Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula

(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relative.

Diabetes mellitus adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang

akan meningkatkan jumlahnya di masa mendatang. Diabetes merupakan salah

satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia abad 21. Orang lanjut usia

mengalami kemunduran dalam sistem fisiologisnya seperti kulit yang

mengkeriput, turunnya tinggi badan, berat badan, kekuatan otot, daya lihat,

daya dengar, kemampuan bebagai rasa, dan penurunan fungsi berbagai organ

termasuk apa yang terjadi terhadap fungsi homoestatis glukosa, sehingga

penyakit dengan negatif seperti diabetes mellitus akan lebih mudah terjadi.

Umum secara kronologis hanya merupakan suatu determinan dari

perubahan yang bertulangan dengan penerapan terapi obat secara tepat pada

orang lanjut usia. Terjadi perubahan penting pada respon terhadap beberapa

obat yang terjadi seiring dengan bertambahnya umur pada sejumlah besar

individu.

Prevalensi diabetes mellitus pada lanjut usia (geriatri) cenderung

meningkat, hal ini dikarenakan diabetes mellitus multifaktorial yang

dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Umur ternyata merupakan

salah satu faktor yang bersifat mandiri dalam pengaruhnya terhadap perubahan
toleransi tubuh terhadap glukosa. Dari jumlah tersebut dikatakan 50 % adalah

pasien berumur > 60 tahun.

Pada percobaan ini digunakan obat-obat antidiabetik yang diberikam

terhadap hewan coba mencit (Mus muscullus) yang telah diinduksi glukosa

untuk meningkatkan keadaan glukosanya. Pemberian obat pada hewan coba

diperuntukkan perbedaan efek teraupetik yang terjadi pada masing-masing

hewan coba mencit (Mus muscullus)

Alasan dilakukan percobaan pada hewan coba mencit (Mus muscullus)

yaitu untuk mengetahui apakah sediaan (obat antidiabetik) dapat menurunkan

kadar glukosa darah.

B. Maksud percobaan

1. Untuk mengetahui penggolongan obat antidiabetik oral

2. Untuk mengetahui dan membandingkan efek kerja obat glibenklamid,

metformin dan Na CMC sebagai kontrol negatif pada hewan coba mencit

(Mus muscullus)

C. Tujuan Percobaan

1. Agar mahasiswa mengetahui penggolongan obat dari antidiabetik oral

2. Agar mahasiswa mengetahui dan membandingkan efek kerja obat

glibenklamid, metformin dan Na CMC sebagai control negative pada

hewan coba mencit (Mus muscullus)


D. Prinsip Percobaan

Penentuan kadar glukosa darah tingkat keefektivitas pemberian obat

antidiabetik yakni metformin, glibenklamid, dan Na.CMC 1 cc (kontrol

negatif) pada hewan coba mencit (Mus muscullus) yang telah di induksi

dengan larutan glukosa 3 cc berdasarkan pengukuran degan menggunakan alat

glucometer.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindrom klink yang ditandai oleh

poliuria, polydipsia, dan polivagia, disertai peningkatan kadar glukosa darah

atau hiperglikemia (Glukosa puasa ≥ 126 mg/dl atau glukosa makan ≥ 200

mg/dl). Hiperglikemia timbul akibat berkurangnya insulin sehingga glukosa

darah tidak dapat masuk ke sel-sel otot, jaringan adiposa atau hepar dan

metabolismenya terganggu. Dalam keadaan normal, kira-kira 50% glukosa

yang dimakan mengalami metabolisme sempurna CO2 dan air. 5% diubah

menjadi glukosa dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak (Gunawan,

2016)

Melihat etiologinya DM dapat dibedakan menjadi : (Tan Hoan, 2017)

1. Diabetes tipe I, Jenis remaja

Pada tipe ini terdapat destruksi dari sel-sel beta pancreas sehingga

tidak memproduksi insulin lagi dengan sel-sel tidak bisa menyerap

glukosa dari darah. Sehingga glukosa berlebihan dikeluarkan lewat urin

bersama banyak air, pengobatan satu-satunya terhadap tipe satu adalah

pemberian insulin seumur hidup.

2. Diabetes tipe II, Jenis dewasa

Akibat resistensi insulin atau gangguan sekresi insulin. Penyebab

hiperglikemia pada diabetes mellitus tipe II yaitu faktor pertama adalah

berkurangnya kepekaan reseptor jaringan ke hati, otot, dan lemak. Faktor


kedua adalah penurunan progresif dari produksi hormon insulin. Di sel-sel

beta dari kepulauan Langerhans sehingga tidak mencukupi kebutuhan

3. Diabetes kehamilan

Timbul pada trimester ke dua kehamilan dan umumnya hilang setelah

persalinan. Pada wanita hamil dengan penyakit gula regulasi glukosa yang

kelat adalah penting untuk menurunkan resiko keguguran.

Kadar glukosa darah ditentukan oleh keseimbangan aturan antara insulin

dan zat-zat tubuh bekerja secara antagonis terhadap insulin seperti glucagon,

kathekolamin, hormon dan glukokerhiroid. (Mycek, 2001)

Insulin merupakan hormon polipeptida yang terdiri dari dua rantai

peptide yang dihubungkan dengan ikatan-ikatan disulfida. Hormone ini

disintesis sebagai prekursor (proinsulin) yang mengalami pemecahan

proteolitik untuk membantu insulin pada peptida. Kedua disekresikan oleh sel

beta pankreas. (Harvey, 2014)

Pankreas merupakan kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon-

hormon peptide insulin, glucagon dan somastatin. Selain itu pancreas juga

merupakan kelenjar eksokrin yang menghasilkan enzim-enzim pencernaan.

(Evelyn, 2013)

Dalam pankreas tedapat empat jenis endokrin, yakni: ( Ethel,2016)

a) Sel-Alfa, yang memproduksi hormone glucagon

b) Sel-Beta dengan banyak granula berdekatan dengan membrane selnya

memproduksi insulin

c) Sel-Delta, memproduksi somastatin (antagonis somatropin)


d) Sel-PP (polipeptida pankreas) yang berperan pada penghambatan sekresi

endokrin dan empedu

Insulin merupakan hormon yang disekresi oleh sel beta pulau Langerhans

dalam pankreas (atas). Insulin terikat pada reseptor spesifik (tengah) dalam

membran sel dan memulai sejumlah aksi termasuk peningkatan ambilan

glukosa oleh otot, hati dan jaringan adiposa (Neal, 2006)

Pada otot jaringan adiposa insulin memudahkan penyerapan berbagai zat

melalui membran termasuk glukosa dan monosakarida serta asam amino, ion

k, nukleosida dan fosfat anorganik (Gunawan, 2016)

Insulin berfungsi membantu transport glukosa masuk ke dalam sel dan

mempunyai pengaruh yang sangat luar terhadap metabolisme baik

metabolisme karbohidrat, lipid dan protein. Insulin akan meningkatkan asam

amino masuk ke dalam sel. (Ganiswara, 1995)

Pankreas memproduksi insulin dan tubuh dapat menggunakan dengan

benar. Penumpukan glukosa dalam darah dapat menyebabkan komplikasi

seperti kerusakan ginjal dan saraf. Pancreas melepaskan hormone insulin yang

memungkinkan tubuh mengubah glukosa menjadi energi.

Penyebab diabetes (Tjay, 2010)

1. Faktor genetik

Penderita diabetes tidak mewariskan diabetes tipe I itu sendiri

mewarisi sesuatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah

terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan ini ditentukan pada individu

yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu.


HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen

transparansi dan proses imun lainnya.

2. Faktor imunologi

Pada diabetes terdapat bukti adanya suatu respon aoutoimun. Ini

merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan

tersebut yang dianggap seolah-olah sebagai jaringan asing.

3. Faktor lingkungan

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel Beta pancreas

sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksik

tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destruksi

sel beta pancreas.

Sebagian besar patofisiologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan

tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut: (1) pengurangan

penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh dengan akibat peningkatan konsentrasi

glukosa darah. (2) peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah

penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun

pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan ateroklorosis.

(3) pengurangan protein dalam jaringan tubuh. (Neal,2006)

Pada tahap awal terjadinya diabetes mellitus sering ditemukan:

(Harvey, 2006)

a. Poliuria (banyak kencing)

Hal ini disebabkan oleh kadar glukosa darah meningkat sampai

melampaui daya serap ginjal tehadap glukosa sehingga tejadi osmotik


diuretik yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga

penderita mengeluh banyak kencing

b. Polivagia ( banyak makan)

Hal ini tejadi karena glukosa tidak sampai pada sel-sel yang

mengalami starvasi (lapar)

c. Polydipsia (banyak minum)

Merupakan rasa haus yang berlebihan sehingga ingin banyak minum

Beberapa penyakit yang menyertai penyakit diabetes mellitus antara lain

kardiovaskuler (hipertensi) disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah

penderita diabetes mellitus juga disebabkan oleh faktor resiko gaya hidup dan

penyakit stroke (Neal, 2006)

Luka yang disebabkan oleh DM bisa dilihat dari perubahan warna pada

bagian kulit yang sedang terluka. Luka yang sakit biasanya dialami pada

ujung kaki dan berwarna kebiruan, selang beberapa lama ciri-ciri luka

diabetes tersebut berangsur akan berubah menjadi kehitaman dan terasa

sangat perih. (Neal, 2006)

Akan keluar cairan yang berbau menyengat dan bisa membusuk, jika

dibiarkan terlalu lama, luka akan cepat menyebar. Luka diabetes terbentuk

karena terkontaminasi berbagai faktor, seperti kekurangan rasa kaki, sirkulasi

yang buruk, cacat kaki, iritasi seperti adanya gesekan atau tekanan, dan

trauma, serta durasi diabetes (Ganiswara, 1995)


Penatalaksanaan diabetes mellitus (Velyn, 1991)

Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah

untuk mengatur glukosa darah dan mencegah terjadinya komplikasi akut

dan kronis. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia

akan terhindar dari hiperglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung

pada ketetapan interaksi dari tiga faktor aktivitas fisik. Diet dan intervensi

farmakologi dengan preparat hiperglikemia dan insulin. Penyuluhan awal

dan berkelanjutan penting dalam membantu klien menagatasi kondisi:

1. Perencanaan makanan

Standar yang dianjurkan adalah makan dengan komposisi

seimbang dalam hal karbohidrat, protein, lemak.

2. Latihan jasmani

Dianjurkan latihan jasmani secara teratur yangs sesuai dengan

kemampuan dan kondisi penyakit penyerta

3. Pengolahan farmakologi

Dianjurkan pengobatan diabetes dengan obat hiperglikemia oral

atau antidiabetik oral

Penggolongan obat antidiabetik oral

Antidiabetik oral dapat dibagi menjadi enam kelompok besar sebagai

berikut: (Gunawan, 2017)

1. Sulfolinurea

Sulfolinurea bekerja dengan menstimulasi sel-sel beta dari pulau

langerhans, sehingga sekresi insulin ditingkatkan disamping itu,


kepekaan sel-sel beta bagi kadar glukosa darah ditingkatkan melalui

efeknya terhadap protein transport glukosa. Obat ini hanya efektif pada

penderita tipe 2 yang tidak begitu berat.

Contoh obat: Generasi I (Talbutamid dan Klorpromid), Generasi II

(Glibenklamid)

2. Biguinida

Obat ini menstimulasi pelepasan insulin dan tidak menurunkan

gula darah pada orang sehat. Disamping itu, juga menurunkan dan

menghambat produksi glukosa dihati dan kepekaan perifer bagi insulin

Contoh obat: Metformin

3. Meglitinid

Golongan obat ini bekerja dengan merangsang insulin dengan

menutup kanal K yang ATP independent di sel Beta pankreas.

Senyawa ini sama mekanismenya dengan sulfonylurea, hanya

penyikatan tempat lain dan efeknya singkat.

Contoh obat: Repaglinid dan Rateglinid

4. α – Glukosidase inhibitor

zat ini bekerja atas dasar persaingan merintangi enzim alfa-

glukosidase di mukosa duodenum. Sehingga aksi penguraian

polisakarida menjadi monosakarida dirintangi. Dengan demikian

glukosa dilepaskan lebih lembut dan absorbsinya ke dalam darah juga

kurang cepat, lebih rendah dan merata

Contoh obat: Akarebose dan Miglitol


5. Thiazolidindion

Berkhasiat mengurangi resistensi insulin dan meningkatkan

sensivitas jaringan periver untuk insulin.

Contoh obat: Pioglitazon dan Rosiglitazone

6. Inhibitor dipeptidilpeptidase-4 (DPP-4)

Obat ini bekerja dengan memblokir enzim DPP-4 sehingga

hidrolisis dari hormone inoretin dihindari dan kadar plasma dari

peptide GLP-1 serta peptide insulin netropik GIP meningkat.

Contoh obat: Sitagliptin, Saxagliptin dan Linagliptin

B. Klasifikasi Hewan Coba

Mencit (Mus musculus) (Kusumawati, 2005)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Sub family : Murinae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus


C. Karakteristik Hewan Coba

Mencit (Mus musculus) (Kusumawati, 2005)

Berat badan (jantan) : 20-24 gram

Berat badan (betina) : 18-35 gram

Lama hidup : 1-3 tahun

Temperatur tubuh : 36,5oC

Kebutuhan makanan : 4-5 g/hari

Pubertas : 28-49 hari

Lama kebuntingan : 17-21 hari

Mata membuka : 12-13 hari

Frekuensi respirasi : 163 per menit

Lama siklus estrus : 4-5 hari

Estrus : 9-20 jam

Jumlah anak : 4-8

Berat anak lahir : 1-3 gram

Umur disapih : 18-21 hari.

D. Patofisiologi Hewan Coba

Penyakit yang terjadi pada mencit (Mus musculus) dapat disebabkan

oleh bakteri, virus, ataupun parasit. Berikut beberapa penyakit pada mencit

(Mus musculus), yaitu :


1. Tyzzer’s

Penyakit ini disebabkan oleh Bacillus piliformis yang dapat

menimbulkan diare dan pada kejadian infeksi hebat menyebabkan

kematian akut.

2. Pseudomoniasis

Penyebab penyakit ini adalah Psedomonas aeruginosa. Gejala klinis

meliputi conjunctivitas, discharge nasal, oedema kepala, berat badan

menurun, dan timbul infeksi pada kulit.

3. Pasteurellosis

Penyakit ini disebabkan oleh Pasteurella pneumotropica. Diduga

infeksi bakteri ini merupakan komplikasi pada pneumonia yang di

sebabkan oleh Mycoplasma pulmonis atau virus sendai.

4. Salmonellosis

Penyebabnya adalah Salmonella enteritidis. Infeksi terjadi melalui

makanan dan dipengaruhi oleh virulensi organisme, route of infection,

umur, jenis kelamin, faktor-faktor genetik dan nutrisi. Pada kejadian akut

gejala klinis yang tampak adalah aneroksia, penurunan berat badan, bulu

kering, conjunctivitis, dan gastroenteritis.


E. Uraian Bahan

1. Alkohol (Ditjen POM, 1979 hal 65)

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Alkohol, etanol

Rumus molekul : C2H6O

Berat molekul : 46,07

Rumus struktur : H H

H C C OH

H H

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap,

dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas

mudah terbakar dengan memberikan nyala biru

yang tidak berasap

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dari kloroform ρ

dan dalam eter pekat.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari

cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api.

Khasiat : Zat tambahan

2. Aquadest (Ditjen POM, 1979 hal 96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling

Rumus molekul : H2O


Berat molekul : 18,02

Rumus struktur :

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat : Sebagai pelarut.

3. Glibenklamid (Ditjen POM, 1995, hal 46)

Nama resmi : GLIBENCLAMIDUM

Nama lain : Glibenklamida

Rumus molekul : C23H28CN3O3S

Berat molekul : 494,10

Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak

berbau atau hampir tidak berbau.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam eter,

sukar larut dalam etanol dan dalam metanol,

larut dalam sebagian kloroform.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Antidiabetik

4. Glukosa (Ditjen POM, 1995 hal 300)

Nama resmi : DEXTROSUM


Nama lain : Glukosa. Dekstrosa

Rumus molekul : C6H12O6.H2O

Berat molekul : 198,17

Rumus struktur :

Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau

serbuk granul putih, tidak berbau, rasa manis.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut

dalam air mendidih, larut dalam etanol

mendidih, sukar larut dalam etanol.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai induksi sumber gula

5. Metformin (Ditjen POM, 1995 hal 543)

Nama resmi : METFORMINI HYDROCHLORIDUM

Nama lain : Metformin hidroklorida

Rumus molekul : C4H11N5 HCl

Berat molekul : 165,6

Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau atau hampir

tidak berbau, higroskopik.


Kelarutan : Mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam

eter dan dalam kloroform, sukar larut dalam

etanol.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Antidiabetik

6. Na-CMC (Ditjen POM, 1979 hal 401)

Nama Resmi : NATRII

CARBOXYMETHYLCELLULOSUM

Nama Lain : Natrium Karboksimetil Selulosa

Rumus molekul : C23H46N2O6.H2SO4

Berat molekul : 694, 85

Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk atau larutan, putih atau putih kuning

gading, tidak berbau atau hampir tidak berbau,

higroskopik.

Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk

suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol

(95%) P, dalam eter P, dan dalam pelarut

organik lainnya.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


Kegunaan : Sebagai kontrol negatif

F. Uraian Obat

1. Glibenklamid (Tjay, 2015 hal 760) (Ganiswara, 1995 hal 477)

Nama resmi : GLIBENCLAMIDUM

Nama paten : Abenon®, Clamega®, Glimel®

Farmakologi : Glibenklamid obat antidiabetes oral golongan

sulfonilurea. Sulfonilurea meningkatkan insulin

pada sekresi insulin basal dan menstimulasi

pelepasan insulin dari makanan. Bereaksi dengan

mempengaruhi sel ß-pankreas, menstimulasi

pelepasan insulin. Obat ini juga meningkatkan

penggunaan glukosa perifer, menurunkan

gluconeogenesis dihati dan mungkin

meningkatkan jumlah dan sensitifitas reseptor

insulin.

Farmakodinamik : Penurunan kadar glukosa yang terjadi setelah

pemberian sulfonilurea disebabkan oleh

perangsang sekresi insulin di pankreas. Sifat

perangsangan ini berbeda dengan perangsangan

oleh glukosa, karena ternyata pada saat

hiperglikemia gagal merangsang sekresi insulin

dalam jumlah yang mencukupi, obat-obat


tersebut masih mampu merangsang sekresi

insulin. Pada dosis tinggi, obat ini menghambat

insulin oleh hati.

Farmakokinetik : Absorbs derivate sulfonilurea melalui usus baik,

sehingga dapat diberikan peroral. Resorpsi dari

usus praktis lengkap, PP diatas 99%, plasma t 1/2

± 10 jam. Dalam hati zat ini dirombak menjadi

metabolit kurang aktif, yang dieksresi sama rata

lewat urin dan feses.

Indikasi : Penderita diabetes mellitus

Kontraindikasi : Wanita diabetes sedang hamil penderita

glikosuria non-diabetes, hipersensitivitas

interaksi obat glukokortikoid, hormone tiroid,

diuretika, estrogen menyebabkan peningkatan

kadar glukosa dalam darah bila diberikan

bersamaan.

Efek samping : Mual, muntah, sakit perut, vertigo, bingung,

ataksia, dan reaksi alergi.

Dosis : 1 dd, 2,5 – 5 mg

Peringatan : Tidak boleh diberikan sebagai obat tunggal pada

penderita diabetes, penderita kebutuhan

insulinnya tidak stabil, diabetes mellitus berat

kehamilan dan keadaan gawat.


Waktu paruh : 12-24 am

2. Metformin (Tjay, 2015 hal 761) (Ganiswara, 1995 hal 479)

Nama resmi : METFORMINI HYDROCHLORIDUM

Nama paten : Glucophage®, Glucophage XR®, Glumetzo,

Riomet®

Farmakologi : Derivate biguanid mempunyai mekanisme kerja

yang berlainan derivate sulfonilurea. Obat-obat

tersebut kerjanya tidak melalui perangsangan

sekresi insulin tetapi langsung terhadap organ

sasaran. Pemberian obat ini tidak menimbulkan

ILA (Insulin Like activity) diplasma dan secara

morfologis sel pulau Langerhans juga tidak

mengalami perubahan.

Farmakodinamik : Menghambat pembentukan glukosa dalam hati

serta menurunkan kolesterol LDL dan

trigliserida. Obat ini merangsang glikolisis

anaerob dan anaerobiosis tersebut mungkin sekali

berakibat lebih banyaknya glukosa memasuki sel

otot.

Farmakokinetik : Resorpsi usus tidak lengkap, BA 50-60% PP

rendah. Praktis tidak dimetabolisasi dan dieksresi

utuh lewat urin. Plasma t1/2 ± 6 jam .


Indikasi : Sediaan ini tidak dapat menggantikan fungsi

insulin endogen, dan digunakan pada terapi

diabetes dewasa.

Kontraindikasi : Tidak boleh diberikan pada penderita dengan

penyakit hati berat, penyakit ginjal dengan

uremia dan penaykit jantung kongestif.

Efek samping : Pada awal terapi agak sering (20%) terjadi dan

berupa gangguan alat pencernaan, antara lain

mual, muntah, diare dan anoreksia terutama pada

dosis diatas 1,5 g/hari.

Dosis : 3 dd 500 mg atau 2 dd 850 mg

Waktu paruh : 1,5 – 4,5 jam


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat

1. Cawan porselin

2. Easy touch glucometer

3. Gunting

4. Kanula

5. Lap kasar

6. Lap halus

7. spoit 1 cc

8. Stopwatch

9. Strip

B. Bahan

1. Alkohol swab

2. Glibenklamid 2 mg

3. Mencit (Mus musculus) 9 ekor

4. Metformin 500 mg

5. Teh kotak

6. Tissue
C. Cara Kerja

a. Pembuatan bahan praktikum

1. Na-CMC

- Disiapkan alat dan bahan

- Ditimbang Na-CMC sebanyak 2 gram

- Dimasukkan kedalam lumpang kemudian digerus

- Ditambahkan air panas 70oC sedikit demi sedikit hingga Na-CMC

larut

- Dimasukkan kedalam Erlenmeyer dicukupkan dengan air panas

hingga 200 ml.

2. Metformin

- Disiapkan alat dan bahan

- Ditimbang serbuk tablet metformin sebanyak 2 gram

- Dimasukkan kedalam lumpang kemudian digerus hingga halus

- Ditambahkan air panas 70oC sedikit demi sedikit hingga metformin

larut

- Dimasukkan kedalam Erlenmeyer dicukupkan dengan air panas

hingga 200 ml.

3. Glibenklamid

- Disiapkan alat dan bahan

- Ditimbang serbuk tablet glibenklamid sebanyak 2 gram

- Dimasukkan kedalam lumpang kemudian digerus hingga halus


- Ditambahkan air panas 70oC sedikit demi sedikit hingga metformin

larut

- Dimasukkan kedalam erlenmeyer dicukupkan dengan air panas

hingga 200 ml.

b. Penyiapan hewan uji

- Dtimbang berat badan hewan coba mencit dikelompokkan dalam 3

kelompok kemudian ditandai. Kelompok pertama diberikan sediaan

Na.CMC, kelompok kedua diberikan sediaan metformin dan

kelompok ketiga diberikan glibenklamid.

- Dipuasakan hewan coba mencit selama 4 jam sebelum perlakuan

- Dihitung volume pemberian obat setiap hewan coba mencit.

c. Perlakuan percobaan

1. Na.CMC

- Disiapkan alat dan bahan

- Diambil cuplikan darah dari ekor hewan uji dan diukur kadar

glukosa awal

- Diberi larutan glukosa (teh kotak) sebanyak 3 ml

- Diukur kembali kadar glukosa pada menit ke 30

- Diberikan sediaan Na.CMC 1 ml sebanyak 2x1 selama 5 hari

- Dipuasakan kembali 4-6 jam

- Diukur kadar glukosa darah pada hari kelima

- Diamati dan dicatat hasil yang didapat


2. Metformin

- Disiapkan alat dan bahan

- Diambil cuplikan darah dari ekor hewan uji dan diukur kadar

glukosa awal

- Diberi larutan glukosa (teh kotak) sebanyak 3 ml

- Diukur kembali kadar glukosa pada menit ke 30

- Diberikan sediaan metformin 1 ml sebanyak 2x1 selama 5 hari

- Dipuasakan kembali 4-6 jam

- Diukur kadar glukosa darah pada hari kelima

- Diamati dan dicatat hasil yang didapat

3. Glibenklamid

- Disiapkan alat dan bahan

- Diambil cuplikan darah dari ekor hewan uji dan diukur kadar

glukosa awal

- Diberi larutan glukosa (teh kotak) sebanyak 3 ml

- Diukur kembali kadar glukosa pada menit ke 30

- Diberikan sediaan glibenklamid 1 ml sebanyak 2x1 selama 5 hari

- Dipuasakan kembali 4-6 jam

- Diukur kadar glukosa darah pada hari kelima

- Diamati dan dicatat hasil yang didapat


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Kadar glukosa
Kadar glukosa Kadar glukosa
Nama Obat Hewan setelah induksi
awal mg/dl akhir mg/dl
mg/dl
Mencit 1 112 mg/dl
193 mg/dl 200 mg/dl
Na CMC Mencit 2 124 mg/dl
174 mg/dl 198 mg/dl
Mencit 3
145 mg/dl 168 mg/dl 180 mg/dl
Mencit 1
91 mg/dl 173 mg/dl 96 mg/dl
Metformin Mencit 2
142 mg/dl 180 mg/dl 160 mg/dl
Mencit 3
119 mg/dl 155 mg/dl 100 mg/dl
Mencit 1
140 mg/dl 180 mg/dl 91 mg/dl
Glibenklamid Mencit 2
116 mg/dl 147 mg/dl 90 mg/dl
Mencit 3
129 mg/dl 133 mg/dl 100 mg/dl

B. Pembahasan

Diabetes mellitus adalah suatu keadaan dimana terjadinya peningkatan

gula darah yang disebabkan karena difisiensi insulin relative maupun absolute.

Hormone insulin ini berfungsi untuk memungkinkan glukosa masuk kedalam

sel untuk dimetabolisme (dibakar) dan demikian dimanfaatkan sebagai energi.

Pada praktikum kali ini dilakukan penentuan penurunan kadar glukosa

darah dan penetuan efek obat antidiabetik terhadap hewan coba mencit (Mus

muscullus). Obat yang digunakan adalah metformin, glibenklamid dan

Na.CMC. Tujuan dilakukan percobaan ini untuk menentukan efek


farmakologi dari pemberian obat antidiabetik oral yaitu metformin,

glibenklamid dan Na.CMC sebagai obat pembanding (kontrol negative) pada

hewan coba mencit (Mus muscullus).

Pada praktikum ini dimana sebelum pemberian obat hewan coba mencit

(Mus muscullus) dibagi menjadi 3 kelompok lalu masing-masing mencit (Mus

muscullus) dipuasakan agar mendapat kadar glukosa puasa kemudian diukur

kadar glukosa puasanya. Setelah itu, semua mencit di induksi dengan glukosa

(teh kotak) sebanyak 3 cc. setelah itu, 30 menit diukur kembali kadar glukosa

setelah di induksi hal ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kadar

glukosa sebelum dan sesudah induksi. Setelah itu, masing-masing kelompok

diberikan obat peroral antidiabetik sebanyak 1x1 selama 5 hari dimana

kelompok 1 diberikan Na.CMC (kontrol negative ), kelompok 2 diberikan

metformin dan kelompok 3 diberikan glibenklamid. Setelah 5 hari diukur

kembali kadar glukosa akhir.

Pada percobaan pertama yaitu dengan menggunakan bahan Na.CMC

sebagai kontrol negatif pada saat pengukuran glukosa akhir didapatkan hasil

pada masing-masing mencit (Mus muscullus) yaitu 200 mg/dl, 198 mg/dl dan

180 mg/dl. Dari kadar gula darah akhir mengalami kenaikan glukosa hal ini

disebabkan karena Na.CMC tidak memiliki efek sebagai antidiabetik dan

Na.CMC digunakan sebagai kontrol negatif

Pada percobaan kedua yaitu dengan menggunakan bahan obat Metformin

dari kadar gula induksi 72 mg/dl, 180 mg/dl, dan 155 mg/dl setelah pemberian

obat metformin terjadi penurunan kadar gula darah pada masing-masing


mencit (Mus musculus) yaitu 80 mg/dl, 100 mg/dl, 100 mg/dl. Hal ini

disebabkan karena metformin merupakan obat antidiabetik oral dari golongan

biguinida yang bekerja dengan mencegah produksi gula dalam hati dan

meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin sehingga mengurangi jumlah

gula yang diserap usus.

Pada percobaan ketiga yaitu dengan menggunakan bahan obat

Glibenklamid dari kadar gula induksi 180 mg/dl, 147 mg/dl, dan 133 mg/dl

setelah pemberian obat Glibenklamid terjadi penurunan kadar gula darah pada

masing-masing mencit (Mus musculus) yaitu 92 mg/dl, 90 mg/dl, 100 mg/dl.

Hal ini disebabkan karena Glibenklamid merupakan obat antidiabetik oral dari

golongan sulfonylurea yang bekerja dengan merangsang stimulant sekresi

insulin dari granul sel beta pancreas sehingga dapat menurunkan kadar gula

darah.

Dari hasil pengamatan yang didapatkan obat yang paling efektif dalam

menurunkan kadar glukosa darah pada hewan coba mencit (Mus muscullus)

yaitu Glibenklamid hal ini disebabkan karena Glibenklamid efektif terhadap

penderita diabetes tipe II yang tidak begitu berat.

Alasan digunakan Na.CMC sebagai kontrol negatif yaitu sebagai

pembanding untuk mengetahui keefektifan suatu obat diabetes mellitus

(Metformin dan Glibenklamid) dalam menurunkan kadar glukosa darah, serta

Na.CMC tidak memiliki efek antidiabetik sehingga dapat digunakan sebagai

kontrol negative
Adapun faktor kesalahan yang terjadi yaitu pada saat pemberian induksi

glukosa (teh kotak) yang kurang efisien dan hati-hati sehingga menyebabkan

gula darah tidak terlalu naik.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

obat antidiabetik yang paling efektif dalam menurunkan kadar glukosa adalah

Glibenklamid dibandingkan dengan Metformin dilihat dari penurunan kadar

glukosa pada hewan coba. Pada mencit (Mus muscullus) yang diberi obat

glibenklamid menurunkan glukosanya 92 mg/dl sedangkan pada hewan coba

yang diberi metformin kadar glukosanya turun 96 mg/dl maka dari hasilnya

glibenklamid lebih efektif untuk menurunkan kadar glukosa darah pada hewan

coba mencit (Mus muscullus)

Adapun golongan obat antidiabetik yaitu insulin, sulfolinurea, maglitinid,

biguainid, Inhibitor α-Glukosidase, inhibitor dipeptidilpeptidase-4 (DPP-4),

Thiazolidindion, Analog glikagon-polipeptida I (GLP 1)

B. Saran

Sebaiknya asisten lebih mengawasi praktikan pada saat praktikum agar

praktikum berjalan dengan lancar dan meminimalisir terjadinya kesalahan


DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI: Jakarta

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Depkes RI: Jakarta

Ganiswara, S. 1995. Farmakologi dan Terapi. FK. UI: Jakarta

Gunawan, Sulistia Gan. 2012. Farmkologi dan Terapi edisi ke-VI. FKUI: Jakarta

Harvey, Richard A, dan Champe, Pamela A. 2013. Farmakologi Ulasan


Bergambar. EGC: Jakarta

Kusumawati, Diah. 2005. Bersahabat Dengan Hewan Coba. Gadja Mada


University Press: Yogyakarta

Mycek, M.J. 2001. Farmakologi Ulasan bergambar. Widya medika: Jakarta

Neal, M. J. 2006. At Glance Farmakology Medis edisi ke-V. PT. Gelora Aksara
Pratama: Jakarta

Soloni, Ethel. 2003. Anatomi fisiologi Manusia Untuk Pemula. EGC: Jakarta

Tjay, Tan Hoan. 2010. Obat-Obat Penting. Gramedia: Jakarta

Velyn. 1991. Anatomi Fisiologi Manusia Untuk Para Medis. PT. Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta
LAMPIRAN

A. Skema Kerja

Hewan Coba

Kelompok 1 Kelompok II Kelompok III


Na-CMC Metformin Glibenklamid
Pengambilan cuplikan darah Pengambilan cuplikan darah

Mencit dipuasakan Mencit dipuasakan Mencit dipuasakan


selama 4 jam selama 4 jam selama 4 jam

Diukur kadar Diukur kadar Diukur kadar


glukosa awal glukosa awal glukosa awal

Diberikan larutan Diberikan larutan Diberikan larutan


glukosa glukosa glukosa

Diukur kadar Diukur kadar Diukur kadar


glukosa glukosa glukosa

Diberikan sediaan Diberikan sediaan Diberikan sediaan


obat 2x sehari 5 hari obat 2x sehari 5 hari obat 2x sehari 5 hari

Dipuasakan 4-6 Dipuasakan 4-6 Dipuasakan 4-6


Jam jam jam

Diukur kadar Diukur kadar Diukur kadar


glukosa darah glukosa darah glukosa darah

Diamati dan Diamati dan Diamati dan


dicatat dicatat dicatat
B. Perhitungan Bahan

1. Metformin

Dik :

BB mencit I : 24 g

BB mencit II : 26,8 g

BB mencit III : 27,6 g

BB rata-rata : 20 g

Dosis obat : 500 mg

Konversi : 0,0026

Dit :

Perhitungan dosis

Pengenceran

Volume pemberian

Penyelesaian :

a. Mencit I (24 g)

- Perhitungan dosis

BB mencit
Rumus = BB rata−rata mencit × Dosis obat × konversi mencit

24 g
= × 500 mg × 0,0026
20 g

𝑚𝑔 𝑚𝑔
= 1,56 ⁄𝑔𝐵𝐵 ≈ 500 ⁄𝑘𝑔𝐵𝐵
- Pengenceran

500 mg

40 ml 12,5 mg

8 ml 1,56 add 100 ml aquadest

- Volume pemberian

BB mencit
Rumus = × Vol pemberian
BB mencit rata−rata

24 g
= × 1 cc
20 g

= 1,2 cc

b. Mencit II (26,8 g)

- Perhitungan dosis

BB mencit
Rumus = BB rata−rata mencit × Dosis obat × konversi mencit

26,8 g
= × 500 mg × 0,0026
20 g

𝑚𝑔 𝑚𝑔
= 1,7 ⁄𝑔𝐵𝐵 ≈ 500 ⁄𝑘𝑔𝐵𝐵

- Pengenceran

500 mg

35 ml 14,2 mg
8 ml 1,7 add 100 ml aquadest

- Volume pemberian

BB mencit
Rumus = × Vol pemberian
BB mencit rata−rata

26,8 g
= × 1 cc
20 g

= 1,3 cc

c. Mencit III (27,6 g)

- Perhitungan dosis

BB mencit
Rumus = BB rata−rata mencit × Dosis obat × konversi mencit

27,6 g
= × 500 mg × 0,0026
20 g

𝑚𝑔 𝑚𝑔
= 1,8 ⁄𝑔𝐵𝐵 ≈ 500 ⁄𝑘𝑔𝐵𝐵

- Pengenceran

500 mg

30 ml 16,67 mg

9 ml 1,8 add 100 ml aquadest

- Volume pemberian

BB mencit
Rumus = × Vol pemberian
BB mencit rata−rata

27,6 g
= × 1 cc
20 g

= 1,38 cc
2. Glibenklamid

Dik :

BB mencit I : 21,7 g

BB mencit II : 25,5 g

BB mencit III : 23,7 g

BB rata-rata : 20 g

Dosis obat : 2 mg

Konversi : 0,0026

Dit :

Perhitungan dosis

Pengenceran

Volume pemberian

Penyelesaian :

a. Mencit I (21,7 g)

- Perhitungan dosis

BB mencit
Rumus = BB rata−rata mencit × Dosis obat × konversi mencit

21,7 g
= × 2 mg × 0,0026
20 g

𝑚𝑔 𝑚𝑔
= 0,0056 ⁄𝑔𝐵𝐵 ≈ 500 ⁄𝑘𝑔𝐵𝐵
- Pengenceran

2 mg

36 ml 0,056 mg

10 ml 0,0056 add 100 ml aquadest

- Volume pemberian

BB mencit
Rumus = × Vol pemberian
BB mencit rata−rata

21,7 g
= × 1 cc
20 g

= 1,08 cc

b. Mencit II (25,5 g)

- Perhitungan dosis

BB mencit
Rumus = BB rata−rata mencit × Dosis obat × konversi mencit

25,5 g
= × 2 mg × 0,0026
20 g

𝑚𝑔 𝑚𝑔
= 0,007 ⁄𝑔𝐵𝐵 ≈ 500 ⁄𝑘𝑔𝐵𝐵

- Pengenceran

2 mg

25 ml 0,08 mg

11 ml 0,007 add 100 ml aquadest


- Volume pemberian

BB mencit
Rumus = × Vol pemberian
BB mencit rata−rata

25,5 g
= × 1 cc
20 g

= 1,2 cc

c. Mencit III (23,7 g)

- Perhitungan dosis

BB mencit
Rumus = BB rata−rata mencit × Dosis obat × konversi mencit

23,7 g
= × 2 mg × 0,0026
20 g

𝑚𝑔 𝑚𝑔
= 0,006 ⁄𝑔𝐵𝐵 ≈ 500 ⁄𝑘𝑔𝐵𝐵

- Pengenceran

2 mg

30 ml 0,06 mg

10 ml 0,006 add 100 ml aquadest

- Volume pemberian

BB mencit
Rumus = × Vol pemberian
BB mencit rata−rata

23,7 g
= × 1 cc
20 g

= 1,2 cc
C. Gambar

LABORATORIUM FARMAKOLOGI LABORATORIUM FARMAKOLOGI


DAN TOKSIKOLOGI II DAN TOKSIKOLOGI II
PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Gambar 1. Proses pengambilan Gambar 2. Proses pengukuran


cuplikan darah kadar gula darah

LABORATORIUM FARMAKOLOGI LABORATORIUM FARMAKOLOGI


DAN TOKSIKOLOGI II DAN TOKSIKOLOGI II
PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Gambar 3. Proses pemberian Na- Gambar 4. Proses pemberian


CMC Metformin
LABORATORIUM FARMAKOLOGI LABORATORIUM FARMAKOLOGI
DAN TOKSIKOLOGI II DAN TOKSIKOLOGI II
PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Gambar 5. Proses pemberian Gambar 6. Kadar glukosa sebelum


Glibenklamid pemberian larutan glukosa (Na-
CMC)

LABORATORIUM FARMAKOLOGI LABORATORIUM FARMAKOLOGI


DAN TOKSIKOLOGI II DAN TOKSIKOLOGI II
PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Gambar 7. Kadar glukosa setelah Gambar 8. Kadar glukosa sebelum


pemberian larutan glukosa (Na- pemberian larutan glukosa (Na-
CMC) CMC)
LABORATORIUM FARMAKOLOGI LABORATORIUM FARMAKOLOGI
DAN TOKSIKOLOGI II DAN TOKSIKOLOGI II
PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Gambar 9. Kadar glukosa setelah Gambar 10. Kadar glukosa sebelum


pemberian larutan glukosa (Na- pemberian larutan glukosa (Na-
CMC) CMC)

LABORATORIUM FARMAKOLOGI LABORATORIUM FARMAKOLOGI


DAN TOKSIKOLOGI II DAN TOKSIKOLOGI II
PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Gambar 11. Kadar glukosa setelah Gambar 12. Kadar glukosa sebelum
pemberian larutan glukosa (Na- pemberian larutan glukosa
CMC) (Metformin)
LABORATORIUM FARMAKOLOGI LABORATORIUM FARMAKOLOGI
DAN TOKSIKOLOGI II DAN TOKSIKOLOGI II
PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Gambar 13. Kadar glukosa setelah Gambar 14. Kadar glukosa sebelum
pemberian larutan glukosa pemberian larutan glukosa
(Metformin) (Metformin)

LABORATORIUM FARMAKOLOGI LABORATORIUM FARMAKOLOGI


DAN TOKSIKOLOGI II DAN TOKSIKOLOGI II
PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Gambar 15. Kadar glukosa setelah Gambar 16. Kadar glukosa sebelum
pemberian larutan glukosa pemberian larutan glukosa
(Metformin) (Metformin)
LABORATORIUM FARMAKOLOGI LABORATORIUM FARMAKOLOGI
DAN TOKSIKOLOGI II DAN TOKSIKOLOGI II
PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Gambar 17. Kadar glukosa setelah Gambar 18. Kadar glukosa sebelum
pemberian larutan glukosa pemberian larutan glukosa
(Metformin) (Glibenklamid)

LABORATORIUM FARMAKOLOGI LABORATORIUM FARMAKOLOGI


DAN TOKSIKOLOGI II DAN TOKSIKOLOGI II
PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Gambar 19. Kadar glukosa setelah Gambar 20. Kadar glukosa sebelum
pemberian larutan glukosa pemberian larutan glukosa
(Glibenklamid) (Glibenklamid)
LABORATORIUM FARMAKOLOGI LABORATORIUM FARMAKOLOGI
DAN TOKSIKOLOGI II DAN TOKSIKOLOGI II
PRODI S1 FARMASI PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY

Gambar 21. Kadar glukosa setelah Gambar 22. Kadar glukosa sebelum
pemberian larutan glukosa pemberian larutan glukosa
(Glibenklamid) (Glibenklamid)

LABORATORIUM FARMAKOLOGI
DAN TOKSIKOLOGI II
PRODI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY

Gambar 23. Kadar glukosa sebelum


pemberian larutan glukosa
(Glibenklamid)

Anda mungkin juga menyukai