MAKALAH SEFALOSPORIN
Anggota :
Jenny Novita (1301043)
Dosen :
Husnawati, M.Si., Apt
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
hanya atas rahmat dan petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan karya tulis berupa
makalah yang berjudul Antibiotik Sefalosporin .
Sumber dari makalah ini diambil dari buku-buku yang berhubungan
dengan Antibiotik dan lainnya yang ditambah dengan informasi yang didapat dari
pencarian (browsing) di internet dan sumber-sumber lainnya. Diantara sumbersumber tersebut di susunlah semua informasi dalam satu makalah sehingga
menurut kami makalah ini sudah cukup informatif.
Dalam penulisan makalah ini pastilah ada banyak kendala yang kami
temui namun kami berhasil menghadapinya dan menyelesaikan makalah ini tepat
waktu. Akhir kata jika ada sesuatu yang tidak berkenan di hati pembaca mohon
dimaklumi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi ............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.......................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................1
1.3. Tujuan ...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Perkembangan Sefalosporin.....................................................3
2.2. Struktur Sefalosporin............................................................................4
2.3. Klasifikasi dan Penggolongan Sefalosporin..........................................4
2.4. Mekanisme Kerja Sefalosporin..............................................................8
2.5. Mekanisme Resistensi............................................................................9
2.6. Farmakologi dari Sefalosporin...............................................................9
2.7. Efek Samping dan Toksisitas Sefalosporin............................................11
2.8. Penggunaan Klinik.................................................................................12
2.9. Interaksi obat..........................................................................................14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................17
3.2
Saran ...................................................................................................17
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terapi penyakit infeksi dengan menggunakan antibiotic sampai
sekarang terus berkembang, penggunaannyapun meningkat. Penyakit infeksi
di Indonesia masih termasuk kedalam sepuluh penyakit terbanyak. Peresepan
antibiotic di Indonesia yang cukup tinggi dan kurang bijak akan meningkatkan
terjadinya resistensi. Berbagai penelitian menunjukan bahwa telah muncul
mikroba yang resisten antara lain Methicillin Resistent Staphylococcus aureus
(MRSA), resistensi multi obat pada penyakit tuberculosis dan lain lain.
(Menkes,2011).
Sampai hari ini ketergantungan kita terhadap antibiotic tidak dapat
dipungkiri. Di tahun 1998, di United States, dilaporkan sekitar 80 juta resep
antibiotic diterbitkan untuk keperluan penyembuhan penyakit infeksi pada
manusia, dan hal itu equivalen dengan sekitar 12.500 ton antibiotic dalam 1
tahun.
Antibiotic turunan sefalosproin merupakan antibiotic yang paling
banyak digunakan untuk pengobatan penyakit infeksi. Antibiotic ini
mempunyai spectrum antibacterial yang luas dan lebih resisten terhadap beta
lactam daripada penisilin. Pasien yang alergi terhadap biasanya tahan terhadap
antibiotic ini. Sefalosproin termasuk antibiotic beta lactam dengan struktur,
khasiat, dan sifat yang banyak mirip penisilin. Sefalosporin berasal dari
Antibiotik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Antibiotik
Fleming pada tahun 1928 terbukti efektif dalam melawan bakteri gram
positif. Berbagai penelitian lebih lanjut terhadap penisilin menjadi populer
pada masa itu. Meksipun demikian, penisilin umumnya memiliki
keterbatasan dalam melawan bakteri gram negatif. Dan seiring dengan
penggunaannya, beberapa bakteri gram positif menjadi resistan terhadap
penisilin dengan menghasilkan enzim penisilinase yang menghidrolisis
cincin -laktam pada penisilin.
Pada tahun 1945, Giuseppe
Brotzu, seorang profesor Hygiene dari
University of Cagliari, Italia, berhasil
mengisolasi
strain
Cephalosporium
membuktikan
bahwa
Antibiotik
2.2
Struktur Sefalosporin
Struktur dasar dari antibiotik golongan Cephalosporins adalah cincin
-lactam dan molekul 7-aminocepahlosporanic acid (7-ACA).
*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed
2.3
Antibiotik
*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed
Antibiotik
*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed
termasuk
Pseudomonas
aeruginosa
namun
tetap
*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed
Antibiotik
*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed
2.4
enzim,
termasuk
transpeptidase,
carboxypeptidase,
dan
Antibiotik
2.5
Mekanisme Resistensi
Ada empat mekanisme utama terjadinya resistensi terhadap antibiotik
golongan Cephhalosporin yaitu:
-
Farmakologi
Cephalosporins adalah senyawa polar yang larut dalam air. Untuk
generasi I, II, dan III tersedia dalam bentuk sediaan oral dan parenteral.
Sedangkan untuk generasi IV dan MRSA active cephalosporin hanya
tersedia untuk penggunaan parenteral. Untuk lebih mudahnya dapat dilihat
pada tabel-tabel berikut.
Antibiotik
*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed
Antibiotik
Probenecid
dapat
memperpanjang
waktu
paruh
beberapa
obat
Cephalosporins.
2.7
*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed
2.8
Penggunaan Klinik
Antibiotik
10
Cephalosporin Generasi I
Terutama digunakan sebagai alternatif pengganti penicillin untuk
mengatasi infeksi staphylococcal dan nonenterococcal streptococcal,
termasuk pula infeksi pada kulit dan jaringan lunak (soft tissue). Cefazolin
yang dikombinasikan dengan probenecid dalam dosis sehari sekali sangat
efektif untuk infeksi kulit dan soft tissue. Cefazolin juga direkomendasikan
untuk antibiotika profilaksis untuk prosedur implantasi, serta berbagai
prosedur bedah lainnya.
Cephalosporin Generasi II
Karena memiliki potensi untuk melawan S. Pneumoniae, H.
influenzae dan M. Catarrhalis, maka Cephalosporins generasi II banyak
dipergunakan untuk mengatasi berbagai infeksi saluran pernafasan.
Cefuroxime dapat digunakan untuk penatalaksanaan meningitis, community
acquired pneumonia (walau sudah tak direkomendasikan lagi), juga untuk
berbagai infeksi yang serius yang disebabkan oleh kuman yang susceptible.
Tetapi cefuroxime tidak dapat digunakan untuk penatalaksanaan infeksi
nosokomial. Sediaan oral cephalosporin generasi II efektif untuk berbagai
infeksi ringan dan sedang di masyarakat.
Cephalosporin Generasi III
Generasi III Cephalosporins digunakan untuk berbagai infeksi yang
berat yang disebabkan oleh organisme yang telah resisten terhadap berbagai
macam obat antibiotik. Tetapi strain yang mengekspresikan Extended
Spectrum -Lactamase (ESBL) tidaklah termasuk yang bisa ditangani oleh
antibiotik ini. Penggunaan generasi III cephalosporins untuk infeksi oleh
kuman golongan enterobacter haruslah dihindari walaupun jika hasil
pemeriksaan secara in vitro terhadap isolat menunjukan masih susceptible
karena adanya resiko resistensi. Ceftriaxone dan Cefotaxime dapat
digunakan untuk mengatasi meningitis, termasuk meningitis yang
disebabkan oleh pneumococci, meningococci, H. influenzae dan kuman
Antibiotik
11
Antibiotik
12
*Dari: Mandell, Douglas and Bennet, Principles and Practice of Infectious Diseases 7th Ed
2.9
Interaksi Obat
Penggunaan bersama dengan antacid dapat meningkatkan konsentrasi
plasma dari sefaklor, sefdinir, dan sefodoksim, tetapi penggunaan
bersamaan dengan antihistamin 2 dapat menurunkan konsentrasi plasma
serosoksim dan sefuroksim. Suplemen zat besi dapat menurunkan absorbs di
lambung dari sefuroksim dan sefpodoksim. Efek seperti disulfiran dapat
terjadi apabila digunakan bersamaan dengan etanol serta merangsang
terjadinya hipoprotombinemia. Hindari penggunaan dengan aminoglikosid
karena dapat menimbulkan terjadinya nefrotoksik. (Pharmacology and
Therapeutics for Dentistry 5th ed, Yagiela, John A: hal 617)
Antibiotik
13
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Penisilin yang ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1928
hipersensitifitas
Cephalosporins generasi I, digunakan sebagai alternatif pengganti
tissue).
Cephalosporins generasi II, dipergunakan untuk mengatasi berbagai
Antibiotik
14
Saran
Karena
keterbatasan
pengetahuan
serta
referensi,
maka
saya
DAFTAR PUSTAKA
Guilfoile Patrick. Antibiotic-Resistant Bacteria.Infobase Publishing, 2007.
Katzung BG, Masters BS, Trevor AJ, Basic and Clinical Pharmacology, 11th ed.
Lange, 2009
Antibiotik
15
Mandell GL, Bennett JE, Dollin R. Mandell, Douglas, and Bennetts Principle and
Practice of Infectious Diseases. 7th ed. Philadephia: Elsevier Churchil
Livingstone, 2010.
Yagiela, John; Dowd, Frank; Neidle; Pharmacology and Therapeutics for
Dentistry; Westline Industrial Drive St Louis Missouri; 2004
Antibiotik
16