Anda di halaman 1dari 26

GANGGUAN KULIT, THT

(TELINGA, HIDUNG, TENGGOROKAN)

Oleh :

CARINA ANGELA Y.N ( NIM : P27903220003 )


DIAH ANGGRAENY ( NIM : P27903220006 )

POLTEKKES KEMENKES BANTEN


PRODI DIII TLM PEGAWAI

2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penyakit kulit adalah salah satu jenis penyakit yang di sebabkan oleh jamur, bateri
dan virus. Penyakit kulit dapat menyerang seseorang apabila seseorang tersebut memiliki
tingkat kekebalan tubuh yang kurang baik. Penyakit kulit itu di kelompokkan menurut
jenis penyakit dan tingkat keganasannya karena ada jenis penyakit kulit yang tidak
berbahaya dan ada juga jenis penyakit kulit yang sangat berbahaya hingga dapat
menimbulkan kematian. Adapun penyakit kulit dapat di bedakan menurut tingkat
pengobatannya ada 2 yaitu penyakit kulit yang dapat di sembuhkan dan penyakit kulit
yang sulit untuk di sembuhkan.
Penyakit telinga, hidung, tenggorokan merupakan penyakit yang banyak dijumpai
di Indonesia. Bagi sebagian orang banyak yang tidak mengetahui gejala– gejala penyakit
telinga, hidung, tenggorokan. Selain itu, sebagian besar dari masyarakat tidak terlatih
secara medis sehingga apabila mengalami gejala penyakit yang diderita belum tentu
dapat memahami cara-cara penanggulangannya. Sangat disayangkan apabila gejala-gejala
yang sebenarnya dapat ditangani lebih awal menjadi penyakit yang lebih serius akibat
kurangnya pengetahuan.

B. RumusanMasalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah maka diperoleh
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa itu kanker kulit, eksim dan psoriasis serta Penyebab dan gejalapenyakitkulit
2. Apa itu otitis, rupture membrane timpani dan otosklerosis
3. Apaitu sinusitis
BAB II
PEPEMBAHASAN

Kanker kulit

Kanker kulit merupakan kelainan pada kulit yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal
sel kulit. Kanker kulit terutama menyerang sel kulit yang terpapar sinar matahari, seperti pada
daerah wajah, lengan, dan tungkai. Beberapa jenis kanker kulit, antara lain:

a) Karsinoma sel basal, yaitu jenis kanker kulit yang menyerang sel basal. Sel
basal adalah jenis sel yang bekerja menghasilkan sel-sel baru untuk
menggantikan sel-sel kulit yang telah mati. Kanker jenis ini umumnya
menyerang daerah wajah dan leher.
b) Karsinoma sel skuamosa, yaitu jenis kanker kulit yang tergolong tidak
terlalu ganas. Pada umumnya tumbuh di kulit wajah, khususnya daerah sekitar
telinga dan bibir. Jenis kanker ini dapat menyerang daerah lain di tubuh,
terutama yang memiliki sel skuamosa.
c) Melanoma, yaitu jenis kanker kulit yang berkembang pada sel melanosit,
sehingga mengganggu sel yang memproduksi melanin, yaitu pigmen
pembentuk warna kulit. Pada umumnya terlihat seperti tahi lalat atau
berkembang dari tahi lalat.

Gejala Kanker Kulit

1. Karsinoma Sel Basal (BCC)

a) Timbul di daerah yang sering terpapar sinar matahari, seperti leher atau wajah.
b) Benjolan lunak dan mengkilat pada kulit.
c) Lesi berbentuk datar pada kulit berwarna cokelat gelap atau cokelat kemerahan
seperti daging.

2. Karsinoma Sel Skuamosa (SCC).

a) Timbul di daerah kulit yang terpapar sinar matahari, tetapi pada orang berkulit
gelap, sering timbul pada kulit di bagian tubuh yang jarang terkena sinar matahari.
b) Benjolan merah keras pada kulit.
c) Lesi pada kulit berbentuk datar dan bersisik keras seperti kerak.

3. Melanoma

a) Dapat timbul di bagian kulit manapun dan pada warna kulit apapun.
b) Timbul tahi lalat baru atau terjadi perubahan bentuk dari tahi lalat yang lama.
c) Tahi lalat berbentuk tidak beraturan.
d) Tahi lalat berubah bentuk dan ukuran setelah beberapa lama.
e) Tahi lalat memiliki diameter lebih besar dari 6 milimeter.
f) Tahi lalat memiliki lebih dari satu warna.
g) Tahi lalat memiliki pinggiran yang tidak rata dan kasar.
h) Tahi lalat terasa gatal dan dapat berdarah.

Penyebab Kanker Kulit

Penyebab kanker kulit adalah akibat adanya mutasi DNA yang menyebabkan
pertumbuhan abnormal sel tertentu di kulit. Mutasi DNA pada jaringan kulit ini dipicu oleh
paparan sinar ultraviolet. Sumber utama sinar ultraviolet adalah sinar matahari yang terdiri dari
tiga jenis, yaitu ultraviolet A (UVA), ultraviolet B (UVB), dan ultraviolet C (UVC). Dari ketiga
jenis sinar ultraviolet tersebut, yang paling berbahaya bagi kulit adalah sinar UVC. Meski
demikian, sinar UVC dapat diserap oleh atmosfer sebelum mencapai tanah. Sedangkan UVA dan
UVB dapat merusak sel-sel kulit, terutama yang berwarna pucat, dan berpotensi menyebabkan
kanker kulit.

Faktor Risiko Kanker Kulit

Beberapa faktor risiko timbulnya kanker kulit, antara lain:

a) Sering terpapar sinar ultraviolet.


b) Kulit sering terbakar sinar matahari.
c) Daya tahan tubuh rendah, seperti pada pengidap HIV/AIDS, orang yang
mengonsumsi obat imunosupresan, dan penerima transplantasi organ.
d) Memiliki banyak tahi lalat atau tahi lalat yang abnormal.
e) Memiliki kulit berwarna cerah atau putih.
f) Orang dengan usia lanjut.
g) Paparan bahan kimia tertentu, seperti arsenik, dapat meningkatkan risiko kanker
kulit.
h) Pengidap actinic keratosis, yaitu bercak-bercak berupa penebalan kulit yang
bersisik pada daerah wajah, tangan, dan kepala, yang berpotensi menjadi kanker
kulit.
i) Riwayat keluarga mengalami kanker kulit.
j) Riwayat mendapatkan terapi radiasi.
k) Riwayat mengalami kanker kulit sebelumnya.

Pencegahan Kanker Kulit

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker kulit, antara lain:

a) Hindari paparan langsung sinar matahari sejak pukul 11.00 hingga 16.00.
b) Gunakan pakaian yang dapat melindungi kulit dari sinar matahari.
c) Gunakan tabir surya jika bepergian keluar rumah.
d) Perhatikan dengan seksama kondisi kulit seminggu sekali.
Pengobatan Kanker Kulit

Pengobatan kanker kulit tergantung pada jenis kanker yang dialami dan luas kulit yang
terkena. Pada umumnya, dokter akan melakukan tindakan operasi untuk mengangkat area kulit
yang mengalami kanker. Meski demikian, jika kulit yang mengalami kanker cukup luas, dapat
dilakukan radioterapi (radiasi) setelah tindakan operasi dilakukan. Beberapa pilihan pengobatan
yang juga dapat dilakukan dokter untuk menangani kanker kulit, antara lain:

a) Terapi fotodinamik, yaitu menghilangkan sel kanker dengan menggunakan


cahaya.
b) Eksisi tumor atau pembedahan, yang bertujuan untuk memotong lapisan kulit atau
bagian kulit yang terserang kanker.
c) Cryotherapy atau cryosurgery, yaitu terapi menghilangkan sel kanker dengan
menggunakan metode pembekuan.
d) Kemoterapi dan radioterapi.

Eksim

Eksim merupakan reaksi alergi pada kulit yang ditandai dengan timbulnya warna kemerahan
dan rasa gatal. Kondisi ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman serta mengganggu penampilan.

Gejala Eksim

Gejala-gejala yang dapat muncul sebagai berikut:

a) Terdapat tanda-tanda infeksi, meliputi area yang basah atau adanya pus.
b) Ada peradangan pada kulit, serta berwarna kemerahan disertai rasa terbakar atau
panas disekitar daerah yang terinfeksi.
c) Muncul rasa tidak nyaman serta menyebarnya ruam yang biasanya berlangsung
selama 3 minggu.
d) Timbul vesikel (tonjolan kecil berisi cairan jernih).
e) Terdapat bagian bersisik putih di area tersebut, atau sangat mengelupas.
f) Kulit menjadi sangat kering, keras dan kaku
Penyebab Eksim

Penyebab eksim dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia, fisik (contoh:
sinar), mikroorganisme (bakteri, jamur), dapat pula dari dalam (endogen), misalnya eksim
atopik. Sebagian lain tidak diketahui pasti. Banyak macam eksim yang belum diketahui
patogenesisnya, terutama yang penyebabnya faktor endogen. Yang telah banyak dipelajari adalah
tentang eksim kontak, baik yang tipe alergik maupun iritan primer.

Faktor Risiko Eksim

Berikut adalah faktor risiko tinggi pada orang yang dapat terkena eksim, yaitu:

a) Stres.
b) Riwayat keluarga terkena eksim.
c) Rasa panas dan keringat berlebih.
d) Rasa dingin dan iklim kering.
e) Kulit kering.
f) Kontak langsung dengan bahan-bahan kasar dan iritan seperti sabun dan kain sintetis.
g) Demam atau infeksi saluran nafas atas.

Pengobatan Eksim

Pada pengobatan ada beberapa anjuran yang harus dilakukan untuk penyembuhan eksim itu
sendiri dalam hal ini terdapat penjelasan dari setiap terapi, yaitu:

a) Anti-histamin dapat meredakan eksim yang diinduksikan oleh alergi. Perhatikan bahwa
beberapa antihistamin menyebabkan mengantuk.
b) Menggunakan kortikosteroid oles yang digunakan untuk menekan peradangan akibat
eksim.
c) Pelindung kulit, Beberapa bahan yang terkandung dalam pelembab dan emolien dapat
memperparah kondisi kulit.

Pencegahan Eksim

Umumnya, pencegahan pada eksim bisa dilakukan dengan merawat kulit dengan baik dan benar.
Hindari kulit yang terlalu kering atau terlalu basah. Jangan lupa untuk menjaga kulit tetap
lembab serta menghindari keringat berlebih. Selain itu perlu diperiksakan apa saja pemicu eksim
pada kulit, agar bisa menghindari kontak dengan pemicu eksim. Berikut beberapa tips untuk
mencegah timbulnya eksim:

a) Kurangi pikiran yang menyebabkan stres.


b) Sebaiknya hindari untuk mengonsumsi makanan pemicu alergi dan pemicu iritasi.
c) Jangan gunakan sabun atau sampo yang mengandung zat–zat pemicu alergi.
d) Cegah perubahan suhu dan kelembaban kulit yang ekstrim.
e) Hindari mandi menggunakan air yang terlalu panas.
f) Jangan memanaskan dan mendinginkan kulit secara berlebih.
g) Gunakan pelindung ketika bersentuhan dengan deterjen atau bahan kimia lainnya.

Psoriasis

Psoriasis adalah penyakit autoimune yang menyerang kulit sang pengidap. Psoriasis
umumnya terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Gejala yang biasanya terjadi pada
pengidapnya adalah kulit pecah-pecah sampai akhirnya berdarah, kulit menjadi bersisik, sendi
terasa kaku dan bengkak, terjadinya penebalan pada kuku dengan tekstur yang tidak rata.
Psoriasis bisa terjadi pada siapa saja, bahkan bisa menyerang bayi yang umumnya disebabkan
karena faktor genetik. Psoriasis kadang sering tertukar dengan penyakit eczema atau eksim
karena memiliki gejala yang agak mirip.

Penyebab Psoriasis

Psoriasis diduga disebabkan karena autoimun tubuh menyerang sel-sel kulit yang sehat. Namun,
ada pula penyebab lainnya, seperti:

a) Adanya pengaruh lingkungan dan faktor gen

b) Faktor keturunan

c) Adanya infeksi tenggorokan

d) Cedera pada kulit

e) Terlalu banyak mengonsumsi minuman beralkohol

f) Mengonsumsi obat-obatan tekanan darah tinggi serta obat antimalaria

Gejala Psoriasis

Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit psoriasis bagi setiap orang berbeda, ada yang
mengalami gejala ringan atau tidak ada gejala sama sekali dalam kurun waktu tertentu. Gejala
umum psoriasis meliputi:

a) Kulit yang memerah akan terasa tebal kering dan bersisik;

b) Kulit pecah-pecah dan terkadang berdarah;

c) Kuku menebal dengan tekstur yang tidak rata; dan

d) Sendi terasa bengkak dan kaku.


Perbedaan gejala yang timbul akan terjadi tergantung jenis penyakit yang diidap oleh pengidap
psoriasis, seperti:

a) Psoriasis plak. Gejala yang timbul pada psoriasis ini adalah timbulnya ruam kulit merah
dan kulit menjadi bersisik yang disebut dengan plak yang muncul di bagian tubuh
manapun.

b) Psoriasis kuku. Jika psoriasis terjadi pada kuku, maka gejalanya meliputi perubahan
warna kuku, cekungan kecil yang muncul pada kuku, pertumbuhan kuku

c) Psoriasis kulit kepala. Jenis psoriasis kulit kepala ini akan timbul gejala
seperti munculnya sisik tebal dan terasa gatal di seluruh kulit kepala, bahkan terdapat
ruam yang melebar hingga melewati garis rambut.

d) Psoriasis inversi. Gejala yang ditimbulkan oleh psoriasis inversi adalah ruam merah
yang terasa halus pada daerah tubuh yang memiliki lipatan. Ruam tersebut biasanya
terjadi pada ketiak.

e) Psoriasis gutata. Gejala pada psoriasis gutata menyerupai bintik ruam seperti tetesan air
dan biasanya muncul pada tubuh bagian atas, lengan, kaki dan kulit.

f) Psoriasis pustular. Psoriasis pustulat mengeluarkan gejala seperti ruam merah yang


perih sebeul akhirnya melepuh dan berisi nanah.

g) Psoriasis eritrodermik. Gejala psoriasis eritrodermik adalah timmbulnya ruam yang


mengelupas dan sangat gatal. Ruam tersebut juga disertai dengan sensasi terbakar di
seluruh tubuh.

h) Artritis psoriasis. Gejala jenis terakhir ini akan menimbulkan kulit yang teriritasi dan
bersisik serta adanya perubahan warna kuku.

Pengobatan Psoriasis

Psoriasis dapat disembuhkan dengan melalui langkah pengobatan sesuai dengan jenis dan tingkat
keparahannya. Pengobatan yang dilakukan, seperti:

a) Memberikan obat oles atau krim;

b) Melakukan terapi cahaya;

c) Jika tingkat keparahan psoriasis tinggi, maka konsumsi obat yang dianjurkan oleh dokter,
harus dilakukan; dan

d) Memberikan obat melalui suntikan dan infus.

Pencegahan Psoriasis
Hal-hal ini bisa dilakukan untuk mencegah psoriasis:

a) Rajin mandi minimal dua kali sehari

b) Gunakan pelembap agar kulit tidak kering

c) Berjemur di bawah sinar matahari juga baik untuk kulit, namun jangan terlalu lama.

Otitis Media

Pengertian Otitis Media

Otitis media adalah peradangan yang terjadi di bagian telinga tengah dan sering terjadi pada
anak-anak. Terdapat beberapa tipe dari otitis media, yaitu:

a) Otitis media akut (OMA).

b) Otitis media efusi (OME).

c) Otitis media supuratif kronik (OMSK).

d) Otitis media adhesif.

Faktor risiko

Terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya otitis media. Misalnya:

a) Anak-anak di usia 6 bulan sampai 2 tahun rentan terhadap infeksi telinga, karena ukuran
dan bentuk tuba eustachius dan sistem imun yang masih berkembang.

b) Anak-anak yang ditempatkan di penitipan anak. Mereka di kategori ini lebih rentan
terserang pilek dan infeksi telinga daripada anak-anak yang tinggal di rumah.
c) Pemberian makan bayi. Si Kecil yang minum dari botol, terutama saat berbaring,
cenderung rentan terhadap infeksi telinga daripada bayi yang disusui oleh ibunya (dengan
payudara).

d) Kebiasaan merokok atau paparan asap rokok.

e) Bekerja di tempat dengan banyak polusi.

Penyebab Otitis Media

Otitis media umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, atau virus, Streptococcus
pneumoniae merupakan patogen yang sangat umum. Selain itu, ada pula beberapa patogen yang
bisa menyebabkan terjadinya otitis media, contohnya Pseudomonas aeruginosa dan Moraxella
catarrhalis. Pada dewasa muda, infeksi telinga sering disebabkan oleh Haemophilus influenzae.

RSV dan virus yang menyebabkan common cold juga dapat menyebabkan otitis media karena
mereka merusak sel-sel epitel sistem pernapasan bagian atas. Di samping itu, ada pula pemicu
lainnya seperti disfungsi tuba Eustachius. Kondisi ini menyebabkan pembersih bakteri yang tak
memadai dari telah telinga, hal inilah yang nantinya bisa menyebankan otitis media

Gejala  Otitis Media

OMA

a) Otalgia atau nyeri telinga.

b) Otorrhea atau keluarnya cairan dari telinga.

c) Nyeri kepala.

d) Turunnya nafsu makan.

OME

a) Turunnya pendengaran.

b) Tinnitus atau suara berdenging di telinga.


c) Vertigo atau pusing berputar.

OMSK

a) Turunnya pendengaran karena rusaknya gendang telinga.

b) Biasanya rasa nyeri berkurang atau tidak ada, begitu juga dengan demam.

Otitis media adhesif

a) Hasil dari radang telinga tengah sebelumnya, biasanya OMA.

b) Turunnya pendengaran akibat mengerasnya tulang-tulang penghantar suara.

Penanganan Otitis Media

Pengobatan meliputi pengobatan kausatif dan suportif. Andaikan otitis media disebabkan oleh
bakteri, maka metode pengobatannya bisa dengan pemberian antibiotik. Sementara itu, bila
disebabkan oleh jamur, dokter biasanya akan memberikan antifungal.

Pencegahan  Otitis Media

Pencegahan merujuk pada mengendalikan atau menghilangkan faktor risiko, antara lain:

a) Jauhkan anak dari lingkungan penuh asap atau rokok.

b) Lengkapi vaksinasi.

c) Jaga cara memberi makan anak.

d) Berikan ASI eksklusif.

e) Hindari paparan dengan pengidap otitis media.

Perforasi Membran Timpani

Pengertian Perforasi Membran Timpani

Gendang telinga (membran timpani) merupakan selaput tipis yang membatasi liang telinga
dengan telinga bagian tengah. Kondisi gendang telinga pecah menggambarkan adanya robekan
di gendang telinga. Secara medis kondisi ini disebut sebagai perforasi membran timpani. 
Kondisi ini akan menyebabkan gangguan pendengaran dan kadang diikuti dengan keluarnya
cairan dari telinga. Gendang telinga pecah juga dapat mengakibatkan infeksi pada telinga bagian
tengah dan menimbulkan gangguan pendengaran. Bahkan, pada beberapa kasus juga dapat
menyebabkan hilangnya pendengaran.

Penyebab Perforasi Membran Timpani

Beberapa penyebab gendang telinga pecah, antara lain:

a) Cedera, misalnya akibat kecelakaan.


b) Mendengar suara dentuman yang sangat keras.
c) Infeksi telinga.
d) Benda asing yang masuk ke dalam telinga.

Gejala Perforasi Membran Timpani

Beberapa gejala gendang telinga pecah, antara lain:

a) Gangguan pendengaran.
b) Telinga terasa nyeri.
c) Demam.
d) Gatal.
e) Tinnitus atau telinga berdenging.
f) Mual dan muntah.
g) Pusing.
h) Keluar cairan berwarna bening atau merah dari telinga.
i) Lemas.

Diagnosis Perforasi Membran Timpani

Dokter akan mendiagnosis gendang telinga pecah dengan melakukan wawancara medis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan telinga, serta pemeriksaan penunjang, antara lain:

a) Otoskopi dengan menggunakan teropong berukuran kecil yang dilengkapi cahaya, untuk
memeriksa saluran atau struktur dalam telinga.
b) Audiometri dengan menggunakan suara yang volumenya diatur berbeda-beda untuk
memeriksa kepekaan pendengaran.
c) Timpanometri dengan menggunakan alat khusus (timpanometri) yang dimasukkan ke
dalam telinga untuk memeriksa respons gendang telinga terhadap perubahan tekanan
yang ada.
d) Pemeriksaan laboratorium jika terdapat cairan yang keluar dari telinga. 

 
Komplikasi Perforasi Membran Timpani

Beberapa komplikasi akibat gendang telinga pecah, antara lain:

a) Otitis media atau infeksi telinga tengah.


b) Kolesteatoma atau kista di telinga tengah.
c) Kehilangan pendengaran.

Pengobatan Perforasi Membran Timpani

Gendang telinga yang pecah akan sembuh dengan sendirinya dalam 6-8 minggu. Beberapa
langkah pengobatan yang akan dilakukan dokter, antara lain:

a) Pemberian obat pereda rasa nyeri seperti ibuprofen atau paracetamol.


b) Menambal robekan pada gendang telinga dengan menggunakan kertas khusus untuk
membantu robekan pulih dan menyatu kembali.
c) Tindakan operasi gendang telinga atau timpanoplasti, dengan mencangkok jaringan lain
ke gendang telinga yang pecah.

Pencegahan Perforasi Membran Timpani

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah gendang telinga pecah, antara lain:

a) Berhati-hati serta perlahan saat membersihkan telinga dengan cotton bud.


b) Hindari perjalanan dengan pesawat ketika sedang pilek atau flu.
c) Gunakan penutup telinga, kunyahlah permen karet, atau menguaplah saat terjadi
perubahan tekanan.
d) Hindari menggunakan benda yang tajam.
e) Gunakan alat pelindung diri berupa penutup telinga saat bekerja di lingkungan yang
bising.
f) Gunakan pelindung telinga (earplug) bila berada dalam situasi yang berpotensi
menyebabkan telinga terpapar suara yang sangat keras.

Otosklerosis

Pengertian Otosklerosis
Otosklerosis merupakan gangguan pendengaran yang disebabkan karena kekakuan
tulang-tulang pendengaran. Dalam keadaan normal, agar bisa mendengar, gelombang suara akan
ditangkap dan diteruskan dari liang telinga menuju telinga tengah.

Gejala Otosklerosis

Berikut ini adalah beberapa gejala otosklerosis yang mungkin terjadi:


a) Gangguan pendengaran yang semakin lama semakin memburuk
b) Sulit untuk mendengar suara yang rendah dan bisikan
c) Cenderung berbicara dengan suara pelan, karena suara sendiri terdengar keras
d) Cenderung lebih mudah mendengar saat suasana di sekitar sedang bising
e) Telinga sering berdenging (tinnitus)
f) Pusing

Penyebab Otosklerosis

Hingga kini penyebab otosklerosis belum diketahui secara pasti. Kendati demikian, ada beberapa
faktor risiko yang bisa meningkatkan kemungkinan terjadinya otosklerosis, di antaranya:

1. Faktor keturunan

Faktor keturunan merupakan salah satu penyebab yang paling umum dari otosklerosis. Kondisi
ini mungkin bisa terjadi karena adanya kelainan genetik yang diturunkan dari orang tua.

2. Jenis kelamin

Sebenarnya, pria dan wanita sama-sama bisa mengalami otosklerosis. Namun, wanita memiliki
risiko lebih tinggi untuk menderita kondisi ini, terlebih saat hamil. Kehamilan sebenarnya bukan
merupakan penyebab otosklerosis, tetapi wanita hamil yang mengalami kondisi ini cenderung
akan merasakan gejala yang lebih berat.

3. Masalah kesehatan tertentu

Adanya masalah kesehatan tertentu juga dapat meningkatkan risiko Anda mengalami
otosklerosis. Riwayat infeksi campak dan gangguan sistem kekebalan tubuh diketahui bisa
meningkatkan risiko terjadinya otosklerosis.

Pengobatan
Pengobatan otosclerosis tergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi kesehatan pasien. Beberapa
langkah penanganan yang bisa dianjurkan meliputi:

 Observasi

Perkembangan otosclerosis pada masing-masing pasien tidak selalu sama. Tidak semua pasien akan mengalami
gangguan pendengaran yang berat.Pada beberapa kasus, otosclerosis dapat berkembang dengan sangat lambat.
Oleh karena itu, dokter akan melakukan pemeriksaan kondisi pasien secara berkala pada kasus yang ringan.

 Alat bantu dengar


Pada kasus di mana gangguan pendengaran cukup berat, dokter akan memberikan alat bantu dengar. Alat ini
akan disesuaikan dengan kebutuhan pasien.

 Suplemen sodium fluoride

Suplemen sodium fluoride diduga dapat membantu dalam mengurangi kecepatan perkembangan penyakit
otosclerosis.

 Operasi

Pada kasus yang parah, diperlukan operasi bernama stapedectomy. Melalui prosedur ini, dokter akan
menempatkan alat di telinga bagian tengah Anda yang menggerakkan tulang stapes yang tersangkut, dengan
begitu gelombang suara dapat mengalir ke telinga bagian dalam, sehingga Anda dapat mendengar lebih baik.

Komplikasi otosclerosis

Bila tidak ditangani dengan benar, otosclerosis dapat menyebabkan komplikasi berupa:

a) Tuli total
b) Hilangnya kemampuan mengecap rasa di sebagian atau seluruh lidah, baik sementara
atau permanen
c) Infeksi, pusing, nyeri, atau pembekuan darah setelah operasi
d) Kerusakan saraf

Sinusitis

Pengertian Sinusitis
sehingga membuat sumbatan. Ada dua jenis sinusitis, yaitu akut dan kronis (lebih dari 12
minggu).

Pengelompokan sinusitis sendiri berdasarkan durasi gejala. Selain itu, sinusitis yang berdasarkan
penyebabnya yang tersering dan paling umum, yaitu akibat bakteri dan virus. Jika sinusitis
disebabkan oleh virus, sinusitis akan menjadi penyakit yang menular.

Faktor Risiko Sinusitis


Terdapat berbagai faktor yang meningkatkan risiko seseorang dapat terkena sinusitis, antara lain:
a) Adanya kelainan struktur atau bentuk dari saluran hidung, seperti polip hidung atau
penyimpangan septum hidung.
b)
c) Masalah pernapasan yang disebabkan oleh sensitivitas terhadap obat-obatan jenis
tertentu.
d)
e) Pengidap asma, orang yang mengidap asma rentan untuk terkena sinusitis kronis.
f)
g) Terpapar asap rokok secara berlebihan dan dalam jangka waktu panjang.
h)
i) Gejala alergi yang muncul bagi sebagian orang.

 Penyebab Sinusitis
Kondisi yang dapat menyebabkan sinusitis meliputi:

a) Flu (common cold).


b)
c) Rhinitis alergi.
d)
e) Polip hidung.
f)
g) Septum deviasi (bengkoknya tulang hidung).
h)
i) Gejala yang disebabkan oleh alergi bagi sebagian orang.

Gejala Sinusitis
Gejala sinusitis akut meliputi:

a) Nyeri wajah yang memburuk saat menunduk.


b) Cairan kental kuning kehijauan dari hidung atau belakang tenggorokan.
c) Hidung mampet menyebabkan kesulitan bernapas.
d) Tekanan pada telinga.
e) Sakit kepala.
f) Batuk.
g) Bau napas tidak sedap.
h) Kelelahan.
i) Demam.

Sementara itu, beberapa gejala sinusitis kronis meliputi:


a) Cairan kental kuning kehijauan dari hidung dan belakang tenggorokan.
b) Hidung mampet.
c) Nyeri wajah.
d) Kesulitan menghirup.
e) Nyeri telinga.
f) Nyeri pada rahang atas dan gigi.
g) Batuk.
h) Nyeri tenggorokan.
i) Napas tak sedap.
j) Kelelahan.
k) Mual.

Diagnosis Sinusitis
untuk melakukan diagnosis terhadap sinusitis bisa juga dilakukan dengan berbagai hal berikut ini

Endoskopi Hidung

Sebuah tabung tipis dan fleksibel (endoskopi) dengan cahaya serat optik yang dimasukkan
melalui hidung untuk melihat struktur dan kondisi dalam hidung.

Studi Pencitraan

Penggunaan MRI atau CT scan bisa menunjukan struktur sinus dan area hidung secara detail.
Meskipun tidak direkomendasikan untuk sinusitis akut tanpa komplikasi, tetapi studi pencitraan
membantu mengidentifikasi kelainan atau komplikasi yang dicurigai.

Kultur Hidung dan Sinus

Tes laboratorium umumnya tidak diperlukan untuk mendiagnosis sinusitis akut. Namun, ketika
kondisi tidak merespons terhadap pengobatan atau malah memburuk, kultur jaringan membantu
menentukan penyebabnya, seperti infeksi bakteri.

Tes Alergi

Jika pemicu munculnya sinusitis akut dicurigai karena alergi, dokter akan merekomendasikan tes
kulit alergi. Tes kulit aman dan cepat serta membantu untuk menentukan alergen yang
bertanggung jawab untuk flare-up hidung.

Pengobatan Sinusitis

Pengobatan meliputi semprotan salin ke rongga hidung untuk membersihkan ruang hidung,
kortikosteroid nasal untuk meredakan peradangan, dekongestan untuk meringankan hidung
mampet, dan antinyeri untuk meringankan rasa sakit pada wajah atau kepala. Jika sinusitis
bersifat berat, persisten, dan juga progresif, diperlukan antibiotik sebagai tindak pengobatan yang
harus dilakukan. Sinusitis bakterial yang ringan dapat sembuh tanpa antibiotik.
Tatalaksana non-medikamentosa meliputi istirahat, konsumsi cairan yang banyak, melembapkan
rongga hidung dengan cara menaruh handuk hangat ke wajah atau menghirup uap panas, dan
tidur dengan beberapa bantal, sehingga kepala lebih tinggi dari tubuh dengan tujuan
mempermudah pengosongan sinus

Katarak

Pengertian Katarak

Katarak adalah suatu penyakit ketika lensa mata menjadi keruh dan berawan. Pada umumnya,
katarak berkembang perlahan dan awalnya tidak terasa mengganggu. Namun, lama-kelamaan,
katarak akan mengganggu penglihatan dan membuat pengidap merasa seperti melihat jendela
berkabut, sulit menyetir, membaca, serta melakukan aktivitas sehari-hari. Penyakit ini
merupakan penyebab kebutaan utama di dunia yang dapat diobati.

Gejala Katarak

Beberapa tanda dan gejala katarak, antara lain:

a) Pandangan kabur seperti berkabut.


b) Melihat lingkaran di sekeliling cahaya.
c) Pandangan ganda.
d) Penurunan penglihatan pada malam hari.
e) Rasa silau saat melihat lampu mobil, matahari, atau lampu.
f) Sering mengganti ukuran kacamata.
g) Warna di sekitar terlihat memudar.

Penyebab Katarak

Penyebab katarak yang paling umum ditemui adalah akibat proses penuaan atau trauma yang
menyebabkan perubahan pada jaringan mata. Lensa mata sebagian besar terdiri dari air dan
protein. Dengan bertambahnya usia, lensa menjadi semakin tebal dan tidak fleksibel. Hal ini
menyebabkan gumpalan protein dan mengurangi cahaya yang masuk ke retina, sebuah lapisan
yang sensitif terhadap cahaya yang terletak di belakang dalam mata, yang pada akhirnya
menyebabkan pandangan kabur dan tidak tajam. Perubahan lensa diawali dengan warna kuning
kecokelatan ringan, tetapi semakin memburuk seiring dengan bertambahnya waktu.

Faktor Risiko Katarak

Beberapa faktor risiko katarak, antara lain:


a) Penuaan. Penuaan adalah penyebab tersering dari kekeruhan lensa atau katarak.
b) Riwayat trauma. Lensa mata yang pernah mengalami trauma, seperti masuknya serpihan
material tajam ke mata, terbentur bola, kembang api, dapat membuat katarak timbul lebih
cepat.
c) Infeksi saat kehamilan. Jika ibu saat hamil mengidap infeksi, khususnya rubella, dapat
menjadi penyebab utama terjadinya katarak kongenital pada anak yang dilahirkan.
Katarak kongenital dapat terjadi pada salah satu atau kedua mata anak.
d) Mengonsumsi obat-obatan tertentu dalam jangka waktu lama, seperti obat kortikosteroid
dan amiodaron, dapat memicu katarak.
e) Pengidap penyakit tertentu. Pengidap diabetes melitus, hipertensi, hipokalemia, dan
dermatitis atopik, dapat berkaitan dengan timbulnya katarak di kemudian hari.
f) Kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol.
g) Paparan sinar matahari yang lama pada mata.
h) Paparan toksin atau racun.
i) Riwayat keluarga yang mengidap katarak.
j) Riwayat operasi pada mata

Diagnosis Katarak

Dokter akan mendiagnosis katarak dengan melakukan wawancara medis lengkap, pemeriksaan
mata yang menyeluruh, meliputi pemeriksaan lapang pandang, penurunan ketajaman
penglihatan, serta pemeriksaan dengan menggunakan alat yang diarahkan dari samping mata,
guna memperlihatkan kekeruhan pada lensa mata (shadow test). Pemeriksaan tambahan lain
yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan dengan alat slit lamp dan pemeriksaan oftalmoskopi
daerah retina, jika dicurigai adanya kelainan pada berbagai organ lain dalam mata.

Pencegahan Katarak

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah katarak, antara lain:

 Memeriksakan mata secara teratur pada dokter spesialis mata.


 Melindungi mata dari benturan dan cahaya matahari yang terlalu lama, dengan
menggunakan kacamata yang melindungi dari sinar ultraviolet baik UVA dan UVB.
 Mempertahankan kadar gula darah agar tetap normal, pada pengidap diabetes.
 Membatasi kebiasaan menyetir di malam hari.
 Memperbaiki pencahayaan di rumah.
 Menggunakan kaca pembesar saat membaca.

Pengobatan Katarak

Jika akibat katarak penglihatan semakin memburuk dan sulit menjalani aktivitas sehari-hari,
pengobatan katarak hanyalah dengan prosedur operasi. Operasi katarak pada umumnya aman dan
tidak membutuhkan rawat inap. Ada dua jenis operasi katarak, yaitu:
a) Small incision cataract surgery (phacoemulsification). Operasi ini dilakukan dengan
melakukan insisi kecil pada tepi kornea. Selanjutnya, dokter akan menyinarkan
gelombang ultrasound untuk menghancurkan lensa lalu diambil menggunakan alat
penghisap.
b) Extracapsular surgery. Operasi ini membutuhkan insisi yang lebih besar untuk
mengeluarkan inti lensa yang berkabut. Selanjutnya, sisa lensa dikeluarkan dengan
menggunakan alat penghisap.

Pada proses kedua jenis operasi tersebut, lensa buatan yang disebut juga lensa intraokular
dimasukan untuk menggantikan lensa yang asli. Operasi ini membutuhkan waktu sekitar satu
jam dan tanpa rasa nyeri. Dokter umumnya menggunakan obat tetes mata untuk membuat mata
menjadi baal dan pengidap tetap sadar selama menjalani operasi.

Glaukoma

Pengertian Glaukoma
Glaukoma adalah jenis gangguan penglihatan yang ditandai dengan terjadinya kerusakan saraf
mata. Kerusakan ini sering disebabkan oleh tekanan tinggi pada mata. Glaukoma bisa dibagi
menjadi beberapa jenis, yaitu:

a) Glaukoma sudut tertutup. Jenis glaukoma ini lebih banyak ditemukan di negara-negara
Asia. Pada kasus ini, iris menonjol ke depan dan mempersempit atau menghalangi sudut
drainase yang dibentuk oleh kornea dan iris. Akibatnya, cairan tidak bisa mengalir
dengan baik melalui mata dan tekanan meningkat.
b)
c) Glaukoma sudut terbuka. Pada kondisi ini, struktur mata tampak normal, tapi ada
gangguan di dalam saluran mata yang disebut trabecular meshwork. Hal ini
menyebabkan tekanan pada mata meningkat secara bertahap yang berujung pada
kerusakan saraf optik. Glaukoma sudut terbuka terjadi sangat lambat, sehingga sering kali
terlambat disadari.
d)
e) Glaukoma sekunder yang disebabkan oleh peradangan pada lapisan tengah mata
(uveitis) atau cedera pada mata.
f)
g) Glaukoma kongenital disebabkan oleh kelainan pada mata (kondisi bawaan). Umumnya
diidap oleh anak-anak.

Faktor Risiko Glaukoma


Karena bentuk-bentuk glaukoma kronis bisa merusak penglihatan, bahkan sebelum gejala
muncul, seseorang yang memiliki faktor risiko glaukoma berikut diharapkan untuk lebih
waspada terhadap gangguan mata ini:

a) Berusia di atas 60 tahun.


b) Memiliki riwayat keluarga dengan glaukoma.

c) Mengidap kondisi medis tertentu, seperti diabetes, penyakit jantung, tekanan darah
tinggi, dan anemia sel sabit.
d) Mengalami rabun dekat atau rabun jauh.
e) Pernah mengalami cedera mata atau menjalani jenis operasi mata tertentu.
f) Menggunakan obat kortikosteroid, terutama obat tetes mata dalam waktu yang lama.

Penyebab Glaukoma
Penyebab glaukoma adalah meningkatnya tekanan di dalam mata (tekanan intraokular), baik
akibat produksi cairan mata yang berlebihan, maupun akibat terhalangnya saluran pembuangan
cairan tersebut. Tekanan ini dapat merusak serabut saraf retina, yaitu jaringan saraf yang
melapisi bagian belakang mata, dan saraf optik yang menghubungkan mata ke otak. Hingga kini,
belum jelas kenapa produksi cairan mata bisa berlebihan atau kenapa saluran pembuangannya
bisa tersumbat.

Gejala Glaukoma
Berikut gejala glaukoma yang umumnya dialami pengidap:

a) Nyeri pada mata.


b) Sakit kepala.
c) Melihat bayangan lingkaran di sekeliling cahaya.
d) Mata memerah.
e) Mual atau muntah.
f) Mata berkabut (khususnya pada bayi).
g) Penglihatan yang makin menyempit hingga akhirnya tidak dapat melihat obyek sama
sekali.

Diagnosis Glaukoma
Dokter akan meninjau riwayat medis pengidap dan melakukan pemeriksaan mata yang
komprehensif. Berikut beberapa tes yang bisa dilakukan dokter untuk mendiagnosis glaukoma:

a) Mengukur tekanan intraokular (tonometri).


b) Pengujian tingkat kerusakan saraf optik dengan pemeriksaan mata dan tes pencitraan.
c) Memeriksa area kehilangan penglihatan (uji lapang pandang).
d) Mengukur ketebalan kornea (pachymetry).
e) Memeriksa sudut drainase (gonioskopi).

Pengobatan Glaukoma
Sayangnya, kerusakan mata yang disebabkan oleh glaukoma tidak dapat diobati atau diperbaiki
kembali. Namun, pengobatan tetap perlu dilakukan untuk mengurangi tekanan intraokular pada
mata dan mencegah meluasnya kerusakan pada mata. Secara umum, glaukoma bisa ditangani
dengan obat tetes mata, obat-obatan yang diminum, terapi laser, serta operasi.

Pencegahan Glaukoma
Berikut adalah langkah-langkah yang bisa kamu lakukan untuk mendeteksi glaukoma sejak dini,
di mana hal tersebut sangat penting untuk mencegah kehilangan penglihatan atau untuk
memperlambat perkembangannya:

a) Jaga kesehatan mata sejak dini dengan konsumsi makanan yang mengandung vitamin
A dan pemeriksaan kesehatan mata ke dokter secara rutin
b) Gunakan obat tetes mata yang diresepkan dokter secara teratur. Obat tetes mata
glaukoma dapat secara signifikan mengurangi risiko tekanan mata tinggi berkembang
menjadi glaukoma.
c) Gunakanlah pelindung mata. Cedera mata yang serius dapat menyebabkan glaukoma.
Jadi, kenakanlah pelindung mata saat berolahraga atau saat bekerja dengan
menggunakan alat-alat listrik.

Retina

Retina adalah lapisan sangat tipis di bagian belakang bola mata yang sensitif terhadap
cahaya. Sel dalam retina, yakni sel batang (basilus) dan sel kerucut (konus), berfungsi
memicu impuls saraf melalui saraf optik ke otak untuk membentuk penglihatan. Fungsi
retina bertalian erat dengan penglihatan. Sel basilus dan konus yang bertugas sebagai penerima
atau reseptor cahaya akan memberikan visualisasi atas apa yang dilihat oleh mata. Di bagian
belakang retina ada cakram optik yang lebih dikenal dengan nama titik buta atau blind spot. 
Penyebab Penyakit Retina
Beberapa jenis penyakit retina yang umum ditemukan adalah:

Robekan pada retina. Robekan pada retina dapat terjadi pada saat benda jernih yang menyerupai gel ditengah
mata (vitreus) mengecil dan menarik retina dengan kekuatan yang cukup untuk menyebabkan kerusakan pada
jaringan tersebut.

Hal ini sering kali disertai dengan timbulnya gejala secara tiba-tiba. Misalnya seolah melihat adanya jaring-
jaring mengambang atau kilatan cahaya.

 Retinal detachment. Kondisi ini disebabkan oleh adanya cairan di bawah retina. Hal ini umumnya
terjadi apabila terdapat cairan yang melewati robekan retina, yang menyebabkan retina terlepas dari
lapisan jaringan di bawahnya.

 Retinopati diabetik. Pada orang dengan diabetes, pembuluh darah kecil (kapiler) di bagian belakang
mata dapat rusak dan mengeluarkan cairan ke dalam dan di bawah retina.

Hal ini dapat menyebabkan bengkak pada retina, yang dapat membuat pandangan menjadi kabur atau
terdistorsi. Selain itu, juga dapat timbul pembentukan kapiler baru yang abnormal dan mudah pecah. Kondisi
ini juga dapat memperburuk daya lihat.

 Membran epiretinal. Membran epiretinal merupakan adanya jaringan parut atau selaput yang berada di
atas retina. Selaput tersebut dapat menarik retina ke atas, yang membuat daya lihat menjadi
terdistorsi. Objek dapat tampak buram atau tidak berbentuk.

 Lubang makula. Lubang makula merupakan kelainan kecil di tengah retina pada bagian belakang mata
(makula). Lubang tersebut dapat terjadi akibat tekanan abnormal antara retina dan vitreus, atau
dapat juga terjadi akibat cedera pada mata.

 Degenerasi makula. Pada degenerasi makula, bagian tengah dari retina mulai mengalami penurunan
kondisi. Hal ini menyebabkan adanya gejala seperti pandangan sentral yang buram, atau adanya
titik gelap di bagian tengah lapang pandang.

Terdapat dua tipe degenerasi makula, yakni degenerasi makula tipe wet dan dry. Sebagian besar orang akan
mengalami tipe dry terlebih dahulu, yang dapat mengalami progresivitas menjadi tipe wet pada satu atau kedua
mata.

 Retinitis pigmentosa. Retinitis pigmentosa merupakan penyakit degeneratif yang memengaruhi retina.

Gejala Penyakit Retina


Banyak penyakit retina memiliki tanda dan gejala yang serupa. Tanda dan gejala tersebut dapat mencakup:

 Melihat bintik-bintik atau gambaran menyerupai jaring laba-laba yang mengambang


 Pandangan kabur atau terdistorsi
 Kelemahan pada daya lihat samping
 Hilangnya daya lihat

Tanda dan gejala yang dialami pada penyakit retina dapat timbul pada satu maupun kedua mata, bergantung
pada jenis penyakit retina yang terjadi.
Diagnosis Penyakit Retina
Penyakit retina dapat berhubungan dengan proses penuaan, cedera pada mata, atau riwayat keluarga. Untuk
menentukan diagnosis, dokter mata akan melakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik mata untuk melihat
adanya abnormalitas di bagian tertentu pada mata, serta pemeriksaan penunjang.

Beberapa jenis pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk menentukan lokasi dan derajat keparahan
penyakit retina:

 Pemeriksaan Amsler grid. Dokter dapat melakukan pemeriksaan Amsler grid untuk menguji kejelasan


dari daya lihat sentral. Dokter akan menanyakan apabila garis-garis yang terdapat pada Amsler
grid tersebut tampak buram, pecah, bengkok, dan sebagainya, untuk memahami lebih lanjut derajat
dari kerusakan retina yang dialami.

 Optical Coherence Tomography (OCT). Pemeriksaan ini merupakan teknik yang digunakan untuk
mendapatkan gambaran dari retina guna menentukan diagnosis adanya membran epiretinal, lubang
makula, pembengkakan pada makula, pemantauan derajat dari degenerasi makula tipe wet terkait
usia, dan pemantauan respons terhadap pengobatan.

 Angiografi fluorescein. Pemeriksaan ini menggunakan zat pewarna yang menyebabkan pembuluh


darah retina untuk tampak lebih jelas pada saat menggunakan pencahayaan tertentu. Pemeriksaan
ini dapat mengidentifikasi adanya pembuluh darah yang tersumbat, pembuluh darah yang bocor,
atau pembuluh darah yang baru dan abnormal.

 Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk melihat
struktur retina dan jaringan lainnya pada mata. Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi karakteristik jaringan tertentu yang dapat membantu diagnosis dan penanganan
pada tumor mata.

Penanganan

Tujuan utama pada penanganan penyakit retina adalah untuk menghentikan atau memperlambat progresivitas
penyakit, serta mempertahankan, memperbaiki, atau mengembalikan daya lihat. Sering kali, kerusakan yang
telah terjadi tidak dapat diperbaiki, yang membuat deteksi dini menjadi sangat penting.

Penanganan dari penyakit retina dapat kompleks dan terkadang dibutuhkan segera. Beberapa jenis penanganan
yang dapat dilakukan mencakup:

 Penggunaan laser. Pembedahan dengan laser dapat memperbaiki robekan atau lubang pada retina.
Dokter menggunakan laser untuk menghangatkan titik tertentu pada retina, dan hal ini
menyebabkan timbulnya jaringan parut yang mengikat retina ke jaringan di bawahnya.

 Mengecilkan pembuluh darah abnormal. Dokter dapat menggunakan teknik yang disebut scatter laser
photocoagulation untuk mengecilkan pembuluh darah baru yang abnormal, yang rentan untuk
mengalami perdarahan. Penanganan ini dapat digunakan pada orang dengan retinopati diabetik.
 Pembekuan. Pada prosedur ini, dokter menggunakan alat pembeku untuk mengatasi robekan pada
retina, yang menimbulkan jaringan parut pada retina dan melekatkannya ke lapisan di bawahnya.

 Penyuntikan udara atau gas ke mata. Teknik yang disebut pneumatic retinopexy ini ditujukan untuk
memperbaiki beberapa jenis retinal detachment. Teknik ini umumnya dilakukan sebagai kombinasi
dengan cryopexy atau laser photocoagulation.

 Membuat indentasi pada lapisan luar mata. Teknik yang disebut scleral buckling ini digunakan untuk
memperbaiki kondisi retinal detachment. Indentasi yang timbul pada sklera dapat mengurangi
sebagian dari tekanan pada retina akibat tarikan dari vitreus.

 Mengevakuasi dan mengganti cairan di mata. Prosedur yang disebut vitrektomi ini melibatkan
evakuasi dari cairan vitreus mata, yang kemudian diikuti oleh penyuntikan udara, gas, atau cairan
ke ruang tersebut.

Vitektomi dapat dilakukan apabila perdarahan atau peradangan menyebabkan buram pada vitreus. Teknik ini
dapat menjadi salah satu bagian penanganan pada individu dengan robekan pada retina, retinopati diabetik,
lubang makula, infeksi, cedera pada mata, atau retinal detachment.

 Penyuntikan obat ke mata. Dokter sapat menyarankan penyuntikan obat ke dalam vitreus mata. Teknik
ini dapat digunakan pada individu dengan degenerasi makula tipe wet, retinopati diabetik, atau
kerusakan pembuluh darah pada mata.

Pencegahan Penyakit Retina


Pencegahan dari penyakit retina bergantung pada jenis penyakit retina yang dialami. Sangat penting untuk
melakukan deteksi dan penanganan dini bila terdapat keluhan, guna mencegah timbulnya komplikasi akibat
penyakit retina.

BAB III

KESIMPULAN

Kanker kulit merupakan kelainan pada kulit yang ditandai dengan pertumbuhan
abnormal sel kulit. Kanker kulit terutama menyerang sel kulit yang terpapar sinar
matahari, seperti pada daerah wajah, lengan, dan tungkai. Pemicu penyebab kanker kulit
adalah paparan sinar ultraviolet yaitu UVA, UVB, dan UVC
Pencegahan kanker kulit biasanya bisa menggunakan tabir surya, menghindari paparan
sinar matahari langsung, dan juga menggunakan pakaian yang bisa melindungi kulit dari
sinar matahari.
Eksim merupakan reaksi alergi pada kulit yang ditandai dengan timbulnya
warna kemerahan dan rasa gatal. Gejala yang timbul umumnya timbul vesikel, kulit
kerning, keras dan kaku, penyebabnya berasal dari pemakaian bahan kimia,
bakteri/jamur, eskogen dan endogen
Psoriasis adalah penyakit autoimune yang menyerang kulit sang pengidap. Gejala
yang biasanya terjadi pada pengidapnya adalah kulit pecah-pecah sampai akhirnya
berdarah, kulit menjadi bersisik, sendi terasa kaku dan bengkak, terjadinya penebalan
pada kuku dengan tekstur yang tidak rata. Psoriasis bisa terjadi pada siapa saja, bahkan
bisa menyerang bayi yang umumnya disebabkan karena faktor genetik. Psoriasis kadang
sering tertukar dengan penyakit eczema atau eksim karena memiliki gejala yang agak
mirip.
Otitis media adalah peradangan yang terjadi di bagian telinga tengah dan sering
terjadi pada anak-anak. Otitis media umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur,
atau virus, gejala otitis media biasanya turunnya pendengaran, ostalgia, keluarnya cairan
dari telinga.
Gendang telinga (membran timpani) merupakan selaput tipis yang membatasi
liang telinga dengan telinga bagian tengah. Kondisi gendang telinga pecah
menggambarkan adanya robekan di gendang telinga. Biasanya disebabkan karena cedera
karena kecelakaan, infrksi telinga, dan juga masuknya benda asing kedalam telinga.
Gejala yang ditimbulkan berupa gangguan pendengaran, tinnitus, telinga terasa nyeri,
keluar cairan berwarna bening/ merah dari telinga.
Otosklerosis merupakan gangguan pendengaran yang disebabkan karena
kekakuan tulang-tulang pendengaran. penyebab otosklerosis belum diketahui secara pasti
umumnya terjadi karena Kelaina genetik, bila otosklerosis tidak ditangani dengan benar
bisa menyebabkan komplikasi seperti kerusakan saraf hingga tuli total.
Sinusitis adalah peradangan pada dinding sinus yang merupakan rongga kecil
berisi udara dan terletak pada struktur tulang wajah. Saat terinfeksi, rongga ini terisi
lendir dan terjadi pembengkakan selaput lendir, umumnya disebabkan karena flu, polip
hidung, dan juga alergi, gejala yang ditimbulkan berupa hidung mampet, bau nafas tidak
sedap, keluarnya cairan dari hidung.
Katarak adalah suatu penyakit ketika lensa mata menjadi keruh dan berawan.
Penyebab katarak yang paling umum ditemui adalah akibat proses penuaan atau trauma
yang menyebabkan perubahan pada jaringan mata.
Glaukoma adalah jenis gangguan penglihatan yang ditandai dengan terjadinya
kerusakan saraf mata. Kerusakan ini sering disebabkan oleh tekanan tinggi pada mata.
Gejala yang ditimbulkan nyeri pada mata, mata memerah, penglihatan yang menyempit.
Retina adalah lapisan sangat tipis di bagian belakang bola mata yang sensitif
terhadap cahaya. Penyebab penyakit retina umumnya disebabkan karena robekan pada
retina, Penyakit retina dapat berhubungan dengan proses penuaan, cedera pada mata, atau
riwayat keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai