak dapat mencuci zat warna Malachite green.
Preparat tidak perlu dipanaskan pada penambahan zat warna safranin karena
zat warna safranin bersifat basa sehingga akan mengikat muatan negatif yang
terdapat pada permukaan sel dan tidak akan masuk kedalam spora sel
vegetatif akan terlihat berwarna merah sedangkan spora akan terlihat
berwarna hijau.
Gambar 6. Hasil Pengecatan Spora isolat S.cerevisiae dari PG-PS Madukismo
dan S.cerevisiae ATCC 3015
Keterangan gambar :
Perbesaran : 100x
B. Sifat Kimia
1. Rumus molekul : H2SO4
2. Berat molekul : 98,08 gr/mol
(Perry, 1999 “Sulfuric Acid”)
C. Fungsi
Sebagai bahan pencuci pada metode pengecatan spora
II.2.13 Fuchsin
A. Sifat Fisika
1. Warna : Merah
2. Bau : Tidak berbau
3. Fase : Cair
4. Specific gravity : 1,22
5. Titik didih : 200°C
B. Sifat Kimia
3. Rumus molekul : C20H19N3HCl
4. Berat molekul : 337,84 gr/mol
(Perry, 1999 “Fuschin”)
C. Fungsi
Sebagai bahan pembuat larutan karbol fuchsin untuk pengecatan gram, ziehl
Nielsen, dan spora
II.2.14 Yeast
A. Sifat Fisika
1. Warna : Coklat
2. Bau : Tidak berbau
3. Fase : Butiran padatan
4. Diamter : 1-3 nanometer
5. Pertumbuhan : Cepat
B. Sifat kimia
1. Mudah dikulturkan
2. Diperoleh dari hasil fermentasi
(Dewangga, 2017 “Yeast”)
C. Fungsi
Sebagai jasad renik yang digunakan untuk pengecatan jasad renik
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.2 Bahan
Pada praktikum “Pengecetan Jasad Renik” terdapat bahan-bahan yang akan
digunakan antara lain : aquadest, etanol, crystal violet, methylene blue, iodine, kalium
iodida, asam klorida, asam sulfat, basic fuchsin, fenol, negrosin, amonium oksalat,
dan formalin, yeast.
III.3 Alat
Alat-alat yang akan digunakan pada praktikum ini antara lain : ose, pipet,
deck glass, object glass, petridish, mikroskop, gelas ukur, spatula, bunsen, dan
penjepit kayu, beaker glass.
B. Pengecatan Khusus :
1. Pengecatan gram :
a. Gram A : Huchers crystal violet solution ( initial stain )
b. Gram B : Lugol’s iodine solution ( mordant )
c. Gram C : Alkohol solution ( decolorizer )
d. Gram D : Safranin / carbol fuchsin ( counter stain )
Cara Kerja :
1) Dari suspensi yang mengandung bakteri, diambil satu tetes dengan ose
diratakan dalam glass benda yang bersih.
2) Tunggulah sampai menjadi noda yang kering, kemudian difizer diatas
nyala api.
3) Tetesilah dengan gram A : huchers crystal violet, tunggulah selama 1 –
2 menit.
4) Cucilah dengan air, kemudian dikeringkan diudara.
5) Setelah kering diberi gram B : lugols iodine, tunggulah 1 – 2 menit lalu
cuci lagi dengan air yang mengalir.
6) Setelah bersih, dialiri gram C alkohol yang mengalir sehingga alkohol
tampak jernih.
7) Cucilah dengan air, kemudian setelah kering dibubuhi dengan gram
D : safranin / carbol fuchsin, tunggu sampai 1 – 2 menit.
8) Cuci lagi dengan air yang mengalir, lalu keringkan di udara.
9) Lihatlah preparat dalam mikroskop dengan minyak imersi.
10) Amatilah dengan seksama gambar-gambar dalam mikroskop.
Cara Kerja :
1) Ambil bakteri dengan ose, ratakan pada glass benda kemudian biarkan
kering diudara.
2) Kemudian difixer dalam nyala api spiritus.
3) Bubuhilah dengan larutan Ziehl Nielsen’s carbol fuchsin.
4) Pangganglah dalam nyala api sehingga timbul uap diatas larutan cat
tadi, selama kira-kira 5 menit.
5) Setelah dingin dicuci dengan air.
6) Kemudian cuci dengan alcohol asam ( campuran 3 % HCl dalam
alcohol 95 %), sampai alcohol tampak jernih, kemudian dibilas dengan
air.
7) Tetesi dengan larutan loeffer’s methylene blue, tunggulah 1-2 menit
kemudian dicuci dengan air yang mengalir.
8) Setelah dibiarkan kering diudara, amatilah dengan seksama didalam
mikroskop dengan minyak imersi.
3. Pengecatan Spora :
Cara Kerja :
1) Ambillah kultur bakteri dan media agar-agar, suspensikan dalam 0,5 cc
larutan HCl 0,5 % , tambahkan juga 0,5 cc carbol fuchsin.
2) Suspensi ini lalu diinkubasikan selama 10 – 30 menit, pada suhu 37oC.
3) Ambillah satu ose dan suspensi, keringkan dalam glass benda dan
difixer.
4) Cucilah dengan H2SO4 2% selama 1-2 detik, lalu dicuci dengan air
yang mengalir.
5) Bubuhilah larutan methylene blue selama 1-2 menit, lalu dicuci lagi
dengan air yang mengalir.
6) Amatilah dengan minyak imersi dalam mikroskop.
7) Maka akan tamak sel – sel bakteri berwarna biru, sedang sporanya
berwarna merah
4. Pengecatan Negatip
Tujuan pengecatan negatip ini ialah untuk melihat bakteri dengan suatu
latar belakang yang gelap. Juga dimaksudkan untuk pengukuran bakteri.
Macamnya ada dua yaitu :
1. Dengan tinta cina :
a. Dibuat campuran yang terdiri dan satu ose suspensi bakteri dengan
dua ose tinta cina diatas glass benda, lalu ratakan.
b. Setelah kering, langsung bisa dilihat dalam mikroskop dengan
memakai minyak imersi.
2. Dengan Negrosin :
Ambil dua ose suspensi bakteri, ditaruh diatas glass benda dan
dibubuhi satu tetes larutan negrosin. Canpurlah hingga homogen, dan
ratakan dengan ose. Setelah kering, langsung bisa diamati dalam
mikroskop dengan menggunakan minyak imersi.
III.5.2 Diagram Alir
1. Pengecetan sederhana
Bakteri
Teteskan 1 suspensi
dan ratakan
Drying
2. Pengecetan gram
Bakteri
Teteskan 1 suspensi
Tetes gram A
dan ratakan
t = 1-2 menit
Gram B
Gram C Fixer diatas nyala api
Gram D
Panggang . t = 5 menit
4. Pengecetan spora
Kultur Bakteri
Inkubasi, t = 10 menit
Dan T = 37 C
5. Pengecetan negatif
a. Dengan negrosin
2 ose suspensi
bakteri
1 tetes larutan
Campur dan ratakan
negrosin
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, Bayu 2009, Pewarnaan Gram (Gram Positif dan Gram Negatif), PT
Gramedia, Jakarta
Putri 2017, Bahan ajar Keperawatan gigi Mikrobiologi, Pusat Pendidikan Sumber
Daya Manusia Kesehatan, Jakarta.
Rohmi, Y.Jiwintarum 2016, ‘Buah Naga Sebagai Pewarna Alami untuk Pewarnaan
Bakteri’, Jurnal Kesehatan Prima, vol.10, No.2, hh.1726-1734
Saha, Papita Das 2011, ‘Adsorption of Crystal violet from aqueous solution onto
NaOH-modified rice Husk’. Journal Esevier.
Tim Dosen 2020, Modul Pembuatan Zat dan Sterilisasi, Universitas Pembangunan
Nasional Veteran, Surabaya
Tomar, Urvashi 2019, ‘Fixation and Fixatives: Roles and Function-A Short Review’,
Dental Journal of Advance Studies, Vol.7, No.2, hh.51-55