Anda di halaman 1dari 5

FITRIANI NURUL HIDAYATI (11040027)

Vitamin adalah molekul organik dalam makanan yang dibutuhkan untuk metabolisme
normal tetapi tidak dapat disintesis dalam jumlah cukup oleh tubuh manusia. Vitamin dibutuhkan
pada diet manusia hanya dalam jumlah milligram atau mikrogram per hari, maka vitamin disebut
mikronutrien. vitamin diperlukan hanya dalam jumlah sedikit karena vitamin bekerja sebagai
katalisator yang memungkinkan transformasi kimia makronutrien yang secara bersama-sama kita
sebut metabolisme. Seperti halnya enzim, bentuk aktif vitamin hanya terdapat pada konsentrasi
yang rendah di dalam jaringan (Lehninger : 1990, dan martin : 1987)

Berdasarkan daya larutnya , vitamin digolongkan menjadi dua kelompok yaitu viamin
larut dalam air dan larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin B dan vitamin
C dimana vitamin ini disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang bersama
aliran makanan. Saat suatu bahan pangan dicerna oleh tubuh, vitamin yang terlepas akan masuk
ke dalam aliran darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh. Sedangkan vitamin yang larut dalam
lemak yaitu Vitamin A, D, E dan K. Dimana vitamin ini disimpan di dalam jaringan adiposa
(lemak) dan di dalam hati. Kemudian Vitamin ini akan dikeluarkan melalui urin dan diedarkan ke
seluruh tubuh saat dibutuhkan. Berdasarkan sifat dari vitamin ini dapat dilakukan analisi
kualitatif diantaranya :

A. Analisis Vitamin A

Untuk analisis Vitamin A , sampel yang digunakan yaitu minyak ikan dalam bentuk kapsul.
Menurut data kementrian Kesehatan RI , kandungan dominan dari minyak ikan yaitu vitamin A
sebanyak 80.000 IU , Omega 3 , EPA (Eicosapentanoic Acid), DHA (Docosaheksanoat Acid).
Terdapat 2 prosedur untuk menentukan kandungan Vitamin A secara kualitatif yaitu penambahan
reagen Carr Price (Asam Asetat ninhidrin, Kristal SbCl3 dan kloroform) serta reagen TCA dalam
kloroform. Namun prosedur yang dilakukan pada percobaan ini yaitu penambahan reagen TCA
kedalam 1 mL sampel minyak ikan . Hasil yang diperoleh yaitu negatif yang ditandai dengan
tidak terbentuknya warna biru kehijauan pada sampel. Hal ini dikarenakan , sampel yang
digunakan tidak dilarutkan kedalam kloroform terlebih dahulu sehingga kandungan vitamin A
dalam minyak ikan tidak dapat bereaksi dengan reagen TCA. Vitamin A merupakan vitamin yang
hanya larut dalam pelarut non polar (termasuk lemak) sehingga untuk melarutkan nya diperlukan
pelarut non polar seperti kloroform. Saat larut didalam reagen TCA , Vitamin A akan terpecah
menjadi retinol,retinal dan asam retinoat. Retinol yang bersifat basa akan bereaksi dengan TCA
(asam) membentuk warna biru kehijauan. Intensitas warna biru akan sebanding dengan jumlah
vitamin A yang terkandung . Adapun Persaman reaksi yang terjadi yaitu :


+ TCA Larutan Biru kehijauan

B. Analisis Vitamin D

Untuk analisis Vitamin D , sampel yang digunakan yaitu minyak ikan yang sama seperti
analisis vitamin A. Hal ini dikarenakan selain vitamin A juga terkandung Vitamin D sejumlah
1.360 IU. Untuk melakukan analisis Sampel yang digunakan ditambahkan larutan H2O2 yang
bertujuan untuk merusak vitamin A yang terdapat didalam sampel sehingga vitamin D
teridentifikasi dengan jelas kemudian dilakukan pemanasan yang bertujuan untuk merusak
keseluruhanVitamin A yang terkandung. Hal ini dikarenakan Vitamin D tahan terhadap
pemanasan , asam dan oksigen. Setelah Vitamin A rusak yang ditandai dengan hilangnya
gelembung pada proses pemanasan kemudian sampel ditambahkan reagen TCA . Hasil yang
diperoleh menunjukkan uji negative dikarenakan smapel tidak menunjukkan warna jingga-
kuning. Hal ini disebabkan karena sampel tidak dilarutkan kedalam kloroform (pelarut non
polar) sehingga tidak dapat bereaksi dengan TCA . Adapun persamaan reaksi yang terjadi yaitu :

+ TCA Larutan Jingga-Kuning

C. Analisis Vitamin E

Untuk analisis Vitamin E , sampel yang digunakan yaitu Natur E dimana soft kapsul
NaturE terbuat dari ekstrak minyak biji bunga matahari yang mengandung Vitamin E aktif
dan alami (D- tokoferol) sebanyak 100 IU. Sampel Natur E ditambahkan alcohol yang
berfungsi untuk mengisolasi Vitamin E dari sampel karena sifat Vitamin E dan alcohol yaitu
non polar sehingga dapat saling melarutkan . Kemudian ditambahkan HNO 3 pekat yang
bertujuan untuk mengubah tokoferol menjadi -quinon . Berdasarkan percobaan , sampel
Natur E positif mengandung Vitamin E yang ditandai dengan terbentuknya larutan jingga.
Vitamin E tahan terhadap suhu tinggi dan asam namun karena bersifat antioksidan sehingga
vitamin E mudah teroksidasi terutama bila ada lemak tengik, timah dan garam besi.
(Winarno,1992). Adapun persaman reaksi yang terjadi yaitu :

+ HNO3 Larutan Jingga

D. Analisis Vitamin B1

Untuk analisis vitamin B1, sampel yang digunakan yaitu Neurobion. Berdasarkan data dari
dechacare.com, Neurobion mengandung 100 mg vitamin B1 dan Vitamin B12 sebanyak 5000
mcg setiap kapsulnya. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan hasil uji yang diperoleh
yaitu negative yang ditandai dengan tidak terbentuknya warna merah kecoklatan . Hal ini
dimungkinkan terjadi karena larutan [K4Fe(CN6)3] telah terkontaminasi dan teroksidasi
sehinggga tidak bereaksi dengan sampel. Uji positif terjadi ketika sampel Vitamin B1
ditambahkan larutan NaOH yang bertujuan untuk memberikan keadaan basa pada larutan
dan terjadi reaksi pertukaran basa yang melibatkan nukleofilik dan pemindahan gugus
metilen dari bagian pirimidin sehingga menghasilkan warna kuning .Kemudian ditambahkan
larutan [K4Fe(CN6)3] untuk mempercepat dekomposisi thiamin sehingga warna kuning yang
terbentuk akan mengendap menjadi merah kecoklatan yang menunjukkan sampel positif
mengandung vitamin B1 (tiamin). Melalui persamaan reaksi berikut :

H3C N NH2
S
Cl-
N N+
OH
CH3

Vitamin B1
+ [K4Fe(CN6)3] Endapan merah kecoklatan
E. Analisis Kuantitatif kadar Vitamin C

Sampel yang digunakan untuk analisis kuantitatif vitamin C yaitu tomat segar.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Depkes RI (1972) terdapat banyak kandungan vitamin
dalam tomat segar diantara nya Vitamin A (1500 SI) , vitamin B 1 (60g) dan vitamin C yaitu
sebanyak 40 mg. Untuk menentukan kadar vitamin C dapat dilakukan dengan metode titrasi
iodometri berdasarkan reaksi redoks . Titran yang digunakan yaitu larutan I 2 yang
sebelumnya sudah distandarisasi dengan Na2S2O3 dan diperoleh normalitas iodin yaitu 0,0021
N. Karena larutan Na2S2O3 juga bukan merupakan standar baku primer sehingga harus
distandarisasi terlebih dahulu dengan larutan K2Cr2O7 yang merupakan standar baku primer
dan diperolejh normalitas Na2S2O3 yaitu 0,00719 N. Sedangkan untuk indicator yang
digunakan yaitu indikator kanji 1 % dimana titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya
warna biru dan untuk titrat yang digunakan yaitu sampel tomat yang telah diperoleh dalam
bentuk slurry yang sebelumnya telah dihaluskan agar kandungan asam askorbat dalam
sampel mudah diperoleh. Dalam hal ini , asam askorbat bertindak sebagai oksidator. Slurry
yang diperoleh kemudian ditambahkan aquades hingga volume larutan 100 mL dan dikocok
yang bertujuan untuk melarutkan dan mengekstraksi sampel agar homogen. Setelah homogen
campuran larutan disaring untuk memisahkan dan membebaskan sampel dari zat pengotor.

Setelah diperoleh filtrat dari slurry sampel tomat segar kemudian diambil 10 mL filtrate
dan ditambahkan indicator kanji/ amilum 1 %. Reaksi yang terjadi pada proses titrasi yaitu
asam askorbat akan terreduksi dengan penambahan larutan iodin (I 2) dalam keadaan asam
menghasilkan asan dehidroksiaskorbat dan ion I- dan terbentuknya larutan berwarna biru
yang menandakan titik akhir titrasi telah tercapai. Adapun persamaan reaksi yang terjadi
yaitu :

Asam Askorbat + I2 Asam dehidroaskorbat + 2HI

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh kadar vitamin C yang terkandung
dalam tomat segar yaitu 0,0385 % atau 1,158 mg. Sedangkan berdasarkan literatur dalam 100
mg tomat mengandung 40 mg Vitamin C . Terjadinya Perbedaan hasil pada literature dan
percobaan yang sangat jauh mungkin dikarenakan larutan Iodin memiliki sifat yang mudah
rusak dan teroksidasi dengan adanya cahaya dan asam askorbat pada tomat juga telah ter
reduksi karena telah didiamkan lama diruangan . Selain itu, pengaruh praktikan saat titrasi
juga dapat menyebabkan kesalahan terutama dalam penentuan titik akhir titrasi yang dilihat
dari perubahan warna biru pada larutan.

Anda mungkin juga menyukai