Anda di halaman 1dari 30

Treatment Penanggulangan

Efek Toksik
Kelompok 6
Bella ardhiyati
Frehmi
Irma permatasari
Melda Rahmatul k
Musdalifah
Rita sismayani
Zat toksik dapat ditanggulangi dengan
adanya antidotum. Banyaknya zat kimia
yang dapat menimbulkan efek toksik,
namun sebagian besar tidak tersedia
antidotumnya, sehingga kalau terjadi
keracunan hanya dilakukan tindakan
simtomatik untuk meminimalkan resiko.
Terapi antidotum
Terapi antidotum merupakan tata cara
yang ditunjukkan untuk membatasi
intensitas efek toksik zat kimia atau
menyembuhkannya sehingga bermanfaat
dalam mencegahnya timbulnya bahaya
selanjutnya.
-Membatasi penyebaran
TUJUAN racun di dalam tubuh
TERAPI - Meningkatkan pengakhiran
aksi racun didalam tubuh

-Penurunan atau penghilangan


efek toksik
SASARAN - Intensitas efek ditunjukkan
TERAPI oleh tingginya jarak antara nilai
ambang toksik (KTM) dan kadar
puncak racun dalam plasma atau
tempat aksi tertentu.
METODE TERAPI ANTIDOTUM

Pada dasarnya dapat dikerjakan :


1. Metode Tak Khas: metode umum yg dapat diterapkan pada
sebagian besar zat beracun

Contoh:pergeseran kurva absorbsi kekanan dpt dilakukan dg: -


pemberian emetika, pemuntah mekanis, pembilasan lambung,
penyerapan dsb

2. Metode khas: Metode yg hanya dpt digunakan bila zat


beracunnya telah diketahui serta antidotumnya ada

Contoh: utk menggeser kurva distribusi ke kanan, dpt


digunakan tiosulfat utk terapi keracunan sianida
Terapi antidotum
 Efek toksik suatu racun  terjadi jika zat toksik
melampui KTM (kadak toksik minimal)
 Berbagai gejala keracunan dan pengakhiran aksi racun
dapat berlangsung cepat atau lambat
 Penanganan keracunan : harus CEPAT dan TEPAT 
kecepatan dan ketepatan merupakan prasyarat utama
Terapi antidotum
Untuk mengurangi jumlah zat kimia dalam
sel sasarannya dapat dilakukan dengan
cara :
• menghambat absorpsi dan distribusi
• mempercepat metabolisme dan ekskresi
(eliminasi).
STRATEGI TERAPI ANTIDOT
Kadar
Kadar letal/kematian

Kadar Toksik
K.TM

waktu

Terapi antidot ditujukan :


Untuk menghindari kadar senyawa toksik
berada di “daerah warna merah” (intensitas
efek toksik)
Berdasarkan kurva kadar racun di dalam darah, maka
ada 3 tatacara (strategi terapi) yang mungkin mampu
melaksanakan tujuan terapi antidot

1. Menggeser kemiringan (slope) fase


absorbsi atau distribusi ke arah kanan
Kadar Kadar
Kadar letal/kematian Kadar letal/kematian

Kadar Toksik Kadar Toksik

waktu waktu
Pergeseran kurva fase absorbsi kearah kanan
ini akan memperlambat absorbsi racun sehingga
dapat mempercepat penurunan intensitas efek
racun. Untuk melakukan hal ini dapat dilakukan
dengan 2 metode, yaitu :

a. Metode tidak khas :


1. Emetika (apomorfin, sirup ipeka)
2. Pemuntahan mekanis (menaruh jari pada kerongkongan
bagian atas)
3. Penetralan kimia (penetralan asam basa)
4. Penyerapan (arang aktif) dapat menyerang zat zat
seperti salisilat, acataminophen, karbamazepin,
dapson, teofilin, quinin, dan obat-obat anti depresan
b. Metode khas :
Pembentukan komplek yang kurang toksik

Zat Antidot Produk


Besi Sodium bikarbonat ferrokarbonat
Besi Deferokasamine Besi khelat
Perak nitrat Sodium klorida Perak klorida
Nikotina Potasium permanganat Produk oksidasi
Fluorida Kalsium laktat Kalsium flourida
Toksikan , obat dan mekanisme kerja obat

Keracuan besi (Ferri, valensi 3), berikan sodium bicarbonate


sehingga terbentuk Ferro karbonat (besi valensi 2, tidak
toksik)
• Keracuna besi (Ferri, valensi 3), berikan diferoksamin
sehingga terbentuk besi khelat (ukuran molekul besar,
absorbs terhalang)
• Keracunan perak nitrat, berikan garam dapur (NaCl)
sehingga terbentuk AgCl (endapan tidak larut sehingga tidak
dapat diabsorbsi)
• Keracunan nikotin, berikan KMnO4 sehingga terbentuk
suatu produk oksidasi
• Keracunan fluoride (misalnya dalam pasta gigi), berikan
kalsium laktat sehingga terbentuk kalsium klorida yang
berukuran besar.
Pergeseran kurva fase distribusi ke
kanan (penyebaran racun diperlambat)

Metode tidak khas


1. Penjerat ion dengan cara merubah pH
darah (perbaikan keseimbangan asam-
basa)
2. Penggantian tempat ikatan racun (infusi
albumin). Untuk penambahan protein
plasma sehingga obat akan terikat pada
albumin dan menjadi makromolekul
sehingga tidak dapat masuk ke membran
sel maka akan dibuang.
Metode khas
pembentukan produk yang kurang
toksik dengan cara hambatan
bersaing metabolisme

Zat Antidot Produk


Sianida Methemoglobin Sianomethemoglobin
sianida Tiosulfat Tiosianat
Metanol Etanol Hambatan bersaing
FluoroasetatAsetat atau monoasetin Penggantian bersaing
heparin protamin Pembentukan kompleks
2.Menggeser kemiringan fase eliminasi ke
arah kiri

Akan mempercepat eliminasi racun


(metabolisme dan ekskresi dipercepat)
Kadar Kadar
Kadar letal/kematian Kadar letal/kematian

Kadar Toksik Kadar Toksik

waktu waktu
Metode tidak khas
1. Hemodialisis
2. Dialisis peritoneal
3. Pertukaran transfusi
4. Penyesuaian pH dan diuresis (membasakan air kencing untuk
asam organik dan mengasamkan air kencing untuk basa organik
lemah). Contoh : Pengasaman urin (menurunkan pH urin) dengan
memberikan zat seperti ammonium klorida atau vitamin C akan
mengurangi reabsorpsi zat atau obat yang bersifat basa lemah
seperti amfetamin. Pembasaan urin melalui pemberian natrium
bikarbonat akan mengurangi reabsorpsi pada obat / zat yang
bersifat asam lemah seperti aspirin dan fenobarbital.
Metode khas
meningkatkan eksresi atau pembentukan
produk kurang toksik dengan cara
pembentukan khelasi atau kompleksasi
Zat Antidot Produk
Ion bromida Ion klorida Peningkatan eksresi ginjal
Strontium kalsium
Peningkatan eksresi ginjal
Timah, nikel,kobalt, EDTA
kupri khelasi
Merkuri, arsenat, BAL (dimerkaprol) Khelasi
emas
d-penisilamina Khelasi
kupri
Toksin botulinus Antitoksik botulisme Kompleksasi
Fosfat organik pralidoksim Reaktifasi enzim nukleofil
3. Penaikkan nilai ambang toksik
Akan mempercepat penurunan intensitas
toksik racun, karena ambang toksik tersebut
lebih sulit tercapai
Kadar Kadar letal/kematian

Kadar
Kadar letal/kematian Kadar Toksik

Kadar Toksik
Metode tidak khas
1.Pernafasan buatan mekanis untuk
memelihara oksigenasi darah
2.Pemeliharaan sirkulasi darah
3.Pemeliharaan kesetimbangan
elektrolit
4.Pemeliharaan fungsi ginjal
Metode khas
penggunaan antagonis farmakologi

Zat Antidot Produk


Dikumarol, warfarin Vitamin k Antagonisme
Insektisida Atropin Antagonisme
organofosfat
Nalokson Antagonisme
Morfin
Terapi antidotum dibedakan menjadi 2

1. Terapi Non Spesifik 2. Terapi Spesifik Terapi

a. Menghambat absorbsi zat a. Antidotum yang bekerja secara


racun, dapat dilakukan dengan kimiawi
· Zat-zat pembentuk kelat, seperti
cara mencuci kulit yang dimercaprol (BAL), EDTA, penisilamin
terkontainasi oleh zat racun (cuprin),deferoksamin, trientin
dalam lambung dan memberiakan (cuprid)
pencahar, atau pemberian arang · Fab Fragmen, yaitu suatu antibodi
aktif, mengeluarkan racun dari monoklonal yang dapat mengikat
lambung (bilas lambung), dan digoksin dan mempercepat
pemberian katartik (pencahar). ekskresinya melalui filtrasi
glomerulus.
b. Mempercepat eliminasi, dapat b. Antidotum yang bekerja secara
dilakukan dengan cara farmakologi
meningkatkan ekskresi · Nalokson hidroklorida
(pengasaman atau pembasaan · Flumazamil
urin dan diuresis paksa) · Oksigen
Antidotum yang bekerja secara farmakologi
• Antidotum farmokologi adalah suatu antidotum
yang bekerja mirip dengan zat toksik, bekerja
pada reseptor yang sama atau berbeda
• Contoh : nalokson hcl, flumazamil, oksigen

Nalokson hidroklorida
Keracunan opioid dapat menyebabkan koma,
depresi pernapasan, brandikardi, depresi
pernapasan dan pupil mengecil (pint point).
Nalokson adalah antagonis opioid yang bekerja
pada reseptor yang sama sehingga
berkompetisi dalam memperebutkan reseptor
opioid
Contoh Kasus

Keracunan Senyawa Organofosfat dan Karbamat


Contoh: Organofosfat: malathion, parathion, TEPP,
mevinphos (Phosdrin); Karbamat: metiokarbamat,
karbaril.

Pengobatannya :
Singkirkan racun dengan irigasi mata atau mencuci
kulit (jika ada pada mata atau kulit) Berikan arang
aktif jika tertelan sebelum 1 jam Jangan rangsang
muntah
jika anak menunjukkan gejala hiperaktivasi
parasimpatik berikan atropin 15–50
mikrogram/kgBB IM (atau 0,015 – 0,05mg/kgBB)
atau melalui infus selama 15 menit.
Keracunan paracetamol

Pengobatannya
• Jika masih dalam waktu 1 jam setelah tertelan,
berikan arang aktif (jika tersedia), atau rangsang
muntah
• Pada 8 jam pertama setelah tertelan berikan
metionin oral
• Bila lebih dari 8 jam setelah tertelan atau tidak
dapat diberikan pengobatan oral, maka berikan
asetilsistein IV. N-asetilsistein merupakan antidotum
terpilih untuk keracunan parasetamol. N-asetilsistein
bekerja mensubstitusi glutation, meningkatkan
sintesis glutation dan meningkatkan konjugasi sulfat
pada parasetamol. N asetilsistein sangat efektif bila
diberikan segera 8-10 jam yaitu sebelum terjadi
akumulasi metabolit.
Keracunan aspirin dan salisilat
lainnya
Hal-hal tersebut menyebabkan pernapasan Kussmaul,
muntah dan tinitus
• Berikan arang aktif
• Berikan natrium bikarbonat 1 mmol/kgBB IV selama 4
jam untuk mengatasi asidosis dan meningkatkan pH
urin di atas 7.5 untuk mempercepat ekskresi salisilat.
• Berikan vitamin K 10 mg IM.
THE DETOXIFICATION OF LEAD POISONING BY
Garcinia kola IN ALBINO WISTAR RATS

ABSTRAK
Mempelajari Efek antihepatotoksik dan antihaematotoxic Garcinia
kola pada keracunan timbal. Dengan 32 tikus yang dibagi menjadi
4 kelompok masing-masing eksperimen 8 ekor tikus. Grup A
(Control) diberikan makanan tikus dan air. Grup B diberikan
makanan tikus dan timbal dengan konsentrasi 100 ppm. Grup C
diberikan makanan tikus dicampur dengan 5 % Garcinia kola dan
air. Grup D diberikan makanan tikus dicampur dengan 5 %
Garcinia kola dan timbal asetat dengan konsentrasi 100 ppm.
Penelitian berlangsung selama 6 minggu. Hasil penelitian
menunjukkan peningkatan yang signifikan secara statistik pada
Glutamat PiruvatTransaminase ( GPT ), Glutamat Oksaloasetat
transaminase ( GOT ) dan Alkaline Phosphatase (ALP ) karena
adanya timbal asetat, yang secara signifikan berkurang dengan
adanya garcinia kola juga penurunan yang signifikan pada RBC
(sel darah merah) , Hb (hemoglobin) , Hct (hematokrit) , dan
peningkatan WBC (sel darah putih), trombosit . Efek ini mungkin
disebabkan oleh efek toksik timbal asetat yang secara signifikan
dikurangi dengan Garcinia kola .
Pendahuluan
Garcinia kola biasa disebut 'kola pahit ‘ adalah tumbuhan yang ditemukan di
hutan lembab di Afrika. Biasanya digunakan untuk meremajakan,
antidotum, antipiretik, antiinflamasi, antihepatotoksik, antioksidan,
kerusakan DNA, antihipertensi dan mengurangi efek racun dari bahan
kimia lainnya. Pada penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
detoksifikasi keracunan timah oleh Garcinia kola karena mempengaruhi
haematopoietic dan hati tikus.

Hewan percobaan
Tikus (32 ekor) dengan berat 100 g – 200 g

Bahan
Tikus dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing grup 8 ekor tikus :
Grup A ( Control) diberikan makanan tikus dan air.
Grup B diberikan makanan tikus dan timbal asetat dengan Konsentrasi
100ppm .
Grup C diberikan makanan tikus dicampur dengan 5 % Garcinia kola dan
air.
Grup D diberikan makanan tikus dicampur dengan 5 % Garcinia kola dan
timbal asetat memimpin dengan konsentrasi 100 ppm.

Perlakuan
Diberikan secara oral dan berlangsung selama 6 minggu.
ANALISIS ENZIM
Serum diperoleh dari hati dan digunakan untuk analisis Glutamat
PiruvatTransaminase ( GPT ) , Glutamat Oksaloasetat transaminase (
GOT ) dan Alkaline Phosphatase ( ALP ). Enzim dianalisis
menggunakan spektrofotometer .

Hasil

Efek detoksifikasi Garcinia kola ( efek antihepatotoksik ) diamati


seperti yang ditunjukkan oleh statistik penurunan yang signifikan
dalam glutamat transaminase piruvat , glutamat oksalat
transaminase , dan Alkaline fosfatase di Grup D yang awalnya
meningkat di Grup B, dengan pemberian timbal asetat sebelumnya.
Data yang didapat penurunan yang signifikan dalam
parameter hematologis dari RBC (sel darah merah), Hb
(hemoglobin), Hct (hematokrit) dan peningkatan jumlah
PLT (trombosit) dan WBC (sel darah putih) .
Kesimpulan
Garcinia kola memiliki efek antihepatotoksik , antihaematoxic.Oleh
karena itu, Garcinia kola dikonsumsi oleh orang yang mungkin
terkena peningkatan risiko keracunan timah .

Anda mungkin juga menyukai