A. Uji Molisch
I. Tujuan
Membuktikan adanya karbohidrat secara kualitatif.
V. Hasil Percobaan
1
(+/-)
1. Amilum Terbentuk cincin +
1% berwarna ungu
2. Sukrosa Terbentuk cincin +
1% berwarna ungu
3. Laktosa Terbentuk cincin +
1% berwarna ungu
4. Maltosa Terbentuk cincin +
1% berwarna ungu
5. Fruktosa Terbentuk cincin +
1% berwarna ungu
6. Glukosa Terbentuk cincin +
1% berwarna ungu
VI. Pembahasan
Pada uji Molisch, semua zat uji adalah termasuk karbohidrat. hal tersebut dapat dilihat
pada terbentuknya cincin berwarna ungu. Reaksi yang berlangsung adalah sebagai
berikut :
H O
│ ║
CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH—C=O + H2SO4 → ─C—H +
│
OH
Pentosa Furfural α-naftol
H
│
CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH—HCOH—C=O + H2SO4
Heksosa
O
║
→ H2C─ ─C—H +
│ │
OH OH
5-hidroksimetil furfural α-naftol
2
║ __SO3H
H2C─ ─────C───── ─OH
I. Tujuan
Membuktikan adanya Polisakarida dalam bahan uji.
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Amilum, glikogen, dekstrin, sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, fruktosa,
glukosa, dan arabinosa masing – masing dalam larutan 1 %
4. Larutan Iodium
.
IV. Prosedur Kerja
1. Masukkan tiga tetes larutan uji ( Amilum, sukrosa, laktosa, maltosa,
fruktosa, glukosa dan masing-masing dalam larutan 1 %) kedalam tabung reaksi atau
lempeng tetes porselin
2. Tambahkan dua tetes larutan Iodium
3. Amati warna spesifik yang terbentuk, catat dan buatlah kesimpulannya
V. Hasil Percobaan
Hasil Uji Polisakarida
No. Zat Uji
Iodium (+/-)
1. Amilum Terbentuk +
1% warna Biru
Tua
2. Sukrosa Terbentuk -
1% warna
Kuning
3
3. Laktosa Terbentuk -
1% warna
Kuning
4. Maltosa Terbentuk -
1% warna
Kuning
5. Fruktosa Terbentuk -
1% warna
Kuning
6. Glukosa Terbentuk -
1% warna
Kuning
VI. Pembahasan
Pada uji Iodium, pada masing-masing zat uji memiliki indikasi yang berbeda-beda. dari
sepuluh zat uji, Amilum, Glikogen, dan Dekstrin positif polisakarida.
4
C. Uji Benedict
I. Tujuan
Membuktikan adanya Gula reduksi
5
V. Hasil Percobaan
Gula
No.
Zat Uji Hasil Uji Benedict Reduksi
(+/-)
1. Terbentuk warna biru -
Amilum
dan tidak terbentuk
1%
endapan
2. Terbentuk warna biru -
Sukrosa
dan tidak terbentuk
1%
endapan
3. Laktosa Terbentuk endapan +
1% merah bata
4. Maltosa Terbentuk endapan +
1% merah bata
5. Fruktosa Terbentuk endapan +
1% merah bata
6. Glukosa Terbentuk endapan +
1% merah bata
VI. Pembahasan
Pada uji Benedict, indikator terkandungnya Gula Reduksi adalah dengan terbentuknya
endapan berwarna merah bata. hal teresebut dikarenakan terbentuknya hasil reaksi berupa
Cu2O.
6
D. Uji Barfoed
I. Tujuan
Membedakan antara monosakarida dan disakarida
V. Hasil Percobaan
7
bata
5. Glukosa1 Terbentuk +
% endapan merah
bata
VI. Pembahasan
Pada uji Barfoed, yang terdeteksi monosakarida membentuk endapan merah bata karena
terbentuk hasil Cu2O. berukut reaksinya :
O O
║ Cu2+ asetat ║
R—C—H + ─────→ R—C—OH + Cu2O+ CH3COOH
n-glukosa E.merah
monosakarida bata
8
E. Uji Seliwanoff
I. Tujuan
Membuktikan adanya ketosa ( fruktosa )
V. Hasil Percobaan
9
%
2. Fruktosa 1 Merah +
% Jingga
3. Glukosa 1 Bening -
%
VII. Pembahasan
Pada uji Seliwanof, ketosa terdeteksi pada zat uji Fruktosa dengan terbentuknya warna
jingga; yaitu karena terbentuknya resorsinol.
Berikut reaksinya :
CH2OH OH
O OH OH
+HCl ║ │ │
H CH2OH ───→ H2C— —C—H + → kompleks
│ berwarna
OH H OH merah jingga
5-hidroksimetil furfural resorsinol
10
F. Uji Asam Musat
I. Tujuan
Membedakan antara Glukosa dan Galaktosa.
V. Hasil Percobaan
11
2.
Laktosa +
3.
Glukosa +
VI. Pembahasan
Pada uji Asam musat, diperoleh hasil yang berbeda-beda. Masing-masing zat uji
mempunyai bentuk yang khas. Hal tersebut dapat digunakan untuk membedakan antara
setu karbohidrat dengan karbohidrat yang lain.
12
G. Hidrolisis Pati
I. Tujuan
Mengidentifikasi hasil hidrolisi amilum ( pati )
Pati dalam suasana asam bila dipanaskan akan terhidrolisis menjadi senyawa – senyawa
yang lebih sederhana. Hasil hidrolisis dapat diuji dengan iodium dan menghasilkan warna
biru sampai tak berwarna. Hasil akhir Hidrolisis ditegaskan dengan uji benedict. Hasil
hidrolisis pati ditunjukkan seperti pada tabel berikut.
13
menit
V. Hasil Percobaan
Hasil
Hidrolisis Hasil
Perlakuan Uji
( menit) Hidrolisis
Iodium
5 l amilum 3 Biru- Amilosa
1% + 2,5 Ungu
6 Ungu Amilopektin
ml HCl 2
9 Violet / Amilopektin
N+
Ungu
pemanasan
muda
12 Merah Eritrodekstrin
14
15 Kuning Akrodekstrin
coklat
18 Kuning Maltosa
Orange
21 Kuning Glukosa
Pucat
VI. Pembahasan
Oksidasi terhadap karbohidrat dengan asam nitrat pekat menghasilkan asam yang dapat
larut , namun laktosa menghasilkan asam musat yang tidak dapat larut.
Pada uji hidrolisis pati, hidrolisis sempurna apabila menjadi senyawa yang lebih
sederhana yang terdeteksi pada perubahan warna. Hal ini terlihat pada perubahan warna
setiap tiga menit disertai perbedaan hasil hidrolisis pula. Larutan hasil hidrolisis sebelum
dilakukan uji Benedict untuk menentukan hasil akhir harus dinetralkan terlebih dahulu,
karena semula masih dalam suasana asam.
VII. Kesimpulan
Pada uji Hidrolisis Pati ini dilakukan uji Benedict, Seliwanoff, dan Barfoed supaya dapat
mengidentifikasi monosakarida-monosakarida yang terbentuk (glukosa dan fruktosa.)
15
H. Hidrolisis Sukrosa
I. Tujuan
Mengidentifikasi hasil hidrilosis Sukrosa
16
1. Masukkan ke dalam tabung reaksi 5 mL larutan sukrosa 1 % kemudian
tambahkan 5 tetes HCl pekat
2. Campurlah dengan baik, lalu panaskan dalam penangas air medidih selama 30
menit
3. Setelah didiginkan, netralkan larutan dengan NaOH 2 % dan uji dengan kertas
lakmus
4. Selanjutnya lakukan uji Benedict, Seliwanoff, dan Barfoed
5. Simpulkan apa yang dihasilkan dari hidrolisis sukrosa.
V. Hasil Percobaan
I. Kesimpulan
Amilum, sukrosa, laktosa, maltosa, fruktosa, dan glukosa masing-masing dalam larutan 1
% terbukti positif karbohidrat. Pada Amilum adalah polisakarida. Pada laktosa, Maltosa,
Fruktosa, dan Glukosa, terdapat gula inversi yaitu dengan terbentuknya endapan merah
bata. Pada Sukrosa, Laktosa, dan Maltosa adalah monosakarida. Sedangkan, Fruktosa,
dan Glukosa, adalah disakarida.
Pada Uji Seliwanof, Ketosa terdapat pada fruktosa. Bentuk kristal karbohidrat pada hasil
uji Asam musat berbeda-beda sesuai dengan zat ujinya. Hasil hidrolisis pati dan amilum
adalah amilopektin, amilosa, eritrodekstrin, akrodekstrin, maltosa, dan glukosa. Hasil
hidrolisis sukrosa adalah monosakarida-monosakarida (glukosa dan fruktosa) yang
terdeteksi pada uji Benedict, Seliwanoff, dan Barfoed.
18
BAB II
LIPID
I. Tujuan
Mengetahui kelarutan lipid pada pelarut tertentu
19
6. Larutan Na2CO3 05%
7. Tabung reaksi
8. Penjept tabung
9. Pipet ukur
10. Pipet tetes
1. Siapkan 5 tabung reaksi yang bersih, kering berturut-turut isilah dengan air
suling, alkohol 96%, eter, kloroform, dan larutan Na2CO3 0,5 % sebanyak 1 ml
2. Tambahkan pada setiap tabung 2 tetes minyak kelapa
3. kocoklah sampai homogen, lalu biarkan beberapa saat
4. Amati sifat kelarutannya.
V. Hasil Percobaan
Tabu Tabu
Tabu Tabu Tabu
Bahan ng ng
ng 1 ng 2 ng 3
4 5
Air
1 ml
Suling
Alkoho
1 ml
l 96 %
Eter 1 ml
Klorof 1
orm ml
Na2CO 1
30,5% ml
Minya
2 2 2 2 2
k
tetes tetes tetes tetes tetes
Kelapa
Kocok tabung sampai homogen, biarkan beberapa saat
Hasil :
Larut /
tidak Tida Tida
Emul
larut / k k larut larut
si
terbent larut larut
uk
emulsi
VI. Pembahasan
20
Minyak dapat terlarut sempurna di dalam kloroform dan eter. Hal ini di sebabkan
kloroform dan eter mempunyai sifat non polar sehingga mampu larut dengan minyak.
Air memiliki sifat polar sehingga tidak larut dalam minyak dan membentuk 2 fase.Di
dalam natrium karbonat,minyak membentuk emulsi karena adanya garam-garam yang
berfungsi mengelmusi minyak kelapa.
VI. Kesimpulan
Minyak kelapa dapat larut sempurna dalam eter dan kloroform,sedikit larut pada
alkohol,tidak larut pada aquadest dan membentuk emulsi pada natrium karbonat.
I. Tujuan
Mengetahui terjadi pembentukan emulsi minyak
21
4. Larutan sabun
5. Larutan protein 2%
6. Larutan empedu encer
7. Tabung reaksi
8. Pipet ukur / tetes
9. Pipet ukur
22
Kocok tabung sampai homogen, biarkan beberapa saat
Hasil :
Larut Tidak
/ tidak larut
emul emul emul Emul
larut /
si si si si
terben
tuk
emulsi
VI. Pembahasan
Air memiliki sifat polar sehingga tidak dapat melarutkan minyak.Hal ini mengakibatkan
terbentuknya 2 fase,yaitu fase atas(Minyak) dan fase bawah (Air).Pada campuran air
suling,minyak kelapa dan Na2Co3 yang dapat mengemulsikan minyak dalam air.Untuk
campuran air suling,minyak kelapa dan air sabun,membentuk emulsi karena ada larutan
sabun yang minyaknya dapat terdispersi menjadi misel yang mengubah asam-asam lemak
penyusunnya.Larutan empedu dan protein,membentuk emulsi dengan penambahan
minyak kelapa karena adanya misel yang merupakan garam-garam empedu yang
berfungsi mengemulsikan minyak.
VII. Kesimpulan
Pada campuran air suling,tidak dapat mengemulsikan minyak dalam air. Untuk minyak
kelapa dan air sabun, larutan protein, larutan empedu membentuk emulsi karena ada
larutan sabun yang minyaknya dapat terdispersi menjadi misel yang mengubah asam-
asam lemak penyusunnya.Larutan empedu dan protein,membentuk emulsi dengan
penambahan minyak kelapa karena adanya misel yang merupakan garam-garam empedu
yang berfungsi mengemulsikan minyak.
I. Tujuan
Mengetahui sifat asam basa minyak kelapa
23
Proses ketengikan pada lemak atau minyak dapat dipercepat oleh adanya cahaya,
kelembaban , pemanasan, aksi mikroba dana katalis logam tertentu seperi Fe, Ni atau Mn.
Sebaliknya zat –zat yang dapat menghambat terjadinya proses ketengikan disebaut
antioksidan misalnya tokoferol ( vitamin E ) asam askorbat ( vitamin C ), polifenol,
hidroquin dan flavonoid.
V. Hasil Percobaan
Perubahan Warna
Sifat
No Lakmu Lakmu
Zat Uji asam/bas
. s s Biru
a
Merah
1. Minya pH 4,0 pH 4,0 Asam
k
kelapa
2 Minya pH 5,0 Ph 5,0 Asam
k
tengik
VI. Pembahasan
24
Sampel yang di pakai bersifat asam,seharusnya minyak kelapa yang baik bersifat
netral.ini menandakan bahwa minyak yang di pasarkan tidak semua kualitasnya baik,ada
yang sudah rusak karena hidrolisi dan oksidasi.
VII. Kesimpulan
Minyak kelapa dan minyak tengik memiliki pH yang sama berturut- turut adalah
pH 4,0 dan pH 5,0.
25
I. Tujuan
Mengetahui ketidak jenuhan minyak atau lemak
V. Hasil Percobaan
26
VI. Pembahasan
Pada percobaan dengan mentega seharusnya air brom yang dibutuhkan lebih banyak
karena ada ikatan rangkap, tetapi tes yang dilakukan belum maksimal.
VII. Kesimpulan
Minyak kelapa tidak mengikat air brom, karena tidak ada ikatan rangkap sedangkan
mentega mengikat jadi tidak ada perubahan warna.
27
I. Tujuan
Mengetahui terjadinya hidrolisis pada minyak oleh alkali
28
2. Larutan sabun yang telah netral dibagi menjadi 3 bagian, masing-masing masukan
kedalam tabung reaksi.
3. Kedalam tabung 1,2 dan 3 berturut-turut tambahkan CaCl2 5%, MgSO4 5% dan
Pb asetat 5% sebanyak 5 ml lakukan pengocokan dengan kuat.
4. Amati dan catat perubahan yang rejadi
5. Ulangi percobaan menggunakan deterjen, lalu bandingkan
hasilnya.
V. Hasil Percobaan
VI. Pembahasan
Hasil dari percobaan di lihat ada tidaknya pengendapan yang terjadi dalam uji kesadahan
atau sifat-sifat sabun.Bahan sabun dari minyak ketika direaksikan dengan CaCl 2 ,MgSo4
dan Pb-asetat tidak terjadi pengendapan tetapi pada bahan deterjen agak berbeda ada
endapan dengan CaCl2 dan pb-asetat sedangkan dengan MgSo4 ,larutannya keruh.
VII. Kesimpulan
30
F. Uji Kolesterol
I. Tujuan
Mengetahui adanya sterol ( kolesterol) dalam suatu bahan secara
kualitatif
Kelompok lipid seperti fosfolipid dan sterol merupakan komponen penting yang terdapat
dalam membran sel hidup. Kolesterol dalah sterol yang banyak terdapat dialam. Untuk
mengetahui adanya sterol dan kolesterol dapat dilakukan uji kolsterol meggunakan reaksi
warna. Salah satu diantaranya ialah reaksi Liebermen Burchard. Uji ini posistif bila reaksi
menunjukkan warna berubah merah, kemudian biru dan hijau. Warna hijau yang terjadi
sebanding dengan konsentrasi kolesterol dalam bahan.
1. Tabung reaksi
2. Pipet Ukur
3. Pipet tetes
4. Minyak Ikan
5. Minyak kelapa
6. Kolesterol 0,5% dalam kloroform
7. Asam asetat anhidrat
8. Kolroform
9 Erlenmeyer
10. Tabung reaksi
11. Alat pemanas
31
12. Neraca Analitis
1. Siapkan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering, isilah tabung pertama dengan 1
ml minyak kelapa, tabung kedua dengan 5 tetes minyak ikan dan tabung ketiga dengan 5
tetes kolesterol 0,5%
2. Pada setiap tabung tambahkan kloroform sebanyak 2 ml
V. Hasil Percobaan
VI. Pembahasan
Hasil yang didapatkan kurang maksimal spesifik.Hal ini dikarenakan :
1. Kualitas pereaksi Lieberman Burchad yang kurang baik.
2. Kualitas sampel (Minyak kelapa dan Minyak ikan) kurang baik.
Ke-2 hal ini dapat mempengaruhi reaksi dan akan mengasilkan warna yang kurang
kontras.
VII. Kesimpulan
Dalam minyak kelapa,minyak ikan dan kolesterol positif mengandung adanya sterol.
32
BAB III
PROTEIN
I. Tujuan
Semua jenis protein tersusun atas unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), oksogen (O) dan
nitrogen (N) ada pula protein yang mengandung sedikit belerang (S) dan fosfor (P)
Dengan metode pembakaran atau pengabuan akan diperoleh unsur-unsur penyusun
protein yaitu C,H,O dan N.
1. Tabung reaksi
2. Alat Pemanas
3. Cawan Porselin
4. Gelas Obyek
5. Kertas Lakmus
6. Albumin telur
7. Gelatin
8. Larutan NaOH 10%
9 Larutan Pb-asetat 5%
10. Larutan HCl pekat
33
2. Taruhlahkaca objek diatasnya kemudian panaskan
3. Perhatikan adanya pengembunan pada gelas objek yang menunjukkan
adanya hidrogen (H) dan Oksigen (O)
4. Ambil gelas objek lalu amati bau yang terjadi. Bila tercium bau rambut
terbakar berarti protein mengandung unsur nitrogen (N)
5. Bila terjadi pengarangan berarti ada atom karbon (C)
6. Ulangi percobaan menggunakan serbuk gelatin
V. Hasil Percobaan
34
2. Gelati + + -
n
VI. Pembahasan
VII. Kesimpulan
36
B. Uji Kelarutan Protein
I. Tujuan
Protein bersifat amfoter yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam mauoun basa. Daya
larut protein berbeda dengan didalam air, asam dan basa. Sebagian ada yang mudah larut
dan ada pula yang sukar larut. Namun semua protein tidak larut dalam pelarut lemak
seperti eter atau kloroform apabila protein dipansakan atau ditambahkan etanol absolut,
maka protein akan menggumpal ( terkoagulasi) hal ini disebabkan etanol menarik mantel
air yang melingkupi molekul-molekul protein..
1. Tabung reaksi
2. Pipet ukur
3. Albumin telur
4. Gelatin
5. Air Suling ( aquades)
6. Larutan HCl 10%
37
7. Larutan NaOH 40%
8. Alkohol 96%
9 Kloroform
1. Sediakan 5 tabung reaksi, masing-masing isilah denan air suling, HCl 10%,
NaOH 40%, alkohol 96% dan Kloroform sebanyak 1 ml
2. Tambahkan 2 ml larutan albumin telur pada setiap tabung.
3. Kocoklah dengan kuat, kemudian mati sifat kelarutannya.
4. Ulangi percobaan menggunakan gelatin
V. Hasil Percobaan
VI. Pembahasan
I. Tujuan
Untuk Mengetahui pengaruh larutan garam terhadap kelarutan protein
39
1. tabung reaksi
2. Pipet ukur
3. Pipet tetes
4. Albumin telur
5. Larutan (NH4) 2 SO4 jenuh
6. Larutan NaCl 5%
7. Larutan BaCl 5%
8. Larutan CaCl2 %%
9 Larutan MgSO2 5 %
V. Hasil Percobaan
VI Pembahasan
Banyak protein yang telah didapat diperoleh dalam bentuk kristal. Meskipun demikian
proses kriostalisasi untuk berbagai jenis protein tidak selalu sama, yang artinya dengan
mudah dapat terkristlisasi, tetapi adapula yang sukar. Beberapa enzim antara lain Pepsin,
tripsin, katalasem urease telah dapat diperloeh dalam bentuk kristal.
Dari percobaan yang telah dilakukan dengan penambahan garam dengan konsentrasi
tinggi kelarutan protein menjadi berkurang, sehingga mengendap karena protein yang
sensitif terhadap asam / basa dengan konsentrasi tinggi dalam hal ini garam memiliki pH
netral dan muatan ionnya tergantung pada pH larutan.
Pada titik isoelektrik muatan + dan – sama shingga saling menetralkan. Akibatnya protein
tidak bergerak dibawah medan listrik. Pada titik isoelektrik protein akan mengalami
koagulasi paling cepat.
VII. Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan yang paling banyak dihasilkan adalah pada uji dengan
(NH4)2SO4 jenuh. menghasilkan endapan lebih banyak Sedangkan pada garam – garam
yang lain protein dapat mengendap dengan jumlah yang tidak terlalu banyak kecuali
dengan penambahan secara berlebih.
I. Tujuan
Mengetahui pengaruh Logam berat dan asam organik terhadap sifat kelarutan protein
Sebagian besar protein dapat dindapkan dengan penambahan asam-asam organik seperti
asam pikrat, asam triklorasetat dan asam sulfosalisilat. Penambahan asam-asam
menyebabkan terbentuknya garam proteinat yang tidak larut. Kemudian protein dapat
pula mengalami denaturasi irreversibel dengan adanya logam – logam berat seperti
Cu2+m Hg2+, atau Pb2+ sehingga mudah mnegendap
41
III. Alat dan bahan
1. Tabung reaksi
2. Pipet ukur
3. Pipet tetes
4. Albumin telur
5. Asam Triklorasetat ( TCA) 10%
6. Asam Salisilat 5%
7. Larutan HgCl 5%
8. Larutan CuSO4 %%
9 Larutan Pb asetat 5 %
V. Hasil Percobaan
VI Pembahasan
Untuk mengendapkan protein dengan ion logam diperlukan pH larutan diatas titik
isoelektrik, sedangkan pengendapan dengan ion negatif memerlukan pH dibawah titik
isoelektrik. Ion – ion positif yang dapat mengendapkan ion protein antara lain ialah Ag +,
Ca2+, Zn2+, Hg2+, Fe2+, Cu2+, Pb2+, sedangkan ion – ion negatif yang dapat mengendapkan
protein antara lain ion salisilat, triklorasetat, pikrat, tanant, dan sulfasalisilat.
Berdasarkan sifat tersebut putih telur atau susu digunakan sebagai anti dotum atau
penawar racun apabila orang keracunan logam berat.
VI. Kesimpulan
Pada percobaan yang dilakukan hasil positif didapat pada hasil uji Asam Sulfosalisilat
5%, HgCl2 5% dan Pb-asetat 5% dimana protein mengalami denaturasi irreversibel
sehingga mudah mengendap pengendapan oleh logam –logam berat terjadi saat larutan
protein lebih bersifat alkalis daripada titik isoeletriknya sehingga menjadi bermuatan
negatif. Penambahan ion logam berat bermuatan positif menyebabkan terjadinya reaksi
penetralan sehingga protein mengendap.
D. Uji Biuret
I. Tujuan
Membuktikan adanya molekul – molekul peptida dari protein
43
reaksi pun positif terhadap senyawa – senyawa yang mengandung dua gugus :
-CH2NH2-CSNH2, -C(NH)NH2 dan –CONH2.
Biuret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua
molekul urea.
1. Tabung reaksi
2. Pipet ukur
3. Pipet tetes
4. Larutan Albumin 2%, gelatin 2%, kasein 0,5% dan glisin 2%.
5. Larutan NaOH 10%
9 Larutan CUSO4 0,2 %
1. Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu masing-masing diisi dengan
larutan Albumin, Kasein, Gelatin dan Glisin sebanyak 2 mL.
2. Tambahkan pada setiap tabung 1 mL NaOH 10 % dan CuSO 4 0.2 % sebanyak 3
tetes.
3. Campur dengan baik.
4. Amati dan catat perubahan warna yang terjadi
V. Hasil Percobaan
VI. Pembahasan
44
Polipeptida mempuyai perbedaan dengan protein. Polipeptida mempunyai residu
asam amino ≤ 100 dan dan bobot mulekul ≤ 6.000. Sedangkan, pada protein residu asam
amnionya ≥ 100 dan bobot mulekulnya ≥ 6.000.
VII. Kesimpulan
Pada praktikum ini, Albumin, Gelatin rumus bangunya lebih kompleks dan mengikat
dua atau lebih asam amino esensial , sehingga terbentuk ikatan peptida.
Berikut gambaran proses pembantukan ikatan peptida :
C=O C=O
NH2 NH
NH2 NH3 +
C=O C=O
NH2 NH2
Jadi, ikatan peptida hanya terbentuk apabila ada dua atau lebih asam amino esensial yang
bereaksi.
E. Uji Ninhidrin
I. Tujuan
Membuktikan adanya asam amino bebas dalam protein
Semua asam amino atau peptida yang mengandung asan α – amino bebas breaksi dengan
ninhidrin membentuk senyawa ompleks berwarna biru. Namun prolin dan hidroksiprolin
menghasilkan senyawa berwarna kuning
45
III. Alat dan bahan
1. Alat Pemanas
2. Pengatur waktu
3. Pipet Ukur atau pipet tetes
4. Larutan Albumin 2%, gelatin 2%, kasein 0,5% dan glisin 2%.
5. Pereaksi Ninhidrin 0,1 %
1. Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu masing-masing diisi dengan
larutan Albumin, Kasein, Gelatin dan Glisin sebanyak 2 ml.
2. Tambahkan pada setiap tabung 5 tetes pereaksi Ninhidrin
3. Campur dengan baik, dan panaskan di penangas air hingga mendidih selama 5
menit.
4. Amati dan catat perubahan warna yang terjadi
V. Hasil Percobaan
Asam
Hasil Uji amino
No. Zat Uji
Ninhidrin bebas
(+/-)
Albumin
1 Berwarna Ungu +
2%
Gelatin
2 Berwarna Ungu +
2%
Pepton Berwarna Biru
4 +
2% Ungu
VI. Pembahasan
Asam amino bebas adalah asam amino dimana gugus aminonya tidak terikat.
Pada praktikum di atas, albumin, gelatin, dan fenilanalina membentuk warna ungu kaena
dapat bereaksi dengan Ninhidrin. Hal ini menandakan ketiga zat uji tersebut mempunyai
gugus asam amino bebas.
Sebaliknya, pada kasein dan pepton tidak diperoleh indikasi terbentuk atau
adanya asam amino bebas, karena reaksi dengan ninhidrin tidak berwarna sampai
membentuk warna merah muda. Semakin banyak ninhidrin pada zat uji yang dapat
46
bereaksi, semakin pekat warnanya. Hal ini juga mendasari bahwa uji Ninhidrin dapat
digunakan untuk menentukan asam amino secara kuantitatif.
VII. Kesimpulan
Albumin, gelatin dan pepton mengandung asam amino bebas.
47
F. Uji Xantoprotein
I. Tujuan
Membuktikan adanya asam amino tirosin, triptofan atau fenilalanin yang terdaat dalam
protein
Reaksi pada uji xantgoprotein didasarkan pada titrasi inti benzena yang terdapat molekul
protein. Jika protein yang mengandung cincin benzena triptofan danfenilalanin
ditambahkan asam nitrat pekat, maka akan terionisasi dan warnana berubah menjadi
jingga.
1. Alat Pemanas
2. Pengatur waktu
3. Pipet Ukur atau pipet tetes
4. Larutan Albumin 2%, gelatin 2%, kasein 0,5% dan glisin 2%.
5. Larutan HNO3 pekat
6. Larutan NaOH 10%
1. Sediakan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu masing-masing diisi dengan
larutan Albumin, Kasein, Gelatin dan Triptofan sebanyak 2 mL.
2. Tambahkan pada setiap tabung 1 ml HNO3 pekat. Perhatikan adanya endpan
putih yang terbentuk
3. Panaskan 1 menit sampai endapan larut kembali dan larutan berubah menjadi
berwarna kuning.
4. Amati dan catat perubahan warna yang terjadi
5. Reaksi adalah positif, jika pada bidang perbatasan (interface) antara protein dan
NaOH tebentuk warna jingga.
48
V. Hasil Percobaan
Asam
amino
Hasil Uji
No. Zat Uji berinti
Xantoprotein
benzena
(+/-)
Albumin
1 Lapisan Jingga +
2%
Gelatin
2 Lapisan Jingga +
2%
VI. Pembahasan
Ada sebagian peptida dan protein yang mempunyai gugus asam amino berinti benzena.
Seperti fenilalanin, tirosin, albumin, riptofan dan lain sebagainya. Pada praktikum di atas,
hasil positif pada zat uji albumin dan triptofan mengindikasikan keduanya terdapat inti
benzena, yaitu dengan indikasi terbentuknya lapisan jingga atau kuning jingga.
—CH2CHCO2OH
│
NH2
fenilalanin
VII. Kesimpulan
Albumin, gelatin memiliki inti benzena sehingga terbentuk lapisan jingga pada
kedua lapisan.
49
BAB III
ENZIM
I. Tujuan
Mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim
1. Tabung reaksi
2. Gelas kimia
3. Pipet ukur
4. Alat pemanas / pendingin
5. Larutan amilum 2 %
6. Enzim amilase ( saliva)
7. Larutan iodium
8. Pereaksi benedict
50
7. Tabung 5, masukan ke dalam penangas air mendidih
8. Biarkan masing-masing tabung pada tempatnya selama 15 menit
9. Uji dengan larutan iodium
10. Uji dengan pereaksi benedict
V Hasil Percobaan
VI. Kesimpulan
Dalam percobaan ini telah terbukti bahwa suhu yang optimum bagi enzim amilase sangat
mempengaruhi aktivitasnya, dan mengalami denaturasi secara irreversibel pada
pemanasan diatas suhu 600C.
51
I. Tujuan
Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang
mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Molekul awal
yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain yang disebut
produk. Jenis produk yang akan dihasilkan bergantung pada suatu kondisi/zat, yang
disebut promoter. Semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung
dengan cukup cepat dalam suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan oleh hormon
sebagai promoter.
Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk menghasilkan
senyawa turunan melalui suatu reaksi kimia organik yang membutuhkan energi aktivasi
lebih rendah, sehingga percepatan reaksi kimia terjadi karena reaksi kimia dengan energi
aktivasi lebih tinggi membutuhkan waktu lebih lama.
1. Larutan Amilum 2 %
2. Enzim Amilase (ludah)
3. Larutan Iodium
4. Larutan HCl 0,4 %, pH = 1
5. Aquades pH = 7
6. Larutan Na2CO3 1 %, pH = 9
7. Pereaksi Benedict
V. Hasil Percobaan
52
Perubahan warna
No
pH Uji
Tabung Uji Benedict
Iodium
1 1,0 TAP Lar. Hijau sedikit endapan
Bening kuning
2 7,0 TAP Lar. Hijau sedikit endapan
Bening kuning
3 9,0 TAP Lar. Hijau sedikit endapan
VI. Bening kuning
Pembahasan
Aktivitas sebagian besar enzim digambarkan sebagai suatu fungsi dari pH pereaksi
biasanya akan tampak peningkatan kecepatan reaksi seiring kecepatan pH dari tingkat
yang sangat asam ke rentang fisiologis dan penurunan kecepatan reaksi sewaktu pH
bergerak dari rentang fidiologis ke rentang yang sangat basa, hilangnya aktifitas pada
enzim yang tidak sesuai dengan pemijaran ini hasil hidrolisis dapat di buktikan dengan
ditandai hasil positif pada penambahan perekasi benedict yang diasumsikan enzim
amilase ini memiliki aktifitas enzim tinggi. Sedangkan yang tidak dapat terhidrokisis oleh
pereaksi iodium diakibatkan oleh enzim yang tidak aktif atau mengalami penurunan
aktifitas.
VII. Kesimpulan
Pada percobaan diats enzim menunjukkan bahwa pada tabung menunjukkan
warna kuning dan selanjutnya mengalami perubahan warna pada interval waktu.
I. Tujuan
53
Pada konsentrasi substrat tertentu bertambahnya konsentarsi enzim bertingkat akan
menaikan kecepatan enzim yang bereaksi. Dengan kata lain semakin besar volume atau
konsentrasi enzim semakin tinggi pula aktifitas enzim dalam memecah substrat yang
dikatalisis. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan warna yang terjadi melaklui uji iodium
atau adanya endapan yang terbentuk melalui uji benedict.
1. Siapkan 3 tabung reaksi, pada tabung 1,2 dan 3 berturut turut isilah dengan enzim
amilase : 0,5 ml ; 1,0 ml dan 1,5 ml.
2. Kedalam tiap tabung tambahkan larutan amilum 2 ml.
3. Campurlah dengan baik biarkan selama 15 menit
4. Uji dengan larutan iodium dan pereaksi benedict
V. Hasil Percobaan
Perubahan Warna
Konsentr
Tabu Konsentr Uji
asi Uji
ng asi Enzim Benedi
Substrat Iodium
ct
I Amilum Amilase Warna Warna
2 mL 0,5 mL yang coklat
semula muda
putih
keruh
54
menjad
kuning
kecoklat
an, ada
endapan
coklat.
II Amilum Amilase Warna Warna
2 mL 1,0 mL kuning coklat
muda, kuning
endapan
coklat
III Amilum Amilase Warna Warna
2 mL 1,5 mL kuning coklat
lebih tua tua,
dan kental.
endapan
coklat
VI. Pembahasan
Aktivitas enzim dipengaruhi oleh kadar enzim. Aktivitas enzim dan konsentrasi enzim
mempunyai hubungan perbandingan lurus hal ini berarti semakin besar kadar enzim
semakin besar aktivitas enzim dan semakin besar reaksi yang dikatalisis oleh enzim. Pada
penambahan pereaksi iodium pada larutan campuran menunjukkan hasil negatif sehingga
dengan konsentarsi yang lebih besar hasilnya tetap negatif karena enzim tidak
terhidrolisis. Pada penambahan pereaksi benedict pada campuran menunjukan hasil
positif sehingga didapat bahwa semakin besar konsentrasi yang didapat maka semakin
banyak endapan merah bata yang dihasilkan karena terhidrolisisnya amilum.
VII. Kesimpulan
Pelepasan produk menyebabkan sisi aktif enzim bebas untuk berikatan dengan substart
lainnya. Oleh karenanya dibutuhkan sejumlah enzim untuk mengkatalis sejumlah besar
substrat.
55
D. PENGARUH KONSENTRASI SUBSTRAT TERHADAP AKTIVITAS
ENZIM
I. Tujuan
II Dasar Teori
Pada konsentarsi enzim yang tetap, penambahan substrat yang tetap akan menaikan
kecepatan enzimatis sampai mencapai kecepatan maksimum yang tepat., penambahan
substrat setelah kecepatan maksimum tidak berpengaruh lagi, sebab telah melampaui titik
jenuh enzim
Perubahan Warna
Tabun Konsentra Konsentra
Uji Uji
g si Substrat si Enzim
Iodium Benedict
I Amilum 1 Amilase 1,0 Warna Larutan
mL mL awal menjadi
putih warna
keruh hijau
menjadi kekuninga
coklat n
muda
II Amilum 2 Amilase 1,0 Endapan Larutan
56
mL mL putih berwarna
yang coklat
terbentu kehijauan
k
menjadi
bintik2
hitam
III Amilum 4 Amilase 1,0 Warna Larutan
mL mL menjadi berwarna
coklat coklat
tua dan muda
sedikit
endapan
IV Amilum 6 Amilase 1,0 Warna Larutan
mL mL menjadi berwarna
coklat merah bata
tua dan
lebih
banyak
endapan
V. Pembahasan
VII. Kesimpulan
Semakin besar konsentrasi substrat, maka aktifitas enzim semakin meningkat.
57
E. Uji Urease
I. Tujuan
Substrat urea oleh enzim didalam suspensi kedelai akan diuraikan menjadi amonia
( NH3 ) dan gas karbon dioksida ( CO 2). Senyawa amonia yang dihasilkan bersifat basa,
sehingga pH larutan menjadi naik. Akibatnya fenolfptalein dalam larutan yang semula
tidak berwarna menjadi merah muda.
Aktivitas enzim urease dapat dihambat oleh inhibitor logam berat seperti Hg2+ atau Pb2+
dan rusak pada pemanasan 1000C
1. Suspensi kedelai
2. Larutan Urea 1 %
3. Larutan PP ( Ph 8,3-10 )
4. Larutan HgCl2 1 %
5. Alat pemanas
6. Tabung reaksi
58
IV. Prosedur kerja
1. Siapkan tabung reaksi, kemudian masing masing isi dengan 1 ml larutan urea 1
%.
2. Pada :
Tabung 1 : tambahkan 10 tetes filtrat kedelai & 2 tetes PP
Tabung 2 : tambahkan 10 tetes filtrat kedelai yg telah didihkan & 2 tetes PP.
Tabung 3 : tambahkan 10 tetes filtrat kedelai, 2 tetes PP dan 10 tetes Larutan HgCl2 1 %
3. setelah dicampur dengan baik, masukan ketiga tabung kedalam penangas air suhu
37-400C selama 5 menit.
V. Hasil Percobaan
VI. Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan , menunjukkan hasil negatif dimana tidak terbentuk warna
merah pada tabung 1 , pada tabung 2 terdapat filtrat kedelai yang dipanaskan sehingga
enzimnyapun telah rusak dan tidak berfungsi pada tabung 3 terdapat HgCl2 yang
merupakan logam berat dimana dapat bertindak sebagai inhibitor atau penghambat kerja
enzim
VIII. Kesimpulan
Sampel filtrat kedelai yang digunakan tidak mengandung enzim urease.
59
F. Uji Glimelin
I. Tujuan
60
1. Siapkan 2 tabung reaksi yang bersih dan kering, kemudian isilah tabung pertama
dengan 1 ml HNO3 pekat dan tabung kedua dengan 1 ml latutan Iodium 0,5%
2. Melalui dinding tabung yang dimiringkan tambahkan secara hati-hati 1 ml larutan
empedu encer pada tiap-tiap tabung, sehingga kedua larutan tiak bercampur
3. Perhatikan terbentuknya warna-warna pada perbatasan antara kedua cairan.
V. Hasil Percobaan
VI. Pembahasan
Pada percobaan diketahui pada larutan empedu terdapat pigmen – pigmen
pada uji larutan HNO3 menghasilkan warna biru ungu atau violet yang terbentuk pada
kedua lapisan. Hal ini menunjukkan adanya mesobilisianin, sedangkan pada uji dengan
larutan iodium 0,5% menghasilkan warna hijau – biru yang terbentuk pada kedua lapisan
hal ini menunjukkan adanya pigmen mesoboiliverdin.
VII. Kesimpulan
Sampel empedu yang digunakan mengandung pigmen mesobilisianin dan
mesobiliverdin.
61
G. Uji Petenkofer
I. Tujuan
Didalam empedu, asam –asam kolat dan asam kenodeoksikolat terutama sebagai
garamnya, merupakan turunan senyawa aromatik kompleks.. asam empedu sebagai
fulfural ( dihasilkan dari dehidrasi karbohidrat oleh H2SO4 pekat ) akan
berkondensasi akan membentuk senyawa berwarna
IV Prosedur Kerja
V. Hasil Percobaan
62
Bahan Tabung
Larutan empedu encer 1 ml
Larutan Sukrosa 5 % 2 tetes
Larutan H2SO4 Pekat 10 tetes
Hasil : cincin warna merah-violet Cincin merah violet ( +)
(+/-)
VI. Pembahasan
Pada percobaan ini didapat hasil negatif, seharusnya didapat hasil positif karena larutan
empedu mengandung asam empedu pada penambahan H2SO4 berlebih baru terjadi
dehidrasi sehingga hasil positif.
VII. Kesimpulan
Hasil positif berarti sampel mengandung asam empedu.
63
BAB IV
VITAMIN
I. Tujuan
Sumber vitamin A adalah karoten dan karotenoid yang banyak terdapat dalam bahan –
bahan nabati sebagai provitamin. Dalam jaringan hewan, vitamin A diperoleh dalam
bentuk retinol. Vitamin A stabil dibawah atmosfir tetapi cepat hilang aktivitasnya bila
dipanaskan dengan adanya oksigen terutama pada suhu tinggi. Vitamin A dapat rusak bila
dioksidasi atau didehidrogenasi
Penentuan adanya itamin A dapat dilakukan denga 2 metode yaitu dengan pereaksi Carr-
Price atau pereaksi Trikloroasetat (TCA). Vitamin A dengan pereaksi Carr-Price akan
memberikan warna biru, kemudian berubah menjadi merah coklat. Intensitas warna biru
sebanding dengan banyaknya vitamin A yang terkandung dalam suatu bahan. Oleh karena
itu reaksi dapat dijadikan dasar penentuan kualitatif vitamin A secara kolorimetri.
1. Tabung reaksi.
2. Pipet ukur dan pipet tetes
3. Spatula
4. Minyak ikan
5. Kloroform
6. Kristal SbCl3
7. Asam setat anhidrid
8. Asam trikloroasetat (TCA)
64
IV. Prosedur Kerja
Prosedur A :
1. Didalam tabung reaksi , masukan 10 tetes minyak ikan
2. Ditambahkan 15 tetes klorofom, kemudian campurlah dengan baik.
3. Ditambahkan 4 tetes asam asetat anhidrid.
4. Dibubuhkan sepucuk sendok Kristal SbCl3 ke dalamnya.
5. Diperhatikan perubahan warna yang terjadi, terbentuknya warna biru yang akan
brubah menjadi merah coklat berarti vitamin A positif.
Prosedur B:
1. Didalam tabung reaksi , masukan 10 tetes minyak ikan.
2. Ditambahkan 10 ml pereaksi asam trikloroasetat dalam kloroform.
3. Dicampurkan dengan baik.
4. Diamati warna yang terjadi, timbulnya warna biru kehijauan menandakan
vitamin A positif.
V. Hasil Percobaan
VI. Pembahasan
Pada percobaan ini diperoleh hasil bahwa pada prosedur A dari warna biru berubah
menjadi warna coklat yang menandakan hasil yang positif atau dengan kata lain terdapat
vitamin A. Ini dikarenakan dalam reaksi yang digunakan dapat dipakai untuk penentuan
adanya vitamin A. karna pada percobaan A ini akan terbentuk warna biru yang akan
berubah menjadi merah coklat yang menandakan vitamin A positif.
Hal ini dapat dibuktikan pada prosedur B diperoleh hasil larutan yang berwarna biru
kehijauan yang menandakan positif terdapat vitamin A. Ini dikarenakan pada reaksi yang
dipakai dengan TCA pada prosedur B akan menunjukkan larutan berwarna biru kehijauan
65
sebanding dengan banyaknya vitamin A yang terkandung. Dimana TCA merupakan dasar
penentuan secara kualitatif adanya vitamin A.
VII. Kesimpulan
Minyak ikan yang diuji mengandung vitamin A
I. Tujuan
66
Membuktikan adanya vitamin D dalam suatu bahan secara kualitatif
Ada dua jenis vitamin D yang penting, yaitu vitamin D2 ( ergokalsiferol) dan vitamin D3
( kolekalsferol). Sumber Vitamin D2 banyak terdapat dalam baha nabati seperti ragi dan
jamur, sedangkan vitamin D banyak terdapat dalam minyak hati ikan.
Pada umumnya vitamin D stabil terhadap pemanasan asam dan oksigen. Vitamin D
secara lambat dapat didestruksi bila lingkungannya alkalis, terutama bila terdapat udara
dan cahaya. Pemanasan dengan hidrogen peroksida tidak merusak vitamin D, tetapi
vitamin A akan rusak.
1. Tabung reaksi.
2. Pipet ukur, dan pipet tetes.
3. Alat pemanas.
4. Minyak ikan
5. Kloroform
6. Asam asetat anhidrid
7. Larutan H2O2 5%
8. Asam Trikloroasetat
V. Hasil Percobaan
Bahan Tabung
67
Minyak Ikan 10 tetes
Larutan H2O2 5 % 10 tetes
Panaskan tidak sampai mendidih lalu uji dengan pereaksi Carr-Price
Hasil : warna jingga – kuning (+/-) Kuning pucat (+)
VI. Pembahasan
Pada percobaan ini hasil yang diperoleh warna kuning yang menunjukan vitamin D
positif. Vitamin D ini umumnya stabil pada pemanasan, asam dan oksigen. Vitamin D
secara lambat dapat didestruksi bila lingkungannya alkalis, terutama bila terdapat udara
dan cahaya. Pemanasan dengan hidrogen peroksida tidak merusak vitamin D.
VII. Kesimpulan
Minyak ikan yang diuji mengandung vitamin D dalam jumlah yang sedikit.
I. Tujuan
Membuktikan adanya vitamin B1 secara kualitatif
68
Vitamin B1 atau thiamin mengandung sistem dua cincin yaitu pirimidin dan
thaizol. Dalam tanaman terutama serealia, vitamin B1 terdapat dalam keadaan bebas,
sedangkan dalam jaringan hewan terdapat sebagai koenzim yaitu thiamin pirofosfat
(TPP).
Thiamin bersifat larut dalam air, tetapi dalam pellarut lemak. Dalam larutan netra
atau alkalis thiamin mudah rusak. Sedangkan dalam keadaan asan tahan panas. Thiamin
stabil pada pemanasan kering, tetapi mudah terurai oleh zat-zat pengoksidasi dan
terhadap radiasi sinar ulrtaviolet
Prosedur B :
1. Didalam tabung reaksi masukan 5 tetes larutan thiamin 1%.
2. Ditambahkan 5 tetes larutan bismuth nitrat,dicampurkan dengan baik.
3. Ditambahkan pula satu tetes larutan KI 5%.
4. Diperhatikan perubahan warna yang terjadi. Timbulnya endapan warna merah
jingga berarti vitamin B1 positif.
69
V. Hasil Percobaan
VI. Pembahasan
Pada percobaan ini, prosedur A sebelum dipanaskan berwarna kuning setelah dipanaskan
berwarna coklat tapi tidak terdapat endapan. Pada uji ini hasil yang seharusnya terdapat
endapan warna coklat-hitam yang menandakan positif vitamin B1. Sedangkan pada
prosedur B menghasilkan endapan berwarna coklat , yang menunjukkan hasil negative
atau tidak adanya vitamin B1
VII. Kesimpulan
I. Tujuan
Membuktikan adanya vitamin B6 secara kualitatif
70
Di alam vitamin B6 terdiri atas tiga bentuk senyawa, yaitu pirodoksin, pirodoksal dan
pirodoksamin. Ketiga bentuk vitamin B6 terdapat dalam hewan maupun tumbuhan.
Terutama pada beras atau gandum.
Pirodoksin stabil terhadap pemanasan, alkali dan asam pirodoksal dan pirodoksamin
mudah rusak oleh pemanaan udara dan cahaya. Dari ketiga bentuk vitamin B6 haya
pirodoksin yang paling tahan terhadap pengaruh pengolahan dan penyimpanan.
Prosedur B :
1. Dimasukan 10 tetes larutan pirodoksin 1% kedalam tabung reaksi
2. Ditambahkan 3-5 tetes larutan FeCl3
3. Diamati perubahan warna yang terjadi.timbulnya warna jingga sampai merah tua
berarti vitanmin B6 positif
V. Hasil Percobaan
VI. Pembahasan
Pada percobaan A, diperoleh warna biru yang menunjukkan positif adanya vitamin B6.
Namun, pada prosedur B meunjukkan hasil yang positif dengan warna jingga positif
ketika direaksikan dengan FeCl3.
VII. Kesimpulan
I. Tujuan
72
Vitamin C di alam terdapat dalam dua bentuk yaitu teroksidasi ( asam askorbat) dan
tereduksi ( asam dehidroaskorbat ). Keduanya memiliki keaktifan sebagai vitamin C.
Sumber vitamin C sebagian besar berasal dari sayur – sayuran berwarna hijau dan buah –
buahan terutama yang masih segar.
Vitamin C larut dalam air dan agak stabildalam larutan asam, tetapi mudah dioksidasi
terutama bila dipanaskan. Proses oksidasi akan dipercepat dengan adanya tembaga,
oksigen dan alkali.
Prosedur B :
1. Dimasukan 10 tetes larutan asam askorbat 1% kedalam tabung reaksi
2. Dinetralkan larutan mengunakan NaHCO3 5%\
3. Ditambahkan 2 tetes larutan FeCl3
4. Diamati warna yang terjadi adanya warnah merah,unggu berarti vitamin C
positif.
V. Hasil Percobaan
73
Bahan Prosedur Prosedur
A B
Larutan Asam askorbat 5 tetes 5 tetes
1%
Pereaksi benedict 15 tetes
pH larutan 8 tetes
Larutan FeCl3 1 % 2-3 tetes
Didihkan diatas api kecil selama 2 menit untuk prosedur A
Hasl : perhatikan Larutan Larutan
perubahan warna yang & mertah
terbentuk endapan hitam
Merah coklat
bata
VI. Pembahasan
Pada percobaan A, larutan yang diperoleh berwarna hijau dan ada endapan yang
menunjukan vitamin C positif . Sedangkan pada prosedur B diperoleh hasil larutan
berwarna merah bata yang menandakan vitamin C positif
VII Kesimpulan
74
DAFTAR PUSTAKA
Yazid, Estien, dkk. 2006. Penuntun Pratikum Biokimia untuk Mahasiswa Analis.
Gresik : Andi Yogayakrta.
Jalip, I.S. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Laboratorium Kimia Fakultas
Biologi Universitas Nasional. Jakarta.
Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerbit ITB. Bandung
75