Anda di halaman 1dari 75

BAB II

UJI PENGENALAN KARBOHIDRAT

A. Uji Molisch
I. Tujuan
Membuktikan adanya karbohidrat secara kualitatif.

II. Dasar teori


Karbohidrat oleh asam anorganik pekat akan dihidrolisis menjadi mono sakarida.
Dehidrasi monosakarida jenis pentosa oleh asam sulfat pekat menjadi menjadi furfural
dan golongan heksosa menghasilkan hidroksi – metil furfural. Pereaksi molisch yang
terdiri atas α – naftol dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu.

III. Alat dan bahan


1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Amilum, glikogen, dekstrin, sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, fruktosa,
glukosa, dan arabinosa masing – masing dalam larutan 1 %
4. Pereaksi Molisch
5. H2SO4 pekat

IV. Prosedur Kerja


1. Masukkan 15 tetes larutan uji (Amilum, sukrosa, laktosa, maltosa, fruktosa,
glukosa dan masing-masing dalam larutan 1 %) kedalam tabung reaksi
2. Tambahkan 3 tetes pereaksi Molisch, Campurkan dengan baik
3. Miringkan tabung rekasi, lalu alirkan dengan hati-hati 1 mL H2SO4 pekat
melalui dinding tabung supaya tidak bercampur
4. Perhatikan terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas antara kedua
lapisan yang menandakan reaksi positif karbohidrat
5. Catat hasil dan buatlah kesimpulannya.

V. Hasil Percobaan

No. Zat Uji Hasil Uji Molisch Karbohidrat

1
(+/-)
1. Amilum Terbentuk cincin +
1% berwarna ungu
2. Sukrosa Terbentuk cincin +
1% berwarna ungu
3. Laktosa Terbentuk cincin +
1% berwarna ungu
4. Maltosa Terbentuk cincin +
1% berwarna ungu
5. Fruktosa Terbentuk cincin +
1% berwarna ungu
6. Glukosa Terbentuk cincin +
1% berwarna ungu

VI. Pembahasan

Pada uji Molisch, semua zat uji adalah termasuk karbohidrat. hal tersebut dapat dilihat
pada terbentuknya cincin berwarna ungu. Reaksi yang berlangsung adalah sebagai
berikut :
H O
│ ║
CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH—C=O + H2SO4 → ─C—H +

OH
Pentosa Furfural α-naftol

H

CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH—HCOH—C=O + H2SO4
Heksosa
O

→ H2C─ ─C—H +
│ │
OH OH
5-hidroksimetil furfural α-naftol

Rumus dari cincin ungu yang terbentuk adalah sebagai berikut:


O

2
║ __SO3H
H2C─ ─────C───── ─OH

Cincin ungu senyawa kompleks


B. Uji Iodium

I. Tujuan
Membuktikan adanya Polisakarida dalam bahan uji.

II. Dasar teori


Polisakarida dengan penambahan iodium akan membentuk kompleks adsorpsi berwarna
yang spesifik. Amilum atau pati dengan iodium menghasilkan warna biru, dekstrin
menghasilkan warna merah anggur, sedangkan glikogen dan sebagian pati yang
terhidrolisis bereaksi dengan iodium membentuk warna merah coklat.

III. Alat dan bahan

1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Amilum, glikogen, dekstrin, sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, fruktosa,
glukosa, dan arabinosa masing – masing dalam larutan 1 %
4. Larutan Iodium
.
IV. Prosedur Kerja
1. Masukkan tiga tetes larutan uji ( Amilum, sukrosa, laktosa, maltosa,
fruktosa, glukosa dan masing-masing dalam larutan 1 %) kedalam tabung reaksi atau
lempeng tetes porselin
2. Tambahkan dua tetes larutan Iodium
3. Amati warna spesifik yang terbentuk, catat dan buatlah kesimpulannya

V. Hasil Percobaan
Hasil Uji Polisakarida
No. Zat Uji
Iodium (+/-)
1. Amilum Terbentuk +
1% warna Biru
Tua
2. Sukrosa Terbentuk -
1% warna
Kuning
3
3. Laktosa Terbentuk -
1% warna
Kuning
4. Maltosa Terbentuk -
1% warna
Kuning
5. Fruktosa Terbentuk -
1% warna
Kuning
6. Glukosa Terbentuk -
1% warna
Kuning

VI. Pembahasan
Pada uji Iodium, pada masing-masing zat uji memiliki indikasi yang berbeda-beda. dari
sepuluh zat uji, Amilum, Glikogen, dan Dekstrin positif polisakarida.

4
C. Uji Benedict

I. Tujuan
Membuktikan adanya Gula reduksi

II. Dasar teori


Gula yang mempunyai gugus aldehida / keton bebas akan mereduksi ion Cu 2+ dalam
suasana alkalis menjadi Cu+, yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata.

III. Alat dan bahan


1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Penjepit tabung
4. Alat pemanas atau penangas air
5. Pengatur waktu
6. Amilum, glikogen, dekstrin, sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, fruktosa,
glukosa, & arabinosa masing – masing 1 %
7. Pereaksi benedict

IV. Prosedur Kerja


1. Masukkan 5 tetes larutan uji (Amilum, sukrosa, laktosa, maltosa, ruktosa, glukosa
dan masing-masing dalam larutan 1 %) dan 15 tetes pereaksi Benedict ke dalam tabung
reaksi. Campurkan dengan baik
2. Didihkan di atas api kecil selama dua menit atau masukkan ke dalam penangas air
mendidih selama 5 menit
3. Dinginkan perlahan-lahan. Perhatikan warna dan endapan yang terbentuk. Reaksi
positif ditandai dengan timbulnya endapan biru kehijauan, kuning, atau merah bata,
tergantung pada kadar gula pereduksi yang ada.

5
V. Hasil Percobaan

Gula
No.
Zat Uji Hasil Uji Benedict Reduksi
(+/-)
1. Terbentuk warna biru -
Amilum
dan tidak terbentuk
1%
endapan
2. Terbentuk warna biru -
Sukrosa
dan tidak terbentuk
1%
endapan
3. Laktosa Terbentuk endapan +
1% merah bata
4. Maltosa Terbentuk endapan +
1% merah bata
5. Fruktosa Terbentuk endapan +
1% merah bata
6. Glukosa Terbentuk endapan +
1% merah bata

VI. Pembahasan

Pada uji Benedict, indikator terkandungnya Gula Reduksi adalah dengan terbentuknya
endapan berwarna merah bata. hal teresebut dikarenakan terbentuknya hasil reaksi berupa
Cu2O.

Berikut reaksi yang berlangsung:


O O
║ ║
R—C—H + Cu2+ 2OH- → R—C—OH + Cu2O
Gula Pereduksi Endapan Merah Bata

6
D. Uji Barfoed

I. Tujuan
Membedakan antara monosakarida dan disakarida

II. Dasar teori


Ion Cu2+ ( dari pereaksi barfoed ) dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh
gula reduksi monosakarida daripada disakarida dan menghasilkan endapan Cu2O
berwarna merah bata.

III. Alat dan bahan


1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Penjepit tabung
4. Alat pemanas atau penangas air
5. Pengatur waktu
6. Sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, fruktosa, glukosa, dan arabinosa masing –
masing dalam larutan 1 %
7. Pereaksi Barfoed

IV. Prosedur Kerja


1. Masukkan 10 tetes larutan uji dan 10 tetes pereaksi Barfoed ke dalam tabung
reaksi. Campurkan dengan baik
2. Didihkan di atas api kecil selama satu menit atau masukkan ke dalam
penangas air mendidih selama 5 menit
3. Dinginkan perlahan-lahan. Perhatikan warna atau endapan yang terbentuk. Reaksi
positif ditandai dengan terbentuknya endapan Cu2O berwarna merah bata.

V. Hasil Percobaan

Hasil Uji Monosakarida


No. Zat Uji
Barfoed (+/-)
1. Sukrosa 1 tidak terbentuk -
% endapan
2. Laktosa 1 tidak terbentuk -
% endapan
3. Maltosa 1 Tidak terbentuk -
% endapan
4. Fruktosa1 Terbentuk +
% endapan merah

7
bata

5. Glukosa1 Terbentuk +
% endapan merah
bata

VI. Pembahasan

Pada uji Barfoed, yang terdeteksi monosakarida membentuk endapan merah bata karena
terbentuk hasil Cu2O. berukut reaksinya :
O O
║ Cu2+ asetat ║
R—C—H + ─────→ R—C—OH + Cu2O+ CH3COOH
n-glukosa E.merah
monosakarida bata

8
E. Uji Seliwanoff

I. Tujuan
Membuktikan adanya ketosa ( fruktosa )

II. Dasar teori


Dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hidroksimetil furfural dan dengan
penambahan resorsinol akan mengalami kondensasi membentuk senyawa kompleks
berwarna merah orange.

III. Alat dan bahan


1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Penjepit tabung
4. Alat pemanas atau penangas air
5. Pengatur waktu
6. Sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, fruktosa, glukosa, dan arabinosa masing –
masing dalam larutan 1 %
7. Pereaksi Seliwanoff

IV. Prosedur Kerja

1. Masukkan 5 tetes larutan uji (Amilum, sukrosa, laktosa, maltosa, fruktosa,


glukosa dan masing-masing dalam larutan 1 %) dan tambahkan 15 tetes pereaksi
selliwanof ke dalam tabung reaksi
2. Didihkan di atas api kecil selama 30 detik atau dalam penangas air selama 1
menit
3. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya larutan berwarna merah jingga.

V. Hasil Percobaan

No. Zat Uji Hasil Uji Ketosa


Seliwanof (+/-)
1. Sukrosa 1 Bening -

9
%

2. Fruktosa 1 Merah +
% Jingga
3. Glukosa 1 Bening -
%

VII. Pembahasan

Pada uji Seliwanof, ketosa terdeteksi pada zat uji Fruktosa dengan terbentuknya warna
jingga; yaitu karena terbentuknya resorsinol.

Berikut reaksinya :
CH2OH OH
O OH OH
+HCl ║ │ │
H CH2OH ───→ H2C— —C—H + → kompleks
│ berwarna
OH H OH merah jingga
5-hidroksimetil furfural resorsinol

10
F. Uji Asam Musat

I. Tujuan
Membedakan antara Glukosa dan Galaktosa.

II. Dasar teori


Oksidasi terhadap karbohidrat dengan asam nitart pekat akan menghasilkan asam yang
dapat larut. Namun, laktosa dan galaksosa menghasilkan asam musat yang tidak dapat
larut.

III. Alat dan bahan


1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Penjepit tabung
4. Alat pemanas atau penangas air
5. Mikroskop
6. Sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, glukosa.
7. HNO3 pekat

IV. Prosedur Kerja

1. Masukkan 10 tetes larutan uji dan 2 tetes HNO3 pekat.


2. Panaskan dalam penangas air mendidih sampai volumenya 2-3 tetes.
3. Dinginkan perlahan-lahan, lalu amati terbentuknya kristal-kristal keras seperti
pasir
4. Amati di bawah mikroskop.

V. Hasil Percobaan

Hasil Uji asam Bentuk


No. Zat Uji
musat Kristal
1. Sukrosa +

11
2.
Laktosa +

3.
Glukosa +

VI. Pembahasan

Pada uji Asam musat, diperoleh hasil yang berbeda-beda. Masing-masing zat uji
mempunyai bentuk yang khas. Hal tersebut dapat digunakan untuk membedakan antara
setu karbohidrat dengan karbohidrat yang lain.

12
G. Hidrolisis Pati

I. Tujuan
Mengidentifikasi hasil hidrolisi amilum ( pati )

II. Dasar teori


Pati ( Starch ) merupakan polisakarida yang terdapat pada sebagian besar tanaman,
terutama dalam golongan umbi seperti jagung atau padi. Pati terbagi menjadi dua fraksi
yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa ( + 20 % ),
dengan struktur makromolekul linier dengan iodium memberikan warna biru. Sebaliknya,
fraksi yang tidak larut disebut amilopektin ( + 80 % ) dengan struktur bercabang. Dengan
penambahan iodium, fraksi memberikan warna ungu sampai merah.

Pati dalam suasana asam bila dipanaskan akan terhidrolisis menjadi senyawa – senyawa
yang lebih sederhana. Hasil hidrolisis dapat diuji dengan iodium dan menghasilkan warna
biru sampai tak berwarna. Hasil akhir Hidrolisis ditegaskan dengan uji benedict. Hasil
hidrolisis pati ditunjukkan seperti pada tabel berikut.

Waktu Warna dengan Hasil


Hidrolisis Iodium Hidrolisis
Setelah 3 Biru Amilosa
menit
Setelah 6 Ungu Amilopektin
menit
Setelah 9 Violet Amilopektin
menit
Setelah 12 Merah Eritrodekstrin
menit
Setelah 15 Kuning Coklat Akrodekstrin
menit
Setelah 18 Kuning Pucat Maltosa
menit
Setelah 21 Kuning Pucat Glukosa

13
menit

III. Alat dan bahan


1. Tabung reaksi
2. Pipet ukur
3. Alat pemanas
4. penjepit Tabung
5. Kertas lakmus
6. Larutan Ailum 1 %
7. Larutan iodium
8. Pereaksi benedict
9. Larutan HCl 2 N
10. Larutan NaOH 2 %
IV. Prosedur Kerja

1. Masukkan ke dalam tabung reaksi 5 ml larutan amilum 1 % kemudian


tambahkan 2,5 mL HCl 2 N.
2. Campurlah dengan baik, lalu masukkan ke dalam penangas air mendidih.
3. Setelah tiga menit, ujilah dengan larutan iodium dengan cara mengambil 2 tetes
larutan, lalu ditambah 2 tetes iodium dalam lempeng tetes porselin tetes. Catat perubahan
warna yang terjadi.
4. Lakukan uji iodium setiap tiga menit sampai hasilnya berwarna kuning pucat.
5. Lakukan hidrolisis selama 5 menit lagi
6. Setelah didinginkan, ambil 2 mL larutan hasil hidrolisis, lalu netralkan dengan
NaOH 2 %. Uji dengan kertas lakmus
7. Kemudian lakukan uji Benedict
8. Simpulkan apa yang dihasilkan dari hidrolisis pati

V. Hasil Percobaan

Hasil
Hidrolisis Hasil
Perlakuan Uji
( menit) Hidrolisis
Iodium
5 l amilum 3 Biru- Amilosa
1% + 2,5 Ungu
6 Ungu Amilopektin
ml HCl 2
9 Violet / Amilopektin
N+
Ungu
pemanasan
muda
12 Merah Eritrodekstrin

14
15 Kuning Akrodekstrin
coklat
18 Kuning Maltosa
Orange
21 Kuning Glukosa
Pucat

VI. Pembahasan
Oksidasi terhadap karbohidrat dengan asam nitrat pekat menghasilkan asam yang dapat
larut , namun laktosa menghasilkan asam musat yang tidak dapat larut.
Pada uji hidrolisis pati, hidrolisis sempurna apabila menjadi senyawa yang lebih
sederhana yang terdeteksi pada perubahan warna. Hal ini terlihat pada perubahan warna
setiap tiga menit disertai perbedaan hasil hidrolisis pula. Larutan hasil hidrolisis sebelum
dilakukan uji Benedict untuk menentukan hasil akhir harus dinetralkan terlebih dahulu,
karena semula masih dalam suasana asam.

VII. Kesimpulan

Pada uji Hidrolisis Pati ini dilakukan uji Benedict, Seliwanoff, dan Barfoed supaya dapat
mengidentifikasi monosakarida-monosakarida yang terbentuk (glukosa dan fruktosa.)

15
H. Hidrolisis Sukrosa

I. Tujuan
Mengidentifikasi hasil hidrilosis Sukrosa

II. Dasar teori


Sukrosa oleh HCl dalam keadaan panas akan terhidrolisis, lalu menghasilkan glukosa dan
fruktosa. Hal ini menyebabkan uji benedict dan seliwanoff yang sebelum hidrolisis
memberikan hasil negatif menjadi positif. Uji barfoed menjadi positf pula dan
menunjukkan bahwa hidrolisis sukrosa menghasilkan monosakarida.

III. Alat dan bahan


1. Tabung reaksi
2. Pipet ukur
3. Penjepit tabung
4. Alat pemanas atau penangas air
5. Larutan Sukrosa 1 %
6. Pereaksi Seliwanoff
7. Pereaksi Barfoed
8. Pereaksi Benedict
9. Larutan HCL pekat
10. Larutan NaOH 2 %

IV. Prosedur Kerja

16
1. Masukkan ke dalam tabung reaksi 5 mL larutan sukrosa 1 % kemudian
tambahkan 5 tetes HCl pekat
2. Campurlah dengan baik, lalu panaskan dalam penangas air medidih selama 30
menit
3. Setelah didiginkan, netralkan larutan dengan NaOH 2 % dan uji dengan kertas
lakmus
4. Selanjutnya lakukan uji Benedict, Seliwanoff, dan Barfoed
5. Simpulkan apa yang dihasilkan dari hidrolisis sukrosa.

V. Hasil Percobaan

Perlakuan Uji Hasil Uji


5 mL sukrosa 1 Benedict Terbentuk Endapan Merah
% ditambah 5 Bata
Seliwanoff Terbentuk Merah Jingga
tetes HCl pekat
kemudian Barfoed Terbentuk Endapan Merah
dipanaskan di Bata
penagas air
mendidih
VI. Pembahasan
Hidrolisis pati telah sempurna dapat diketahui dengan adanya perubahan warna larutan
dari bening jadi kuning setelah ditambah iodium dan dikuatkan dengan uji benedict yang
menghasilkan adanya endapan merah bata yang menunjukkan adanya gula reduksi. Hasil
hidrolisis sebelum di uji benedict perlu dinetralkan terlebih dahulu dngan NaOH karena
reaksi yang ingin diidentifikasi hanya amilum dengan iodium, tanpa HCl, jadi penetralan
untuk menghilangkan sifat asam yang disebabkan larutan HCl.
3 menit pertama, hasil reaksi dengan iodium berwarna biru keunguan karena hasil
hidrolisisnya adalah amilosa, yang berwarna biru bila bereaksi dengan iodium. Pada
menit ke-6. Hasil reaksi dengan iodium berwarna ungu tua dan menit ke 9 hasil reaksi
berwarna violet atau ungu lebih muda karena hasil hirdolisis menit ke 6 dan ke 9 adalah
Amilopektin, Amilopektin mempunyai reaksi spesifik berwarna ungu dengan iodium.
Setelah menit ke 12, hasil reaksi dengan iodium berwarna merah keunguan karena hasil
hidrolisis amilum setelah 12 menit adalah Eritrodekstrin, yang mempunyai reaksi spesifik
bewnarna merah dengan iodium.
Pada menit ke 15 dan 18 menghasilkan warna merah coklat dan tidak sesuai dengan
literatur yaitu kuning coklat dan kuning pucat. Hal ini dimungkinkan karena kesalahan
dalam pembuatan sampel, reagen ataupun disebabkan terjadinya hidrolisis berlangsung
lambat karena pengaruh penangas air tidak mendidih sempurna. Jadi hasil hidrolisis pati
tergantung lamanya pemanasan.
17
Pada hidrolisis sukrosa, setelah pemanasan yang sebelumnya ditambah HCl mengalami
hidrolisis yang ditandai dengan adanya perubahan warna, bening menjadi biru dan
menghasilkan endapan merah bata setelah dipanaskan, pada uji benedict. Hal ini
menunjukkan bahwa sukrosa mempunyai gula reduksi, glukosa dan fruktosa diperoleh
dari hasil pemecahan satu senyawa sukrosa yang terhidrolisis menjadi dua senyawa
glukosa dan fruktosa. Namun pada sukrosa hanya didapatkan glukosa Pada uji seliwanoff
tidak membentuk kompleks warna merah orange, hal ini kemungkinan pereaksi rusak
atau tidak bagus. Pada uji barfoed ditemukan endapan biru, yang merupakan disakarida
karena reaksinya berlangsung lamban, karena disakarida terlebih dahulu diubah menjadi
monosakarida yang ion CU2+ (dari pereaksi) direduksi menghasilkan endapan CU2O.

I. Kesimpulan
Amilum, sukrosa, laktosa, maltosa, fruktosa, dan glukosa masing-masing dalam larutan 1
% terbukti positif karbohidrat. Pada Amilum adalah polisakarida. Pada laktosa, Maltosa,
Fruktosa, dan Glukosa, terdapat gula inversi yaitu dengan terbentuknya endapan merah
bata. Pada Sukrosa, Laktosa, dan Maltosa adalah monosakarida. Sedangkan, Fruktosa,
dan Glukosa, adalah disakarida.
Pada Uji Seliwanof, Ketosa terdapat pada fruktosa. Bentuk kristal karbohidrat pada hasil
uji Asam musat berbeda-beda sesuai dengan zat ujinya. Hasil hidrolisis pati dan amilum
adalah amilopektin, amilosa, eritrodekstrin, akrodekstrin, maltosa, dan glukosa. Hasil
hidrolisis sukrosa adalah monosakarida-monosakarida (glukosa dan fruktosa) yang
terdeteksi pada uji Benedict, Seliwanoff, dan Barfoed.

18
BAB II
LIPID

A. Uji Kelarutan Lipid

I. Tujuan
Mengetahui kelarutan lipid pada pelarut tertentu

II. Dasar teori


Pada umumnya lemak dan minyak tidak larut dalam air, tetapi sedikit larut dalam alkohol
dan larut sempurna dalam pelarut organik seperti eter, kloroform, aseton, benzena atau
pelarut nonpolar lainnya.
Minyak dalam air akan membentuk emulsi yang tidak stabil karena bila dibiarkan,maka
kedua cairan akan memisah menjadi dua, sebaliknya minyak dalam soda ( Na 2CO3) akan
membentuk emulsi yang stabil karena asam lemak yang bebas daam larutan lemak
bereaksi dengan soda membentuk sabun, sabun mempunyai daya aktif permukaan,
sehingga tetes – tetes minyak tersebar seluruhnya.

III. Alat dan bahan


1. Minyak kelapa
2. Alkohol 96%
3. Kloroform
4. Eter
5. Air suling ( aquades )

19
6. Larutan Na2CO3 05%
7. Tabung reaksi
8. Penjept tabung
9. Pipet ukur
10. Pipet tetes

IV. Prosedur Kerja

1. Siapkan 5 tabung reaksi yang bersih, kering berturut-turut isilah dengan air
suling, alkohol 96%, eter, kloroform, dan larutan Na2CO3 0,5 % sebanyak 1 ml
2. Tambahkan pada setiap tabung 2 tetes minyak kelapa
3. kocoklah sampai homogen, lalu biarkan beberapa saat
4. Amati sifat kelarutannya.
V. Hasil Percobaan

Tabu Tabu
Tabu Tabu Tabu
Bahan ng ng
ng 1 ng 2 ng 3
4 5
Air
1 ml
Suling
Alkoho
1 ml
l 96 %
Eter 1 ml
Klorof 1
orm ml
Na2CO 1
30,5% ml
Minya
2 2 2 2 2
k
tetes tetes tetes tetes tetes
Kelapa
Kocok tabung sampai homogen, biarkan beberapa saat
Hasil :
Larut /
tidak Tida Tida
Emul
larut / k k larut larut
si
terbent larut larut
uk
emulsi

VI. Pembahasan

20
Minyak dapat terlarut sempurna di dalam kloroform dan eter. Hal ini di sebabkan
kloroform dan eter mempunyai sifat non polar sehingga mampu larut dengan minyak.
Air memiliki sifat polar sehingga tidak larut dalam minyak dan membentuk 2 fase.Di
dalam natrium karbonat,minyak membentuk emulsi karena adanya garam-garam yang
berfungsi mengelmusi minyak kelapa.

VI. Kesimpulan

Minyak kelapa dapat larut sempurna dalam eter dan kloroform,sedikit larut pada
alkohol,tidak larut pada aquadest dan membentuk emulsi pada natrium karbonat.

B. Uji Pembentukan Emulsi

I. Tujuan
Mengetahui terjadi pembentukan emulsi minyak

II. Dasar teori


Emulsi adalah dispersi atau suspensi mentstabil suatu cairan dalam cairan lain dimana
tidak saling melarutkan. Agar terbentuk emulsi yang stabil diperlukan suatu zat
pengemulsi yang disebut emulsier atau emulsifying agent, yang berfungsi menurunkan
tegangan permukaan antara kedua fase cairan. Bahan emulsifier dapat berupa protein,
gom, sabun atau garam empedu.
Daya kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat,
baik pada minyak maupun air, emulsifier akan membentuk lapisan disekeliling minyak
sebagai akibat menurunnya tegangan permukaan dan diabsorpsi melapisi butir-butir
minyak, sehingga mengurangi kemungkinan bersatunya butir-butir minyak satu sama
lain.

III. Alat dan bahan


1. Minyak kelapa
2. Larutan Na2CO3 05%
3. Larutan sabun

21
4. Larutan sabun
5. Larutan protein 2%
6. Larutan empedu encer
7. Tabung reaksi
8. Pipet ukur / tetes
9. Pipet ukur

IV. Prosedur Kerja

1. Siapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering


2. Tabung 1 : isi 2 ml air dan 2 tetes minyak kelapa
3. Tabung 2 : isi 2 ml air, 2 tetes minyak kelapa dan 2 tetes Na2CO3 0,5 %.
4. Tabung 3 : isi 2 ml air, 2 tetes minyak kelapa dan 2 tetes larutan sabun.
5. Tabung 4 : isi 2 ml larutan protein 2% dan 2 tetes minyak kelapa.
6. Tabung 5 : isi 2 ml larutan empedu encer dan 2 tetes minyak kelapa.
7. Kocoklah setiap tabung dengan kuat, lalu biarkan beberapa saat.
8. Amati terjadinya pembentukan emulsi.
V. Hasil Percobaan

Tabu Tabu Tabu Tabu


Baha Tabu
ng ng ng ng
n ng 3
1 2 4 5
Air
2 ml 2 ml 2 ml
Suling
Minya
2 2 2 2 2
k
tetes tetes tetes tetes tetes
kelapa
Na2C
2
O3
tetes
0,5%
Laruta
2
n
tetes
Sabun
Laruta
n
2 ml
protei
n
Laruta
n
2 ml
emped
u

22
Kocok tabung sampai homogen, biarkan beberapa saat
Hasil :
Larut Tidak
/ tidak larut
emul emul emul Emul
larut /
si si si si
terben
tuk
emulsi

VI. Pembahasan

Air memiliki sifat polar sehingga tidak dapat melarutkan minyak.Hal ini mengakibatkan
terbentuknya 2 fase,yaitu fase atas(Minyak) dan fase bawah (Air).Pada campuran air
suling,minyak kelapa dan Na2Co3 yang dapat mengemulsikan minyak dalam air.Untuk
campuran air suling,minyak kelapa dan air sabun,membentuk emulsi karena ada larutan
sabun yang minyaknya dapat terdispersi menjadi misel yang mengubah asam-asam lemak
penyusunnya.Larutan empedu dan protein,membentuk emulsi dengan penambahan
minyak kelapa karena adanya misel yang merupakan garam-garam empedu yang
berfungsi mengemulsikan minyak.

VII. Kesimpulan

Pada campuran air suling,tidak dapat mengemulsikan minyak dalam air. Untuk minyak
kelapa dan air sabun, larutan protein, larutan empedu membentuk emulsi karena ada
larutan sabun yang minyaknya dapat terdispersi menjadi misel yang mengubah asam-
asam lemak penyusunnya.Larutan empedu dan protein,membentuk emulsi dengan
penambahan minyak kelapa karena adanya misel yang merupakan garam-garam empedu
yang berfungsi mengemulsikan minyak.

C. Uji Keasaman Lemak

I. Tujuan
Mengetahui sifat asam basa minyak kelapa

II. Dasar teori


Minyak murni umumnya bersifat netral, sedangkan minyak yang sudah tengik bersifat
asam, hal ini disebabkan minyak mengalami hidrolisis dan oksidasi menghasilkan
aldehida, keton an asam – asam lemak bebas.

23
Proses ketengikan pada lemak atau minyak dapat dipercepat oleh adanya cahaya,
kelembaban , pemanasan, aksi mikroba dana katalis logam tertentu seperi Fe, Ni atau Mn.
Sebaliknya zat –zat yang dapat menghambat terjadinya proses ketengikan disebaut
antioksidan misalnya tokoferol ( vitamin E ) asam askorbat ( vitamin C ), polifenol,
hidroquin dan flavonoid.

III. Alat dan bahan


1. Porselin tetes
2. Pipet tetes
3. Minyak kelapa
4. Minyak kelapa tengik
5. Kertas lakmus merah atau biru

IV. Prosedur Kerja


1. Teteskan sedikit minyak kelapa pada porselin tetes
2. Ujilah dengan kertas lakmus
3. Amati perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus
4. Ulangi percobaan dengan menggunakan minyak kelapa tengik

V. Hasil Percobaan

Perubahan Warna
Sifat
No Lakmu Lakmu
Zat Uji asam/bas
. s s Biru
a
Merah
1. Minya pH 4,0 pH 4,0 Asam
k
kelapa
2 Minya pH 5,0 Ph 5,0 Asam
k
tengik

VI. Pembahasan

24
Sampel yang di pakai bersifat asam,seharusnya minyak kelapa yang baik bersifat
netral.ini menandakan bahwa minyak yang di pasarkan tidak semua kualitasnya baik,ada
yang sudah rusak karena hidrolisi dan oksidasi.

VII. Kesimpulan

Minyak kelapa dan minyak tengik memiliki pH yang sama berturut- turut adalah
pH 4,0 dan pH 5,0.

D. Uji Sifat Ketidakjenuhan Minyak

25
I. Tujuan
Mengetahui ketidak jenuhan minyak atau lemak

II. Dasar teori


Komposisi asam lemak dalam trigliserida terdiri atas asam lemak jenuh dan asam lemak
tidak jenuh. Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang tidak mempunyai ikatan
rangkap , sedangkan asam lemak tidak jenuh adalah asam lemak yang mempunyai satu
atau lebih ikatan rangkap.
Sumber asam lemak jenuh banyak terdapat dalam hewan ( lemak hewani ) seperti asam
palmitat dan asam setearat, sedangkan asam lemak tidak jenuh kebanyakan berasal ari
tanaman ( minyak nabati) dan beberapa diantaranya merupakan asam lemak esensial
seperti asam oleat, asam linoleat dan asam linolenat, asam lemak tidak jenuh dapat
menghilangkan air brom karena adisi brom pada ikatan rangkap

III. Alat dan bahan


1. Tabung reaksi
2. Pipet ukur atau tetes
3. Minyak kelapa
4. Margarin atau lemak padat
5. Air brom

IV. Prosedur Kerja


1. Masukan 2 tetes minyak kelapa kedala tabung reaksi
2. Tambahkan 2 ml kloroform
3. Tambahkan setetes demi setetes air Brom sambil dikocok hingga warna merah air
brom tidak berubah.
4. Hitung jumlah tetesan yang dibutuhkan
5. Ulangi percobaan menggunakan margarin ayau lemak padat
6. Bandingkan jumlah tetesan yang dihasilkan.

V. Hasil Percobaan

Bahan Tabung Tabung 2


1
Minyak 2 tetes
kelapa
Margarin Seujung
Spatel
Kloroform 2 ml 2 ml

26
VI. Pembahasan

Pada percobaan dengan mentega seharusnya air brom yang dibutuhkan lebih banyak
karena ada ikatan rangkap, tetapi tes yang dilakukan belum maksimal.

VII. Kesimpulan

Minyak kelapa tidak mengikat air brom, karena tidak ada ikatan rangkap sedangkan
mentega mengikat jadi tidak ada perubahan warna.

E. Uji Penyabunan Minyak

27
I. Tujuan
Mengetahui terjadinya hidrolisis pada minyak oleh alkali

II. Dasar teori


Lemak dan minyak dapat terhidroisis, lalu menghasilkan asam lemak dan gliserol. Proses
hidrolisis yang disengaja biasa dilakukan dengan penambahan basa kuat, seperti NaOH
atau KOH, melalui pemanasan dan menghasilkan gliserol atau sabun. Proses hidrolisis
minyak olh alkali disebut penyabunan atau saponifikasi.

III. Alat dan bahan


1. Minyak kelapa
2. Alkohol 95%
3. NaOH
4. Larutan deterjen
5. Asam Asetat encer ( 5M )
6. Larutan CaCl2 5%
7. Larutan MgSO4 5%
8. Larutan Pb asetat 5%
9 Erlenmeyer
10. Tabung reaksi
11. Alat pemanas
12. Neraca Analitis

IV. Prosedur Kerja

1. Masukan 5 ml minyak kelapa kedalam erlenmeyer.


2. Tambahkan 1,5 gr NaOH dan 25 ml Alkohol 95%.
3. Panaskan sampai mendidih selama 15 menit.
4. Untuk mengetahui apakah reaksi penyabunan telah sempurna ambilah 3 tetes
larutan kemudian larutkan di dalam air, bila larut maka menunjukkan reaksi telah
sempurna.
5. Setelah sempurna uapkan alkohol yang tersisa sampai habis.
6. Dinginkan lalu tambahkan 75 ml air dan panaskan sampai semua larut.

Uji Sifat –sifat sabun ( kesadahan )


1. Ambil 6 ml larutan sabun dengan pipet ukur, lalu netralkan dengan asam
asetat encer.

28
2. Larutan sabun yang telah netral dibagi menjadi 3 bagian, masing-masing masukan
kedalam tabung reaksi.
3. Kedalam tabung 1,2 dan 3 berturut-turut tambahkan CaCl2 5%, MgSO4 5% dan
Pb asetat 5% sebanyak 5 ml lakukan pengocokan dengan kuat.
4. Amati dan catat perubahan yang rejadi
5. Ulangi percobaan menggunakan deterjen, lalu bandingkan
hasilnya.

V. Hasil Percobaan

Bahan Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3


Larutan
2 ml 2 ml 2 ml
sabun
Larutan
CaCl2 5 ml
5%
Larutan
MgSO4 5 ml
5%
Larutan
Pb-
5 ml
asetat
5%
Kocok tabung dengan kuat
Hasil : Larutan Larutan Larutan
ada jernih,gumpalan keruh,gumpalan jernih,
endapan Putih Putih Gumpalan
/ tidak mengapung mengapung putih
ada mengapung
dan
melayang
Bahan Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
Larutan 2 ml 2 ml 2 ml
detergen
Larutan 5 ml
CaCl2
Larutan 5 ml
MgSO4
5%
Larutan 5 ml
Pb-
asetat
5%
29
Kocok tabung dengan kuat
Hasil : Larutan keruh, Larutan putih Larutan
ada Endapan putih keruh jernih,
endapan Endapan
/ tidak putih kotor
ada

VI. Pembahasan
Hasil dari percobaan di lihat ada tidaknya pengendapan yang terjadi dalam uji kesadahan
atau sifat-sifat sabun.Bahan sabun dari minyak ketika direaksikan dengan CaCl 2 ,MgSo4
dan Pb-asetat tidak terjadi pengendapan tetapi pada bahan deterjen agak berbeda ada
endapan dengan CaCl2 dan pb-asetat sedangkan dengan MgSo4 ,larutannya keruh.

VII. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan,sabun hasil hidrolisis minyak kelapa


tidak ada endapan direaksikan dengan CaCl2,MgSo4 dan Pb-asetat tapi
deterjen mengendap dengan CaCl2 dan Pb-asetat.

30
F. Uji Kolesterol

I. Tujuan
Mengetahui adanya sterol ( kolesterol) dalam suatu bahan secara
kualitatif

II. Dasar Teori

Kelompok lipid seperti fosfolipid dan sterol merupakan komponen penting yang terdapat
dalam membran sel hidup. Kolesterol dalah sterol yang banyak terdapat dialam. Untuk
mengetahui adanya sterol dan kolesterol dapat dilakukan uji kolsterol meggunakan reaksi
warna. Salah satu diantaranya ialah reaksi Liebermen Burchard. Uji ini posistif bila reaksi
menunjukkan warna berubah merah, kemudian biru dan hijau. Warna hijau yang terjadi
sebanding dengan konsentrasi kolesterol dalam bahan.

III. Alat dan bahan

1. Tabung reaksi
2. Pipet Ukur
3. Pipet tetes
4. Minyak Ikan
5. Minyak kelapa
6. Kolesterol 0,5% dalam kloroform
7. Asam asetat anhidrat
8. Kolroform
9 Erlenmeyer
10. Tabung reaksi
11. Alat pemanas

31
12. Neraca Analitis

IV. Prosedur Kerja

1. Siapkan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering, isilah tabung pertama dengan 1
ml minyak kelapa, tabung kedua dengan 5 tetes minyak ikan dan tabung ketiga dengan 5
tetes kolesterol 0,5%
2. Pada setiap tabung tambahkan kloroform sebanyak 2 ml

3. Tambahkan pula 10 tetes asam asetat anhidrat


4. Melalui dinding tabung tambahkan 2-3 tetes asam sulfat pekat
5. Kocoklah hati – hati dan diamkan beberapa detik
6. Amati perubahan warna yang terjadi

V. Hasil Percobaan

Bahan Tabung Tabung Tabung


1 2 3
Minyak kelapa 1 ml
Minyak Ikan 5 tetes
Kolesterol 0,5
% dalam 5 tetes
kloroform
Uji dengan Lieberman Burhard
Hasil: terbentuk
warna merah
+ + +
kemudian biru
dan Hijau (+/-)

VI. Pembahasan
Hasil yang didapatkan kurang maksimal spesifik.Hal ini dikarenakan :
1. Kualitas pereaksi Lieberman Burchad yang kurang baik.
2. Kualitas sampel (Minyak kelapa dan Minyak ikan) kurang baik.
Ke-2 hal ini dapat mempengaruhi reaksi dan akan mengasilkan warna yang kurang
kontras.

VII. Kesimpulan
Dalam minyak kelapa,minyak ikan dan kolesterol positif mengandung adanya sterol.

32
BAB III
PROTEIN

A. Uji Elementer Protein

I. Tujuan

Mengidentifikasi adanya unsur-unsur penyusun protein

II. Dasar teori

Semua jenis protein tersusun atas unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), oksogen (O) dan
nitrogen (N) ada pula protein yang mengandung sedikit belerang (S) dan fosfor (P)
Dengan metode pembakaran atau pengabuan akan diperoleh unsur-unsur penyusun
protein yaitu C,H,O dan N.

III. Alat dan bahan

1. Tabung reaksi
2. Alat Pemanas
3. Cawan Porselin
4. Gelas Obyek
5. Kertas Lakmus
6. Albumin telur
7. Gelatin
8. Larutan NaOH 10%
9 Larutan Pb-asetat 5%
10. Larutan HCl pekat

IV. Prosedur Kerja

1. Masukan 1 ml albumin kedalam cawan porselin

33
2. Taruhlahkaca objek diatasnya kemudian panaskan
3. Perhatikan adanya pengembunan pada gelas objek yang menunjukkan
adanya hidrogen (H) dan Oksigen (O)
4. Ambil gelas objek lalu amati bau yang terjadi. Bila tercium bau rambut
terbakar berarti protein mengandung unsur nitrogen (N)
5. Bila terjadi pengarangan berarti ada atom karbon (C)
6. Ulangi percobaan menggunakan serbuk gelatin

Uji adanya atom N


1. Masukkan 1 ml larutan albumin telur kedalam tabung reaksi.
2. Tambahkan 1 ml NaOH 10% kemudian panaskan.
3. Perhatikan bau amonia yang terjadi dan ujilah uapnya dengan kertas lakmus
merah yang telah dibasahi aquades
4. Terbentuknay bau amonia menunjuukan adanya N
5. Ulangi percobaan menggunkan serbuk gelatin

Uji adanya atom S


1. Masukkan 1 ml larutan albumin telur kedalam tabung reaksi.
2. Tambahkan 1 ml NaOH 10% kemudian panaskan.
3. Tambahkan 4 tetes lautan /b-asetat 5%
4. Bila larutan menghitam berarti PbS telah terbentuk. Kemudian tambahkan 4 tetes
HCl pekat dengan hati-hati
5. Perhatikan bau khas belerang dari belerang yag teroksidasi
6. Ulangi percobaan menggunkan serbuk gelatin

V. Hasil Percobaan

Uji adanya unsur C, H dan O

Hasil Pengamatan (+/-)


Bau
ramb
N Zat Pengaran Pengembu
ut
o. Uji gan nan (H &
terba
(C) O)
kar
(N)
1. Albu + + +
min

34
2. Gelati + + -
n

Uji adanya atom N

Hasil Pengamatan (+/-)


Kertas
Bau
No. Zat Uji lakmus
Amoniak
merah
(N)
(N)
1. Albumin + 1 ml
NaOH 10% + +
dipanaskan
2. Gelatin + 1 ml
NaOH 10 % + +
dipanaskan

Uji adanya atom S

Hasil Pengamatan (+/-)


No. Perlakuan Belerang
PbS
(S)
1. Albumin + 1 ml
NaOH 10% +
dipanaskan + 4 tetes + +
PbAc + 4 tetes HCl
pekat
2. Gelatin + 1 ml NaOH
10 % + dipanaskan +
+ +
4 tetes PbAc + 4 tetes
HCl pekat

VI. Pembahasan

A. Uji adanya unsur C,H, dan O


Dari hasil pengamatan,,di peroleh hasil bahwa albumin mengandung unsur-unsur karbon
( C) ,hidrogen ( H ), oksigen ( O ), dan Nitrogen ditandai dengan adanya
pengembunan ( H dan O ), saat terjadi pemanasan terjadi pengarangan ( C) dan
bau rambut terbakar yang tercium ( N ).
35
Sedangkan pada hasil serbuk gelatin,hanya ditandai dengan pengarangan ( C ) dan bau
rambut terbakar ( N ) sehingga serbuk gelatin pada percobaan ini tidak mengandung
unsur-unsur protein.

B. Uji adanya atom N


Dari hasil pengamatan, yang diamati hanya bau amoniak. Albumin dan gelatin
memberikan hasil yang positif dengan timbulnya bau amoniak yang menandakan adanya
atom N pada albumin dan gelatin. Bau amoniak yang timbul menunjukkan larutan
tersebut mengandung amoniak sebab dalam rumus molekul amoniak yaitu NH 3
mengandung unsur N.

C. Uji adanya atom S


Dari hasil pengamatan, albumin dan gelatin memberikan hasil positif terhadap belerang
dan PbS yang ditandai dengan terbentuknya warna hitam pada larutan sehingga akan
teroksidasi dengan penambahan HCl pekat memberikan bau belerang yang khas.

VII. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan, albumin mengandung unsur C, H, O, N, dan S, sedangkan


gelatin mengandung unsur C dan N.

36
B. Uji Kelarutan Protein

I. Tujuan

Mengetahui daya kelarutan protein terhadap pelarut tertentu

II. Dasar Teori

Protein bersifat amfoter yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam mauoun basa. Daya
larut protein berbeda dengan didalam air, asam dan basa. Sebagian ada yang mudah larut
dan ada pula yang sukar larut. Namun semua protein tidak larut dalam pelarut lemak
seperti eter atau kloroform apabila protein dipansakan atau ditambahkan etanol absolut,
maka protein akan menggumpal ( terkoagulasi) hal ini disebabkan etanol menarik mantel
air yang melingkupi molekul-molekul protein..

III. Alat dan bahan

1. Tabung reaksi
2. Pipet ukur
3. Albumin telur
4. Gelatin
5. Air Suling ( aquades)
6. Larutan HCl 10%

37
7. Larutan NaOH 40%
8. Alkohol 96%
9 Kloroform

IV. Prosedur Kerja

1. Sediakan 5 tabung reaksi, masing-masing isilah denan air suling, HCl 10%,
NaOH 40%, alkohol 96% dan Kloroform sebanyak 1 ml
2. Tambahkan 2 ml larutan albumin telur pada setiap tabung.
3. Kocoklah dengan kuat, kemudian mati sifat kelarutannya.
4. Ulangi percobaan menggunakan gelatin

V. Hasil Percobaan

Tabun Tabun Tabun Tabun Tabun


Bahan g1 g2 g3 g4 g5
Albumin
telur 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml
Air
suling 1 ml
HCl
10% 1 ml
NaOH
40% 1 ml
Alkohol
96% 1 ml
Klorofor
m 1 ml
Kocok tabung dengan kuat
Hasil :
larut / Tidak
Larut Larut Larut Larut
tidak larut
larut
Tabun Tabun Tabun Tabun Tabun
Bahan
g1 g2 g3 g4 g5
Gelatin 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml
Air 1 ml
Suling
HCl 1 ml
38
10%
NaOH 1 ml
40%
Alkohol 1 ml
96%
Klorofor 1 ml
m
Kocok tabung dengan kuat
Hasil :
larut / Tidak
Larut Larut Larut Larut
tidak larut
larut

VI. Pembahasan

Dari hasil pengamatan,yang larut dalam albumin telur adalah aquadest,larutan


HCl,larutan NaOH dan larutan alkohol.Hal ini disebabkan adanya molekul protei

B. Uji Pengendapan Protein dengan Garam

I. Tujuan
Untuk Mengetahui pengaruh larutan garam terhadap kelarutan protein

II. Dasar teori


Untuk Mengetahui pengaruh larutan garam terhadap kelarutan protein berbeda-beda,
tergantung pada konsentrasi dan jumlah muatan ionnya dalam larutan. Semakin tinggi
konsentrasi dan jumlah muatan ionnya, semakin efektif garam dalam mengendapkan
protein. Peristiwa pemisahan atau pengendapan protein oleh garam berkonsentrasi tinggi
disebut salting out.

III. Alat dan bahan

39
1. tabung reaksi
2. Pipet ukur
3. Pipet tetes
4. Albumin telur
5. Larutan (NH4) 2 SO4 jenuh
6. Larutan NaCl 5%
7. Larutan BaCl 5%
8. Larutan CaCl2 %%
9 Larutan MgSO2 5 %

IV. Prosedur Kerja

1. Sediakan 5 tabung reaksi, masing-masing isilah dengan 2 ml albumin telur.


2. Pada tabung 1,2,3,4 dan 5 berturut-turut tambahkan NaCl 5%, BaCl 5%, MgSO4
5%. Dan ( NH4)2SO4 jenuh setetes demi setetes sampai timbul endapan
3. Selanjutnya tambahkan kembali larutan-larutan garam secara berlebihan.
4. Kocoklah tabung, kemudin amati perubahan apa yang terjadi.

V. Hasil Percobaan

Bahan Tabu Tabu Tabu Tabu Tabu


ng 1 ng 2 ng 3 ng 4 ng 5
Albumin
2 ml 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml
telur
NaCl 5% Berle
bih
BaCl2 5% Berle
bih
CaCl2 5% Berle
bih
MgSO4 5% Berle
bih
(NH4)2SO4 Berle
jenuh bih
Kocok tabung
Hasil : Sediki Banya Banya Banya Lebih
endapan t k k k banya
40
banyak/sed
k
ikit

VI Pembahasan

Banyak protein yang telah didapat diperoleh dalam bentuk kristal. Meskipun demikian
proses kriostalisasi untuk berbagai jenis protein tidak selalu sama, yang artinya dengan
mudah dapat terkristlisasi, tetapi adapula yang sukar. Beberapa enzim antara lain Pepsin,
tripsin, katalasem urease telah dapat diperloeh dalam bentuk kristal.
Dari percobaan yang telah dilakukan dengan penambahan garam dengan konsentrasi
tinggi kelarutan protein menjadi berkurang, sehingga mengendap karena protein yang
sensitif terhadap asam / basa dengan konsentrasi tinggi dalam hal ini garam memiliki pH
netral dan muatan ionnya tergantung pada pH larutan.
Pada titik isoelektrik muatan + dan – sama shingga saling menetralkan. Akibatnya protein
tidak bergerak dibawah medan listrik. Pada titik isoelektrik protein akan mengalami
koagulasi paling cepat.

VII. Kesimpulan

Dari percobaan yang dilakukan yang paling banyak dihasilkan adalah pada uji dengan
(NH4)2SO4 jenuh. menghasilkan endapan lebih banyak Sedangkan pada garam – garam
yang lain protein dapat mengendap dengan jumlah yang tidak terlalu banyak kecuali
dengan penambahan secara berlebih.

C. Uji Pengendapan Protein dengan Logam dan Asam Organik

I. Tujuan

Mengetahui pengaruh Logam berat dan asam organik terhadap sifat kelarutan protein

II. Dasar Teori

Sebagian besar protein dapat dindapkan dengan penambahan asam-asam organik seperti
asam pikrat, asam triklorasetat dan asam sulfosalisilat. Penambahan asam-asam
menyebabkan terbentuknya garam proteinat yang tidak larut. Kemudian protein dapat
pula mengalami denaturasi irreversibel dengan adanya logam – logam berat seperti
Cu2+m Hg2+, atau Pb2+ sehingga mudah mnegendap

41
III. Alat dan bahan

1. Tabung reaksi
2. Pipet ukur
3. Pipet tetes
4. Albumin telur
5. Asam Triklorasetat ( TCA) 10%
6. Asam Salisilat 5%
7. Larutan HgCl 5%
8. Larutan CuSO4 %%
9 Larutan Pb asetat 5 %

IV. Prosedur Kerja

1. Sediakan 5 tabung reaksi, masing-masing isilah dengan 2 ml albumin telur.


2. Pada tabung 1,2,3,4 dan 5 berturut-turut tambahkan 10 tetes larutan asam
triklorasetat 10 %. Asam sulfosalisilat 5%, SuSO4 5%, HgCl2 5% dan Pb asetat 5%
3. Kocoklah tabung, kemudin amati perubahan apa yang terjadi.

V. Hasil Percobaan

Bahan Tabu Tabun Tabu Tabu Tabu


ng 1 g2 ng 3 ng 4 ng 5
Albumin 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml
tellur
TAC 10% Berle
bih
Asam Berlebi
Sulfosalisil h
at 5%
CuSO4 5% Berle
bih
HgCl2 5% Berle
bih
Pb-asetat Berle
5% bih
Kocok tabung
Hasil : Tidak Ada Tidak Ada Ada
42
endapan ada endapa ada sediki endap
banyak/sed endap n endap t an
ikit an & berben an endap putih
laruta tuk denga an.
n Gel n
putih laruta
Gel. n
hijau
pucat.

VI Pembahasan

Untuk mengendapkan protein dengan ion logam diperlukan pH larutan diatas titik
isoelektrik, sedangkan pengendapan dengan ion negatif memerlukan pH dibawah titik
isoelektrik. Ion – ion positif yang dapat mengendapkan ion protein antara lain ialah Ag +,
Ca2+, Zn2+, Hg2+, Fe2+, Cu2+, Pb2+, sedangkan ion – ion negatif yang dapat mengendapkan
protein antara lain ion salisilat, triklorasetat, pikrat, tanant, dan sulfasalisilat.
Berdasarkan sifat tersebut putih telur atau susu digunakan sebagai anti dotum atau
penawar racun apabila orang keracunan logam berat.

VI. Kesimpulan
Pada percobaan yang dilakukan hasil positif didapat pada hasil uji Asam Sulfosalisilat
5%, HgCl2 5% dan Pb-asetat 5% dimana protein mengalami denaturasi irreversibel
sehingga mudah mengendap pengendapan oleh logam –logam berat terjadi saat larutan
protein lebih bersifat alkalis daripada titik isoeletriknya sehingga menjadi bermuatan
negatif. Penambahan ion logam berat bermuatan positif menyebabkan terjadinya reaksi
penetralan sehingga protein mengendap.

D. Uji Biuret

I. Tujuan
Membuktikan adanya molekul – molekul peptida dari protein

II. Dasar teori


Ion Cu2+ ( dari pereaksi biuret ) dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida
atau iatan – ikatan peptida atau ikatan – ikatan peptida yang menyusun protein
membentuk senyawa kompleks berwara ungu ( violet) reaksi biuret positif terhadap duah
buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida,

43
reaksi pun positif terhadap senyawa – senyawa yang mengandung dua gugus :
-CH2NH2-CSNH2, -C(NH)NH2 dan –CONH2.
Biuret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua
molekul urea.

III. Alat dan bahan

1. Tabung reaksi
2. Pipet ukur
3. Pipet tetes
4. Larutan Albumin 2%, gelatin 2%, kasein 0,5% dan glisin 2%.
5. Larutan NaOH 10%
9 Larutan CUSO4 0,2 %

IV. Prosedur Kerja

1. Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu masing-masing diisi dengan
larutan Albumin, Kasein, Gelatin dan Glisin sebanyak 2 mL.
2. Tambahkan pada setiap tabung 1 mL NaOH 10 % dan CuSO 4 0.2 % sebanyak 3
tetes.
3. Campur dengan baik.
4. Amati dan catat perubahan warna yang terjadi

V. Hasil Percobaan

Hasil Uji Polipetida


No. Zat Uji
Biuret (+/-)
Albumin 2 Berwarna
1 +
% Ungu
Berwarna
2 Gelatin 2% +
Violet

VI. Pembahasan

44
Polipeptida mempuyai perbedaan dengan protein. Polipeptida mempunyai residu
asam amino ≤ 100 dan dan bobot mulekul ≤ 6.000. Sedangkan, pada protein residu asam
amnionya ≥ 100 dan bobot mulekulnya ≥ 6.000.

VII. Kesimpulan
Pada praktikum ini, Albumin, Gelatin rumus bangunya lebih kompleks dan mengikat
dua atau lebih asam amino esensial , sehingga terbentuk ikatan peptida.
Berikut gambaran proses pembantukan ikatan peptida :

NH2 NH2 Ikatan peptida

C=O C=O

NH2 NH
NH2 NH3 +

C=O C=O

NH2 NH2
Jadi, ikatan peptida hanya terbentuk apabila ada dua atau lebih asam amino esensial yang
bereaksi.

E. Uji Ninhidrin

I. Tujuan
Membuktikan adanya asam amino bebas dalam protein

II. Dasar teori

Semua asam amino atau peptida yang mengandung asan α – amino bebas breaksi dengan
ninhidrin membentuk senyawa ompleks berwarna biru. Namun prolin dan hidroksiprolin
menghasilkan senyawa berwarna kuning

45
III. Alat dan bahan

1. Alat Pemanas
2. Pengatur waktu
3. Pipet Ukur atau pipet tetes
4. Larutan Albumin 2%, gelatin 2%, kasein 0,5% dan glisin 2%.
5. Pereaksi Ninhidrin 0,1 %

IV. Prosedur Kerja

1. Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu masing-masing diisi dengan
larutan Albumin, Kasein, Gelatin dan Glisin sebanyak 2 ml.
2. Tambahkan pada setiap tabung 5 tetes pereaksi Ninhidrin
3. Campur dengan baik, dan panaskan di penangas air hingga mendidih selama 5
menit.
4. Amati dan catat perubahan warna yang terjadi

V. Hasil Percobaan

Asam
Hasil Uji amino
No. Zat Uji
Ninhidrin bebas
(+/-)
Albumin
1 Berwarna Ungu +
2%
Gelatin
2 Berwarna Ungu +
2%
Pepton Berwarna Biru
4 +
2% Ungu

VI. Pembahasan

Asam amino bebas adalah asam amino dimana gugus aminonya tidak terikat.
Pada praktikum di atas, albumin, gelatin, dan fenilanalina membentuk warna ungu kaena
dapat bereaksi dengan Ninhidrin. Hal ini menandakan ketiga zat uji tersebut mempunyai
gugus asam amino bebas.
Sebaliknya, pada kasein dan pepton tidak diperoleh indikasi terbentuk atau
adanya asam amino bebas, karena reaksi dengan ninhidrin tidak berwarna sampai
membentuk warna merah muda. Semakin banyak ninhidrin pada zat uji yang dapat

46
bereaksi, semakin pekat warnanya. Hal ini juga mendasari bahwa uji Ninhidrin dapat
digunakan untuk menentukan asam amino secara kuantitatif.

VII. Kesimpulan
Albumin, gelatin dan pepton mengandung asam amino bebas.

47
F. Uji Xantoprotein

I. Tujuan

Membuktikan adanya asam amino tirosin, triptofan atau fenilalanin yang terdaat dalam
protein

II. Dasar teori

Reaksi pada uji xantgoprotein didasarkan pada titrasi inti benzena yang terdapat molekul
protein. Jika protein yang mengandung cincin benzena triptofan danfenilalanin
ditambahkan asam nitrat pekat, maka akan terionisasi dan warnana berubah menjadi
jingga.

III. Alat dan bahan

1. Alat Pemanas
2. Pengatur waktu
3. Pipet Ukur atau pipet tetes
4. Larutan Albumin 2%, gelatin 2%, kasein 0,5% dan glisin 2%.
5. Larutan HNO3 pekat
6. Larutan NaOH 10%

IV. Prosedur Kerja

1. Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu masing-masing diisi dengan
larutan Albumin, Kasein, Gelatin dan Triptofan sebanyak 2 mL.
2. Tambahkan pada setiap tabung 1 ml HNO3 pekat. Perhatikan adanya endpan
putih yang terbentuk
3. Panaskan 1 menit sampai endapan larut kembali dan larutan berubah menjadi
berwarna kuning.
4. Amati dan catat perubahan warna yang terjadi
5. Reaksi adalah positif, jika pada bidang perbatasan (interface) antara protein dan
NaOH tebentuk warna jingga.

48
V. Hasil Percobaan

Asam
amino
Hasil Uji
No. Zat Uji berinti
Xantoprotein
benzena
(+/-)
Albumin
1 Lapisan Jingga +
2%
Gelatin
2 Lapisan Jingga +
2%

VI. Pembahasan

Ada sebagian peptida dan protein yang mempunyai gugus asam amino berinti benzena.
Seperti fenilalanin, tirosin, albumin, riptofan dan lain sebagainya. Pada praktikum di atas,
hasil positif pada zat uji albumin dan triptofan mengindikasikan keduanya terdapat inti
benzena, yaitu dengan indikasi terbentuknya lapisan jingga atau kuning jingga.

—CH2CHCO2OH

NH2
fenilalanin

VII. Kesimpulan
Albumin, gelatin memiliki inti benzena sehingga terbentuk lapisan jingga pada
kedua lapisan.

49
BAB III
ENZIM

A. PENGARUH SUHU TERHADAP AKTIVITAS ENZIM

I. Tujuan
Mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim

II. Dasar Teori


Pada suhu sangat rendah, aktivitas enzim dapat terhenti secara reversibel. Kenaikan suhu
lingkungan akan meningkatkan energi kinetik enzim dan frekuensi tumbukan antara
molekul enzim dan substrat sehingga enzim menjadi aktif pada suhu 100C menyebabkan
kecepatan reaksi enzimatis bertambah 1,1 hingga 3,0 kali lebih besar. Pada suhu optimum
kecepatan reaksi enzimatis berlangsung maksimal bila mengalami denaturasi, sehingga
aktivitasnya terhenti sebagian besar memiliki suhu optimum 30 0C sampai 400C dan
mengalami denaturasi secara irreversibel pada pemanasan diatas suhu 600C.

III. Alat dan Bahan

1. Tabung reaksi
2. Gelas kimia
3. Pipet ukur
4. Alat pemanas / pendingin
5. Larutan amilum 2 %
6. Enzim amilase ( saliva)
7. Larutan iodium
8. Pereaksi benedict

IV. Prosedur kerja

1. Sediakan 5 tabung reaksi, masing-masing isi dengan 2 ml larutan amilum


2. tambahkan 1 ml enzim amilase pada tiap tabung
3. Tabung 1, masukan kedalam gelas kimia yang berisi es
4. Tabung 2, simpan pada suhu kamar
5. Tabung 3, masukan ke dalam penangas air suhu 37-40 0C
6. Tabung 4, masukan ke dalam penangas air suhu 75-80 0C

50
7. Tabung 5, masukan ke dalam penangas air mendidih
8. Biarkan masing-masing tabung pada tempatnya selama 15 menit
9. Uji dengan larutan iodium
10. Uji dengan pereaksi benedict

V Hasil Percobaan

No Suhu Perubahan warna


Uji Iodium Uji Benedict
Tabung (0C)
1 0 ʘ Biru Muda ʘ Hijau ↓
Orange
2 25- TAP Bening ʘ Hijau ↓
30 Orange
3 37- TAP Bening ʘ Hijau ↓
40 Orange
4 75- ʘ Perak Muda ʘ Hijau
80
5 100 ʘ Ungu ↓ ʘ Hijau ↓
VI. Hitam Orange
Pembahasan
Peningkatan suhu dari 00 sampai 370 meningkatkan kecepatan reaksi karena adanya
peningkatan energi getaran substrat pada suhu yang lebih tinggi akan terjadi denaturasi
( hilangnya struktur sekunder dan tersier ) sebaliknya pada suhu yang rendah juga
mengganggu kerja enzim dikarenakan suhu optimum ini membuat patikel – partikel atau
molekul – molekul susbstrat atau reaksi menjadi lebih cepat sehingga terjadi tumbukkan
antara molekul susbstrat yang menghasilkan produk, dan kerja enzim didalam reaksi
kimia atau iokimia adalah menurunkan energi aktivasi yang diperlukan oleh suatu
substrat untuk mencapai keadaan transisional. Pada penambahan pereaksi iodium larutan
campuran yang menghasilkan polisakarida adalah suhu 00 dimana tidak terjadi
pengurangan dan peningkatan suhu yang mengakibatkan denaturasi. Sedangkan pada
penambahan pereaksi benedic semua larutan campuran saliva menunjukan hasil positif
dimana terjadi gula pereduksi dalam enzim amilase.

VI. Kesimpulan
Dalam percobaan ini telah terbukti bahwa suhu yang optimum bagi enzim amilase sangat
mempengaruhi aktivitasnya, dan mengalami denaturasi secara irreversibel pada
pemanasan diatas suhu 600C.

B. PENGARUH pH TERHADAP AKTIVITAS ENZIM

51
I. Tujuan

Membuktikan bahwa derajat keasaman (pH) mempengaruhi aktivitas enzim

II. Dasar Teori

Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang
mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Molekul awal
yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain yang disebut
produk. Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung pada suatu kondisi/zat, yang
disebut promoter. Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung
dengan cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan oleh hormon
sebagai promoter.

Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk menghasilkan
senyawa turunan melalui suatu reaksi kimia organik yang membutuhkan energi aktivasi
lebih rendah, sehingga percepatan reaksi kimia terjadi karena reaksi kimia dengan energi
aktivasi lebih tinggi membutuhkan waktu lebih lama.

III. Alat dan Bahan

1. Larutan Amilum 2 %
2. Enzim Amilase (ludah)
3. Larutan Iodium
4. Larutan HCl 0,4 %, pH = 1
5. Aquades pH = 7
6. Larutan Na2CO3 1 %, pH = 9
7. Pereaksi Benedict

IV. Prosedur Kerja


1. Sediakan 3 tabung reaksi, isilah tabung pertama dengan 2 ml larutan HCl 0,4%,
tabung kedua 2 ml aquades, tabung ketiga 2 ml Na2CO3 1 %.
2. Kedalam tiap tabung tambahkan 2 ml larutan amilum & enzim 1 ml.
3. Campurlah sampai homogen, biarkan selama 15 menit.
4. uji dengan larutan iodium dan pereaksi benedict.
5. amati perubahan warna

V. Hasil Percobaan

52
Perubahan warna
No
pH Uji
Tabung Uji Benedict
Iodium
1 1,0 TAP Lar. Hijau sedikit endapan
Bening kuning
2 7,0 TAP Lar. Hijau sedikit endapan
Bening kuning
3 9,0 TAP Lar. Hijau sedikit endapan
VI. Bening kuning
Pembahasan

Aktivitas sebagian besar enzim digambarkan sebagai suatu fungsi dari pH pereaksi
biasanya akan tampak peningkatan kecepatan reaksi seiring kecepatan pH dari tingkat
yang sangat asam ke rentang fisiologis dan penurunan kecepatan reaksi sewaktu pH
bergerak dari rentang fidiologis ke rentang yang sangat basa, hilangnya aktifitas pada
enzim yang tidak sesuai dengan pemijaran ini hasil hidrolisis dapat di buktikan dengan
ditandai hasil positif pada penambahan perekasi benedict yang diasumsikan enzim
amilase ini memiliki aktifitas enzim tinggi. Sedangkan yang tidak dapat terhidrokisis oleh
pereaksi iodium diakibatkan oleh enzim yang tidak aktif atau mengalami penurunan
aktifitas.

VII. Kesimpulan
Pada percobaan diats enzim menunjukkan bahwa pada tabung menunjukkan
warna kuning dan selanjutnya mengalami perubahan warna pada interval waktu.

C. PENGARUH KONSENTRASI ENZIM TERHADAP AKTIVITAS ENZIM

I. Tujuan

Mengetahui pebgaruh konsentrsi enzim terhadap perobakan suatu substrat ( amilum )

II. Dasar Teori

53
Pada konsentrasi substrat tertentu bertambahnya konsentarsi enzim bertingkat akan
menaikan kecepatan enzim yang bereaksi. Dengan kata lain semakin besar volume atau
konsentrasi enzim semakin tinggi pula aktifitas enzim dalam memecah substrat yang
dikatalisis. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan warna yang terjadi melaklui uji iodium
atau adanya endapan yang terbentuk melalui uji benedict.

III. Alat dan Bahan

1. Tabung Reaksi dan Rak


2. Pipet Tetes
3. Hot Plate
4. Pipet Ukur
5. Gelas Ukur
6. Penjepit Tabung
7. Larutan Amilum 2 %
8. Enzim Amilase (ludah)
9. Larutan Iodium
10. Larutan HCl 0,4 %
11. Aquades pH = 7
12. Larutan Na2CO3 1 %, pH = 9
13. Pereaksi Benedictc.

III. Prosedur Kerja

1. Siapkan 3 tabung reaksi, pada tabung 1,2 dan 3 berturut turut isilah dengan enzim
amilase : 0,5 ml ; 1,0 ml dan 1,5 ml.
2. Kedalam tiap tabung tambahkan larutan amilum 2 ml.
3. Campurlah dengan baik biarkan selama 15 menit
4. Uji dengan larutan iodium dan pereaksi benedict
V. Hasil Percobaan

Perubahan Warna
Konsentr
Tabu Konsentr Uji
asi Uji
ng asi Enzim Benedi
Substrat Iodium
ct
I Amilum Amilase Warna Warna
2 mL 0,5 mL yang coklat
semula muda
putih
keruh
54
menjad
kuning
kecoklat
an, ada
endapan
coklat.
II Amilum Amilase Warna Warna
2 mL 1,0 mL kuning coklat
muda, kuning
endapan
coklat
III Amilum Amilase Warna Warna
2 mL 1,5 mL kuning coklat
lebih tua tua,
dan kental.
endapan
coklat
VI. Pembahasan

Aktivitas enzim dipengaruhi oleh kadar enzim. Aktivitas enzim dan konsentrasi enzim
mempunyai hubungan perbandingan lurus hal ini berarti semakin besar kadar enzim
semakin besar aktivitas enzim dan semakin besar reaksi yang dikatalisis oleh enzim. Pada
penambahan pereaksi iodium pada larutan campuran menunjukkan hasil negatif sehingga
dengan konsentarsi yang lebih besar hasilnya tetap negatif karena enzim tidak
terhidrolisis. Pada penambahan pereaksi benedict pada campuran menunjukan hasil
positif sehingga didapat bahwa semakin besar konsentrasi yang didapat maka semakin
banyak endapan merah bata yang dihasilkan karena terhidrolisisnya amilum.

VII. Kesimpulan

Konsentrasi enzim mempengaruhi kecepatan reaksi, semakin besar konsentrasi enzim,


semkin cepat pula reaksi yang berlangsung dengan kata lain konsentrasi enzim
berbanding lurus dengan kecepatan reaksi. Sisi aktif suatu enzim dapat digunakan
berulang kali oleh banyak substrat yang berikatan dengan sisi aktif enzim akan
membentuk produk.

Pelepasan produk menyebabkan sisi aktif enzim bebas untuk berikatan dengan substart
lainnya. Oleh karenanya dibutuhkan sejumlah enzim untuk mengkatalis sejumlah besar
substrat.

55
D. PENGARUH KONSENTRASI SUBSTRAT TERHADAP AKTIVITAS
ENZIM

I. Tujuan

Mengetahui pengaruh konsentrsi substrat terhadap aktivitas enzim

II Dasar Teori

Pada konsentarsi enzim yang tetap, penambahan substrat yang tetap akan menaikan
kecepatan enzimatis sampai mencapai kecepatan maksimum yang tepat., penambahan
substrat setelah kecepatan maksimum tidak berpengaruh lagi, sebab telah melampaui titik
jenuh enzim

III. Alat dan Bahan

1. Tabung Reaksi dan Rak


2. Pipet Tetes
3. Hot Plate
4. Pipet Ukur
5. Gelas Ukur
6. Penjepit Tabung
7. Larutan Amilum 2 %
8. Enzim Amilase (ludah)
9. Larutan Iodium
10. Pereaksi Benedict

IV. Hasil Percobaan

Perubahan Warna
Tabun Konsentra Konsentra
Uji Uji
g si Substrat si Enzim
Iodium Benedict
I Amilum 1 Amilase 1,0 Warna Larutan
mL mL awal menjadi
putih warna
keruh hijau
menjadi kekuninga
coklat n
muda
II Amilum 2 Amilase 1,0 Endapan Larutan

56
mL mL putih berwarna
yang coklat
terbentu kehijauan
k
menjadi
bintik2
hitam
III Amilum 4 Amilase 1,0 Warna Larutan
mL mL menjadi berwarna
coklat coklat
tua dan muda
sedikit
endapan
IV Amilum 6 Amilase 1,0 Warna Larutan
mL mL menjadi berwarna
coklat merah bata
tua dan
lebih
banyak
endapan
V. Pembahasan

Kecepatan semua enzim bergantung pada konsentrasi substrat, ketergantungan dapat


mengatur jalur metabolik apabila pasokan substrat bagi enzim dengan kecepatan terbatas
( rate lowitting enzyme ) berubah – ubah sesuai kebutuhan yang bersangkutan. Bila
jumlah enzim dalam keadaan tetap kecepatan reaksi akan meningkat dengan adanya
peningkatan konsentrasi substrat. Namun pada saat aktif semua enzim bekerja. Pada
penambahan pereaksi iodium menunjukkan hasil negatif karen amilum tidak dapat
terhidrolisis lagi. Pada penambahan pereaksi benedict menunjukkan hasil positif karena
amilum terhidrolisis. Dalam uji benedict ini juga diamati bahwa semakin besar
konsentrasi substrat amilum maka semakin sedikit endapan yang terbentuk.

VII. Kesimpulan
Semakin besar konsentrasi substrat, maka aktifitas enzim semakin meningkat.

57
E. Uji Urease

I. Tujuan

Membuktikan adanya enzim urease dalam suspensi kedelai

II. Dasar Teori

Substrat urea oleh enzim didalam suspensi kedelai akan diuraikan menjadi amonia
( NH3 ) dan gas karbon dioksida ( CO 2). Senyawa amonia yang dihasilkan bersifat basa,
sehingga pH larutan menjadi naik. Akibatnya fenolfptalein dalam larutan yang semula
tidak berwarna menjadi merah muda.
Aktivitas enzim urease dapat dihambat oleh inhibitor logam berat seperti Hg2+ atau Pb2+
dan rusak pada pemanasan 1000C

III. Alat dan bahan

1. Suspensi kedelai
2. Larutan Urea 1 %
3. Larutan PP ( Ph 8,3-10 )
4. Larutan HgCl2 1 %
5. Alat pemanas
6. Tabung reaksi

58
IV. Prosedur kerja

1. Siapkan tabung reaksi, kemudian masing masing isi dengan 1 ml larutan urea 1
%.
2. Pada :
Tabung 1 : tambahkan 10 tetes filtrat kedelai & 2 tetes PP
Tabung 2 : tambahkan 10 tetes filtrat kedelai yg telah didihkan & 2 tetes PP.
Tabung 3 : tambahkan 10 tetes filtrat kedelai, 2 tetes PP dan 10 tetes Larutan HgCl2 1 %
3. setelah dicampur dengan baik, masukan ketiga tabung kedalam penangas air suhu
37-400C selama 5 menit.

V. Hasil Percobaan

Bahan Tabung Tabung Tabung


1 2 3
Larutan Urea 1 % 1 ml 1 ml 1 ml
Filtrat Kedelai 10 tetes 10 tetes
Filtrat kedelai 10 tetes
dipanaskan
Fenolptalein (PP) 2 tetes 2 tetes 2 tetes
Larutan HgCl2 1 %
Campurlah lalu masukan dalam penangas air air suhu 37-400C selama 5
menit
Hasil : warna merah - - -
(+/-) Bening Bening Bening

VI. Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan , menunjukkan hasil negatif dimana tidak terbentuk warna
merah pada tabung 1 , pada tabung 2 terdapat filtrat kedelai yang dipanaskan sehingga
enzimnyapun telah rusak dan tidak berfungsi pada tabung 3 terdapat HgCl2 yang
merupakan logam berat dimana dapat bertindak sebagai inhibitor atau penghambat kerja
enzim

VIII. Kesimpulan
Sampel filtrat kedelai yang digunakan tidak mengandung enzim urease.

59
F. Uji Glimelin

I. Tujuan

Membuktikan adanya Pigmen – pigmen dalam empedu

II. Dasar Teori

Empedu mengandung bermacam-macam pigmen. Pigmen empedu yang utaman adalah


biliverdin yang berwarna jingga atau kuning coklat. Oksidasi pigmen-pigmen empedu
oleh oksidator kuat seperti HNO3 akan menghasilkan turunan senyawa yang berwarna
misalnya
- Mesobiliverdin : Hijau-biru
- Mesobilirubin : Kuning
- Mesobilisianin: Biru ungu atau violet

III. Alat dan Bahan

1. Larutan empedu encer


2. Larutan HNO3 pekat
3. Larutan iodium 0,5%
4. Tabung reaksi
5. Pipet Ukur

IV. Prosedur Kerja

60
1. Siapkan 2 tabung reaksi yang bersih dan kering, kemudian isilah tabung pertama
dengan 1 ml HNO3 pekat dan tabung kedua dengan 1 ml latutan Iodium 0,5%
2. Melalui dinding tabung yang dimiringkan tambahkan secara hati-hati 1 ml larutan
empedu encer pada tiap-tiap tabung, sehingga kedua larutan tiak bercampur
3. Perhatikan terbentuknya warna-warna pada perbatasan antara kedua cairan.

V. Hasil Percobaan

Bahan Tabung 1 Tabung 2


Larutan Empedu 1 ml 1 ml
encer
Larutan HNO3 1 ml
Larutan Iodium 0.5% 1ml
Hasil : perhatikan Hijau – Hijau
warna yang terbentuk Ungu Muda kekuningan
antara kedua lapsan – bening

VI. Pembahasan
Pada percobaan diketahui pada larutan empedu terdapat pigmen – pigmen
pada uji larutan HNO3 menghasilkan warna biru ungu atau violet yang terbentuk pada
kedua lapisan. Hal ini menunjukkan adanya mesobilisianin, sedangkan pada uji dengan
larutan iodium 0,5% menghasilkan warna hijau – biru yang terbentuk pada kedua lapisan
hal ini menunjukkan adanya pigmen mesoboiliverdin.

VII. Kesimpulan
Sampel empedu yang digunakan mengandung pigmen mesobilisianin dan
mesobiliverdin.

61
G. Uji Petenkofer

I. Tujuan

Membuktikan adanya asam empedu dalam larutan empedu.

II. Dasar Teori

Didalam empedu, asam –asam kolat dan asam kenodeoksikolat terutama sebagai
garamnya, merupakan turunan senyawa aromatik kompleks.. asam empedu sebagai
fulfural ( dihasilkan dari dehidrasi karbohidrat oleh H2SO4 pekat ) akan
berkondensasi akan membentuk senyawa berwarna

III. Alat dan Bahan

1. Larutan empedu encer ( 1:10)


2. Larutan sukrosa 5%
3. Larutan H2SO4 pekat
4. Tabung reaksi
5. Pipet ukur
6. Pipet tetes

IV Prosedur Kerja

1. Masukan 1 ml larutan empedu encer kedalam tabung reaksi


2. Tambahkan 2 tetes larutan sukrosa
3. melalui dinding tabung yg dimiringkan tambahkan 10 tetes H2SO4 pekat, sehingga
terbentuk dua lapisa cairan
4. Perhatikan terbentuknya warna merah-violet pada perbatasan kedua lapisan

V. Hasil Percobaan

62
Bahan Tabung
Larutan empedu encer 1 ml
Larutan Sukrosa 5 % 2 tetes
Larutan H2SO4 Pekat 10 tetes
Hasil : cincin warna merah-violet Cincin merah violet ( +)
(+/-)
VI. Pembahasan
Pada percobaan ini didapat hasil negatif, seharusnya didapat hasil positif karena larutan
empedu mengandung asam empedu pada penambahan H2SO4 berlebih baru terjadi
dehidrasi sehingga hasil positif.

VII. Kesimpulan
Hasil positif berarti sampel mengandung asam empedu.

63
BAB IV
VITAMIN

A. Penentuan Adanya Vitamin A

I. Tujuan

Membuktikan adanya vitamin A dalam suatu bahan secara kualitatif

II. Dasar Teori

Sumber vitamin A adalah karoten dan karotenoid yang banyak terdapat dalam bahan –
bahan nabati sebagai provitamin. Dalam jaringan hewan, vitamin A diperoleh dalam
bentuk retinol. Vitamin A stabil dibawah atmosfir tetapi cepat hilang aktivitasnya bila
dipanaskan dengan adanya oksigen terutama pada suhu tinggi. Vitamin A dapat rusak bila
dioksidasi atau didehidrogenasi
Penentuan adanya itamin A dapat dilakukan denga 2 metode yaitu dengan pereaksi Carr-
Price atau pereaksi Trikloroasetat (TCA). Vitamin A dengan pereaksi Carr-Price akan
memberikan warna biru, kemudian berubah menjadi merah coklat. Intensitas warna biru
sebanding dengan banyaknya vitamin A yang terkandung dalam suatu bahan. Oleh karena
itu reaksi dapat dijadikan dasar penentuan kualitatif vitamin A secara kolorimetri.

III. Bahan dan Alat

1. Tabung reaksi.
2. Pipet ukur dan pipet tetes
3. Spatula
4. Minyak ikan
5. Kloroform
6. Kristal SbCl3
7. Asam setat anhidrid
8. Asam trikloroasetat (TCA)

64
IV. Prosedur Kerja
Prosedur A :
1. Didalam tabung reaksi , masukan 10 tetes minyak ikan
2. Ditambahkan 15 tetes klorofom, kemudian campurlah dengan baik.
3. Ditambahkan 4 tetes asam asetat anhidrid.
4. Dibubuhkan sepucuk sendok Kristal SbCl3 ke dalamnya.
5. Diperhatikan perubahan warna yang terjadi, terbentuknya warna biru yang akan
brubah menjadi merah coklat berarti vitamin A positif.

Prosedur B:
1. Didalam tabung reaksi , masukan 10 tetes minyak ikan.
2. Ditambahkan 10 ml pereaksi asam trikloroasetat dalam kloroform.
3. Dicampurkan dengan baik.
4. Diamati warna yang terjadi, timbulnya warna biru kehijauan menandakan
vitamin A positif.

V. Hasil Percobaan

Bahan Prosedur A Prosedur B


Minyak ikan 5 tetes 5 tetes
Kloroform 10 tetes
Asam asetat anhidrat 2 tetes
SbCl3 kristal Sepucuk
sendok
TCA dalam kloroform 1 ml
Campurlah dengan baik
Hasil : Perhatikan warna Biru – merah Biru –
yang terbentuk coklat (+) Kehijauan (+)

VI. Pembahasan
Pada percobaan ini diperoleh hasil bahwa pada prosedur A dari warna biru berubah
menjadi warna coklat yang menandakan hasil yang positif atau dengan kata lain terdapat
vitamin A. Ini dikarenakan dalam reaksi yang digunakan dapat dipakai untuk penentuan
adanya vitamin A. karna pada percobaan A ini akan terbentuk warna biru yang akan
berubah menjadi merah coklat yang menandakan vitamin A positif.
Hal ini dapat dibuktikan pada prosedur B diperoleh hasil larutan yang berwarna biru
kehijauan yang menandakan positif terdapat vitamin A. Ini dikarenakan pada reaksi yang
dipakai dengan TCA pada prosedur B akan menunjukkan larutan berwarna biru kehijauan
65
sebanding dengan banyaknya vitamin A yang terkandung. Dimana TCA merupakan dasar
penentuan secara kualitatif adanya vitamin A.

VII. Kesimpulan
Minyak ikan yang diuji mengandung vitamin A

B. Penentuan adanya vitamin D

I. Tujuan

66
Membuktikan adanya vitamin D dalam suatu bahan secara kualitatif

II. Dasar Teori

Ada dua jenis vitamin D yang penting, yaitu vitamin D2 ( ergokalsiferol) dan vitamin D3
( kolekalsferol). Sumber Vitamin D2 banyak terdapat dalam baha nabati seperti ragi dan
jamur, sedangkan vitamin D banyak terdapat dalam minyak hati ikan.
Pada umumnya vitamin D stabil terhadap pemanasan asam dan oksigen. Vitamin D
secara lambat dapat didestruksi bila lingkungannya alkalis, terutama bila terdapat udara
dan cahaya. Pemanasan dengan hidrogen peroksida tidak merusak vitamin D, tetapi
vitamin A akan rusak.

III. Bahan dan Alat

1. Tabung reaksi.
2. Pipet ukur, dan pipet tetes.
3. Alat pemanas.
4. Minyak ikan
5. Kloroform
6. Asam asetat anhidrid
7. Larutan H2O2 5%
8. Asam Trikloroasetat

IV. Prosedur Kerja

1. Didalam tabug reaksi masukan 10tetes minyak ikan.


2. Ditambahkan 10 tetes larutan H2O2 5%.
3. Dikocoklah campuran selama kira-kira 1menit.
4. Dipanaskan diatas api kecil perlahan-lahan sampai tidak ada gelembung-
gelembung gas keluar. Usahakan jangan sampai mendidih.
5. Didinginkan tabung dibawah air kran.
6. Dilakukan uji dengan pereaksi Carr-price seperti pada penentan adanya vitamin
A.P
7. Diamati perubahan warna yang terjadi, adanya warna jingga-kuning berarti
vitamin D positif.

V. Hasil Percobaan

Bahan Tabung

67
Minyak Ikan 10 tetes
Larutan H2O2 5 % 10 tetes
Panaskan tidak sampai mendidih lalu uji dengan pereaksi Carr-Price
Hasil : warna jingga – kuning (+/-) Kuning pucat (+)

VI. Pembahasan

Pada percobaan ini hasil yang diperoleh warna kuning yang menunjukan vitamin D
positif. Vitamin D ini umumnya stabil pada pemanasan, asam dan oksigen. Vitamin D
secara lambat dapat didestruksi bila lingkungannya alkalis, terutama bila terdapat udara
dan cahaya. Pemanasan dengan hidrogen peroksida tidak merusak vitamin D.

VII. Kesimpulan

Minyak ikan yang diuji mengandung vitamin D dalam jumlah yang sedikit.

C. Penentuan adanya vitamin B1

I. Tujuan
Membuktikan adanya vitamin B1 secara kualitatif

II. Dasar Teori

68
Vitamin B1 atau thiamin mengandung sistem dua cincin yaitu pirimidin dan
thaizol. Dalam tanaman terutama serealia, vitamin B1 terdapat dalam keadaan bebas,
sedangkan dalam jaringan hewan terdapat sebagai koenzim yaitu thiamin pirofosfat
(TPP).
Thiamin bersifat larut dalam air, tetapi dalam pellarut lemak. Dalam larutan netra
atau alkalis thiamin mudah rusak. Sedangkan dalam keadaan asan tahan panas. Thiamin
stabil pada pemanasan kering, tetapi mudah terurai oleh zat-zat pengoksidasi dan
terhadap radiasi sinar ulrtaviolet

III. Alat dan Bahan:


1. Alat pemanas,
2. Tabung reaksi.
3. Pipet ukur dan pipet tetes
4. Larutan thiamin 1%
5. Larutan bismuth nitrat, Bi (NO3)3
6. Larutan NaOH 6 N
7. Larutan KI 5%
8. Larutan Pb-asetat 10%

IV. Prosedur kerja


Prosedur A :
1. Dimasukan 1 ml larutan thiamine 1% kedalam tabung reaksi.
2. Ditambahkan 1 ml larutan Pb-asetat 10% dan 4,5 ml NaOH 6N
3. Dicampurkan dengan baik, kemudian perhatikan timbulnya warna kuning yang
terjadi.
4. Dipanaskan, sehingga akan timbul endapan warna coklat hitam yang menandakan
vitamin B1 positif.

Prosedur B :
1. Didalam tabung reaksi masukan 5 tetes larutan thiamin 1%.
2. Ditambahkan 5 tetes larutan bismuth nitrat,dicampurkan dengan baik.
3. Ditambahkan pula satu tetes larutan KI 5%.
4. Diperhatikan perubahan warna yang terjadi. Timbulnya endapan warna merah
jingga berarti vitamin B1 positif.

69
V. Hasil Percobaan

Bahan Prosedur A Prosedur B


Larutan Thiamin 1 10 tetes 10 tetes
%
Larutan Pb-asetat 10 tetes
10%
Larutan NaOH 6 N 1 ml
Larutan Bi(NO3)3 10 tetes
Larutan KI 5% 2 tetes
Campur dengan baik dan panaskan untuk prosedur A
Hasl : perhatikan Endapan Endapan Merah
warna endapan yang coklat Jingga
terbentuk hitam

VI. Pembahasan

Pada percobaan ini, prosedur A sebelum dipanaskan berwarna kuning setelah dipanaskan
berwarna coklat tapi tidak terdapat endapan. Pada uji ini hasil yang seharusnya terdapat
endapan warna coklat-hitam yang menandakan positif vitamin B1. Sedangkan pada
prosedur B menghasilkan endapan berwarna coklat , yang menunjukkan hasil negative
atau tidak adanya vitamin B1

VII. Kesimpulan

Larutan thiamin yang diuji mengandung vitamin B1

D. Penentuan adanya vitamin B6

I. Tujuan
Membuktikan adanya vitamin B6 secara kualitatif

II. Dasar Teori

70
Di alam vitamin B6 terdiri atas tiga bentuk senyawa, yaitu pirodoksin, pirodoksal dan
pirodoksamin. Ketiga bentuk vitamin B6 terdapat dalam hewan maupun tumbuhan.
Terutama pada beras atau gandum.
Pirodoksin stabil terhadap pemanasan, alkali dan asam pirodoksal dan pirodoksamin
mudah rusak oleh pemanaan udara dan cahaya. Dari ketiga bentuk vitamin B6 haya
pirodoksin yang paling tahan terhadap pengaruh pengolahan dan penyimpanan.

III. Alat dan Bahan


1. Tabung reaksi.
2. Pipet tetes
3. Larutan pridoksin- HCl 1%
4. Larutan NaOH 3%
5. Larutan CuSO4 2%
6. Larutan besi (III) klorida, FeCl3 1%

IV. Prosedur Kerja


Prosedur A
1. Dimaskan 10 tetes larutan pirodoksin 1 % kedalam tabung reaksi.
2. Ditambahkan 4 tetes larutan CuSO4 2% dan 20 tetes NaOH 3 N.
3. Diamati perubahan warna yang terjadi.bila terbentuk warna biru-unggu
berarti vitamin B6 positif.

Prosedur B :
1. Dimasukan 10 tetes larutan pirodoksin 1% kedalam tabung reaksi
2. Ditambahkan 3-5 tetes larutan FeCl3
3. Diamati perubahan warna yang terjadi.timbulnya warna jingga sampai merah tua
berarti vitanmin B6 positif

V. Hasil Percobaan

Bahan Prosedur A Prosedur B


Larutan Pirodoksin 5 tetes 5 tetes
1%
Larutan CuSO4 2% 2 tetes
Larutan NaOH 3 N 10 tetes
Larutan FeCl3 1 % 2-3 tetes
Hasl : perhatikan Larutan Biru Larutan jingga –
perubahan warna Ungu merah Tua
71
yang terbentuk

VI. Pembahasan

Pada percobaan A, diperoleh warna biru yang menunjukkan positif adanya vitamin B6.
Namun, pada prosedur B meunjukkan hasil yang positif dengan warna jingga positif
ketika direaksikan dengan FeCl3.

VII. Kesimpulan

Larutan piridoksin yang diuji memiliki kandungan vitamin B6.

E. Penentuan adanya Vitamin C

I. Tujuan

Embuktikan adanya vitamin C secara kualitatif

II. Dasar Teori

72
Vitamin C di alam terdapat dalam dua bentuk yaitu teroksidasi ( asam askorbat) dan
tereduksi ( asam dehidroaskorbat ). Keduanya memiliki keaktifan sebagai vitamin C.
Sumber vitamin C sebagian besar berasal dari sayur – sayuran berwarna hijau dan buah –
buahan terutama yang masih segar.
Vitamin C larut dalam air dan agak stabildalam larutan asam, tetapi mudah dioksidasi
terutama bila dipanaskan. Proses oksidasi akan dipercepat dengan adanya tembaga,
oksigen dan alkali.

III. Alat dan Bahan

1. Kertas pH atau lakmus,


2. Alat pemanas.
3. Tabung reaksi.
4. Pipet tetes.
5. Larutan asam asetat 1%
6. Pereaksi benedid
7. Larutan NaHCO 5%
8. Larutan FeCl3 1%
9. Kertas PH atau Lakmus

IV. Prosedur Kerja


Prosedur A :

1. Dimasukan 10 tetes larutan askorbat 1% kedalam tabung reaksi


2. Ditambahkan 30 tetes preaksi benedit
3. Dipanaskan diatas api kecil sampai mendidih selama 2 menit
4. Diperhatikan adanya endapan yang terbentuk warna hijau, kekuningan sampai
merah bata berarti vitamin C positif.

Prosedur B :
1. Dimasukan 10 tetes larutan asam askorbat 1% kedalam tabung reaksi
2. Dinetralkan larutan mengunakan NaHCO3 5%\
3. Ditambahkan 2 tetes larutan FeCl3
4. Diamati warna yang terjadi adanya warnah merah,unggu berarti vitamin C
positif.

V. Hasil Percobaan

73
Bahan Prosedur Prosedur
A B
Larutan Asam askorbat 5 tetes 5 tetes
1%
Pereaksi benedict 15 tetes
pH larutan 8 tetes
Larutan FeCl3 1 % 2-3 tetes
Didihkan diatas api kecil selama 2 menit untuk prosedur A
Hasl : perhatikan Larutan Larutan
perubahan warna yang & mertah
terbentuk endapan hitam
Merah coklat
bata

VI. Pembahasan

Pada percobaan A, larutan yang diperoleh berwarna hijau dan ada endapan yang
menunjukan vitamin C positif . Sedangkan pada prosedur B diperoleh hasil larutan
berwarna merah bata yang menandakan vitamin C positif

VII Kesimpulan

Larutan askorbat yang diuji mengandung vitamin C

74
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita.2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta:PT Gramedia Pustaka


Utama.

Vitahealth. 2006. Seluk-beluk Food Suplement. Jakarta : Gramedia


Saifuddin, Sirajuddin. 2009. Penuntun Praktikum Biokimia. Laboratorium
Makassar : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Yazid, Estien, dkk. 2006. Penuntun Pratikum Biokimia untuk Mahasiswa Analis.
Gresik : Andi Yogayakrta.

Syahruddin, Kasim, dkk. 2007. Biokimia. Makassar: UPT MKU Universitas


Hasanuddin.

Toha, A. 1992. Biokimia. Surabaya : Alfabeta.

Jalip, I.S. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Laboratorium Kimia Fakultas
Biologi Universitas Nasional. Jakarta.
Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerbit ITB. Bandung

75

Anda mungkin juga menyukai