Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI 1

“PEWARNAAN BTA (BASIL TAHAN ASAM)”

NAMA : JULIA YEDY. METUDUAN

NIM : 18 3145 353 160

KELAS : 18 D

KELOMPOK : I (SATU)

ASISTEN : IMANUEL GELIO SEIMAHUIRA

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
FAKULTAS FARMASI, TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DAN
INFORMATIKA
UNIVERSITAS MEGA REZKY
MAKASSAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Pewarnaan BTA (Basil Tahan Asam)


Nama : Julia Yedy Metuduan
Nim : 18 3145 353 160
Hari / Tanggal : kamis, 16 mei 2019
Kelompok : I (Satu)
Rekan Kerja : 1. Ali Irfan Keliobas
2. Asrini Angriani
3. Aulia Firdaus
4. Voni Gita
5. Saitun Rezky Maulidya
6. Wardatul Hadawiya R
Penilaian :

Makassar, 18 Mey 2019

Distujui Oleh

Asisten Dosen Praktikan

Imanuel Gelio Seimahuira Julia Yedy. Metuduan


Nim : 16 3145 353 017 Nim : 18 3145 353 160
Dosen Pembimbing

Nirmawati Angria S.Si.,M.kes


NIDN : 09 1806 0702
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Jasad hidup yang ukurannya kecil sering disebut sebagai mikroba atau
mikroorganiseme atau jasad renik. Jasad renik disebut juga sebagai mikroba
bukan karena ukuranya yang sangat kecil, sehingga sukar dilihat dengan mata
biasa, tetapi juga pengaturan kehidupannya yang lebih sederhana dibandingkan
dengan jasad tingkat tinggi. Mata biasa tidak dapat melihat jasad ukurannya
kurang dari 0,1 mm. Ukuran mikroba biasanya di nyatakan dengan mikron (µ),
1 mikron adalah 0,001 mm. Sel mikroba umumnya hanya dapat dilihat dengan
alat pembesar atau mikroskop, walaupun demikian ada mikroba yang
berukuran besar sehingga dapat dilihat tanpa alat pembesar (Mades 2017,
hal.2).
Mikroba sulit dilihat dengan cahaya karena tidak mengadsorbsi atau
membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan
untuk mewarnai mikroorganisme. Zat warna mengadsrobsi dan membiaskan
cahaya sehingga kontras mikroba dengan sekelilingnya dapat ditingkatkan.
Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan struktur seperti spora,
flagela, dan bahan inklusi yang mengandung zat pati dan granula fosfat
(Bibiana 1994, hal 13).
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang atau basil dan bersifat tahan
asam bila diwarnai dengan pewarnaan bakteri tahan asam misalnya pewarnaan
Ziehl Neelsen, oleh sebab itu M.tuberculosis dikenal dengan istilah basil tahan
asam (BTA) (Kalma dan adrika 2018, Vol.9 No.2)
Bakteri tahan asam adalah, jenis bakteri yang tidak dapat diwarnai dengan
pewarnaan anilin biasa kecuali dengan menggunakan fenol dan dengan
pemanasan. Bakteri ini memiliki dinding sel berlilin karena mengandung
sebagaian besar lipoidal oleh karena itu bakteri ini hanay dapat diwarnai
dengan pewarnaan BTA (Acid-fast stain).
Oleh karena itu dilakukannya pewarnaan BTA karena, pada bakteri yang
kandungan lemaknya sangat tebal sehingga tidak dapat diwarnai dengan reaksi
pewarnaan biasa, tetapi harus dengan pewarnaaan tahan asam.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui morfologi, bentuk dari pada bakteri tahan asam dan zat
warna yang dapat dan mampu masuk dan mewarnai bakteri tersebut (BTA).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. BAKTERI
Bakteri merupakan organsime yang berjumlah paling banyak dan tersebar
luas dibandingkan makhluk hidup lain di muka bumi. Bakteri memiliki ratusan
ribu spesies yang hidup didarat hingga laut. Bakteri merupakan organisme
uniseluler, prokariotik, dan umumnya tidak memiliki klorofil. Ukuran tubuh
bakteri beragam, dari yang berdiameter 0,12 mikron hingga yang memiliki
panjang ratusan mikron (Devita dkk 2016, hal.26).
Ukuran bakteri yang sangat kecil sehingga sehingga sukar diamati dengan
mikroskopi biasa, artinya harus menggunakan mikroskop yang lebih canggi.
Ukuran bakteri dinyatakan dengan satuan mikron (mikron (µ) = 0,001 mm).
Ukuran bakteri berkisar antara beberapa mikron. Selai dengan bentuk
(morfologi) dan struktur bakteri digunakan untuk menggolongkan klasifikasi,
bakteri dapat juga diklasifikasi atas dasar letak flagel bakteri, ketahanan
terhadap asam da reaksi gram (Hasyimi 2010, hal.28)
Bakteri merupakan mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran panjang
0,5 µ dan lebar 0,5-2,5 µ. Karakteristik bakteri dilihat dari bentuknya, seperti
bulat (cocci), batang (basil), koma (spiral). Tambahan struktur bakteri yang
cambuk (flagella), kapsul (capsule), dan endospora (endospore) (Apri dkk,
2017, Vol.9 No.1).
Bakteri memiliki struktur dan organisasi dasar yang sama meskipun
dengan bentuk yang berbeda, sel yang terdiri atas dinding sebagai luar yang
kaku dan dibawahnya terdapat membran sel semipermiabel. Didalam membran
sel terdapat suatu isi sitoplasma yang termasuk dalam bahan inti dan berbagai
komponen serta enzim yang dibutuhkan untuk metabolisme dan pertumbuhan
tergantung pada jenisnya (Apri dkk, 2017, Vol.9 No.1).
Pemeriksaan morfologi bakteri ini perlu, untuk mengenal nama
bakteri. Disamping itu juga perlu pengenalan sifat-sifat fisiologinya bahkan
sifat-sifat fisiologis ini kebanyakan merupakan faktor tertentu dalam mengenal
nama spesies suatu bakteri. Sedangkan konfirmasi bakteri yaitu untuk
mengetahui jenis bakteri dan kolonilnya. Konfirmasi jenis bakteri dapat
menggunakan berbagai pewarnaan, reaksi ensimitas atau reaksi biokimia,
terutama jika identifikasi menggunakan media masih meragukan atau belum
memuaskan (Yunan dkk 2016, Vol.10 No.2)
Didunia laboratorium khususnya dibidang mikrobiologi, pewarnaan
merupakan salah satu bagian terpenting pewarnaan berfungsi untuk
memudahkan melihat bakteri dengan menggunakan mikroskop, memperjelan
ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam
bakteri seperti dinding sel vakuola, menghasilkan sifat-sifat dan kimia yang
khas bakteri dengan zat warna, serta meningkatakan kontras mikroorganisme
dengan sekitarnya. Pewarna bakteri yang biasa digunakan yaitu pewarna
sintesis diantaranya safranin, carbol fucshin, crystal violet, dan methylene blue
(Dewi dkk 2017, Vol.17 No.1)
B. MYCOBATERIUM TUBERCULOSIS
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang atau basil dan bersifat tahan
asam bila diwarnai dengan pewarnaan bakteri tahan asam misalnya pewarnaan
Ziehl Neelsen, oleh sebab itu M.tuberculosis dikenal dengan istilah basil tahan
asam (BTA) (Kalma dan adrika 2018, Vol.9 No.2)
Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis (M.tuberculosis). Penyakit ini masih merupakan
masalah besar di seluruh dunia, terutama di negara-negara yang sedang
berkembang terutama Indonesia. (Kalma dan adrika 2018, Vol.9 No.2)
Penderita TB paru yang dapat menjadi sumber penularan adalah penderita
yang basil tahan asan (BTA) positif. Pada waktu penderita batuk atau bersin
akan menyebarkan M.tuberculosis ke udarah dalam bentuk droplet (percikan
dahak). Droplet dari penderita TB paru yang mengandung M.tuberculosis dapat
bertahan diudarah selama beberapa jam. Bila droplet tersebut terhirup oleh
seseorang maka terjadilah penularan penyakit TB paru (Kalma dan adrika
2018, Vol.9 No.2)
C. METODE PEWARNAAN BTA
Pewarnaan Ziehl-Neelsen atau pewarnaan tahan asam memilahkan
kelompok Mycobacterium dan Nocardia dari bakteri lainnya. Pada 2 kelompok
tersebut terdapat bakteri yang bersifat patogen, yaitu Mycobacterium
tuberculosis, M. Leprae dan Nocardia asteroides. Nocardia dan M.
Tuberculosis menyerang paru-paru, sedangkan M. Leprae menyebabkan lepra.
Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam karena dapat
mempertahankan zat warna pertama (karbol fuksin) sewaktu dicuci dengan
larutan pemucat. Larutan pemucat pada pewarnaan ini mengandung asam dan
alkohol. Bakteri tahan asam terlihat berwarna merah. Sebaliknya bakteri yang
tidak tahan asam. Larutan pemucat akan melunturkan fuksin karbol dengan
cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna. Setelah penambahan zat warna
kedua bakteri tidak tahan asam berwarna biru (Bibiana 1994, hal. 21)
Sifat tahan asam berkaitan dengan kandungan lipida dinding sel, oleh
karena itu digunakan pemanasan sehingga zat warna dapat merasuk kedalam
sel yang diliputi oleh lipida (Bibiana 1994, hal. 21)
Pemeriksaan mikroskopis dengan metode pewarnaan Ziehl-Neelsen (ZN)
masih menjadi pilihan pertama untuk deteksi awal TB. Teknik ZN merupakan
teknik yang mudah, murah, dan mempunyai spesifisitas yang tinggi untuk
mendeteksi bakteri tahan asam (BTA) pada sputum. Akan tetapi penelitian
4, 5
melaporkan bahwa sensitivitasnya cukup rendah (20-60%) (Suryati dkk
2018, Vol.1 No.1)
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. WAKTU DAN TEMPAT


1. Waktu
Adapu waktu yang digunakan dalam melakukan praktikum Pewarnaan
BTA (Basil Tahan Asam) adalah :
Hari : Sabtu
Tanggal : 16 Mei 2019
Pukul : 13.00 WITA – Selesai
2. Tempat
Adapun tempat dilaksanakan praktikum Pewarnaan BTA (Basil Tahan
Asam di Laboratorium Mikrobiologi DIV Analis Kesehatan lantai 1 gedung
D Universitas Mega Rezky Makassar.
B. PRINSIP KERJA
Dinding bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan lilin dan lemak yang
sukar di tembus zat warna, dengan pengaruh fenol dan pemanasan maka
lapisan lilin dan lemak pada dinding sel itu dapat di tembus zat warna carbol
fuchsin dan bakteri tersebut dapat terwarnai, Adapun fungsi dari pada carbol
fuchsin untuk mewarnai bakteri yang merupakan bakteri BTA dengan warna
merah sedangkan pada methylen blue bakteri akan berwarna biru jika bakteri
tersebut bukan merupakan bakteri BTA.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a) Mikroskop
b) Objek glass
c) Bunsen
d) Korek api
e) Pipet tetes
f) Gelas kimia
g) Tusuk gigi
h) Gegep kayu
2. Bahan
a) Sputum
b) Carbol fuchsin
c) Methylene blue
d) Nacl 0,9%
e) Larutan pemucat Asam Alkohol
f) Oil mersi
D. PROSEDUR KERJA
1) Diambil sampel menggunakan tusuk gigi.
2) Dibuat sediaan diatas objek glass dengan ukuran 2x3.
3) Dibilas dengan air mengalir
4) Ditambahkan zat warna carbol fuchsin 0,3% sampai semua sediaan
tertutup.
5) Dipanaskan diatas api bunsen dengan cara dilewat-lewatkan selama 2-3
menit hingga sediaan menguap dan pastikan jangan sampai sediannya
mendidih.
6) Didiamkan selama beberapa menit.
7) Dicuci dengan air mengalir.
8) Ditambahkan Asam alkohol 3%
9) Dicuci dengan air mengalir.
10) Di tambahkan Methylen blue 0,3 % dan didiamkan selama 15-30 menit
11) Dicuci dengan air mengalir.
12) Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x, 40x, dan 100x
menggunakan oil emersi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel pengamatan
No Zat Warna Latar Belakang Hasil
Biru Sampel (-) Negatif
1. Carbol Fuchsin dan Biru Preparat (+) Positif
Methylen Blue

2. Gambar pengamatan
a). Sampel ( perbesaran 100X) b). Preparat (+) Perbesaran 100X

1
2 1 2

Keterangan : Keterangan :
1. Diploasil 1.Mycobacterium Tuberculosis
2. Strepobasil 2. Diplobasil
B. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yang akan dilakukan di laboratorium Mikrobiologi
pada pukul 13.00 WITA sampai selesai, yang dilakukan ialah pewarnaan BTA
(Basil Tahan Asam) dengan menggunakan zat pewarna carbol Fuchsin, larutan
pemucat dan methyle blue dengan sampel sputum yang bertujuan untuk dapat
mengetahui morfologi bakteri secara baik dan jelas dan warna yang dapat dan
mampu masuk dan mewarnai bakteri tersebut (BTA).
Pada umumnya bakteri itu tidak berwarna atau tidak mengadsorbsi atau
membiaskan cahaya maka tidak bisa dilihat dibawah mikroskop, agar dapat
dilihat kita dapat melakukan teknik pewarnaan untuk dapat mengetahui bentuk
atau morfologi bakteri di bawah mikroskop dengan mudah.
Pewarnaan tahan asam merupakan pewarnaan yang dilakukan karena suatu
bakteri mampu mempertahankan zat warna pertama sewaktu dicuci dengan
asam alkohol. Bakteri tahan asam akan berwarna merah oleh zat warna carbol
fuchsin sedangkan yang bukan bakteri tahan asam akan berwarna biru oleh zat
warna methylen blue, karena kandungan lipid yang terdapat pada dinding sel
baktei bukan BTA lebih tipis dan tidak mampu mempertahankan zat warna
pertama setalah di berikan larutan pemucat, sehingga bakteri bukan BTA hanya
mampu mengikat zat warna kedua.
Adapun cara atau langkah-langkah yang dapat diguanakan untuk
melakukan tekni pewarnaan yaitu, kita perlu menyiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan seperti zat warna ( karbol fuchsin, larutan pemucat dan
methylen blue) dan sampel yang akan di gunakanan (sputum). Kemudian ambil
sampel sputum dengan menggunakan tusuk gigi dan oleskan pada objek glass
dengan ukuran 2x3 cm, lalu didiamkan beberapa menit kemudian di tambahkan
carbol fuchsin 0,3% (guna untuk memberikan warna merah pada bakteri BTA),
sampai semua sediaan tertutup dan panaskan menggunakan pinset yang sudah
di lilitkan dengan kapas dan dibakar kemudian di lewat-lewatkan dibawah
preparat jangan sampai mendidih gunanya untuk membuka pori-pori dinding
sel bakteri agar zat warna mudah di serap oleh bakteri, dan diamkan selama
beberapa menit agar bakteri memperbaiki dinding sel bakteri yang terbuka tadi
agar bakteri mampu mempertahankan zat warnanya. Lalu cuci dengan air
mengalir setelah itu tambahkan asam alkohol 3% pada seluruh permukaan
sediaan guna sebagai larutan pemucat, setelah itu cuci dengan air mengalir lalu
di tambahkan zat warna kedua yaitu methylen blue 0,3% (guna untuk
memberikan warna biru pada bekteri yang bukan BTA) dan diamkan selama
15-30 menit agar zat warna dapat menyerap dalam sel bakteri yang tidak
menyerap zat warna carbol fuchsin, lalu dicuci dengan air mengalir dan setelah
itu di keringkan dengan cara didiamkan pada suhu ruangan yang ada, lalu
diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x, 40x dan 100x
menggunakan oil emersi agar dapat lebih memperjelas lagi bentuk dan
morfologi bakteri yang ada.
Dari hasil pengamatan pada sampel yang ada menunjukan bahwa pada
perbesaran 10x tidak atau belum terlihat dengan sangat jelas bentuk atau
morfologi bakteri yang ada hanya ada terdapat sel epitel. Sedangkan pada
perbesaran 40x sudah terlihat tetapi belum terlalu jelas bentuk bakteri yang
ada. Dan pada perbesaran 100x dapat terlihat morfologi atau bakteri dengan
sangat jelas dengan bentuk bakteri basil , tetapi sama sekali tidak
ditemukannya bakteri BTA atau Mycobacterium Tuberculosis pada sampel
yang ada yang artinya sampel tersebut Negatif (-).
Dari hasil pengamatan pada preparat yang di dapat menunjukan bahwa
pada perbesaran 10 x tidak atau belum terlihat bentuk atau morfologi yang ada
pada bakteri hanya terlihat sel epitel. Sedangkan pada perbesaran 40 x tidak
atau belum terlihat bentuk bakteri (kabur) dan terlihat sel epitel dengan jelas .
Dan pada perbesaran 100 x morfologi bakteri dapat terlihat sangat jelas dan
terdapat bakteri berbentuk basil yaitu Basil serta terdapat atau terlihat dengan
jelas bakteri yang berwarna merah atau positif BTA. Pada 1x lapangan
pandang dapat dilihat lebih dari 10 bakteri BTA yang artinya pada preparat
tersebut +3 (+++).
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, tidak ditemukannya bakteri
BTA pada sampel yang di periksa (negatif Mycobacterium Tuberculosis).
B. SARAN
Diharapkan kepada praktikan agar dapat memperhatikan APD , dan
kebersihan serta kenyamanan didalam laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Arsandi, Tamam dkk. Jumlah Kolonil Pada Media Kultur Yang Berasal Dari
Thallus Dan Perairan Sentra Budidaya Kappaphycus Alvarezii Di
Sumenep. 2017 Vol.9 No.1 .Madura
Bibiana W. Lay. 1994 Analisis Mikroba Di Laboratorium. Jakarta : RGP
Fifendy dan Biomed. 2017 Mikrobiologi. Depok:Kencana
Hasyimi. 2010 Buku Pegangan “Mikrobiologi Parasitologi Untuk Mahasiswa
Keperawatan”. Jakarta : TIM
Jiwintarum, Rohmi dkk. Buah Naga (Hylocereus Polyrhizus) Sebagai Pewarna
Alami Untuk Pewarnaan Bakteri. 2016 Vol.10 No.2. Mataram
Kalma dan Adrika Perbandingan hasil pemeriksaan Basil Tahan Asam antara
spesimen dahak langsung diperiksa dengan di tunda 24 jam. 2018 Vol.9
No.2. Makassar
Suryanti dkk Sensitivitas metode pemeriksaan mikroskopis fluorokrom dan Ziehl-
Neelsen untuk deteksi Mycobacterium tuberculosis pada sputum. 2018
Vol.1 No.1. Smart medical jurnal
Virgianti dan Luciana. Penggunaan Ekstrak Kombinasi Angkak Dan Daun Jati
Sebagai Pewarna Penutup Pada Pewarnaan Gram. 2017 Vol.17 No.1.
Tasikmalaya
Yusdiani, Fitribana dkk. 2016 Bakteriologi : Bidang Keahlian Kesehatan Untuk
SMK/MAK Kompetensi Analis Kesehatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai