Anda di halaman 1dari 27

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM

BAKTERIOLOGI I

Telah disetujui oleh,


Pengampu Mata kuliah, Laboran

Siti Raudah, S.Si, M,Si Rinda Aulia Utami, S.Tr,A.K


NIK.1130728510012

Ketua Program Studi D-III Analis Kesehatan

Siti Raudah, S.Si, M,Si


NIK.1130728510012

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
bisa selesaikan laporan praktikum bakteriologi pewarnaan Spora.
Laporan ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan
pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan laporan
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
sudah ikut berkontribusi didalam pembuatan laporan ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari
kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan laporan
sehingga menjadi laporan yang baik dan benar.
Akhir kata kami meminta semoga laporan praktikum tentang pewarnaan Spora ini
bisa memberi manfaat ataupun inpirasi pada pembaca.

Samarinda, 20 Februari 2019

Penulis

ii
iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

BAB I ........................................................................................................................ 2

PENDAHULUAN....................................................................................................... 2

A. Latar Belakang ............................................................................................... 2


B. TUJUAN ......................................................................................................... 3
BAB II ....................................................................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 4

B. PEWARNAAN SPORA BAKTERI .................................................................. 9


BAB III .................................................................................................................... 12

METODE KERJA .................................................................................................... 12

BAB IV .................................................................................................................... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................... 14

A. Hasil : ........................................................................................................... 14
B. Pembahasan ................................................................................................ 14
BAB V ..................................................................................................................... 20

PENUTUP .............................................................................................................. 20

A. Kesimpulan .................................................................................................. 20
B. Saran ........................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 21

LAMPIRAN ............................................................................................................. 22

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, karena
selain tidak berwarna, bakteri itu juga transparan dan sangat kecil. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri,
sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Oleh karena itulah
pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam
penelitian mikrobiologi. Mikroba sulit dilihat dengan cahaya karena tidak
mengadsorbsi atau membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat
warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme. Zat warna mengadsorbsi dan
membiaskan cahaya sehingga kontras mikroba dengan sekelilingnya dapat
ditingkatkan. Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan strukur seperti
spora, flagela, dan bahan inklusi yang mengandung zat pati dan granula fosfat.
Beberapa teknik pewarnaan yang digunakan untuk visualisasi, klasifikasi, dan
karaterisasi bakteri secara morfologis dan struktural adalah pewarnaan
sederhana dan pewarnaan diferensial.
Teknik pewarnaan diferensial adalah teknik pewarnaan yang memperlihatkan
perbedaan diantara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba. Teknik
pewarnaan ini tidak hanya menggunakan satu jenis larutan zat pewarna.
Pewarnaan diferensial banyak jenisnya, diantaranya ialah pewarnaan gram,
pewarnaan spora, pewarnaan tahan asam, pewarnaan giemsa, pewarnaan
kapsul, dan pewarnaan flagel. Pewarnaan spora bertujuan untuk membedakan
antara spora bakteri dengan bentuk sel vegetatif bakteri, serta untuk mengetahui
letak spora di dalam sel bakteri, dimana terdapat tujuh struktur dan rangkaian
endospora bakteri. Sedangkan pewarnaan kapsul/ pewarnaan negatif bertujuan
untuk membedakan kapsul dari sel bakteri. Hanya mikroorganisme tertentu yang
memiliki kapsul dan umumnya adalah bakteri yang memiliki patogenitas tinggi,
dimana kapsul tersebut melindungi sel bakteri dari mekanisme fagositosis sel
inang. Umumnya pewarnaan kapsul lebih sulit dibandingkan dengan pewarnaan

2
lain dikarenakan kapsul larut dalam air sehingga dapat hilang dengan
pembilasan berlebihan.

B. Tujuan
1. Apa tujuan pewarnaan spora?
2. Apa saja struktur dan rangkaian endospora bakteri?

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Spora

Spora bakteri adalah bentuk bekteri yang sedang dalam usaha


mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Spora bakteri mempunyai
fungsi yang sama seperti kista amoeba, sebab bakteri dalam bentuk spora dan
amoeba dalam bentuk kista merupakan suatu fase dimana kedua
mikroorganisme itu berubah bentuk untuk melindungi diri terhadap faktor luar
yang tidak menguntungkan (Dwidjoseputro, 1989).
Jenis-jenis bakteri tertentu, terutama yang tergolong dalam genus Bacillus
dan Clostridium mampu membentuk spora. Spora yang dihasilkan di luar sel
vegetatif (eksospora) atau di dalam sel vegetatif (endospora). Bakteri
membentuk spora bila kondisilingkungan tidak optimum lagi untuk pertumbuhan
dan perkembangannya, misalnya: medium mengering, kandungan nutrisi
menyusut dan sebagainya (Hastuti, 2012).
Beberapa spesies bakteri menghasilkan spora eksternal. Streptomyces
misalnya, meghasilkan serantaian spora (disebut konidia), yang disangga di
ujung hifa, suatu filamen vegetatif. Proses ini serupa dengan proses
pembentukan spora pada beberapa cendawan(Irianto, 2006). Spora pada bakteri
adalah endospora, suatu badan yang refraktil terdapat dalam induk sel
danmerupakan suatu stadium isrtirahat dari sel tersebut. Endospora memiliki
tingkatme tabolisme yang sangat rendah sehingga dapat hidup sampai bertahun-
tahun tanpa memerlukan sumber makanan dari luar (Irianto, 2006).
Pembentukan spora dapat dianggap sebagai suatu proses diferensiasi dari
suatu siklus hidup dalam keadaan-keadaan tertentu. Hal ini berbeda dari
peristiwa pembelahan sel karena tidak terjadi replikasi kromosom (Pelczar,
1986). Kemampuan menghasilkan spora memberi keuntungan ekologis pada
bakteri, karena memungkinkan bakteri itu bertahan dalam keadaan buruk.
Langkah-langkah utama di dalam proses pembentukan spora sebagai berikut :

4
1. Penjajaran kembali bahan DNA menjadi filamen dan invaginasi membran sel
di dekatsatu ujung sel untuk membentuk suatu struktur yang disebut bakal
spora.
2. Pembentukan sederet lapisan yang menutupi bakal spora, yaitu korteks
spora diikuti dengan selubung spora berlapis banyak.
3. Pelepasan spora bebas seraya sel induk mengalami lisis (Pelczar, 1986).

Salah satu ciri endospora bakteri adalah susunan kimiawinya. Semua


endospora bakteri mengandung sejumlah besar asam dipikolinat yaitu suatu
substansi yang tidak terdeteksi pada sel vegetatif. Sesungguhnya, asam tersebut
merupakan 5-10 % berat kering endospora. Sejumlah besar kalsium juga
terdapat dalam endospora, dan diduga bahwa lapisan korteks terbuat dari
kompleks Ca2+ asam dipikolinat peptidoglikan (Pelczar, 1986). Letak spora di
dalam sel serta ukurannya selama pembentukannya tidaklah sama bagi semua
spesies contoh, beberapa spora adalah sentral yaitu dibentuk ditengah- tengah
sel yang lain terminal yaitu dibentuk di ujung dan yang lain lagi lateral yaitu di
bentuk di tepi sel (Pelczar, 1986).
Diameter spora dapat lebih besar atau lebih kecil dari diameter sel
vegetatifnya. Dibandingkan dengan sel vegetatif, spora sangat resisten terhadap
kondisi-kondisi fisik yang kurang menguntungkan seperti suhu tinggi dan
kekeringan serta bahan-bahan kimia seperti desinfektan. Ketahanan tersebut
disebabkan oleh adanya selubung spora yang tebal dan keras (Hadioetomo,
1985).
Dalam pengamatan spora bakteri diperlukan pewarnaan tertentu yang dapat
menembus dinding tebal spora. Pewarnaan tersebut adalah dengan
penggunaan larutan hijau malakit 5%, dan untuk memperjelas pengamatan, sel
vegetative juga diwarnai dengan larutan safranin 0,5% sehingga sel vegetative
ini berwarna merah. Dengan demikian ada atau tidaknya spora dapat teramati,
bahkan posisi spora di dalam tubuh sel vegetative juga dapat
diidentifikasi.Namun ada juga zat warna khusus untuk mewarnai spora dan di
dalam proses pewarnaannya melibatkan treatment pemanasan, yaitu; spora
dipanaskan bersamaan dengan zat warna tersebu tsehingga memudahkan zat

5
warna tersebut untuk meresap ke dalam dinding pelindung spora bakteri (Volk &
Wheeler, 1988).
Beberapa bakteri mampu membentuk spora meskipun tidak dalam keadaan
ekstrem ataupun medium yang kurang nutrisi. Hal ini dimungkinkan karena
bakteri tersebut secara genetis, dalam tahapan pertumbuhan dan
perkembangannya memang memiliki satu fase sporulasi (Dwidjoseputro, 1989).
Jika medium selalu diadakan pembaruan dan kondisi lingkungan disekitar bakteri
selalu dijaga kondusif, beberapa jenis bakteri dapat kehilangan kemampuannya
dalam membentuk spora. Hal ini dimungkinkan karena struktur bakteri yang
sangat sederhana dan sifatnya yang sangat mudah bermutasi, sehingga
perlakuan pada lingkungan yang terus menerus dapat mengakibatkan bakteri
mengalami mutasi dan kehilangan kemampuannya dalam membentuk spora
(Dwidjoseputro, 1989).
Spora bakteri ini dapat bertahan sangat lama, ia dapat hidup bertahun -
tahun bahkan berabad - abad jika berada dalam kondisi lingkungan yang normal.
Kebanyakan sel vegetatif akan mati pada suhu 60-70oC, namun spora tetap
hidup, spora bakteri ini dapat bertahan dalam air mendidih bahkan selama 1 jam
lebih. Selama kondisi lingkungan tidak menguntungkan, spora akan tetap
menjadi spora, sampai kondisi lingkungan dianggap menguntungkan, spora akan
tumbuh menjadi satu sel bakteri yang baru dan berkembangbiak secara normal
(Volk & Wheeler, 1988).
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur, dan
sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak
berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut di
suspensikan.Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga
mudah untuk di identifikasi adalah dengan metode pengecatan atau pewarnaan,
hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui
reaksi dinding selbakteri melalui serangkain pengecetan. (Karmana,2008).

Sel bakteri dapat diamati dengan jelas jika menggunakan


mikroskopdengan perbesaran 100 x 10 yang ditambah minyak emersi. Jika
dibuat preparatulas tanpa pewarnaan, sel bakteri sulit terlihat. Pewarnaan
bertujuan untukmemperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat warna ke

6
permukaan selbakteri. Zat warna dapat mengabsorbsi dan membiaskan cahaya,
sehingga kontrassel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatkan. Zat warna yang
digunakan bersifat asam atau basa. Pada zat warna basa, bagian yang berperan
dalam memberikan warna disebut kromofor dan mempunyai muatan positif.
(Karmana,2008).

Sebaliknya pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat
warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa lebih banyak digunakan karena
muatan negatif banyak ditemukan pada permukaan sel. Contoh zat warna asam
antara lain cristal violet, methylen blue, safranin, Base Fuchsin, Malachite
Green,dll. Sedangkan zat warna basa antara lain Eosin, Congo Red dll (Subandi,
2009).

Jenis-jenis bakteri tertentu, terutama yang tergolong dalam genus Bacillus


dan Clostridium mampu membentuk spora. Spora yang dihasilkan di luar sel
vegetatif (eksospora) atau di dalam sel vegetatif (endospora). Bakteri
membentuk spora bila kondisi lingkungan tidak optimum lagi untuk pertumbuhan
dan perkembangannya, misalnya: medium mengering, kandungan nutrisi
menyusut dan sebagainya (Hastuti, 2012).

Beberapa spesies bakteri menghasilkan spora eksternal. Streptomyces,


misalnya, meghasilkan serantaian spora (disebut konidia), yang disangga di
ujung hifa, suatu filamen vegetatif. Proses ini serupa dengan proses
pembentukan spora pada beberapa cendawan (Irianto, 2006). Spora pada
bakteri adalah endospora, suatu badan yang refraktil terdapat dalam induk sel
dan merupakan suatu stadium isrtirahat dari sel tersebut. Endospora memiliki
tingkat metabolisme yang sangat rendah sehingga dapat hidup sampai bertahun-
tahun tanpa memerlukan sumber makanan dari luar (Irianto, 2006).

Pembentukan spora dapat dianggap sebagai suatu proses diferensiasi dari


suatu siklus hidup dalam keadaan-keadaan tertentu. Hal ini berbeda dari
peristiwa pembelahan sel karena tidak terjadi replikasi kromosom (Pelczar,
1986). Berdasarkan struktur dan komponen kimia penyusun lapisan spora, spora
bakteri tidak dapat dilihat tanpa pewarnaan. Spora dapat diamati setelah spora
terwarnai dengan menggunakan pewarnaan spora. (Hadioetomo, 1985).

7
Pewarnaan spora Schaeffer-Fulton dilakukan dengan menutup sediaan
dengan larutan hijau malakit. Kemudian dengan hati-hati sediaan dipanaskan
selama 3 menit dan didinginkan sebelum dicuci dengan air. Pemanasan
menyebabkan warna hijau malakit meresap ke dalam endospora, selanjutnya
sediaan diwarnai dengan safranin. (Hadioetomo, 1985). Bila pewarnaan spora
bakteri ini berhasil dengan baik, maka sel vegetatif bakteri akan berwarna
merah. Jika sel membentuk spora, maka spora hasil pewarnaan akan berwarna
hijau. (Hastuti, 2012).

Spora bakteri adalah bentuk bekteri yang sedang dalam usaha


mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Spora bakteri mempunyai
fungsi yang sama seperti kista amoeba, sebab bakteri dalam bentuk spora dan
amoeba dalam bentuk kista merupakan suatu fase dimana kedua
mikroorganisme itu berubah bentuk untuk melindungi diri terhadap faktor luar
yang tidak menguntungkan.(Dwidjoseputro, 2001)

Sepanjang pengetahuan yang kita miliki sekarang, hanya golongan basillah


yang dapat membentuk spora, akan tetapi tidak semua basil mampu berbuat
demikian. Beberapa spesies Bacillus yang aerob dan beberapa spesies
Clostridium yang anaerob dapat membentuk spora. Spora ini lazim disebut
endospora, dikarenakan spora itu dibentuk di dalam sel. (Dwidjoseputro, 2001)
Endospora hanya terdapat pada bakteri. Merupakan tubuh berdinding tebal,
sangat refraktif, dan sangat resisten, dihasilkan oleh semua spesies Bacillus,
Clostridium dan Sporosarcina. Bakteri yang mampu membentuk endospora
dapat tumbuh dan bereproduksi selama banyak generasi sebagai sel vegetatif.
Namun pada beberapa tahapan di dalam pertumbuhannya, terjadi sintesis
protoplasma baru dalam sitoplasma vegetatifnya yang dimaksudkan untuk
menjadi spora. (Pelczar,1986)
Bentuk spora ada yang bulat, ada pula yang bulat panjang, hal ini
bergantung pada spesies. Endospora ada yang lebih kecil dan ada pula yang
lebih besar daripada diameter sel induk. (Dwidjoseputro, 2001) Letak endospora
di dalam sel serta ukurannya selama pembentukannya tidaklah sama bagi
semua spesies. Sebagai contoh, beberapa spora adalah sentral yaitu dibentuk di

8
tengah-tengah sel, yang lain terminal yaitu dibentuk di ujung; dan yang lain lagi
subterminal yaitu di dekat ujung. (Pelczar,1986)
Pada umumnya sporulasi itu mudah terjadi, jika keadaan medium memburuk,
zat-zat yang timbul sebagai pertukaran zat bertimbun-timbun dan faktor-faktor
luar lainnya merugikan. Tetapi pada beberapa spesies mampu membentuk
spora meskipun tidak terganggu oleh faktor luar. Sporulasi dapat dicegah, jika
selalu diadakan pemindahan piaraan ke medium yang baru. Beberapa spesies
bakteri dapat kehilangan kemampuannya untuk membentuk spora. Spora dapat
tumbuh lagi menjadi bakteri biasa apabila keaadaan di luar menguntungkan.
Mula-mula air meresap ke dalam spora, kemudian spora mengembang dan kulit
spora menjadi retak karenanya. Keretakan ini dapat terjadi pada salah satu
ujung, tetapi juga dapat terjadi pada tengah-tengah atau dekat tengah-tengah
spora. Hal ini merupakan ciri khas bagi beberapa spesies Bacillus. Jika kulit
spora pecah di tengah-tengah, maka masing-masing pecahan akan merupakan
suatu tutup pada kedua ujung bakteri. (Dwidjoseputro, 2001)

B. Pewarnaan Spora Bakteri

Spora bakteri adalah bentuk bakteri yang sedang dalam usaha


mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Segera setelah keadaan
luar baik lagi bagi mereka, maka pecahlah bungkus spora dan tumbuhlah
bakteri. Spora lazim disebut endospora ialah karena spora itu dibentuk di dalam
sel. Endospora jauh lebih tahan terhadap pengaruh luar yang buruk dari pada
bakteri biasa yaitu bakteri dalam bentuk vegetatif. Sporulasi dapat dicegah, jika
selalu diadakan pemindahan piaraan ke medium yang baru.
Endospora dibuat irisan dapat terlihat terdiri atas pembungkus luar, korteks
dan inti yang mengandung struktur nukleus. Apabila sel vegetatif membentuk
endospora, sel ini membuat enzim baru, memproduksi dinding sel yang sama
sekali baru dan berubah bentuk. Dengan kata lain sporulasi adalah bentuk
sederhana diferensiasi sel, karena itu, proses ini diteliti secara mendalam untuk
mempelajari peristiwa apa yang memicu perubahan enzim dan morfologi.

9
Spora biasanya terlihat sebagai badan-badan refraktil intrasel dalam sediaan
suspensi sel yang tidak diwarnai atau sebagai daerah tidak berwarna pada sel
yang diwarnai secara biasa. Dinding spora relatif tidak dapat ditembus, ini pula
yang mencegah hilangnya zat warna spora setelah melalui pencucian dengan
alkohol yang cukup lama untuk menghilangkan zat warna sel vegetatif. Sel
vegetatif akhirnya dapat diberi zat warna kontras. Spora biasanya diwarnai
dengan hijau malachit atau carbol fuchsin.
Spora kuman dapat berbentuk bulat, lonjong atau silindris. Berdasarkan
letaknya spora di dalam sel kuman, dikenal letak sentral,subterminal dan
terminal. Ada spora yang garis tengahnya lebih besar dari garis tengah sel
kuman, sehingga menyebabkan pembengkakan sel kuman. spora merupakan
stadium dorman dari sel vegetatif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengecatan spora:

- Fiksasi
- Smear terlalu tebal
- Waktu pengecatan tidak tepat
- Konsentrasi reaagen
- Umur bakteri
- Nutrisi

Ada 2 jenis bakteri yang dapat membentuk spora:

- Clostridium adalah bakteri yang bersifat anaerob


- Bacillus adalah Bakteri yang bersifat aerob
- Stuktur endospora berbeda-beda untuk setiap spesies
- Clostridium botullinum: sporanya subterminal
- Clostridium tetani:sporanya terminal
- Bacillus anthracis: sporanya central

10
Endospora bakteri merupakan struktur yang paling tahan terhadap
lingkungan yang ekstrim misalnya kering, kepanasan, dan keadaannya
asam.

Macam-macam metode pengecetan


- Schaffer fulton
- Klein vedder
- Bartolomew mittler

Core: sitoplasma dari spora yang didalamnya terkandung semua unsure


untuk kehidupan bakteri seperti kromosom yang komplit, komponen-
komponen untuk sintesis protein dan sebagainya.
Cortex: lapisan yang paling tebal dari spora envelope, terdiri dari lapisan
peptidoglikan tapi dalam bentuk yang istimewa.
Dinding spora: lapisan paling dalam dari spora, terdiri dari peptidoglikan dan
akan menjadi dinding sel bila spora kembali dalam bentuk vegetative.
Eksosporium: lipoprotein membrane yang terdapat dari luar.
Coat: terdiri dari zat semacam keratin, dan keratin inilah yang menyebabkan
spora relatif tahan terhadap pengaruh luar.
Pada hasil pengamatan praktikum Pewarnaan Spora kali ini,
digunakan suspensi dari bakteri Salmonella typhii dan Bacillus subtilis.
Suspensi bakteri ini telah disiapkan sebelumnya. Pada saat pembuatan
preparat sama halnya dengan pewarnaan Gram waktu yang ditentukan untuk
penetesan zat warna dan H2SO4 sebaiknya tidak lebih ataupun kurang dari
waktu yang telah ditentukan, karena hal tersebut dapat mempengaruhi hasil
preparat saat dilihat dbawah mikroskop.
Perbedaan Pewarnaan tahan asam dan Pewarnaan spora ialah pada
pewarnaan tahan asam bertujuan untuk melunturkan pewarnaan bakteri
yang tahan asam. Sedangkan pewarnaan spora bertjuan untuk mewarnai
spora pada bakteri yang dapat membentuk spora.

11
BAB III

METODE KERJA

A. Hari/Tanggal : Selasa, 28 Januari 2019


B. Tempat : Laboratorium Medik Gedung B
C. Alat dan Bahan :

Alat

1. Rak pewarna
2. Kaca obyek
3. Kapas
4. Kertas saring
5. Mikroskop
6. Jarum Ose
7. Pembakar spirtus.

Bahan

1. Air suling
2. Bakteri Bacillus Cereus
3. NaCl steril
4. Zat warna Safranin dan Malachite Green

D. Prosedur Kerja :
- Bersihkan obyek glass, letakkan 1 ose suspensi bakteri, ratakan lalu biarkan
mengering kemudian fiksasi di atas bunsen
- Tutupi sediaan dengan kertas saring lalu letakkan di atasnya larutan
Malachite Green hingga terserap oleh kertas saring, biarkan selama 1-2
menit
- Buka kertas saring lalu bilas dengan aquadest mengalir
- Tambahkan larutan safranin, biarkan selama 2 menit, dibilas dan kering
anginkan

12
- Amati hasil pewarnaan dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x10 hingga
100x10 + Oil Imersi
- Perhatikan dan gambarkan morfologi serta warna bakteri

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil :

Gambar 4.1 Pewarnaan Spora dengan Perbesaran 100x


Keterangan:
- Spora berwarna Hijau
- Sel Bakteri berwarna Merah

B. Pembahasan :

Pada praktikum kali ini dilakukan pewarnaan bakteri berupa pewarnaan ra


pada bakteri berbeda dengan spora pada jamur, pada bakteri sporanya tidak
mempunyai fungsi sebagai alat reproduksi tetapi sebagai perlindungan dari
kondisi yang tidak menguntungkan bagi bakteri tersebut. Endospora bakteri
tahan terhadap kondisi lingkungan ekstrim seperti suhu yang tinggi, kekeringan,
senyawa kimia beracun (desinfektan , antibiotik), dan radiasi sinar UV. Biasanya
bakteri yang membentuk endospora merupakan fase tidur dari bakteri.
Endospora ini mampu bertahan sampai kondisi lingkungan kembali
menguntungkan bagi bakteri. Tetapi setelah keadaan lingkungan

14
menguntungkan bagi bakteri maka bungkus spora akan pecah dan tumbuh
bakteri. Pewarnaan spora merupakan pewarnaan yang tidak dapat di warnai
dengan pewarnaan biasa, diperlukan tekhnik pewarnaan khusus. Endospora
tidak mudah diwarnai dengan zat pewarna pada umumnya, tetapi sekali
diwarnai, zat warna tersebut akan sulit hilang.
Berdasarkan pengamatan, yang terlihat ialah bakteri Bacillus subtilisdengan
spora yang terminal, yaitu letak spora ada diujung sel. Sebenarnya jenis letak
spora ada 3 buah: sentral, yaitu letak spora berada di tengah-tengah sel;
terminal, yaitu letak spora ada diujung sel; sub terminal, yaitu letak spora
diantara ujung dan di tengah-tengah sel. Akan tetapi pada pengamatan ini hanya
ada spora terminalis.Warna sporanya merah sedangkan dan warna badan
vegetatif adalah ungu. Pada hasil pengamatan juga tidak terlihat adanya spora
pada bakteri Salmonella typhii , hal itu dikarenakan bakteri Salmonella typhii
tidak memiliki spora dan bakteri ini tergolong bakteri non-spora atau bakteri yang
tidak dapat menghasilkan spora. Lain halnya dengan bakteri Bacillus subtilis
yang merupakan dari famili Bacillaceae. Bakteri yang dapat menghasilkan spora
diantaranya ialah bakteri berasal dari famili Bacillaceae, genus Bacillus,
Clostridium, dan Sporosarcina.

Spora bakteri adalah bentuk bakteri yang sedang dalam usaha


mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Segera setelah keadaan
luar baik lagi bagi mereka, maka pecahlah bungkus spora dan tumbuhlah
bakteri. Spora lazim disebut endospora ialah karena spora itu dibentuk di dalam
sel. Endospora jauh lebih tahan terhadap pengaruh luar yang buruk dari pada
bakteri biasa yaitu bakteri dalam bentuk vegetatif. Sporulasi dapat dicegah, jika
selalu diadakan pemindahan piaraan ke medium yang baru.
Spora biasanya terlihat sebagai badan-badan refraktil intrasel dalam sediaan
suspensi sel yang tidak diwarnai atau sebagai daerah tidak berwarna pada sel
yang diwarnai secara biasa. Dinding spora relatif tidak dapat ditembus, ini pula
yang mencegah hilangnya zat warna spora setelah melalui pencucian dengan
alkohol yang cukup lama untuk menghilangkan zat warna sel vegetatif. Sel
vegetatif akhirnya dapat diberi zat warna kontras. Spora biasanya diwarnai
dengan hijau malachit atau carbol fuchsin.

15
Spora kuman dapat berbentuk bulat, lonjong atau silindris. Berdasarkan
letaknya spora di dalam sel kuman, dikenal letak sentral,subterminal dan
terminal. Ada spora yang garis tengahnya lebih besar dari garis tengah sel
kuman, sehingga menyebabkan pembengkakan sel kuman. Pewarnaan Bakteri
dilakukan untuk mengidentifikasi bentuk bakteri dan termasuk dalam bakteri
gram positif atau negatif dan letak endosporanya. Pewarnaan gram dibagi
menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif, tergantung dari reaksi dinding
sel terhadap tinta safranin atau Kristal violet. Contoh dari bakteri gram positif
ialah Clostridium perfringens, Staphylococcus aureas, dan bacillus, sedangkan
bakteri gram negative misalnya adalah Eschericia Coli. ( James 2002).
Bakteri Gram – Positif adalah bakteri yang memiliki dinding sel cukup tebal
(20 - 80 mm) dan terdiri atas 60 % sampai 100 % peptidoglikan yaitu polimer N –
asetil glukosamin dan asam N – asetil muramat + beberapa asam amino yang
menyusun dinding sel yang kaku pada organisme prokariota. (Kusumatdji,2008).
Sedangkan Bakteri Gram – Negatif Adalah bakteri yang memiliki dinding sel
dengan peptidoglikan lebih sedikit dari bakteri Gram – Positif, yaitu hanya sekitar
10 % sampai 20 % bobot kering dinding sel nya, akan tetapi diluar lapisan
peptidoglikan terdapat struktur membran ke dua yang tersusun dari protein
fosfolipida (komposisi lipid specifik dari membran sel) dan lipopolisakarida (asam
lemak yang dirangkai dengan polisakarida), komponen – komponen ini sangat
penting karena toksisitas nya pada hewan maupun manusia dan lebih dikenal
dengan istilah endotoksin (molekul lipopolisakarida yang berukuran besar
pembentuk komponen sel bakteri), endotoksin inilah yang dapat menimbulkan
demam tinggi dan goncangan terhadap hewan atau manusia selama terjadinya
infeksi sewaktu kemasukan bakteri gram - negatif (Kusumatdji 2008)
Kelebihannya dari pengecatan gram ialah sebagai pedoman awal untuk
memutuskan terapi antibiotik, sebelum tersedia bukti definitif bakteri penyebab
infeksi (kultur dan kepekaan bakteri terhadap antibiotik). Hal ini dikarenakan
bakteri gram positif dan negatif mempunyai kepekaan yang berbeda terhadap
berbagai jenis antibiotika. Kadang-kadang morfologi bakteri yang telah dicat
gram mempunyai makna dignostik. Misalnya pada pemeriksaan gram ditemukan
gram negatif diplococci intraseluler dari spesimen pus (nana), uretral, maka
memberikan presumptive diagnosis untuk penyakit infeksi gonoro. Sedangkan

16
Kekurangannya adalah pengecatan gram memerlukan mikroorganisme dalam
jumlah banyak yakni lebih dari 104 ml per ml. Sampel yang cair dengan jumlah
kecil mikroorganisme misalnya cairan serebrospinal, memerlukan prosedur
sentrifuge dulu untuk mengkonsentrasikan mikroorganisme tersebut. Pellet
(endapan hasil sentrifuge) kemudian dilakukan pengecatan untuk diperiksa
secara mikroskopis.
Sedangkan Pewarnaan Spora Merupakan pewarnan tidak dapat diwarnai
dengan pewarnaan biasa, diperlukan teknik pewarnaan khusus. Pewarnaan
Klein adalah pewarnaan spora yang paling banyak digunakan.Spora bakteri sulit
diwarnai dengan metode Gram. Untuk pewarnaan spora, perlu dilakukan
pemanasan supaya cat malachite hijau bisa masuk ke dalam spora, seperti
halnya pada pewarnaan Basil Tahan Asam dimana cat karbol-fukhsin harus
dipanaskan untuk bisa menembus lapisan lilin asam Mycolic dari
Mycobacterium
Data dan hasil pengamatan yang saya lakukan di atas menunjukkan bahwa
bakteri e.coli termasuk gram negatif dengan morfologi sel basil (batang)
Sedangkan bakteri bacllus termasuk gram positif dengan morfologi sel batang
atau basil. Spora bakteri adalah bentuk bakteri yang sedang dalam usaha
mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Segera setelah keadaan
luar baik bagi mereka, maka pecahlah bungkus spora dan tumbuhlah bakteri.
Spora juga disebut endospora yang masih terletak didalam sel bakteri.
Endospora jauh lebih tahan terhadap pengaruh luar yang buruk daripada bakteri
biasa yaitu bakteri dalam bentuk vegetatif, Sporulasi (proses pembentukan
spora) dapat dicegah apabila selalu diadakan pemindahan biakan ke medium
yang baru (Sudjadi 2006).
Pengecatan endospora dengan larutan hijau malasit, bakteri penghasil
endospora akan menunjukkan reaksi positif yaitu larutan hijau malasit akan
berikatan dengan spora sehingga saat pencucian akan tetap berwarna hijau dan
cat penutup atau safranin tidak bisa diikat oleh endospora. Sedangkan pada
bakteri yang tidak menghasilkan endospora maka larutan hijau malasit tidak
dapat diikat (Pearce 2009).
Komponen endospora mempunyai resistan terhadap agen kimia yang kuat
pada spore coat, yang terdiri dari cross-linked keratin. Beberapa endospora

17
mempunyai diameter lebih besar daripada sel, dimana sel tersebut akan nampak
menggembang pada letak endosporanya. Letak endospora yang berbeda
diantara spesies bakteri dapat digunakan untuk identifikasi. Tipe utama diantara
terminal, subterminal dan sentral. Tipe sentral atau tengah merupakan lokasi dari
sel vegetatif yang letaknya tepat di tengah. Tipe terminal memiliki pengertian
letak el vegetatif diantara ujung dan pinggir dari sel vegetatif. Tipe subterminal
berarti lokasi endosporanya diantara tengah dan pinggir dari sel vegetatif.
Endospora dapat berukuran lebih besar ataupun kecil dari sel vegetatif yang
terdiri dari lapisan protein yang terbuat dari keratin. Spora ini memiliki resistensi
yang tinggi terhadap pewarnaan, prosedur pewarnaan dengan malakit hijau
adalah dengan pemanasan. Endospora merupakan metode pertahanan hidup
yang bukan bertujuan untuk reproduksi. Contohnya Bacillus memiliki endospora
yang terletk di subterminal (pelezar 2008).
Spora dibentuk oleh jenis bakteri tertentu terutama genus bacillus dan
costridium. Pada umumnya spora terdapat pada endospora dengan letak dan
ukuran yang berbeda. Spora pada bakteri dibentuk pada kondisi secara kimiawi
dan kondisi kimiawi yang kurang menguntungkan misalnya nutrisi, sinar panas
dan kering. Macam-macam metode yang digunakan untuk melihat spora, yaitu
Schaefferfulton, Bartolomew- Mitter, Klein dan Donner.
Pada praktikum kali ini dilakukan dua teknik pewarnaan yaitu pewarnaan
pada bakteri dan pewarnaan pada spora. Diawali dengan mengoleskan isolat
bakteri (Bacillus SP) dengan tujuan agar isolat bakteri dapat merata dikaca
preparat. Lalu dilakukan fiksasi untuk melekatkan mikroorganisme di kaca
preparat. Pemberian Kristal ungu bertujuan untuk memberi warna pada bakteri.
Sedangkan pemberian Iodium bertujuan untuk memperkuat warna pada bakteri.
Alkohol 96% berfungsi sebagai pemucat atau peluntur warna pada bakteri. Dan
tahap terakhir yaitu pemberian safranin yang berfungsi untuk memberi warna
kembali pada bakteri yang telah kehilangan warna pada proses pemucatan
dengan menggunakan alkohol.Pada bakteri di preparat menunjukkan warna
ungu. Hal ini membuktikan bahwa bakteri di preparat merupakan bakteri gram
positif dikarenakan pada bakteri ini mengandung banyak peptidogligan sehingga
mudah berikatan dengan kristal ungu. Jika berwarna merah muda menunjukan

18
bakteri gram negatif dikarenakan pada bakteri tersebut mengandung banyak lipid
sehingga mudah berikatan dengan safranin.
Hasil uji bakteri E-Colli dan bakteri agar miring atau Bacillus spdapat
mempertahankan warna primernya walaupun mengalami
dekolorisasi(pencucian) ketika ditambahkan alkohol sehingga bakteri E-Colli dan
bakteri Bacillus sp merupakan kelompok bakteri gram positif.Prinsip pewarnaan
gram didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel sehingga menyebabkan
perbedaan reaksi dengan perbedaan permeabilitas zat warna dan penambahan
larutan pencuci (Dwidjosapuro 2005).

19
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Tujuan Pewarnaan spora
Untuk melihat spora pada bakteri.
2. Struktur dan rangkaian spora bakteri
Pada praktikum menggunakan biakan bakteri Bacillus Sp, dan setelah
diamati ditemukan bakteri yang memiliki spora, dan bakteri berbentuk
bulat, sel bakteri berwarna merah, serta spora berwarna hijau.

B. Saran
Mengingat sampel yang digunakan adalah biakan bakteri yang infeksius,
maka diharapkan praktika memperhatikan APD yang dikenakan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Suriawira,U.1985. Mikrobiologi dasar Dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.


Volk, W.A. dan Margareth. F. W.1998. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Presscott. Lansing M. John P. Harley, Donald A klein.1993.Microbiology 2nd Edition
USA : WMC Brown Publisher.
Black, J. G. 2008. Microbiology, 7th ed.
Benson. 2001. Microbiological application lab manual, 8th ed.
Harley & Prescott. 2002. Laboratory exercises in microbiology, 5th ed.
Hogg, S. 2005. Essential microbiology.
Bergey's manual of systematic bacteriology: vol III The Firmicutes, 2nd ed.
Madigan, M. T., J. M. Martinko, D. A. Stahl, D. P. Clark. 2011. Brock biology of
microorganisms, 13th ed.
Prescott, L. M., Harley, & Klein. 2002. Microbiology, 5th ed.
Tortora, G. J., B. R. Funke & C. L. Case. 2010. Microbiology: An introduction, 10th
ed.

21
LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Lampiran 1.2

22
Lampiran 1.3 Lampiran 1.4

23
Lampiran 1.5

24

Anda mungkin juga menyukai