Resistensi Obat
Disusun Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmatNya kami dapat menyelesaikan laporan tutorial ini. Laporan
ini disusun berdasarkan pemicu “resistensi obat”. Dalam Kesempatan ini, kami
juga mengucapkan terima kasih kepada tutor dan semua pihak yang membantu
dalam menyelesaikan laporan tutorial ini.
Kami menyadari laporan yang kami buat ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata
kami mengharapkan laporan tutorial ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kelompok 2
DATA PELAKSANAAN TUTORIAL
I. JUDUL BLOK
BASIC BIOLOGY CELL (BBC)
II. JUDUL TUTORIAL
Resistensi Obat
III. TUTOR
Dr. dr. Jenny Ria Sihombing SpPK
IV. TUTORIAL 1
Hari/Tanggal : Senin, 21Oktober 2019
Pukul : 08.00 - 10.00 WIB
Tempat : Ruang tutorial II
V. TUTORIAL II
Hari/Tanggal : Senin, 28 Oktober 2019
Pukul : 08.00 - 10.00 WIB
Tempat : Ruang tutorial II
VI. TUTORIAL III
Hari/Tamggal : Senin, 04 November 2019
Pukul : 08.00- 10.00 WIB
Tempat : Ruang tutorial II
BAB I
PENDAHULUAN
PEMICU :
Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan
demam yang telah berlangsung sekitar 3 hari. Dari pemeriksa fisik tidak
dijumpai adanya suatu kelainan.Dari pemeriksaan laboratorium darah
diperoleh hasil Hitung darah menunjukan hitung leukosit : 12.000/mm3 dan
laju endap darah (LED) meningkatnya yaitu 52 mm/jam. Dokter kemudian
meresepkan obat antibiotik Ciprofloxacin selama 3 hari. Dua hari setelah
mengkomsumsi antibiotik tersebut.
Dua minggu setelah keluhan demam pasien hilang,pasien kembali
berobat ke puskesmas dan didiagnosa menderita infeksi saluran kemih oleh
dokter, kemudian diberikan terapi yang sama yaitu Ciprofloxacin.
Setelah mengkonsumsi obat selama 3 minggu ternyata tidak didapati perbaikan
dan pasien dirujuk ke RS Daerah.
More info:
Oleh dokter di RS Daerah dilakukan uji sensitifitas antibiotik,dan
didapati bahwa ISK yang diderita pasien disebabkan oleh strain bakteri yang
resisten terhadap antibiotik golongan kuinolon.
1. UNFAMILIAR TERMS
- Ciprofloxacin,bekerja menghambat DNA dengan cara memblok
aktivitas enzim DNA girase
- Antibiotik, yaitu zat-zat kimia yang dihasilkan oleh
fungi,bakteri,maupun protozoa. yang memiliki khasiat mematikan
atau menghambat pertumbuhan kuman.
- LED,kecepatan pengendapan sel-sel eritrosit didalam tabung berisi
darah yang telah diberi antikoagulan dalam waktu satu jam.
- Strain bakteri, mikroba bersel satu dari domain Archaea yang
tercatat sebagai organisme yang paling mampu berfungsi biologis
secara normalSS
- Sensitifitas antibiotic
- Jumlah leukosit
- Antibiotik golongan kuinolon
2. IDENTIFIKASI MASALAH
*laki-laki berusia 30 tahun mempunyai keluhan demam sekitar 3 hari
*Sipasien tidak mengikuti anjuran dokter untuk mengonsumsi obat
selama 3 hari
*Terjadinya resistensi obat
3. BRAINSTROM
- Penurunan sistem kekebalan tubuh
- Pemakaian obatnya tidak maksimal
- Dengan mengganti antibiotic
cara
antibiotik
mengatasi
Resistens
i Obat
pengertian penyebab
5. LEARNING ISSUE
C. Etiologi antibiotik
pertumbuhan kuman.
Golongan :
1. Berdasarkan mekanisme kerja:
a. Inhibitor sintesis dinding sel bakteri memiliki efek bakterisid
dengan cara memecah enzim dinding sel dan menghambat enzim
dalam sintesis dinding sel. Contohnya antara lain golongan β-
Laktam seperti penisilin, sefalosporin, karbapenem, monobaktam,
dan inhibitor sintesis dinding sel lainnya seperti vancomysin,
basitrasin, fosfomysin, dan daptomysin.
b. Inhibitor sintesis protein bakteri memiliki efek bakterisid atau
bakteriostatik dengan cara menganggu sintesis protein tanpa
mengganggu sel-sel normal dan menghambat tahap-tahap sintesis
protein. Obat- obat yang aktivitasnya menginhibitor sintesis protein
bakteri seperti aminoglikosida, makrolida, tetrasiklin, streptogamin,
klindamisin, oksazolidinon dan kloramfenikol.
c. Mengubah permeabilitas membran sel memiliki efek
bakteriostatik dan bakteriostatik dengan menghilangkan
permeabilitas membran dan oleh karena hilangnya substansi seluler
menyebabkan sel menjadi lisis. Obat- obat yang memiliki aktivitas
ini antara lain polimiksin, amfoterisin B, gramisidin, nistatin dan
kolistin.
d. Menghambat sintesis folat mekanisme kerja ini terdapat pada
obat-obat seperti sulfonamida dan trimetoprim. Bakteri tidak dapat
mengabsorbsi asam folat, tetapi harus membuat asam folat dari
PABA (asam para amino benzoat), dan glutamat.
e. Mengganggu sintesis DNA mekanisme kerja ini terdapat pada
obat-obat seperti metronidasol, kinolon, novobiosin. Obat-obat ini
menghambat asam deoksiribonukleat (DNA) girase sehingga
menghambat sintesis DNA. DNA girase adalah enzim yang terdapat
pada bakteri yang menyebabkan terbukanya dan terbentuknya
superheliks pada DNA sehingga menghambat replikasi DNA.
C. Etiologi antibiotik
Berdasarkan KBBI etiologi adalah cabang ilmu kedokteran tentang
sebab dan asal penyakit. Oleh karena itu etiologi yang dimaksud
disini adalah penyebab terjadinya resistensi antibiotik. Adapun
penyebabnya sebagai berikut :
1. Penggunaannya yang kurang tepat (irrasional): terlalu singkat,
dalam dosis yang terlalu rendah, diagnosa awal yang salah,
dalam potensi yang tidak adekuat.
2. Faktor yang berhubungan dengan pasien. Pasien dengan
pengetahuan yang salah akan cenderung menganggap wajib
diberikan antibiotik dalam penanganan penyakit meskipun
disebabkan oleh virus, misalnya flu, batuk-pilek, demam yang
banyak dijumpai di masyarakat. Pasien dengan kemampuan
finansial yang baik akan meminta diberikan terapi antibiotik
yang paling baru dan mahal meskipun tidak diperlukan. Bahkan
pasien membeli antibiotika sendiri tanpa peresepan dari dokter
(self medication). Sedangkan pasien dengan kemampuan finansial
yang rendah seringkali tidak mampu untuk menuntaskan regimen
terapi.
3. Peresepan: dalam jumlah besar, meningkatkan unnecessary
health care expenditure dan seleksi resistensi terhadap obat-obatan
baru. Peresepan meningkat ketika diagnose awal belum pasti.
Klinisi sering kesulitan dalam menentukan antibiotik yang tepat
karena kurangnya pelatihan dalam hal penyakit infeksi dan
tatalaksana antibiotiknya.
4. Penggunaan monoterapi : dibandingkan dengan penggunaan
terapi kombinasi, penggunaan monoterapi lebih mudah
menimbulkan resistensi.
5. Penggunaan di rumah sakit: adanya infeksi endemik atau
epidemik memicu penggunaan antibiotika yang lebih massif pada
bangsal-bangsal rawat inap terutama di intensive care unit.
Kombinasi antara pemakaian antibiotik yang lebih intensif dan
lebih lama dengan adanya pasien yang sangat peka terhadap
infeksi, memudahkan terjadinya infeksi nosokomial.
D. Mekanisme terjadinya resistensi antibiotik
Obat-obat antimikroba tidak efektif terhadap semua
mikroorganisme. Spektrum
aktivitas setiap obat merupakan hasil gabungan dari beberapa
faktor,terpenting adalah mekanisme kerja obet primer. Demikian
pula fenomena terjadinya obat tidak bersifat universal baik dalam
hal obat maupun mikroorganismenya.Perubahan-perubahan dasar
dalam hal kepekaan mikroorganisme terhadap antimikroba tanpa
memandang faktor genetik yang mendasarinya adalah terjadinya
keadaan-keadaan sebagai berikut :
1. Dihasilkannya enzim yang dapat menguraikan
antibiotik seperti enzim penisilinase,
sefalosporinase, fosforilase, adenilase dan asetilase.
2. Perubahan permeabilitas sel bakteri terhadap obat.
3. Meningkatnya jumlah zat-zat endogen yang
bekerja antagonis terhadap obat.
4. Perubahan jumlah reseptor obat pada sel bakteri
atau sifat komponen yangmengikat obat pada
targetnya.
Resistensi bakteri dapat terjadi secara intrinsik ,terjadi secara
khromosomal dan berlangsung melalui multiplikasi sel yangakan
diturunkan pada turunan berikutnya. Resistensi yang didapat dapat
terjadi akibat mutasi khromosomal atau akibat transfer DNA.
E. Jelaskan penggunaan antibiotik secara rasional
Kriteria pemakaian obat yang rasional, antara lain :
1. Sesuai dengan indikasi penyakit
2. Pengobatan didasarkan atas keluhan individual dan hasil
pemeriksaan fisik yang akurat
3. Diberikan dengan dosis yang tepat melalui perhitungan,berat
badan dan kronologis penyakit
4. Cara pemberian dengan interval waktu pemberian yang tepat
5. Jarak minum obat sesuai dengan aturan pemakaian yang telah
ditentukan
6. Lama pemberian yang tepat
7. Pada kasus tertentu memerlukan pemberian obat dalam jangka
waktu tertentu.
8. Obat yang diberikan harus efektif dengan mutu terjamin
9. Hindari pemberian obat yang kedaluarsa dan tidak sesuai
dengan jenis keluhan penyakit
10. Tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau
11. Jenis obat mudah didapatkan dengan harganya relatif murah.
12. Meminimalkan efek samping dan alergi obat
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan:
1. Ciproflozacin itu tergolong quinolon
2. Resistensi terjadi karena perubahan permeabilotas sel bakteri
terhadap obat dan perubahan jumlah reseptor pada sel bakteri/ sifat
komponen obat yang mengikat pada targetnya.
Daftar pustaka
4. Bezoen A, van Haren W HJ. Antibiotics : Use and Resistance Mechanisms. Human
Health and Antibiotic. 2001;